KELOMPOK 3. Umkm Bu Desy
KELOMPOK 3. Umkm Bu Desy
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
1. ANDISMAN : ( 101901146 )
2. RANANG IKWANUL SUHUFI : ( 101901018 )
3. NUR RAHMADANI : ( 101901148 )
4. SANTI BAIRU : ( 101901170 )
5. SRI YULIANI SAPUTRI : ( 101901149 )
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, dan tidak lupa kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu
agama Islam.
Dalam mata kuliah “Al-Islam Kemuhammadiyahan” ini, kami mendapatkan tugas
untuk membuat makalah yang berjudul “Bentuk dan jenis koperasi serta proses
pendirian koperasi”.
Kami harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai tanggung jawab ilmuwan
dalam berbangsa dan bernegara, khususnya bagi penulis. Makalah ini memang
masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................24
PENUTUP...............................................................................................................24
3.1 Kesimpulan..................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
Koperasi sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Badan usaha
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan atas asas kekeluargaan ini juga
telah cukup banyak membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dan
pembangunan nasional. Sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat
Indonesia, badan usaha koperasi telah mampu membantu masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan ekonominya melalui kegiatan-kegiatan usaha koperasi.
Prinsip usaha dan karakter koperasi yang berbeda dengan badan usaha
lainnya membuat badan usaha ini disenangi oleh masyarakat Indonesia yang
melaksanakan seluruh kegiatan perekonomiannya berdasarkan sistem ekonomi
kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan yang ada di Indonesia ini memang secara
umum sangat cocok dengan badan usaha yang berbentuk koperasi. Keduanya
sama-sama menganut asas kekeluargaan dan mengedepankan prinsip gotong-
royong. Koperasi sendiri di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh R. Aria
Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896.
Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang
terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan
akhirnya ditiru oleh Boedi Utomo. Pada perkembangan selanjutnya, wakil Presiden
Republik Indonesia yang pertama, Moh. Hatta menjadi salah satu tokoh nasional
yang dengan gigih mendukung kehadiran koperasi di Indonesia. Hal inilah yang 2
menjadikannya sebagai Bapak Koperasi Indonesia. 1 Secara resmi gerakan
koperasi sendiri di Indonesia baru lahir pada tanggal 12 Juli 1947 pada Kongres I di
Tasikmalaya yang pada akhirnya dijadikan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Sejak
saat itu, koperasi semakin berkembang dan diminati oleh masyarakat Indonesia.
Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan meningkatkan
pembangunan serta perekonomian nasional. Pada awal kemerdekaan Indonesia,
koperasi diatur oleh Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian.
Setelah itu, terjadi beberapa peraturan mengenai koperasi tersebut mengalami
beberapa pergantian, mulai dari dihapusnya Undang-undang tersebut dan
digantikan oleh Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian, kemudian oleh Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkopeasian.
Koperasi Konsumsi.
Koperasi pembelian/pengadaan/konsumsi adalah koperasi yang menyelenggarakan
fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
anggota sebagai konsumen akhir. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan
pembeli atau konsumen bagi koperasinya.
Misalnya, Kelompok PKK, Karang Taruna, Pondok Pesantren, Pemuda dan lain-lain
yang membeli barang-barang untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti sabun, gula
pasir, minyak tanah.
Koperasi Pemasaran.
Koperasi penjualan/pemasaran adalah koperasi yang menyelenggarakan fungsi
distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di tangan
konsumen. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pemasok barang atau jasa
kepada koperasinya.
Misalnya,
1. Koperasi Pemasaran ternak sapi, anggotanya adalah pedagang sapi.
2. Koperasi Pemasaran elektronik, anggotanya adalah pedagang barang-barang
elektronik.
3. Koperasi Pemasaran alat-alat tulis kantor, anggotanya adalah pedagang
barang-barang alat tulis kantor.
4.
Koperasi Produksi.
Koperasi produksi adalah koperasi yang menghasilkan barang dan jasa, dimana
anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi. Di sini anggota
berperan sebagai pemilik dan pekerja koperasi.
Misalnya,
Koperasi Kerajinan Industri Kecil, anggotanya para pengrajin.
Koperasi Perkebunan, anggotanya produsen perkebunan rakyat.
Koperasi Produksi Peternakan, anggotanya para peternak.
Koperasi Jasa.
Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang
dibutuhkan oleh anggota, misalnya: simpan pinjam, asuransi, angkutan, dan
sebagainya. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pengguna layanan jasa
koperasi.
Misalnya,
Koperasi Angkutan, memberikan jasa angkutan barang atau orang. Koperasi
angkutan didirikan oleh orang-orang yang mempunyai kegiatan di bidang jasa
angkutan barang atau orang.
Koperasi Perumahan, memberikan jasa penyewaan rumah sehat dengan
sewa yang cukup murah atau menjual rumah dengan harga murah.
Koperasi Asuransi, memberi jasa jaminan kepada para anggotanya seperti
asuransi jiwa, asuransi pinjaman, asuransi kebakaran. Anggota Koperasi
Asuransi adalah orang-orang yang bergerak di bidang jasa asuransi.
Berbicara mengenai koperasi memang sudah tidak asing lagi di kalangan masyara
Koperasi merupakan amanat Pasal 33 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 melainkan koperasi dianggap menjadi salah satu
harapan perekonomian nasional. Aturan mengenai koperasi sendiri dapat dilihat
pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (UU
Perkoperasi). Namun, semenjak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 Tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja), terdapat beberapa perubahan mengenai
koperasi. Apa saja poin perubahannya? Simak penjelasan di bawah ini.
Syarat dan Prosedur Pendirian Suatu Koperasi Perlu diketahui, setelah berlakunya
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan
Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah (PP 7/2021), dalam
Pasal 4 PP 7/2021 menyatakan, bahwa koperasi memperoleh status badan hukum
pada tanggal diterbitkan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham).
Kemudian, Pasal 5 PP 7/2021 menyebutkan pembentukan koperasi dilakukan
dengan akta pendirian yang memuat anggaran dasar. Adapun prosedur pendirian
koperasi diatur dalam Pasal 12 Permen KUKM 9/2018, sebagai berikut: Pendirian
koperasi dilakukan dengan mengadakan rapat pendirian. Berdasarkan Pasal 6 ayat
(1) PP 7/2021 rapat pendirian, merupakan langkah awal untuk mendirikan koperasi
yang dihadiri oleh para pendiri. Rapat pembentukan koperasi dapat dilakukan
secara daring dan/atau luring. Hal ini guna memaksimalkan kehadiran setiap
anggota koperasi, khususnya dalam menyampaikan pendapatnya. Hasil rapat
pembentukan dinyatakan dengan notulen atau berita acara yang ditandatangani oleh
pimpinan rapat, dalam bentuk paraf atau tanda tangan dengan tinta basah atau
elektronik. rapat pembentukan tersebut, membahas materi rancangan anggaran
dasar. Adapun isi dari anggaran dasar dalam akta pendirian koperasi, yaitu: Daftar
nama pendiri; Nama dan tempat kedudukan; Maksud dan tujuan serta bidang
usaha; Ketentuan mengenai keanggotaan; Ketentuan mengenai Rapat Anggota;
Ketentuan mengenai pengelolaan; Ketentuan mengenai permodalan; Ketentuan
mengenai jangka waktu berdirinya; Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil
usaha; Ketentuan mengenai sanksi. Setiap koperasi, wajib mencantumkan jenis
koperasi pada anggaran dasar. Terdapat lima jenis koperasi yang diatur yaitu
koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa, koperasi pemasaran dan
koperasi simpan pinjam. Jenis Koperasi Hal yang Membedakan Koperasi
Konsumen Koperasi Produsen Koperasi Jasa Koperasi Pemasaran Koperasi
Simpan Pinjam Kegiatan Usaha Koperasi konsumen merupakan koperasi yang
menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang penyediaan barang
kebutuhan Anggota dan non-Anggota Koperasi produsen merupakan koperasi yang
menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana,
pemasaran, dan faktor produksi serta pemasaran produksi yang dihasilkan Anggota
kepada Anggota dan non-Anggota. Koperasi jasa adalah koperasi yang
menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non-simpan pinjam yang
diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota. Koperasi pemasaran merupakan
koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha memasarkan produk yang
dihasilkan Anggota dan non Anggota. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang
menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha yang melayani
Anggota Khusus untuk koperasi yang menjalankan kegiatan usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah wajib menyampaikan laporan kepada kementerian
dan/atau dinas secara periodik dan sewaktu-waktu. Setelah rapat pembentukan
selesai maka Notaris Pembuat Akta Koperasi (NPAK) dapat membuat akta pendirian
koperasi. Selanjutnya para pendiri atau kuasa pendiri dapat mengajukan akta
pendirian koperasi kepada Menteri dalam jangka waktu 30 hari setelah koperasi
mendapat persetujuan nama koperasi dari sistem Administrasi Hukum Umum (AHU)
online. Apabila dalam jangka waktu tersebut koperasi tidak mengajukan akta
pendirian koperasi, maka persetujuan nama koperasi melalui AHU online
kadaluarsa. Dalam mengajukan akta pendirian koperasi tersebut, para pendiri harus
menentukan apakah bentuk koperasi berupa koperasi primer atau koperasi
sekunder, karena cara pendirian koperasi primer berbeda dengan koperasi
sekunder. Untuk mendirikan koperasi primer, syaratnya adalah para pendiri
koperasi mengajukan permintaan pengesahan akta pendirian koperasi secara
tertulis dan/atau secara elektronik kepada Menteri dengan melampirkan: Dua
rangkap akta pendirian koperasi, satu diantaranya bermaterai cukup; Berita acara
rapat pembentukan koperasi, termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan
permohonan pengesahan apabila ada; Surat bukti penyetoran modal, paling sedikit
sebesar simpanan pokok;dan Rencana awal kegiatan usaha koperasi. Sementara
untuk koperasi sekunder, hal yang harus dilakukan untuk mendirikan koperasi sama
seperti koperasi primer namun terdapat tambahan dokumen berupa: Hasil berita
acara rapat pembentukan dan surat kuasa koperasi primer dan/atau koperasi
sekunder untuk pendirian koperasi sekunder; Keputusan pengesahan badan hukum
koperasi primer dan/atau sekunder calon anggota koperasi sekunder;dan Koperasi
primer dan/atau sekunder calon anggota melampirkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) aktif. Khusus untuk Koperasi Simpan Pinjaman juga terdapat dokumen
tambahan yang dapat dilihat pada Pasal 10 ayat (5) Permen KUKM 9/2018. Setelah
pendiri atau kuasa pendiri mengajukan akta pendirian koperasi kepada Menteri,
maka Menteri dapat melakukan penilaian terkait anggaran dasar serta persyaratan
administrasi lainnya. Apabila diterima Menteri akan menerbitkan Surat Keputusan
(SK), namun apabila ditolak menteri akan menerbitkan keputusan penolakan. Dalam
hal ini yang berhak menerbitkan SK dan keputusan terkait penolakan adalah Menteri
Koperasi dan UKM. Asal Modal Suatu Koperasi Sama seperti badan usaha
lainnya, untuk mendirikan koperasi juga diperlukan modal. Modal koperasi berasal
dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri terbagi menjadi: Simpanan
pokok. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi, pada saat menjadi anggota, dimana nilai
dan mekanismenya diatur dalam anggaran dasar. Simpanan pokok ini tidak dapat
diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota. Simpanan wajib. Simpanan
wajib merupakan sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada
koperasi, dalam waktu atau kesempatan tertentu yang nilai dan mekanisme
pembayarannya juga diatur dalam anggaran dasar koperasi. Dana cadangan. Dana
cadangan merupakan sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil
usaha. Tujuan adanya dana cadangan ini untuk memupuk modal sendiri dan untuk
menutup kerugian koperasi. Nilai dan mekanisme penetapan dana cadangan diatur
dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga dan/atau keputusan rapat anggota.
Hal menarik dari dana cadangan adalah dana cadangan merupakan harta kekayaan
koperasi yang tidak dapat dibagikan saat ada anggota koperasi yang keluar. Hibah
adalah sejumlah uang dan/atau barang modal, yang dapat dinilai dengan uang yang
diterima dari pemerintah, pemerintah provinsi, kabupaten/kota, lembaga
internasional, perseorangan dan pihak-pihak lain, yang bersifat hibah dan tidak
mengikat. Karena sifatnya yang tidak mengikat, maka hibah dapat digunakan untuk
menanggung kerugian koperasi. Hibah tidak dapat dibagikan kepada anggota
koperasi selama koperasi belum dibubarkan. Sementara modal pinjaman berasal
dari anggota, calon anggota, koperasi lain atau anggotanya, bank dan lembaga
keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat utang lainnya serta sumber lain
yang sah.
