Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS OBSTRUKSI
IGD

DISUSUN OLEH :
NAMA : LISA AFRIANI
NIM : PO71200190023
Prodi/KELAS : DIII KEPERAWATAN / 3A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


DIII KEPERAWATAN
T.A 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi

Obstruksi usus (ileus) dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun

penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Ileus obstruksi

dapat bersifat akut maupun kronik, parsial maupun total. Ileus obstruksi kronis

biasanya mengenai kolon akibat adanya karsinoma atau pertumbuhan tumor,

dan perkembangan lambat. Sebagian besar obstruksi mengenal usus halus.

Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan

diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap

hidup (Price, Sylvia Anderson, 450).

Obstruksi usus (ileus) terjadi bila sumbatan mencegah aliran normal

dari usus melalui saluran usus. Aliran ini dapat terjadi karena dua tipe proses :

1. Mekanis : terjadi obstruksi intramural atau obstruksi mural dari tekanan

pada dinding usus.

2. Fungsional muskulatur usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.

Obstruksi Lambung :

Tukak kronik didekat pylorus menyebabkan fibrosis yang bisa

berlanjut membentuk striktur. Pada awalnya akan terjadi sumbatan parsial,

kemudian suatu eksoserbasi akut menyebabkan udem mukosa dan spasme

sfingter pylorus yang akan mendorong terjadinya sumbatan total. Sumbatan

juga dapat terjadi akibat proses keganasan dekat pylorus, atau adanya benda
asing atau dapat terjadi pada lambung bentuk jam pasir akibat retroksi bekas

tukak di kurvator minor (R. Sjamsuhidajat, 545).

Obstruksi Usus Oleh Batu Empedu

Batu empedu dapat lolos masuk ke dalam lumen saluran cerna. Apabila

batu empedu tersebut cukup besar dapat menyumbat bagian tersempit jalan

cerna, yaitu ileum terminal dan menimbulkan ileus obstruksi (R.

Sjamsuhidajat, 575).

Obstruksi Usus Merupakan Suatu Blok Saluran

Usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara

mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).

Hernia Inkarserata

Bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap

dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan

pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih bersifat

ireponsibel dengan gangguan pasase.

2. Etiologi

1. Hernia inkarserata

2. Penyempitan lumen usus :

a. Isi lumen : benda asing

b. Dinding usus : stenosis, radang kronik, keganasan.


c. Ekstra lumen : tumor intra abdomen

3. Adhesi

4. Invaginasi

5. Volvulus

6. Malformasi usus

7. Perlengketan : lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh

secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen.

8. Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup ke dalam bagian lain

yang ada di bawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus

tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang

memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anak-

anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum ke dalam dan terpijat

di sepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum ke dalam usus

besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.

9. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri

dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya

gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi

pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya.

10. Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding

dan otot abdomen.

11. Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus atau

tumor di luar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.


3. Manifestasi Klinis

1. Obstruksi Usus Halus

Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti

kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi

dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus,

tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus. Pada obstruksi komplet,

gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya

berbalik arah dan isi usus terdorong ke depan mulut. Apabila obstruksi

terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin ke bawah

obstruksi di area gastriuntestinal yang terjadi, semakin jelas adanya

distensi abdomen. Jika berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi

syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

2. Obstruksi Usus Besar

Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan

obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah

muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien

dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala

satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat

distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui

dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen

bawah.
4. Patofisiologi

Penyumbatan sebagian/menyeluruh dapat disebabkan karena mekanika

(biasa pada masa paralysis, akibat gangguan neuromuskuler). Obstruksi

mekanika dapat menyebabkan gangguan keluarnya sistem cerna (usus)

seperti : hernia, perlengketan, gangguan di dalam usus (seperti tumor,

diverticulitis, dan striktur), atau halangan lumen pada usus (seperti oleh karena

gallstone atau intususepsi/invaginasi).

Obstruksi non mekanik sering diartikan sebagai suatu ileus paralitik

atau ileus yang tidak dinamis. Penyumbatan ini bukan disebabkan karena fisik

melainkan penurunan aktivitas otot-otot usus yang mengakibatkan gerakan

usus menjadi lambat. Penekanan usus dinilai dari ketidakmampuan usus untuk

mengabsorbsi isinya dan mendorong ke bagian bawah. Peningkatan peristaltic

terjadi sebagai upaya mendorong isi usus bergerak, rangsangan ini

menyebabkan terjadinya sekresi yang mana penting dalam peningkatan

tekanan. Penurunan penyerapan dapat menyebabkan 7 sampai 8 liter elektrolit

cairan normal keluar dari usus selama 24 jam dan penyumbatan usus ini

meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Penyumbatan usus besar dapat juga

mengakibatkan arteri dan vena abdomen mengalami bendungan sehingga

timbul edema. Penyumbatan usus bagian atas dapat menyebabkan keluarnya

plasma ke rongga peritoneum sehingga terjadi penumpukan cairan. Kehilangan

cairan ekstraseluler dapat berkisar antara 2-6 liter selama 2-3 hari setelah

terjadi penyumbatan secara mekanik..


5. PATHWAY
Infeksi bakteri pada usus

Mukosa usus rusak/inflamasi

Ileus obstruksi

Obstruksi Obstruksi
usus besar usus halus

Sigmoid rektum Akumulasi cairan


Menyebabkan
peristaltik
menurun
MK : gejala dan Distensi/peregangan Peningkatan sekresi
tanda konstipasi hebat pada perforasi lambung penigkatan
lubang distensi lumen usus Asites

Nyeri abdomen Aliran balik


MK :
bawah terganggu Penurunan tekanan - Gangguan
kapiler vena dan pada nafas
arteriola - Gangguan
MK : gejala dan Suplay darah konsep diri (body
tanda muntah terganggu
dan syok Edema nekrosis
Stranggulasi
usus/penciutan usus Ruptur :
perforasi usus
Nekrosis/ kematian
sel jaringan MK :
- Gangguan rasa
nyaman dan nyeri
Kematian - gangguan konsep
diri gelisah shock
- Risiko tinggi
MK : infeksi
- Ansietas/ce
mas
- Koping
keluarga tidak
6. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan dengan sinar X terhadap abdomen akan menunjukkan

kuantitas abnormal dari gas dan/atau cairan dalam usus.

