Disusun oleh:
Dosen pembimbing:
1. DAFTAR ISI...........................................................................................1
2. PENDAHULUAN ..................................................................................2
4. LAPORAN KASUS..............................................................................12
..........................................................................................................12
.........................................................................................................14
5. KESIMPULAN.....................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................22
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Fraktur mahkota gigi adalah bentuk umum dari cedera terutama dialami
oleh anak-anak dan remaja. Fraktur mahkota sederhana pada gigi permanen
memiliki efek yang kuat tidak hanya pada penampilan pasien, tetapi juga pada
fungsi dan kemampuan bicara. Restorasi estetika yang dapat diprediksi dari insisal
edge yang rusak dari insisif sentralis maksila merupakan teknik yang sensitif dan
operator dan juga pada mengikuti pendekatan yang sistematis dan pemecahan
yang benar secara morfologis dengan pemilihan nuansa, warna, dan tingkat
opasitas komposit secara hati-hati. Dalam kombinasi yang akurat, ilusi dari
berbagai transparansi dan opasitas menjadi terlihat di atas struktur gigi alami.1
Trauma dental dari gigi insisal dan jaringan pendukungnya, merupakan salah satu
situasi darurat gigi yang paling menantang, memerlukan penilaian dan manajemen
yang cepat karena alasan psikologis dan fisik pasien. Ini sangat penting untuk gigi
2
pengunyahan serta memiliki efek negatif yang cukup besar pada kepercayaan diri
pasien. Namun, estetika gigi anterior adalah aspek yang sangat penting dari
pasien dalam satu kali pertemuan, seringkali dengan sedikit atau tanpa
pengurangan email gigi. Bahan komposit saat ini menunjukkan karakteristik yang
luar biasa untuk menduplikasi penampilan gigi secara alami. Hybrid composite
menggantikan struktur gigi dengan kehilangan jaringan enamel yang besar jika
yaitu:
mahkota gigi
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
keras gigi seperti email dan dentin. Resin komposit menyerupai warna dan kontur
gigi asli serta menghasilkan restorasi estetik.5 Komponen resin komposit yaitu
berubah warna jika sudah lama digunakan didalam mulut.6,7 Ada dua tipe resin
komposit yaitu tipe flowable (cair) dan tipe packable (pasta). Restorasi
mengaplikasikan bahan tambal harus disinari tiap 2 mm.8 Bahan restorasi yang
estetis antara lain sewarna dengan gigi asli, daya translusen baik, dan tekstur hasil
restorasi layaknya gigi asli. Resin komposit memiliki sifat mekanik yaitu kuat dan
microfiller.9
4
2.2 Komposisi Resin Komposit
Matriks resin adalah komponen aktif kimia pada resin komposit bentuknya
adalah monomer cair. Matriks resin terdiri dari senyawa Bis-GMA (2,2-bis[4(2-
Kegunaan matriks resin didalam resin komposit adalah untuk membentuk ikatan
silang polimer kuat pada komposisi resin komposit dan mengontrol konsistensi
resin komposit. Matriks resin memiliki kandungan ikatan ganda karbon reaktif
Gambar 2.1
Struktur Bis-GMA.5
Gambar 2.2
Struktur UDMA.5
Gambar 2.3
Struktur TEGDMA.5
2.2.2 Bahan Pengisi (filler)
5
Filler merupakan kandungan didalam resin komposit. Fungsi filler adalah
resin dan filler didalam resin komposit. Resin komposit harus memiliki hasil