Keanggotaan Koperasi Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat 2
(dua) bentuk koperasi yaitu koperasi primer dan koperasi sekunder. Terhadap
koperasi primer dan koperasi sekunder ini mempunyai anggota yang berbeda.
Anggota koperasi primer adalah setiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang mampu
melakukan tindakan hukum. Sementara anggota koperasi sekunder adalah koperasi
yang sudah berbadan hukum koperasi. Baik anggota koperasi primer maupun
anggota koperasi sekunder harus memiliki kepentingan ekonomi yang sama dengan
anggota lain. Pasal 20 UU Perkoperasian mengatur tentang hak dan kewajiban
anggota koperasi. Adapun kewajiban anggota koperasi, yaitu: Mematuhi anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah disepakati dalam
rapat anggota; Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh
koperasi; dan Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas
kekeluargaan. Sementara itu, hak setiap anggota koperasi, yaitu: Menghadiri,
menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam rapat anggota; Memilih
dan/atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas; Meminta diadakan rapat
anggota menurut ketentuan dalam anggaran dasar; Mengemukakan pendapat atau
saran kepada pengurus diluar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta;
Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama
anggota; Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut
ketentuan dalam anggaran dasar. Suatu koperasi dapat memiliki anggota luar
biasa. Adapun yang dimaksud anggota luar biasa yaitu WNI yang belum cakap
melakukan tindakan hukum (dibawah umur) dan WNA yang ingin mendapat
pelayanan dan ingin menjadi anggota koperasi dan sepenuhnya tidak dapat
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam anggaran dasar koperasi. Hak
yang dimiliki oleh anggota luar biasa, yaitu: Hak bicara tapi tidak mempunyai hak
suara dan hak untuk memilih dan dipilih sebagai pengurus dan pengawas; Hak atas
sisa hasil usaha sesuai dengan keputusan rapat anggota. Hal-hal yang
menyebabkan berakhirnya anggota koperasi, yaitu: Anggota koperasi dapat minta
berhenti atas permintaan sendiri; Di berhentikan oleh pengurus; Meninggal dunia;
dan/atau Koperasi bubar Hak dan kewajiban anggota koperasi yang meninggal
dunia dapat beralih kepada ahli warisnya yang sah apabila ahli waris diterima
menjadi anggota yang memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam anggaran
dasar. Baca juga: Hati-Hati! Karena 4 Hal Ini Koperasi Bisa Dibubarkan Oleh
Pemerintah Pembagian Sisa Hasil Usaha Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah
pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,
penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan. SHU tersebut setelah dikurangi dana cadangan dapat dibagikan
kepada anggota sesuai dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing
anggota terhadap koperasi dan partisipasi modal anggota kepada koperasi. Selain
itu, SHU juga dapat digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan
keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan rapat anggota.
Pembubaran Koperasi Pasal 46 UU 25/1992 mengatur bahwa terdapat 2 (dua) cara
pembubaran koperasi, yaitu keputusan rapat anggota dan keputusan pemerintah.
Keputusan Rapat Anggota Apabila koperasi bubar karena adanya keputusan rapat
anggota hal ini dikarenakan jangka waktu koperasi telah berakhir. Dalam rangka
pembubaran koperasi, pengurus koperasi mengirim undangan rapat anggota paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum rapat anggota diselenggarakan. Pelaksanaan
rapat anggota terkait pembubaran koperasi dapat dikatakan sah apabila mencapai
kuorum yang dihadiri paling sedikit ¾ anggota koperasi. Keputusan rapat anggota
terkait pembubaran koperasi dapat dikatakan sah apabila disetujui oleh 2/3 dari
jumlah suara sah. Apabila telah didapat keputusan rapat pembubaran koperasi,
maka keputusan rapat tersebut diberitahukan secara tertulis oleh kuasa rapat
anggota kepada Menteri dan semua kreditur. Keputusan Pemerintah Pasal 47 UU
25/1992 mengatur hal-hal yang menyebabkan pembubaran koperasi oleh
pemerintah, yaitu: Terdapat bukti bahwa koperasi yang bersangkutan tidak
memenuhi ketentuan UU 25/1992; Kegiatan koperasi bertentangan dengan
ketertiban umum dan/atau kesusilaan; Kelangsungan koperasi sudah tidak dapat
lagi diharapkan. Selain hal-hal diatas, Pasal 43 Permen KUKM 9/2018 juga
mengatur hal-hal yang menyebabkan pembubaran koperasi oleh pemerintah, yaitu:
Koperasi tidak melaksanakan ketentuan anggaran dasar yang telah dibuat; Kegiatan
koperasi bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan yang
dinyatakan dengan keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap; Koperasi
dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap; Koperasi tidak melaksanakan rapat anggota selama 3 (tiga) tahun berturut-
turut; dan Koperasi tidak melakukan kegiatan usaha secara nyata selama 2 (dua)
tahun berturut-turut terhitung sejak tanggal pengesahan akta pendirian koperasi.
Prosedurnya Dalam hal ini, pemerintah dalam hal ini Menteri mengeluarkan
keputusan pembubaran koperasi dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan
terhitung sejak diterimanya surat pemberitahuan perencanaan pembubaran koperasi
oleh koperasi yang bersangkutan. Koperasi yang mendapat surat pemberitahuan
perencanaan pembubaran koperasi dapat mengajukan surat keberatan paling lama
2 (dua) bulan terhitung surat pemberitahuan tersebut diterima. Pengajuan surat
keberatan ini dengan melampirkan: Laporan pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas dalam rapat anggota tahunan paling sedikit 2 (dua) tahun buku terakhir;
dan SPT PPH Badan atas nama Koperasi 2 (dua) tahun buku terakhir. Kemudian,
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari Menteri dapat mengeluarkan surat
keputusan apakah keberatan yang diajukan oleh koperasi terkait rencana
pembubaran diterima atau tidak. Berkaitan dengan diterima atau ditolaknya suatu
keberatan akan ditetapkan dalam keputusan Menteri yang bersifat sebagai putusan
akhir. Untuk melaksanakan penyelesaian pembubaran koperasi diperlukan tim
penyelesaian pembubaran koperasi yang tugas dan wewenangnya diatur dalam
Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) Permen KUKM 9/2018.
Untuk mendirikan koperasi terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Berikut
persyaratannya: Koperasi primer harus didirikan oleh minimal 20 orang yang punya
kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama. Sedangkan pendiri koperasi
sekunder minimal 3 badan hukum Koperasi Para Pendiri atau kuasa pendiri koperasi
mengajukan permintaan pengesahan akta pendirian koperasi secara tertulis
dan/atau secara elektronik kepada Menteri Koperasi dan UKM Pengajuan
pengesahan akta pendirian koperasi perlu melampirkan: 2 rangkap akta pendirian
koperasi dan satu di antaranya bermaterai; berita acara Rapat Pendirian Koperasi,
termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan permohonan pengesahan; surat bukti
penyetoran modal yang paling sedikit sebesar simpanan pokok; dan rencana awal
kegiatan usaha Koperasi. Berita acara Rapat Pendirian Koperasi harus dilengkapi:
daftar hadir rapat pendirian; foto copy KTP pendiri sesuai daftar hadir; surat kuasa
pendiri; surat rekomendasi instansi terkait dengan bidang usaha yang akan dijalani
Untuk koperasi sekunder harus ditambahkan dokumen: Hasil berita acara rapat
pendirian koperasi dan surat kuasa koperasi primer dan/atau koperasi sekunder
untuk pendirian koperasi sekunder; Keputusan pengesahan badan hukum koperasi
primer dan/atau sekunder calon anggota; Koperasi primer dan/ atau sekunder calon
anggota melampirkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) aktif Ada syarat tambahan
untuk pendirian koperasi simpan pinjam dan koperasi simpan pinjam syariah (bisa
dilihat di pasal 10 ayat 5 dan 6 Permen Koperasi dan UKM 9/2018).
