Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH INTERAKSI OBAT

“HIPERTENSI PADA SAAT KEHAMILAN”

Disusun Oleh:

Friska Aprianti 3351171186


Andan Sari Nurbaty 3351171025
Nabilla Mutiara 3351171144
Nurtafiatunnisa 3351171183

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
Januari, 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala hikmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mengenai pengantar ilmu administrasi manajemen dengan baik dan
lancar.p enyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan para pembaca tentang beberapa hal yang dibahas dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum terbilang dalam kata
sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
untuk perbaikan pada pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Cimahi, 1 Januari 2018

Kelompok 10C
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I
Pendahuluan...........................................................................................................................4
BAB II
2.1 Definisi...............................................................................................................................
2.2 Etiologi...............................................................................................................................
2.3 Klasifikasi...........................................................................................................................
2.4 Diagnosis............................................................................................................................
2.5 Gejala dan Faktor Resiko...................................................................................................
2.6 Pencegahan.........................................................................................................................
2.7 Terapi Pengobatan..............................................................................................................
2.8 SA data Subjektif dan Objektif..........................................................................................
2.9 KASUS...............................................................................................................................
2.10....................................................................................................................Interaksi Obat
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius
trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi,
proteinuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu,
dan dapat terjadi antepartum, intrapartum, pascapartus (Cuninghem, 2006).
Penyakit ini merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas
maternal dan janin atau neonatus. Penyakit hipertensi dalam
kehamilanmerupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kahamilan atau
timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.  Penyakit ini sering
dijumpai dan masih merupakan salah satu kematian ibu. Di U.S.A misalnya
1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit ini. Laporan tiga tahunan mengenai
kematian ibu di Inggris pada tahun 1997-1999 ( Lewis & Drife 2001 )
mengidentifikasi bahwa gangguan hipertensi pada kehamilan merupakan
penyebab tersering kedua kematian maternal dengan 5,2 kematian per satu juta
ibu yang menderita pre-eklamsi dan 2,4 per satu juta ibu yang menderita
eklamsi. Hipertensi merupakan penyakit medis yang paling sering terjadi pada
kehamilan, terjadi pada kira-kira 10% dari seluruh kehamilan. Observasi yang
cermat terhadap kondisi ini mengidentifikasi bahwa insiden penyakit
hipertensi bervariasi sesuai dengan lokasi geografis dan ras.
Ganguan hipertensi yang menjadi penyulit dalam kehamilan sering
dijumpai dan termasuk salah satu diantara 3 trias yang mematikan bersama
dengan perdarahan dan infeksi yang banyak menimbulkan mortalitas dan
morbiditas ibu karena kehamilan. Menurut the National Center for Health
Statistics pada tahun 1998 penyakit ini ditemukan pada 146.320 wanita,atau
3,7 % diantara semua kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup Berg
dkk.(1996)melaporkan bahwa hampir 18 % diantara 1450 kematian di
Amerika Serikat dari tahun 1987 sampai 1990 terjadi akibat penyulit
hipertensi dalam kehamilan (Cuninghem,2006).
Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang
mengetahui keadaannya dan hanya 61% medikasi.dari penderita yang
mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal
(Muhammadun ,2010).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius
trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi ,proteinuria,
kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi
antepartum, intrapartum, pascapartus (Manuaba, 2001)
Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih tinggi dari
140/90mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi
yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan (SANFORD,MD, 2006).
Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas
dan keseatan secara umum adalah 120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka
pemeriksaan  tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas
atau berolahraga.
Gambaran klinis ibu hamil yang hipertensi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Hipertensi
- Kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 30 mmHg atau 15 mmHg.
- Tekanan darah 140 /90 atau 160 /110 yang diambil selang waktu 6 jam.
2. Odema
- Merupakan timbunan cairan tubuh yang tampak atau tidak tampak.
- Perhitungan kenaikan BB melebihi tiga per empat -1 kg/minggu
dianggap patologis.
- Odema dijumpai di tibia ,muka, atau tangan bahkan seluruh tubuh.
3. Proteinuria
-Proteinuria menunjukkan komplikasi lanjut, dengan kerusakan ginjal
sehingga beberapa            protein lolos dalam urin.
-Normal terdapat sejumlah protein dalam urin, tetapi tidak melebihi 0,3 gr
dalam 24 jam.        Proteinuria menunjukkan komplikasi hipertensi dalam
kehamilan lebih lanjut sehingga      memerlukan perhatian yang serius,
4. Kejang (konvulsi)Kejang menunjukkan kelanjutan komplikasi menjadi
eklampsia yang menyebabkan terjadi AKI tinggi dan dapat diikuti AKB
yang tinggi. Kejang atau konvulsi menunjukkan telah terjadi kemungkinan
perdarahan nekrosis dan Odema.
5. KomaKelanjutan kejang dapat diikuti koma, sebagai manifestasi dari acut
vascular accident (AVA)yang menimbulkan perdarahan nekrosis hingga
terjadi koma Manuaba (2001).
Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu satu
sebab dari kematian ibu. Di U.S.A, misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan
penyakit ini. Hipertensi dalam kehamilan menjadi juga penyebab yang penting
dari kelahiran mati dan kematian neonatal Kematian bayi ini terutama disebabkan
partus prematurus yang merupakan akibat dari penyakit hipertensi (Manuaba,
1998).
2.2.  Etiologi Hipertensi dalam Kehamilan
Keturunan/genetik, obesitas, stress, rokok, pola makan yang salah,
emosioal, wanita yang mengandung bayi kembar, ketidak sesuaian RH, sakit
ginjal, hiper/hypothyroid, koarktasi aorta, gangguan kelenjar adrenal, gangguan
kelenjar parathyroid.
Teori yang dianggap dapat menjelaskan etiologi dan patofisiologi PE harus
dapat menjelaskan kenyataan bahwa HDK seringkali terjadi pada :
 Mereka yang terpapar pada villi chorialis untuk pertama kalinya ( pada
nulipara )
 Mereka yang terpapar dengan villi chorialis yang berlimpah ( pada
kehamilan kembar atau mola )
 Mereka yang sudah menderita penyakit vaskular sebelum kehamilan.
 Penderita dengan predisposisi genetik Hipertensi .
 Menurut Sibai (2003), faktor-faktor yang berpotensi sebagai etiologi :
 Invasi trofoblastik abnormal kedalam vasa uterina.
 Intoleransi imonologi antara maternal dengan jaringan feto-maternal .
 Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamasi
selama kehamilan.
 Defisiensi bahan makanan tertentu ( nutrisi ).
 Pengaruh genetik.
2.3.   Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan
Kelainan yang menyebabkan hipertensi yang timbul sebagian akibat
kehamilan dan akan menghilang pada masa nifas seperti: hipertensi tanpa protein
urin atau oadema, preeklamsia ringan atau berat, eklamsia, hipertensi kronis,
kehamilan yang memperburuk hipertensi, hipertensi sementara (transient
hypertension).