restorasi estetik, ikatan baik harus terbentuk antara partikel filler anorganik dan
matriks resin organik. Ikatan ini dicapai melalui penggunaan senyawa bernama
coupling agents, senyawa paling umum dipakai di resin komposit adalah silikon
organik yang disebut silane coupling agents. Bahan coupling silane umumnya
di Gambar 2.4.5
Gambar 2.4
MPTS.5
2.3 Sifat Resin Komposit
beban kunyah dan kekasaran permukaan yang ditentukan oleh banyaknya tipe
ukuran filler dan jumlah filler, semakin banyak jumlah filler maka semakin tinggi
sifat mekaniknya.5
6
Resin komposit nanofiller mempunyai kekuatan tekan 460 MPa dan
Sifat fisik resin komposit dapat menyerap air. Penyerapan air dipengaruhi
oleh komposisi matriks resin karena sifat hidrofiliknya. TEGDMA memiliki sifat
hidrofilik paling besar dibandingkan UDMA dan Bis-GMA. Sifat hidrofilik dari
matriks resin mampu menarik muatan negatif dalam air. Muatan negatif yang
hidrolisis merupakan terputusnya ikatan matriks resin dengan filler pada ikatan
adanya ruang kosong antara polimer. Ruang kosong antar polimer memudahkan
air masuk kedalam polimer sehingga proses penyerapan air lebih mudah.5
layaknya gigi asli, konduktivitas termal rendah, tahan lama untuk gigi anterior,
tidak mudah larut dalam saliva dan sewarna gigi asli. Resin komposit dapat
digunakan pada gigi posterior karena lebih tahan abrasif dibanding semen
7
2.4.2 Kekurangan Resin Komposit
Trauma gigi tetap muda merupakan kasus yang sering terjadi, terutama
fraktur sederhana yang disertai luksasi pada gigi anterior. Trauma ini dapat
menyebabkan nekrosis pulpa pada gigi tetap muda dengan akar immatur serta
pembentukan akar berhenti. Oleh sebab itu, diperlukan penanganan trauma gigi
tetap muda yang tepat agar proses fisiologis pembentukan akar gigi tetap terjadi
dan tidak terjadi inflamasi pulpa dan kelainan pada jaringan periodontal.10
Fraktur gigi merupakan sebagai pecahnya sebagian gigi atau tulang dan salah
satu komplikasi pencabutan gigi. Terdapat tiga jenis fraktur gigi yaitu fraktur
dilakukan Kapil Loomba dkk tahun 2010 , prevalensi terjadinya fraktur mahkota
paling tinggi 26-76% dibandingkan dengan fraktur yang lain, sedangkan prevalensi
fraktur akar terjadi kira-kira 0,5% - 7%, tergantung gigi sulung atau gigi permanen.
8
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Majorana dkk tahun 2002, prevalensi fraktur
akar gigi terjadi pada gigi permanen 7,7% dan prevalensi fraktur akar gigi terjadi pada
gigi sulung 3,8%. Prevalensi terjadinya fraktur akar gigi lebih didominasi oleh laki-
laki dalam gigi permanen (41 lelaki dan 19 perempuan, 68.3% dan 31.7%) dan juga
gigi sulung (12 lelaki dan 4 perempuan, 75% dan 25%). Fraktur akar gigi paling
sering terjadi pada kelompok umur 15-26 untuk gigi permanen dan umur 3-4 untuk
gigi sulung.11
(
Ga
m
ba
r
1:
9
Terdapat beberapa klasifikasi antara lain klasifikasi World Health
pendukung, dan gingiva atau oral mucosa. Selain klasifikasi World Health
sembilan kelas yang terdiri dari kelas satu hingga kelas delapan untuk gigi
permanen sedangkan kelas sembilan untuk gigi sulung. Fraktur gigi terbagi
menjadi dua yaitu fraktur longitudinal yang sering terjadi pada semua tipe gigi
dan fraktur horizontal pada gigi anterior. 12 Penyebab kasus fraktur longitudinal
disebabkan oleh prosedur dental dan tekanan oklusal, seperti akibat dari kebiasaan
mengunyah es, permen keras, karies yang merusak kekuatan gigi dan preparasi
yang tidak disengaja, trauma gigi yang disengaja dan iatrogenik trauma dental.
Trauma gigi yang tidak disengaja meliputi jatuh, benturan, kegiatan fisik seperti
olahraga, kecelakaan lalu lintas, penggunaan gigi yang tidak tepat, menggigit
benda yang keras, adanya penyakit seperti epilepsi dan keterbatasan fisik. Adapun
trauma gigi yang disengaja seperti kekerasan fisik. Sedangkan iatrogenik trauma
dental yang sering terjadi seperti kerusakan mahkota atau bridge, avulsi hingga
nekrosis pulpa.12
Kejadian fraktur gigi tergantung pada banyak faktor seperti anatomi gigi
dan juga keterampilan operator. Fraktur sering terjadi pada manusia dan dapat
terjadi pada golongan anak-anak, orang dewasa dan golongan orang tua. Fraktur
10
gigi dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti trauma dari olahraga, kecelakaan
lalu lintas, pencabutan gigi yang kurang sempurna dan lain-lain. Kejadian fraktur
gigi tergantung pada banyak faktor seperti anatomi gigi dan juga keterampilan
operator. Penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian gigi yang lebih sulit
dicabut dari gigi yang lain. Keterampilan operator sewaktu pencabutan gigi juga
merupakan salah satu faktor terjadinya fraktur gigi karena tidak semua dokter gigi
untuk konfirmasi diagnosis sesuatu fraktur gigi.11 Untuk mendeteksi fraktur akar
gigi, sinar rontgen harus melewati daerah garis fraktur. Jenis radiografi yang
untuk mengetahui apakah fraktur tersebut mengalami komplikasi pada akar gigi
atau tidak.
11
(Gambar 2: a. Fraktur email; b. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa;c.
Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa; d. Fraktur akar11)
BAB 3
LAPORAN KASUS
fraktur pada gigi depan atas (Gambar 1). Riwayat gigi menunjukkan perempuan ini
tidak menunjukkan apapun. Saat pemeriksaan intraoral, terdapat fraktur Ellis kelas II pada
gigi insisif rahang atas kiri. Tidak ada kelainan patologis akibat cedera. Terdapat deposit
kalkulus sedang tetapi tidak ada karies gigi. Radiografi periapikal intraoral menunjukkan
fraktur enamel dan dentin tanpa keterlibatan pulpa pada gigi 11 (Gambar 2). 1
Formasi akar gigi 11 tertutup sempurna tanpa adanya kelainan patologis. Pasien
maupun suaminya tidak tertarik pada perawatan irreversible dan indirect, namun mereka
menginginkan restorasi yang lebih konservatif dan cepat (Gambar 3). Untuk mengevaluasi
kasus sepenuhnya penilaian visual dilakukan dan oklusi pasien diperiksa. Pencocokan shade
dilakukan dan shade A1 dipilih untuk kasus ini. Setelah dilakukan isolasi, gigi 21 dibersihkan
seluruhnya. Enamel gigi insisif sentral kanan rahang atas yang berdekatan dengan garis
fraktur difiksasi dan dua retentive grove dibuat dibagian ujung mesial dan distal garis fraktur. 1
Kemudian gigi diaplikasikan dengan pumice, dibilas dan dikeringkan, setelah itu
permukaan di etsa selama 40 detik. Gigi kemudian dibilas dan dikeringkan menggunakan air-
water syringe. Bonding agent kemudian diberikan pada permukaan gigi dan dilakukan light
cure selama 20 detik. Selapis tipis komposit, tidak lebih dari 1 mm ditempelkan pada gigi
insisif sentral kanan rahang atas yang menutupi preparasi fasial hingga lingual. Setelah
12
penempelan komposit selesai pada posisi yang akurat dan tepat dilakukan light cure selama
40 detik pada setiap permukaan. Selama restorasi gigi insisif sentral kanan gigi yang
Setelah satu minggu, saat tahap finishing dilakukan contouring dan pengurangan
resin komposit dilakukan dengan menggunakan berbagai bur dan diamond points. Tahap
finishing dan polishing menggunakan alat poles komposit. Ujung insisal dibuat menggunakan
polishing disc ultrafine. Setelah restorasi halus kemudian polishing akhir dilakukan
agent)1
13
(Gambar 4. Bentuk insisal enamel diinsersi Gambar 5. Resin komposit
3.1.1 Pembahasan
Estetik natural dan evolusi teknik adhesif memberi kesempatan untuk mendapat
hasil fungsional dan estetik jangka panjang. Terdapat alternatif lain untuk perawatan klinis
yang berhubungan dengan bentuk, posisi, simetri, proporsi, tekstur dan warna gigi anterior.
Fitur ini dapat dievaluasi dari foto awal dan dari model studi untuk merencanakan kasus.
(Gambar 8).1
Pemilihan resin komposit harus difokuskan pada aspek yang berhubungan dengan
kekuatan dan estetik. Dalam konteks ini, pelapisan komposit adalah kunci mencapai restorasi
yang suskes secara estetik. Menurut Nahsan dkk tahun 2012, gigi pada pasien dengan usia
muda, memiliki tingkat karakteristik enamel yang alami sehingga rekonstruksi enamel harus
dilakukan menggunakan resin komposit transparan. Dalam kasus ini, lokasi dan aspek dari
fraktur dengan oklusi yang stabil mengarah kepada kesuksesan klinis.Teknik restorasi adhesif
yang terbatas dapat menyebabkan lepasnya restorasi akibat trauma baru atau restorasi tidak
dapat menghasilkan warna alami. Berkaitan dengan prosedur restoratif , teknik yang dipakai
menghasilkan kontur gigi dan konfeksitas, yang bisa menjadi lebih rumit dan butuh waktu
anjang dengan teknik restorasi direct. Jika dilakukan dengan baik, prognosis perawatan
fraktur mahkota traumatic akan baik, pasien akan merasa puas dengan hasil tersebut 1
perawatan gigi. Pasien memiliki riwayat perawatan gigi preventif dan restoratif minimal.
Pasien memiliki gigi-geligi dengan erupsi yang tidak lengkap dan belum pernah
mendapatkan perawatan ortodontik. Insisif sentral rahang atas kirinya mengalami fraktur
14
minor Kelas IV dari tepi insisial mesial dan insisif sentral kiri mengalami fraktur Kelas
IV mayor yang melibatkan kedua tepi insisal yang terjadi saat cedera di halaman sekolah
(Gambar 1a-2b). Awalnya pasien dirujuk ke dokter gigi lain yang merekomendasikan
untuk menunggu selama tiga bulan untuk melihat apakah gigi tetap vital sebelum
pembuatan mahkota.3
Pasien menujukan gigi insisif sentral dengan fraktur horizontal yang melibatkan
kedua sudut insisal yang menyebabkan 35% hingga 40% dari struktur gigi yang hilang.
Fraktur yang sangat kecil terdapat pada gigi insisif sentral kanan. Masih terdapat
mamelon pada gigi insisif sentral kanan dan gigi insisif lateral. Tidak ada pulpa yang
terbuka. Didapatkan respon positif pada gigi 21 untuk tes sensitivitas dingin. Kemudian
AACD yang diperoleh pada konsultasi tahap awal. Pencetakan untuk model diagnostik
dibuat.3
Pemeriksaan jaringan keras dan lunak menunjukan tidak ada patologi jaringan
keras atau lunak yang mendasar. Evaluasi oklusal menunjukan hubungan molar Kelas I
dan terdapat hubungan kaninus Kelas I. Ada sekitar 40% overbite tanpa kelebihan overjet
anterior. Tidak ada patahan tambahan di dekat gigi yang rusak atau gigi yang berdekatan,
terlihat pada radiografi dengan transillumination. Tidak terdapat keausan gigi pada
enamel gigi anterior. Mamelon masih terdapat pada gigi insisif lateral dan gigi insisif
sentral kanan. Gigi insisif memiliki permukaan yang tidak rata baik secara makroskopis
Ketinggian gingiva gigi 11 dan 21 hampir simetris, perbedaan tinggi yang sedikit
tidak akan memengaruhi restorasi yang sudah selesai. terdapat sedikit angulasi mesial
dari kedua gigi, yang mungkin akan terkoreksi ketika gigi kaninus selesai erupsi. Jika
15
tidak, ortodontik dapat memberikan angulasi yang lebih baik untuk gigi-gigi ini. Gigi 11
memiliki variasi yang cukup besar dalam warna, chroma, dan opacity atau translucency.
Seluruh gigi tetap vital tiga bulan setelah cedera traumatis. Orang tua pasien memilih
untuk menunggu walaupun disarankan untuk segera dirawat. Mereka memilih untuk
ini. 3
Pasien memiliki tampilan gigi yang baik ketika tersenyum, selain gigi insisif
sentral yang fraktur, yang merupakan keluhan utama. Operator menjelaskan keuntungan
dari restorasi direct komposit lalu Ibu pasien untuk menyelesaikan perawatan ini sesegera
mungkin.
2. MID di gigi 21
Wax-up diagnostik untuk gigi 21 dibuat (berdasarkan rencana perawatan) dan matriks
polyvinyl silane (PVS) dibuat dari model ini sebelum janji perawatan (Gambar 3).
Preparasi shoulder 2-mm dengan kedalaman 0.5-mm dibuat dibelakang garis fraktur pada
gigi 21 dengan bur diamond , Bevel 1-mm dibuat di shoulder. Kemudian serangkaian
merestorasi gigi 21 akan menghasilkan estetik dan oklusi yang baik. Gigi 21 direstorasi
untuk menyamakan gigi 11 yang telah dikontur ulang. Strip matriks dipasang untuk
mengisolasi gigi-geligi. Permukaan yang di bond di etsa terlebih dahulu dengan gel asam
16
fosfat 40%. Permukaan gigi kemudian dilapisi dengan sistem two-step bonding yang
Contouring awal untuk mendapat anatomi yang baik dilakukan dengan bur flame
anatomi vertikal pada tahap awal, kemudian horizontal dan tampilan tidak beraturan
dibuat menggunakan bur berujung bulat multi-fluted dengan tekanan kecil dan leluasa.
Margin dipoles dengan polishing disc kasar sebagai tahap awal yang berputar ke arah
margin. Tidak digunakan polishing disc dengan kekasaran medium dan halus dengan
tujuan menjaga refleksi dari pola tidak beraturan agar serupa dengan gigi 11. 3
Ujung dari flexible point dengan kekasaran digunakan untuk menghaluskan area
permukaan yang tersembunyi. Pemolesan awal dilakukan dengan sikat chamois wheel
bulu kambing yang dipasang pada mandril lurus. Dilakukan pemolesan dengan tekanan
minimal agar menghindari pemerataan tekstur yang telah dibuat pada langkah
mandril lurus, dengan pasta pemoles yang cocok untuk enamel microfill. Foto diambil
untuk penelitian sebelum pasien kembali untuk foto setelah perawatan, yang dilakukan
setelah gigi 11 dihidrasi kembali. Ibu pasien mengemukakan kepuasan terhadap hasil
yang didapat.3
ulang dan dilakukan pengambilan foto baru. Pada kasus ini ditunjukan bentuk yang
belum selesai pada Advanced Accreditation Workshop saat pertemuan tahunan AACD
tahun 2013. Komentar dari hadirin lain dan pengajar/mentor sangat positif, namun
disarankan agar kasus ini dapat dikembangkan. Pasien sangat bersedia untuk kembali
17
Walaupun serupa dengan gigi 11, setelah peninjauan kembali foto postoperative,
ditarik kesimpulan bahwa akan lebih baik untuk pasien jika persimpangan mesioinsisal
gigi 11 dan 21 direstorasi agar dapat dicapai bentuk gigi yang lebih ideal berdasarkan
kriteria akreditasi. Hal ini memungkinkan embrasure insisal yang lebih baik. Ditemukan
juga terlalu banyak ochre chroma. Ditemukan terdapat sedikit komposit berlebih pada
margin mesial.
Dibuat bevel tidak beraturan pada mesioinsisal pada kedua gigi. Bagian yang
mengalami kelebihan chroma dibuang menggunakan ujung tumpul dari bur diamond.
resin. Margin gingival mesial dieksisi menggunakan pisau bedah dan dihaluskan
menggunakan strip amplas dengan kekasaran halus. Pasien dijadwalkan untuk kembali
pada minggu berikutnya dan pengambilan foto untuk akreditasi AACD . Tahap untuk
18
3.2.1 Pembahasan
Kasus ini mendemonstrasikan solusi dari dua masalah yang ditemukan oleh
dokter gigi dalam mengoreksi fraktur enamel kelas IV yaitu menyembunyikan garis
baik dan dapat mencegah pembuangan struktur gigi yang berlebih, yang dapat
melemahkan gigi dan menyebabkan potensi terjadinya nekrosis pulpa yang besar. Pada
masa remaja hal ini memungkinkan maturasi arsitektural gingiva dan pembentukan dentin
tambahan jika preparasi gigi yang invasif akan dilakukan di masa mendatang. Bagi dokter
gigi, hal ini adalah kesempatan untuk memaksimalkan aplikasi material masa kini untuk
meniru keadaan gigi yang alami dan memberi kepuasan pada pasien. 3
19
BAB 4
KESIMPULAN
mereproduksi bentuk anatomis alami dan fungsi dalam cara yang konservatif.
kemungkinan pilihan kosmetik yang lebih lanjut di masa depan, yang sangat
penting bagi pasien muda. Fraktur gigi anterior selalu menjadi masalah kosmetik
dalam banyak kasus. Sebelum melakukan tindakan, diagnosis yang tepat dari
tersedia, daya tahan efektif biaya perawatan dan konsumsi waktu harus
dipertimbangkan.
Pada kasus pertama, rehabilitasi estetika fraktur gigi insisif sentral anterior
yang direstorasi dengan direct resin komposit, sama halnya dengan kasus ke dua,
rehabilitasi estetika fraktur kelas IV gigi insisif menggunakan teknik direct resin
komposit. Restorasi direct bonded resin komposit terhadap kasus fraktur mahkota
gigi merupakan rehabilitasi konservatif dan berharga yang bisa dilakukan dengan
biaya yang rasional dengan hasil mendekati struktur alami dari anatomi gigi.
Dalam hal ini, disarankan pada dokter gigi agar melakukan preparasi
dengan teknik yang konservatif dan berhati-hati agar ruang pulpa tidak terbuka
saat preparasi, kemudian memperhatikan pemilihan shade yang sewarna gigi agar
hasil restorasi terlihat seperti gigi asli. Waktu polimerisasi cahaya yang dilakukan
untuk etsa dan bonding adalah 40 detik dan komposit dipolimerisasi sinar selama
20 detik. Segera lakukan pembilasan etsa yang telah dipolimerisasi sinar dan
20
aplikasikan bonding agar komposit berikatan dengan kuat dengan gigi. Aplikasi
baik. Aplikasi komposit dilakukan secara hati-hati agar penuh dan tidak ada udara
yang terjebak. Disarankan untuk pasien agar tidak mengonsumsi makanan dan
21
DAFTAR PUSTAKA
22
10. Haryuni RF, Fuziah E, Penatalaksanaan fraktur Ellis kelas II pada gigi
tetap muda, Indonesian Journal of Paediatric. Juli 2018, Volume 1,
Number 2
11. Kershaun Y, Prevalensi Fraktur Gigi Premolar yang Dilakukan
Pencabutan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Departemen Bedah
Mulut RSGM-P FKG USU Tahun 2014-2016. 2017.
12. Farani W, Nurunnisa W, Distribusi Frekuensi Fraktur Gigi Permanen di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2018. Insisiva Dental Journal, Vol. 7 No. 1
23