Tahapan Pendirian Koperasi Mengenai tahapan dan tata cara pendirian koperasi
sesuai diatur Permen Koperasi dan UKM Nomor 9 Tahun 2018 adalah:
3. Rapat Pendirian Koperasi Dihadiri calon pendiri, minimal 20 orang (untuk koperasi
primer) Dihadiri pejabat penyuluh dari dinas atau kementerian Dapat dihadiri notaris
Rapat pendirian koperasi dipimpin oleh pimpinan dan sekretaris yang ditunjuk para
pendiri Rapat memilih pengurus dan pengawas serta menentukan masa bhaktinya
Rapat pendirian koperasi membahas rancangan anggaran dasar Hasil rapat dibuat
dalam notulen rapat dan/atau Berita Acara Rapat Notulen rapat atau berita acara
rapat dituangkan dalam rancangan Anggaran Dasar Koperasi Notaris mencatat
kesepakatan tentang pokok-pokok hasil pembahasan dalam rapat pendirian Pokok-
pokok hasil pembahasan dirumuskan dalam Akta Pendirian Koperasi
Setiap koperasi, wajib mencantumkan jenis koperasi pada anggaran dasar. Terdapat
lima jenis koperasi yang diatur yaitu koperasi konsumen, koperasi produsen,
koperasi jasa, koperasi pemasaran dan koperasi simpan pinjam.
1.Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen merupakan koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha
pelayanan di bidang penyediaan barang kebutuhan Anggota dan non-Anggota
2. Koperasi Produsen
Koperasi produsen merupakan koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha
pelayanan di bidang pengadaan sarana, pemasaran, dan faktor produksi serta
pemasaran produksi yang dihasilkan Anggota kepada Anggota dan non-Anggota.
3. Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan
jasa non-simpan pinjam yang diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota.
4. Koperasi Pemasaran
Koperasi pemasaran merupakan koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha
memasarkan produk yang dihasilkan Anggota dan non Anggota.
5. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang menjalankan usaha simpan pinjam
sebagai satu-satunya usaha yang melayani Anggota
Khusus untuk koperasi yang menjalankan kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah wajib menyampaikan laporan kepada kementerian dan/atau
dinas secara periodik dan sewaktu-waktu. Setelah rapat pembentukan selesai maka
Notaris Pembuat Akta Koperasi (NPAK) dapat membuat akta pendirian koperasi.
Selanjutnya para pendiri atau kuasa pendiri dapat mengajukan akta pendirian
koperasi kepada Menteri dalam jangka waktu 30 hari setelah koperasi mendapat
persetujuan nama koperasi dari sistem Administrasi Hukum Umum (AHU) online.
Apabila dalam jangka waktu tersebut koperasi tidak mengajukan akta pendirian
koperasi, maka persetujuan nama koperasi melalui AHU online kadaluarsa. Dalam
mengajukan akta pendirian koperasi tersebut, para pendiri harus menentukan
apakah bentuk koperasi berupa koperasi primer atau koperasi sekunder, karena
cara pendirian koperasi primer berbeda dengan koperasi sekunder. Untuk
mendirikan koperasi primer, syaratnya adalah para pendiri koperasi mengajukan
permintaan pengesahan akta pendirian koperasi secara tertulis dan/atau secara
elektronik kepada Menteri dengan melampirkan:
Sementara untuk koperasi sekunder, hal yang harus dilakukan untuk mendirikan
koperasi sama seperti koperasi primer namun terdapat tambahan dokumen berupa:
.Hasil berita acara rapat pembentukan dan surat kuasa koperasi primer dan/atau
koperasi sekunder untuk pendirian koperasi sekunder;
Khusus untuk Koperasi Simpan Pinjaman juga terdapat dokumen tambahan yang
dapat dilihat pada Pasal 10 ayat (5) Permen KUKM 9/2018.
Setelah pendiri atau kuasa pendiri mengajukan akta pendirian koperasi kepada
Menteri, maka Menteri dapat melakukan penilaian terkait anggaran dasar serta
persyaratan administrasi lainnya. Apabila diterima Menteri akan menerbitkan Surat
Keputusan (SK), namun apabila ditolak menteri akan menerbitkan keputusan
penolakan. Dalam hal ini yang berhak menerbitkan SK dan keputusan terkait
penolakan adalah Menteri Koperasi dan UKM.
BAB III
PENUTUP
3.1.kesimpulan
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1992/25TAHUN~1992UU.htm
https://www.cermati.com/artikel/koperasi-pengertian-jenis-fungsi-prinsip-dan-
keuntungannya-yang-perlu-kamu-ketahui
https://smartlegal.id/badan-usaha/pendirian-koperasi/2021/03/01/pendirian-koperasi-
2021-begini-syarat-dan-prosedur-lengkapnya/