2. Pemeriksaan laboratorium :

a. Pemeriksaan elektrolit  apakah adanya dehidrasi

b. Pemeriksaan darah lengkap  apakah adanya kehilangan volume

plasma dan kemungkinan infeksi.

7. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan ileus obstruktif adalah koreksi keseimbangan cairan

dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi

dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan

obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

1. Obstruksi Usus Halus

Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik

bermanfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus. Apabila usus

tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan

tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan

untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan

kalium).
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung

penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia

dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.

2. Obstruksi Usus Besar

Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat

dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi,

pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada

pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan

pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi

bedah untuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara

dan permanen mungkin diperlukan.

8. Komplikasi

1. Peritonitis septicemia

2. Syok hipovolemia

3. Perforasi usus

4. Nekrosis usus

5. Sepsis

6. Syok dehidrasi

7. Abses

8. Meninggal

9. Gangguan elektrolit

10. Sindrom usus pendek malabsorbsi dan malnutrisi.


a. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

i. Dasar Data Pengkajian Pasien

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.

2. Sirkulasi

Tanda : - Takikardi (respon terhadap demam dehidrasi, proses inflamasi

dan nyeri

- Tekanan darah : hipotensi

- Kulit : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah

3. Integritas ego

Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, faktor stress akut/kronik

Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.

4. Eliminasi

Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair

Perdarahan per rektal

Tanda : Menurunnya bising usus

Tidak ada peristaltic atau adanya peristaltic yang dapat dilihat.

5. Makanan/cairan

Gejala : - Anoreksia, mual/muntah

- Penurunan berat badan

- Tidak toleran terhadap diet/sensitive


Tanda : - Penurunan lemak subkutan/mast otot

- Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk

- Membran mukosa pucat, luka inflamasi rongga mulut.

6. Higiene

Tanda : - Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri

- Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin

- Bau badan

7. Nyeri/kenyamanan

Gejala : - Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan

bawah, nyeri abdomen tengah bawah

- Nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal

- Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (ansietas)

Tanda : - Nyeri tekan abdomen/distensi

8. Keamanan

Gejala : - Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik vaskulitis

- Artritis

- Peningkatan suhu 39,6-40oC

- Penglihatan kabur

- Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamin

ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi)

Tanda : Lesi kulit mungkin ada.


9. Interaksi sosial

Gejala : masalah berhubungan/peran sehubungan dengan kondisi

ketidakmampuan aktif secara sosial.

ii. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam

atau diaforesis.

2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen dan

atau kekakuan
iii. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi


1 Kekurangan Kebutuhan  Awasi masukan dan  Memberikan indikator
volume cairan cairan terpenuhi haluaran, karakter dan langsung keseimbangan
berhubungan jumlah faeces, perkirakan cairan, kehilangan cairan
dengan mual, kehilangan yang tak paling besar terjadi pada
muntah, demam terlihat. ileustomi, tetapi secara
dan atau diforesis umum tidak lebih dari 500-
 Pantau tanda vital dan 800 ml/hari.
observasi tingkat  Menunjukkan status
kesadaran dan gejala syok hidrasi/kemungkinan
kebutuhan untuk
 Observasi kulit kering peningkatan penggantian
berlebihan dan membran cairan
mukosa penurunan turgor  Memberikan informasi
kulit, pengisian kapiler tentang volume sirkulasi
lambat. umum dan tingkat hidrasi.
 Observasi abdomen
terhadap  Edema dapat terjadi
ketidaknyamanan distensi, karena perpindahan cairan
nyeri. berkenaan dengan
penurunan kadar albumin
 Auskultasi bising usus, serum/protein.
1 jam setelah makan,  Indikator langsung dari
laporkan tak adanya hidrasi/perfusi organ dan
bising usus. fungsi.
 Pantau elektrolit, Hb  Memberikan pedoman
dan Ht untuk penggantian cairan.

 Siapkan untuk
pembedahan sesuai
indikasi.

2 Nyeri Rasa nyeri  Pertahankan tirah  Intervensi dini pada


berhubungan teratasi atau baring pada posisi yang kontrol nyeri memudahkan
dengan distensi terkontrol nyaman. pemulihan otot/jaringan
abdomenq  Kaji lokasi, berat dan dengan menurunkan
type nyeri (skala 0-10) tegangan otot dan
 Pantau tanda-tanda memperbaiki sirkulasi.
vital  Intervensi dini pada
 Berikan tindakan kontrol nyeri memudahkan
kenyamanan pemulihan otot/jaringan
 Berikan periode dengan menurunkan
istirahat terencana tegangan otot dan
 Auskultasi bising usus memperbaiki sirkulasi.
 Berikan dan anjurkan  Faktor psikologis dan
tindakan alternatif nyeri dapat meningkatkan
penghalang nyeri. tegangan otot, posisi tegak
meningkatkan tekanan intra
abdomen, yang dapat
membantu dalam berkemih.
 Menurunkan masalah
yang terjadi karena
mobilisasi
 Menurunkan menelan
udara dan distensi.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi Ketiga. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Price, Sylvia Anderson, dkk. 2005. Patofisiologi Edisi Keenam Volume 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Smeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi Kedelapan Volume 2.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Sjamsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai