Anda di halaman 1dari 8

FENOMENA COVID-19 DALAM SUDUT PANDANG ISLAM

HAFIZ ALISTIAN

19601241112

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


2020

Virus corona atau covid-19 saat ini menjadi pandemi bagi banyak negara
di dunia termasuk Indonesia. Berawal dari kota Wuhan, Cina pada akhir desember
2019. Virus ini menyebar dengan cepat hampir ke semua negara hanya dalam
waktu beberapa bulan. Virus corona atau coronavirus adalah kumpulan virus yang
menginfeksi ke dalam sistem pernapasan. Terdapat beberapa kasus, virus ini
hanya menimbulkan terjadinya infeksi pernapasan ringan seperti flu biasa.
Namun, virus ini dapat menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi
paru-paru (pneumonia).

Hal tersebut membuat beberapa negara mengambil kebijakan lockdown


untuk diberlakukan dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di
Indonesia sendiri, pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) untuk mengurangi penyebaran virus tersebut. Dalam hal ini
berbagai kegiatan pun terpaksa dilakukan di rumah seperti belajar, bekerja, dan
beribadah di rumah. Sesuai dengan anjuran pemerintah untuk segala sesuatu
dilakukan di rumah. Mengenai kebijakan tersebut Majelis Ulama Indonesia
mengeluarkan fatwa bahwa kegiatan beribadah seperti shalat berjamaah dan
kegiatan-kegiatan yang bersifat ramai tidak diperbolehkan.

Bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas pemeluk agama islam dan


sebagai orang yang beriman. Setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan termasuk pandemik virus corona ini, selalu terkait dengan perilaku
manusia dan merupakan kehendak dari Allah SWT. Segala suatu yang terjadi atas
kehendak dan izin Allah SWT tentulah terdapat hikmah yang Allah SWT berikan
dibalik kejadian itu. Allah SWT berfirman:

َّ َ‫ضيِّقًا َح َرجًا َكأَنَّ َما ي‬


‫ص َّع ُد فِي‬ ِ ُ‫ص ْد َرهُ لِإْل ِ ْساَل ِم ۖ َو َم ْن ي ُِر ْد أَ ْن ي‬
َ ْ‫ضلَّهُ يَجْ َعل‬
َ ُ‫ص ْد َره‬ َ ْ‫ يَ ْش َرح‬eُ‫فَ َم ْن ي ُِر ِد هَّللا ُ أَ ْن يَ ْه ِديَه‬
‫ال َّس َما ِء‬

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepa-danya petunjuk,


niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan
barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.” (Al
An’aam/6:125)

Dengan adanya kebijakan untuk beribadah di rumah, sebagai umat muslim


kita dapat menjadikan peristiwa ini sebagai sarana untuk meningkatkan iman dan
taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang membuat
diri kita lebih dekat kepada Allah SWT, seperti membaca Al-Quran, menjalankan
sunah-Nya dan lebih bermuhasabah diri dalam masa beribadah di rumah ini.
Hikmah dari pandemik ini mengingatkan kita agar lebih mengingat atas
kekuasaan Allah SWT. Allah SWT berfirman:

‫ض ِم ْثلَه َُّن يَتَنَ َّز ُل اأْل َ ْم ُر بَ ْينَه َُّن لِتَ ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر َوأَ َّن‬
ِ ْ‫ت َو ِمنَ اأْل َر‬
ٍ ‫ق َس ْب َع َس َما َوا‬ َ َ‫هَّللا ُ الَّ ِذي خَ ل‬
‫هَّللا َ قَ ْد أَ َحاطَ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء ِع ْل ًما‬

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah
Allâh berlaku padanya, agar kamu mengetahui (memahami) bahwasannya Allâh
Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allâh, ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu.” (ath-Thalaq/65:12)

Pandemik atau wabah seperti ini pun pernah terjadi pada zaman Rasulullah
SAW. Wabah penyakit thaun, wabah penyakit ini hampir sama dengan virus
corona yaitu dapat menular. Wabah ini terjadi pada era sahabat nabi terutama pada
masa Umar Bin Khattab menjadi khalifah. Tidak hanya itu, Nabi Muhammad pun
pernah menjelaskan tentang wabah thaun ini.

Dalam hadits Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Amir bin Saad bin
Abi Waqqash, dari ayahnya bahwa ia pernah mendengar ayahnya bertanya kepada
Usamah bin Said, “Apa hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah
berkaitan dengan wabah thaun?” Usamah menjawab, “Rasulullah pernah
bersabda: wabah thaun adalah kotoran yang dikirimkan oleh Allah terhadap
sebagian kalangan bani israil dan juga orang-orang sebelum kalian. Kalau kalian
mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri
tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian
keluar dari negeri kalian menghindar dari penyakit itu.” (HR Bukhari-Muslim)
Pada hadits diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Rasulullah SAW
menganjurkan tentang apa yang harus dilakukan saat terjadi wabah. Yaitu untuk
tetap berada di tempat wabah tersebut dan tidak keluar masuk wilayah yang
terkena wabah tersebut. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk
melakukan segala kegiatan di rumah, termasuk melaksanakan ibadah.

Tidak diperbolehkanya melaksanakan ibadah di masjid membuat sebagian


kaum muslim di Indonesia bersikap acuh terhadap anjuran pemerintah untuk
beribadah di rumah dengan mengatakan bahwa kematian itu di tangan Allah
SWT. Sebagai pemuda atau mahasiswa yang beragama muslim sebaiknya untuk
mengingatkan dan menghimbau bahwa sesungguhnya masyarakat harus berikhtiar
menghadapi pandemik ini dengan melakukan ibadah di rumah. Sebagai pemuda
muslim juga harus berperan aktif memberikan sosialisasi kepada masyrakat yang
tidak patuh terhadap anjuran pemerintah yang sesuai dengan anjuran Rasulullah
SAW.

Untuk itu, pemuda muslim juga harus ikut berperan aktif dalam menaati
himbauan pemerintah dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan positif di rumah.
Seperti meluangkan waktu untuk membaca Al-Quran, shalat berjamaah dengan
keluarga, membantu membereskan pekerjaan rumah, dan melakukan olahraga
untuk menjaga daya tahan tubuh agar terhindar dari virus corona. Rasulullah
SAW bersabda:

ٌ‫ص ْب َوة‬ ْ ‫يَ ْع َجبُ َربُّكَ ِم ْن َشابٍّ لَ ْي َس‬


َ ُ‫ت لَه‬

“Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah”[1] [HR. Ahmad]

Kegiatan-kegiatan beribadah di masjid terutama untuk shalat berjamaah


yang tidak diperbolehkan pada masa pandemik ini, menjadi kontroversi bagi
sebagian umat islam di Indonesia. Dalam Hadist Sahih Riwayat Bukhari dan
Muslim tentang Anjuran Sholat di rumah ketika hujan pada siang hari Jum’at.

ُ‫س أَنَّه‬
ٍ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َعبَّا‬
ْ‫صاَل ِة قُل‬ َّ ‫ير إِ َذا قُ ْلتَ أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ أَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا ِ فَاَل تَقُلْ َح‬
َّ ‫ي َعلَىال‬ ٍ ‫ال ِل ُم َؤ ِّذنِ ِه فِي يَوْ ٍم َم ِط‬
َ َ‫ق‬
َ‫اس ا ْستَ ْن َكرُوا َذاكَ فَقَا َل أَتَ ْع َجبُونَ ِم ْن َذا قَ ْد فَ َع َل َذا َم ْن هُ َو َخ ْي ٌر ِمنِّي إِ َّن ْال ُج ُم َعة‬
َ َّ‫صلُّوا فِي بُيُوتِ ُك ْم قَا َل فَ َكأ َ َّن الن‬
َ
ِ ْ‫ين َوالدَّح‬
‫ض‬ ِ ِّ‫ت أَ ْن أُ ْخ ِر َج ُك ْم فَتَ ْم ُشوا فِي الط‬ُ ‫ع َْز َمةٌ َوإِنِّي َك ِر ْه‬

dari Abdullah bin Abbas dia mengatakan kepada muadzinnya ketika turun hujan
(pada siang hari Jum’at), jika engkau telah mengucapkan “Asyhadu an laa ilaaha
illallaah, asyhadu anna Muhammadan Rasulullah,” maka janganlah kamu
mengucapkan “Hayya alash shalaah,” namun ucapkanlah shalluu fii buyuutikum
(Shalatlah kalian di persinggahan kalian).” Abdullah bin Abbas berkata;
“Ternyata orang-orang sepertinya tidak menyetujui hal ini, lalu ia berkata;
“Apakah kalian merasa heran terhadap ini kesemua? Padahal yang demikian
pernah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku (maksudnya Rasulullah saw).
Shalat jum’at memang wajib, namun aku tidak suka jika harus membuat kalian
keluar sehingga kalian berjalan di lumpur dan comberan.” (HR. Bukhori Muslim
dari Abdullah ibn Abbas).

Dari hadits di atas terdapat pelajaran yang dapat kita ambil bahwa pada saat itu
hanya terjadi hujan, namun para jamaah dianjurkan untuk shalat di rumah agar
tidak kehujanan dan kotor. Hal itu menjadi jelas ketika terjadi pandemik ini semua
kegiatan beribadah di masjid hendaknya diberhentikan terlebih dahulu untuk
menjaga kesehatan setiap umat muslim.

Banyaknya korban jiwa karena terkena virus corona menjadikan


pemerintah melakukan kebijakan tersebut. Jenazah yang terkena covid-19
mendapat perhatian khusus dalam penangananya, karena diduga dapat menular,
Dalam islam terdapat empat tindakan yang dilakukan terhadap jenazah seorang
muslim, seperti memandikan jenazah, mengafani, menyalatkan, dan
meenguburkan. Hal ini telah diatur dalam fatwa MUI Nomor 14 tahun 2020
tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadinya Wabah Covid-19,
proses mengafani dan memandikan jenazah diberi perhatian khusus. Pengurusan
jenazah tetap memerhatikan ketentuan syariat islam yang memungkinkan, dan
menyesuaikan dengan protokol kesehatan.
Dalam pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa virus corona
merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit menular. Menjadi teguran
bagi kita umat muslim agar lebih mengingat segala sesuatu yang terjadi adalah
kehendak dari Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai umat muslim wajib berikhtiar
dengan menaati segala kebijakan pemerintah dan melaksanakanya untuk kebaikan
dan kesehatan bagi masyarakat di Indonesia. Serta wajib mengetahui dan mencari
dasar ilmu sebagai tolak ukur melakukan sesuatu yang sesuai dengan syariat
agama, agar tidak terjadi perbedaan yang menyebabkan terjadinya perpecahan.
DAFTAR PUSTAKA

https://suaraislam.id/hikmah-dan-pelajaran-dari-wabah-covid-19/

https://almanhaj.or.id/3467-kehendak-allah-al-iraadah-ar-rabbaaniyyah.html

https://almanhaj.or.id/3891-marifatullah-gerbang-utama-menuju-kesempurnaan-
iman-kepada-allah-azza-wa-jalla-1.html

https://republika.co.id/berita/q7wox4430/deretan-sahabat-nabi-yang-pernah-
membahas-wabah-penyakit

https://www.madaninews.id/10994/sikap-seorang-mukmin-dalam-menghadapi-
pandemi-corona.html

https://almanhaj.or.id/5766-haditshadits-yang-berkaitan-dengan-pemuda.html

https://tirto.id/tata-cara-memandikan-menyucikan-jenazah-pasien-corona-covid-
19-eKo1

Anda mungkin juga menyukai