Gambar : Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi menurut American Committee and Maternal Welfare
1. Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan
ialah preeklamsi dan eklamsi. Diagnosa dibuat atas dasar hypertensi
dengan proteinuria atau kedua-duanya pada wanita hamil setelah minggu
20.
2. Hypertensi yang kronis Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum
kehamilan, penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan
hypertensi dan ini tetap setelah kehamilan berakhir.
3. Pre-eklamsia dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis.
Pasien dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dalam
kehamilan dengan gejala-gejala hipertensi naik proteinuria odema dan
kelainan retina.
4. Transient hypertensi. Diagnosa dibuat kalau timbul hypertensi dalam
kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita yang tadinya
non-motensip dan yang hilang dalam 10 hari postpartum.
2. Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang berhubungan langsung
dengan kehamilan :
1. Preeklampsia
2. Eklampsia
3. Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang tidak berhubungan langsung
dengan kehamilan Hipertensi kronik
1. Pre eklampsia / eklampsia pada hipertensi kronik (superimposed)
2. Transien hipertension.
3. Hipertensi dalam kehamilan yang tidak dapat diklasifikasikan
Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah hipertensi yang menetap oleh sebab
apapun , yang ditemukan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, atau
hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan. Diagnosis hipertensi
kronik menjadi sulit bila wanita tersebut datang pada pertengahan masa
kehamilannya. Ini disebabkan karena kenaikan tekanan darah terjadi pada
trimester kedua dan awal dari trimester ketiga dari kehamilan baik pada wanita
yang tekanan darahnya normal maupun yang menderita hipertensi.

