SDGs adalah kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan kearah pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. SDGs diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan. Sustainable Development Goals – SDGs merupakan sebuah program pembangunan dunia yang mana memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat dunia dan melestarikan alam dengan terdapat 17 faktor utama sebagaimana tercapainya 169 target yang telah ditentukan dalam waktu yang telah disepakati. SDGs erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, MDGs (Millennium Development Goals 2030), dan CSR (Corporate Social Responsibility). Tujuan SDGs (Sustainable Development Goals 2045) ini Secara garis besar SDGs sejalan dengan memperhatikan aspek penting yang dilewati sebelumnya yakni MDGs 2030 dimana diharapkan kaum millennial mampu berperan banyak dalam memajukan perekonomian dunia dengan tetap memperhatikan aspek penting termasuk alam dan menggunakan sumber daya yang ada secara maksimal yakni technology agar tidak tertinggal jauh dengan negara yang sudah lebih maju.
2. Yang mana saja berdampak bagi kesehatan?
Dari semua tujuan SDGs, pada akhirnya secara langsung ataupun tidak lansgung akan mempengaruhi Kesehatan, atau efek jangka Panjang. Contohnya Beberapa industri telah memiliki pandangan dan juga memulai untuk melakukan beberapa penerapan dengan menggunakan technology yang mana diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi para penggunanya. Salah satu bidang yang mulai mendapatkan perhatian penting yakni pada bidang pertanian dan perikanan dimana keduanya bersaing dalam pengembangan aplikasi yang mampu memangkas rantai pasok dan menekan adanya pengadaan secara berlebih sehingga negara juga terbebas dari hal korupsi, seperti dalam Social Determinants of Health, aspek sosial yang ada pada kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi Kesehatan suatu individuataupun populasi
3. Bagaimana pendapat Anda tentang Domestic Waste di Palembang? Apa
yang kalian lakukan sebagai pakar? Sekitar 70% produksi sampah di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), berasal dari sampah rumah tangga dan pasar yang merupakan sampah organik. Sebanyak 30% lagi merupakan sampah anorganik yang dihasilkan dari kegiatan perkantoran dan industri, seperti kertas, plastik, dan lain-lain. Selama ini sebagian besar masyarakat memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sumber daya yang bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomis. Padahal, sampah itu masih bisa dimanfaatkan dengan sistem reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), dan recycle (mendaur ulang), seperti diamanatkan dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab kita bersama, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk pengelolaan sampah, terutama sampah rumah tangga sehingga dalam jangka panjang diharapkan setiap rumah tangga dapat mengelola sendiri sampahnya. Di Kota Palembang, volume sampah yang dihasilkan sekitar 750 ton per hari. Seperti contohnya pengolahan sampah di TPA. Pengolahan yang belum baik, Sampah rumahtangga yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti baterai, lampu listrik, elektronik, kemasan pestisida, pemutih pakaian, pembersih lantai, cat, kaleng bertekanan (aerosol), sisa obat-obatan, termometer dan jarum suntik berpotensi mengancam kesehatan manusia dan lingkungan. Perlu dilakukan adanya Pelatihan pengelolaan persampahan yang mempunyai peran penting dalam pengendalian dan pemanfaatan sampah. Hal lainnya adalah membangun sinergi dari berbagai bidang untuk mencapai tujuan yang sama. Mulai dari yang paling bawah terlebih dahulu yaitu rumah tangga sendiri harus sadar untuk membuang sampah berdasarkan jenisnya dan lebih bisa menggunakan wadah-wadah yang dapat digunakan Kembali. Lalu dari pemerintah dapat memfasilitasi tempat atau ruang yang lebih baik, sumber daya manusia memadai, ahli ahli untuk melakukan penelitian. Gunakan metode AREC (anticipation, recognition, evaluation, control). Mulai dari mengantisipasi hal-hal buruk yang akan terjadi akibat sampah domestik, seperti kerusakan lingkungan, pencemaran air, dan penyakit akibat bakteri dan virus. Lalu mengenali risiko Kesehatan yang dapat timbul akibat sampah domestik, risiko Kesehatan yang dapat timbul secara langsung atau tidak langsung. Selanjutnya mengevaluasi apa saja yang sudah ada disana, dan yang sudah dilakukan. Dan lakukan control untuk memonitoring.
Referensi:
1. Sustainable Development Goals. 2020. Diakses pada tanggal 6 Oktober
2020 melalui https://www.sdg2030indonesia.org/ 2. Sustainable Development Goals. 2020. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2020 melalui https://www.sdg2030indonesia.org/page/8-apa-itu 3. Sekilas SDGs.2020. diakses pada tanggal 6 Oktober 2020 melalui http://sdgs.bappenas.go.id/sekilas-sdgs/ 4. Toowomba regiom. 2020. Definition of domestic waste versus commercial waste. Diakses pada tanggal 6 oktober 2020 melalui https://www.tr.qld.gov.au/environment-water-waste/waste- recycling/waste-facilities-rubbish-tips/7413-what-is-domestic-waste