Anda di halaman 1dari 3

Definisi

Gastritis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada lapisan mukosa
lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau
bahan iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.

Epidemiologi

Insiden Gastritis di dunia sekitar 1,8 - 2,1 juta dari jumlah penduduk setiap
tahun. Menurut data dari World Health Organization(WHO) tahun 2004,persentase
dari angka kejadian gastritis di dunia,diantaranya Inggris 22,0%, China 31,0%,
Jepang14,5%, Kanada 35,0%, dan Perancis 29,5%. Insidenterjadinya gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis
yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang
secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan
bersifat asimptomatik. Zhaoshen L, Duowu Z, Xiuqiang M, Jie C, Xingang S, Yanfang G, et al. (2010). Epidemiology of Peptic
Ulcer Disease: Endoscopic Results of theSystematic Investigation of Gastrointestinal Disease in China. Tersedia di http://www.nature.com/Diakses

tanggal 13 Januari 2021.

Data untuk Indonesia menurut WHO angka kejadian gastritis pada beberapa
daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238.452.952
jiwa penduduk atau sebesar 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia tahun
2012, gastritis merupakan salah satu penyakit dalam 10 penyakit terbanyak pada
pasien rawat inap dirumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 30.154 kasus
(4,9%)6. Data di negara barat seperti Amerika Serikat,tercatat kematian yang
disebabkan gastritis mencapai 8-10% setiap tahunnya dengan angka perbandingan 150
per 1000 populasi. Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi, dari penelitian
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2013 angka kejadian gastritis di
beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6 % yaitu di Kota Medan,
lalu di beberapa kota lainnya seperti Jakarta 50,0 %, Denpasar 46,0 %, Palembang
35,5 %,Bandung 32,5 %, Aceh 31,7 %, Surabaya 31,2 % danPontianak 31,1 %.

III. Etiologi
1) Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan
secondary syphilis
2) Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
3) Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
4) Iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung pada
lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme
pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respons
peradangan pada mukosa lambung.
5) Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen penyebab iritasi
mukosa lambung.
6) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat kira-kira
60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi terhadap sel parietalnya.
7) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam empedu
kronis dan kontak dengan OAINS (Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam
Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-
2-deoxyuridine), Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung
atau Aspirin
8) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai
penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatus,
penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis, penyakit granulomatus
kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic granuloma, Allergic granulomatosis
dan vasculitis, Plasma cell granulomas, Rheumatoid nodules, Tumor
amyloidosis, dan granulomas yang berhubungan dengan kanker lambung.

.Klasifikasi

1. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis
akut yang manifestasi klinisnya adalah:

a) Gastritis akut erosif Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).

b) Gastritis akut hemoragic Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan
dijumpai perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi erosi yang
berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai
inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

2. Gastritis Kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang


bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai
berikut :

a) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta perdarahan


dan erosi mukosa.

b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa pada


perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel
chief.
c) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada
mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik.

IV. Patogenesis
Patogenesis gastritis yaitu mukosa barier lambung umumnya melindungi
lambung dari pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses
autodigesti acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa
barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan
mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf colinergic. Kemudian HCL
dapat berdifusi balik kedalam mukus dan menyebabkan luka pada pembuluh yang
kecil, yang mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.
Alkohol, aspirin dan refluk isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier.
Pada keadaan normal, asam lambung dan pepsin tidak akan menyebabkan
kerusakan mukosa lambung dan duodenum. Bila oleh karena sesuatu sebab ketahanan
mukosa rusak (misalnya karena salisilat, empedu, iskemia mukosa) maka akan terjadi
difusi balik H+ dari lumen masuk ke dalam mukosa. Difusi balik H+ akan
menyebabkan reaksi berantai yang dapat merusak mukosa lambung dan menyebabkan
pepsin dilepas dalam jumlah besar.
Na+ dan protein plasma banyak yang masuk kedalam lumen dan terjadi
pelepasan histamin. Selanjutnya terjadi peningkatan sekresi asam lambung oleh sel
parietal, peningkatan permeabilitas kapiler, oedema dan perdarahan. Di samping itu
akan merangsang parasimpatik lokal akibat sekresi asam lambung makin meningkat
dan tonus muskularis mukosa meninggi, sehingga kongesti vena makin hebat dan
menyebabkan perdarahan. Keadaan ini merupakan lingkaran setan yang menyebabkan
kerusakan mukosa makin berlanjut, dapat terjadi erosi superfisial atau ulserasi.

Iritasi pada mukosa yang berlangsung lama menyebabkan kerusakan mukosa yang
berulang-ulang sehingga dapat terjadi radang lambung kronis dan tukak lambung. Hal
ini terjadi misalnya pada pecandu alkohol, perokok, pengguna analgetik non steroid
jangka panjang dan refluks empedu. Keadaan serupa terjadi juga pada fungsi
pengosongan lambung yang lambat, sehingga mukosa lambung kontak lama dengan
isi lambung.

V. Diagnosis

Anda mungkin juga menyukai