2.4 Diagnosis Hipertensi dalam Kehamilan


Hipetensi dalam kehamilan mencakup hipertensi karena kehamilan dan
hipertensi kronik, nyeri kepala, penglihatan kabur sering berhubungan dengan
hipertensi dalam kehamilan.
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi
pada wanita yang :
 Terpapar vili korialis untuk pertama kalinya
 Terpapar vili korialis yang terdapat jumlah yang banyak seperti pada
kehamilan kembar atau mola hidatidosa
 Mempunyai riwayat penyakit vaskuler
 Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam
kehamilan.
Kemungkinan bahwa  mekanisme imunologis di samping endokrin dan genetic
turut terlibat dalam proses terjadinya pre-ekklamsia dan masih menjadi masalah
yang mengundang perhatian. Resiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada
keadaan di mana pembentukan antibody penghambat terhadap tempat-tempat
yang bersifat antigen pada plasenta terganggu.
Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis dalam
penanganan hipertensi dalam kehamilan karena tekanan diastolik mengukur
tahanan ferifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosional Jika tekanan
diastolik > 90 mmhg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam diagnosisnya adalah
hipertensi tetapi pada keadaan urgen tekanan diastolik 110 mmhg dapat dipakai
sebagai dasar diagnosis dengan jarak waktu pengukuran < 4 jam.

2.5. Gejala dan Tanda


Preeklamsia diklasifikasikan sebagai berat jika pasien mempunyai  satu dari
tanda-tanda / gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg  atau lebih, atau diastolic 110 mmHg
atau lebih,  pada sekurang-kurangnya dua pemeriksaan  dengan interval 6
jam, dan pasien dalam keadaan tirah baring.
2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam urin 24 jam (3+ atau 4+ pada
pemeriksaan kualitatif
3. Oliguria (500 ml atau kurang dari 24 jam)
4. Gangguan otak atau visual.
5. Nyeri epigastrum atau kuadran kanan atas.
6. Edema paru atau sianosis
7. Hemolisis (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan  Obstetri dan Ginekologi.
Hal : 238)
2.6 Patofisiologi

2.7. Pencegahan Penyakit Hipertensi


Pencegahan kejadian hipertensi secara umum  agar menghindari tekanan
darah tinggi adalah dengan mengubah kearah hidup sehat, tidak terlalu banyak
pikiran, mengatur diet/pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan
lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi
alkohol dan rokok, perbanyak makan mentimun, belimbing dan juga jus apel dan
seledri setiap pagi. Bagi yang mempunyai keluarga riwayat penyumbatan arteri
dapat  meminum jus yang dicampur dengan susu nonfat yang mengandung
omega3 tinggi.
Jika seseorang dicurigai hipertensi, maka dilakukan beberapa pemeriksaan
yaitu anamnesa adakah dalam keluarga yang  menderita hipertensi. Dilakukan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pegobatan nonfarmakologik,
mengurangi berat badan bila  terdapat kelebihan  (IMT: >27), membatasi alkohol
dan menghentikan rokok serta mengurangi makanan berkolesterol/lemak jenuh.
Menghentikan konsumsi kopi yang  berlebih, berolahraga ringan, mengurangi
asupan natrium (400 mmd Na/64 NaCL/hari) mempertahankan asupan kalsium
dan magnesium adekuat, perbanyak unsure kalium (buah-buahan), tidak banyak
pikiran, istirahat yang cukup.

2.8 Terapi Pengobatan


Prinsip umum : preeklamsia menetap hingga kehamilan berakhir. Sebagai
konsekuensinya , kelahiran janin dan plasenta merupakan  pengobatan satu-
satunya . tujuan penatalaksanaan adalah:
 Mencegah kejang dan komplikasi lainnya.
 Melahirkan bayi hidup.
 Melahirkan dengan trauma minimal terhadap ibu dan bayi
 Mencegah keadaan patologik yang tersisa.
Pasien-pasien dengan tekanan darah yang meningkat diatas 140/90 mm Hg
harus dirawat inapkan untuk evaluasi. Perencanaan kelahiran tergantung  pada :
 Umur kehamilan.
 Beratnya proses penyakit.
 Keadaan serviks.
Preeklamsia Ringan : bila aterm, kelahiran dianjurkan untuk mencegah
komplikasi ibu dan janin. Sebelum aterm, tirah baring dirumah sakit biasanya
dianjurkan sebagai usaha untuk mempertahankan pasien dalam pengawasan  yang
cermat. Tekanan darah diperiksa 4x/ hari. berat badan, protein urin dan keluaran
urin diperiksa setiap hari. sebagai tambahan, jumlah trombosit, pengeluaran
estriol, nonstress test dan sonografi membantu evaluasi kesehatan ibu dan janin.
Preeklamsia berat :  pasien dirawat inapkan dengan posisi  tidur miring (rateral
combent position) untuk meningkatkan filtrasi glomerulus. Ttekanan darah, berat
badan, protein urin, masukan  dan keluaran dipantau  dengan ketat.  Tes-tes
diagnostik dasar  mengevaluasi beratnya proses penyakit dan keadaan janin.
Terapi anti kejang : biasanya magnesium sulfat dinjurkan  untuk mencegah
kejang terutama selama  persalinan. Dosis awal  4 grm dilarutkan  dalam 100 ml
dekstrosa 5% dan diberikan intravena dalam waktu 10 sampai 30 menit.
Kemudian diikuti dengan 1 sampai  2 g perjam dalam infuse intravena yang
diencerkan. Efek terapi magnesium sulfat  dapat diperiksa secara klinis  dengan
aktifitas reflex patella. Reflex dan klonus kaki yang hiperaktif memberi kesan
kebutuhan pengobatan yang meningkat . tidak adanya reflex menunjukan bahwa
kecepatan infuse harus dilambatkan  atau dihentikan, karena hilangnya reflek
patella  merupakan tanda pertama dari  keracunan magnesium. Aliran urin dan
pernafasan  harus dipantau secara ketat.
Komplikasi-komplikasi maternal meliputi eklamsia, solution plasenta, gagal
ginjal, nekrosis hepar, rupture hepar, DIK, anemia hemolitik mikroanglopatik,
perdarahan otak, edema paru dan pelepasan retina.
Komplikasi-komplikasi janin meliputi prematuritas,  insufiensi utero-
plasental, retardasi pertumbuhan intrauterine dan kematian janin intrauterine.

2.9. SO Preeklampsia
Data Subjektif (S):
Kenaikan berat badan yang timbul secara cepat dalam waktu yang singkat
menunjukan adanya retensi cairan dan dapat merupakan  gejala paling dini dari
preeklamsia. Pasien sadar akan edema yang menyeluruh , terutama pembengkakan
pada muka dan  tangan. Keluhan yang umum adalah  sesaknya cin-cin pada jari-
jarinya. Sebagai usaha untuk membedakan edema  kehamilan,  proses yang jinak,
dari preeklamsia, tekanan darah pasien harus diketahui.
Sakit kepala :  meskipun sakit kepala merupakan gejala yang relative biasa
selam kehamilan, sakit kepala  dapat juga menjadi gejala awal  dari edema otak,
sebagai konsekuensinya, tekanan darah  pasien harus ditentukan.
Gangguan penglihatan mungkin gejala dari preeklamsia berat dan dapat
menunjukan spasme arteriolar retina, iskema, edema, atau pada kasus-kasus yang
jarang, pelepasan retina
Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas menunjukan  pembengkakan
hepar yang berhubungan dengan preeklamsia berat atau menandakan  rupture
hematoma subkuler hepar.

Data Objektif (O):


 Pemeriksaan umum : tekanan darah meningkat.
 Edema menunjukan retensi cairan.edema yang dependen merupakan
kejadian yang normal selama kehamilan lanjut. Edema pada muka dan
tangan tampaknya lebih  menunjukan retensi cairan yang patologik.
 Kenaikan berat badan : kenaikan berat badan yang cepat merupakan suatu
petunjuk  dari retensi cairan ekstravaskuler.
 Pemeriksaan retina :  spasme arteriolar dan kilauan retina dapat terlihat.
 Pemeriksaan toraks: karena edema paru merupakan suatu komplikasi  dari
preeklamsia berat , paru-paru harus diperiksa secara teliti.
 Reflek tendon profunda (lutut dan kaki): hiperefleksia dan klonus
merupakan penunjuk  dari peningkatan irtabilitas susunan syaraf pusat dan
mungkin meramalkan suatu kejang eklamsia
 Pemeriksaan abdomen :  rasa sakit daerah hepar merupakan suatu pertanda
potensial yang tidak menyenangkan dari  preeklamsia berat dan dapat
meramalkan rupture dari hepar
 Pemeriksaan uterus penting untuk menilai usia kehamilan, adanya
kontraksi uterus dan  presentasi janin.
 Pemeriksaan pelvis : keadaan pelviks dan stasi dari bagian terbawah
merupakan pertimbangan yang penting dalam merencanakan  kelahiran
pervaginam atau  per abdominan. (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan
Obstetri dan Ginekologi. Hal : 237)
Tes Laboratorium 
Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Apusan Darah : peningkatan hematokrit
dibandingkan nilai yang diketahui sebelumnya memberi  kesan hemokonsentrasi,
atau menurunnya volume plasma. Jika hematokrit lebih rendah dari yang
diperkirakan, kemungkinan  hemolisis intravaskuler  akibat proses hemolisis
mikroangiopatik perlu dipertimbangkan. Analisa apusan darah tepi dapat
mengungkapkan  sel-sel darah merah yang mengalami distorsi dan skitosit.
Urinalisis :  proteinuria merupakan  kelainan yang khas pada pasien  dengan
preeklamsia.  Jika contoh urin yang diambil secara acak  mengandung protein 3+
atau 4+ atau urin 24 jam  mengandung 5 g protein atau lebih , preeklamsia
dikatakan ‘berat’. (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan  Obstetri dan Ginekologi.
Hal : 238)
2.10 KASUS
Penyelesaian Kasus :
Dengan metode SOAP, antara lain:
1. Subjective
 Nyeri perut bagian bawah
2. Objective (Data Klinis dan Data Laboratorium)
3. Assesment
4. Plan
2.11 Interaksi Obat pada KASUS
No Nama Obat Interaksi Obat
.
1. Ringer Tidak ada Interaksi obat
Dextrose 5%
2. Balance Tidak ada Interaksi obat
CAiran
3. Sulfat Tidak ada Interaksi obat
magnesium
(SM
4. Oksitoksin Tidak ada Interaksi obat
5. Cefotaxim Tidak ada Interaksi obat
6. Cefadroxil Tidak ada Interaksi obat
7. Ketorolac Dengan obat hipertensi ACEI : meningkatkan resiko gangguang ginjal
terutama pada pasien yang telah mengalami deplesi volume
8. Asam Tidak ada Interaksi obat
mefenamat
9. Alinamin F Tidak ada Interaksi obat
10. Vitamin C Dengan obat nifedipin : menurunkan jumlah vitamin C
11. Robantin Tidak ada Interaksi obat
12. Nifedipin  Dengan obat hipertensi lain : meningkatkan efek obat nifedipin
 Dengan obat simetidin : meningkatkan konsentrasi plasma dan
meningkatkan efek hipertensi dari nifedipin
13. Injeksi Tidak ada Interaksi obat
Transamin
14. Transfusi PRC Tidak ada Interaksi obat
15. Sulfat Ferosus
16. Parasetamol
17. LYnoral

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius
trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi, proteinuria,
kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi
antepartum, intrapartum, pascapartus (Cuninghem, 2006).
Ganguan hipertensi yang menjadi penyulit dalam kehamilan sering
dijumpai dan termasuk salah satu diantara 3 trias yang mematikan bersama
dengan perdarahan dan infeksi yang banyak menimbulkan mortalitas dan
morbiditas ibu karena kehamilan. Menurut the National Center for Health
Statistics pada tahun 1998 penyakit ini ditemukan pada 146.320 wanita,atau 3,7 %
diantara semua kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup Berg dkk.
(1996)melaporkan bahwa hampir 18 % diantara 1450 kematian di Amerika
Serikat dari tahun 1987 sampai 1990 terjadi akibat penyulit hipertensi dalam
kehamilan (Cuninghem,2006).
Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih tinggi dari
140/90mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi
yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan. (Sumber: SANFORD,MD
tahun 2006).
Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas
dan keseatan secara umum adalah 120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka
pemeriksaan  tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas
atau berolahraga 

3.2.  Saran
1. Saran Untuk Tenaga Kesehatan 
Penyusun berharap hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan lebih
memahami tentang macam-macam penyakit yang terjadi pada ibu hamil
terutama Hipertensi pada kehamilan. Serta bagaiman tindakan kita untuk
mengatasinya.
2. Saran Untuk Institusi 
Penyusun berharap agar makalah tentang Hipertensi pada
Kehamilan ini dapat dijadikan referensi buku di perpustakaan.
3. Saran Untuk Mahasiswa 
Penyusun berharap agar mahasiswa prodi DIII Kebidanan lebih
mengetahui tentang penyakit yang terjadi pada ibu hamil. Serta dapat
menerapkan saat praktek di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Patologi.


http://diyahhalsyah.blogspot.co.id/2015/03/hipertensi-dalam-kehamilan
http://chiiviolet.blogspot.co.id/2013/12/makalah-kehamilan-dengan-
hipertensi
Manuaba IBG,dkk.2007.  Pengantar Kuliah Obstetri . Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Manuaba,Chandranita,dkk. 2008. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan
Obstetri –Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai