Disusun Oleh :
P27904121005
Latar Belakang
Virus corona atau severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2),
Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19 (Corona virus disease 2019) dan pertama
kali ditemukan di kota wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus corona adalah
kumpulan virus yang menyerang sistem pernapasan, virus corona menyebabkan gangguan
ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru – paru yang berat, hingga kematian. Virus ini
bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak – anak,
dan bayi, termasuk ibu hamil dan menyusui. Corona virus menular melalui percikan dahak
(droplet) dari saluran pernapasan, misal berada di ruang tertutup yang ramai dengan sirkulasi
udara yang kurang baik atau kontak langsung dengan droplet.
Virus ini menular dengan sangat amat cepat dan telah menyebar kehampir seluruh
negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Hal ini membuat berbagai
negara menerapkan kebijakan memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran virus
Corona. Di Indonesia pihak pemerintah sudah menerapkan suatu kebijakan Pembatasan
Sosial dengan Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan pertama kali di Indonesia pada tanggal
10 April 2020 dan berakhir sampai pada tanggal 10 September 2020.
Ditahun 2021, Indonesia berada dalam kondisi tidak mengenakkan karena kembali
melonjaknya kasus positif covid-19 dan banyaknya jumlah angka kematian secara drastis,
menipisnya jumlah pemakaman. saat ini pihak pemerintah sedang mengadakan vaksinasi
secara gratis kepada masyarakat dan menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM), efek samping dari PPKM di Indonesia sangat berdampak pada
pedagang dan warga dengan tingkat perekonomian kelas kebawah, banyak masyarakat yang
diberhentikan pekerjaannya sehingga banyak dari mereka yang mengeluh tidak bisa mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau hidup pribadi.
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Covid 19
Menurut UNESCO CoVid 19 adalah” Penyakit virus corona (COVID-19) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2”.
Sebagian besar orang yang tertular COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang, dan
akan pulih tanpa penanganan khusus. Namun, sebagian orang akan mengalami sakit parah dan
memerlukan bantuan medis.
Menurut aido. Meskipun bukan merupakan jenis virus paling berbahaya di dunia, infeksi virus Corona
penyebab COVID-19 tidak bisa disepelekan. Dalam hal ini, virus Corona penyebab COVID-19 telah
menyebabkan sekitar 4,04 juta kasus meninggal dunia, dan total sekitar 187 juta kasus positif di seluruh
dunia. Berkaitan dengan hal ini, virus Corona penyebab COVID-19 dianggap 10 kali lebih mematikan
dibanding flu biasa, karena memiliki kemungkinan sekitar 0,1% mengancam jiwa yang terinfeksi.
Bagi sebagian besar orang yang terinfeksi COVID-19, gejala yang dirasakan mungkin terbilang ringan
atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Selain itu, seseorang yang terinfeksi juga tidak akan
langsung merasakan gejala, dan baru mulai merasakannya sekitar 5 bahkan sampai 2 minggu kemudian.
Akan tetapi justru hal inilah yang menyebabkan virus Corona penyebab COVID-19 berbahaya. Selama
periode di mana seseorang yang telah terinfeksi tidak menunjukkan gejala atau mengalami gejala ringan
ini, virus dapat menular dengan mudahnya karena kita tidak menyadari kehadiran virus Corona penyebab
COVID-19 itu sendiri. Penyebaran virus Corona penyebab COVID-19 itu sendiri, yakni melalui droplet
yang dihasilkan dari batuk ataupun bersin, dapat mengenai siapa saja ataupun permukaan benda mana saja
tanpa diketahui.
Selain itu, alasan mengapa virus Corona COVID-19 itu berbahaya lainnya adalah bahwa virus yang satu
ini mampu bermutasi, yang mana beberapa varian baru yang ditemukan di Inggris dan India, dinyatakan
lebih berbahaya karena mampu menyebar dengan cukup mudah di antara populasi masyarakat. Bahkan,
beberapa strain baru ini juga dikatakan mungkin tidak merespon vaksin COVID-19 yang saat ini tengah
didistribusikan.
Covid di Indonesia
Vaksinasi Covid 19
atau sakit berat akibat COVID-19 dengan cara menimbulkan atau menstimulasi
19 dosis lengkap dan sesuai jadwal yang dianjurkan serta penerapan perilaku
5M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand
COVID-19.
mendapat izin penggunaan darurat dari BPOM. EUA diterbitkan oleh BPOM
diberikan setelah BPOM mengkaji hasil uji klinis tahap III vaksin yang
dilakukan di Bandung. BPOM juga mengkaji hasil uji klinis vaksin Sinovac
Dari hasil analisis terhadap uji klinis fase III di Bandung menunjukkan efikasi
vaksin Covid-19 Sinovac sebesar 65,3 persen. Vaksin yang dikembangkan oleh
melakukan evaluasi bersama Komite Nasional Penilai Obat dan pihak lainnya.
Juli 2021. Berdasarkan data uji klinis fase ketiga menunjukkan efikasi vaksin
Moderna sebesar 94,1 persen pada kelompok usia 18-65 tahun. Efikasi vaksin
Moderna kemudian menurun menjadi 86,4 persen untuk usia di atas 65 tahun.
Hasil uji klinis juga menyatakan vaksin Moderna aman untuk kelompok
dimaksud yakni penyakit paru kronis, jantung, obesitas berat, diabetes, penyakit
digunakan untuk kelompok usia 18 tahun ke atas. Vaksin ini diberikan secara
merupakan efek samping dengan tingkat keparahan ringan atau sedang seperti
flu yang ditandai dengan demam, menggigil, nyeri sendi, nyeri otot, badan
lemas, ketidaknyamanan, sakit kepala, hipertermia, atau reaksi lokal pada lokasi
injeksi. Sementara untuk efikasinya, data uji klinik fase 3 menunjukkan vaksin
Sputnik V memberikan efikasi sebesar 91,6 persen dengan rentang confidence
sebesar 65,3 persen. Untuk perlindungan terhadap kasus Covid-19 berat, efikasi
mencapai 90,1 persen. Dari hasil kajian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa dari sisi keamanan, secara umum pemberian vaksin Convidecia dapat
ditoleransi dengan baik. Seperti Janssen, reaksi lokal maupun sistemik dari
KIPI dari pemberian vaksin Convidecia juga menunjukkan reaksi ringan hingga
sedang. KIPI lokal yang umum terjadi, antara lain adalah nyeri, kemerahan, dan
pembengkakan, serta KIPI sistemik yang umum terjadi adalah sakit kepala, rasa
2. Memakai masker
Pada awal pandemi virus corona tahun 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mengatakan bahwa penggunaan masker hanya direkomendasikan untuk orang
sakit, bukan orang sehat. Namun, berkembangnya virus tersebut membuat WHO
akhirnya mengeluarkan himbauan agar semua orang (baik yang sehat atau sakit)
agar selalu menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.
Penggunaan masker tidak hanya diwajibkan di Indonesia, tapi seluruh negara
dengan kasus positif Corona yang terbilang tinggi. Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), memperbarui pedoman terkait penggunaan masker. CDC
mengimbau masyarakat harus memakai masker meski berada di dalam rumah pada
kondisi tertentu. Menurut CDC, penggunaan masker di dalam rumah perlu dilakukan
ketika:
3. Menjaga jarak
Protokol kesehatan lainnya yang perlu dipatuhi adalah menjaga jarak. Protokol
kesehatan ini dimuat dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI dalam “Protokol
Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka
Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.”
Dijelaskan bahwa, menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk
menghindari terkena droplets dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta
menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Bila tidak memungkinkan
melakukan jaga jarak, maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan
teknis lainnya.
Rekayasa administrasi dapat berupa pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal,
dan sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis, antara lain dapat berupa pembuatan
partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar, dan sebagainya.
4. Menjauhi kerumunan
Selain tiga hal di atas, menjauhi kerumunan merupakan protokol kesehatan yang
juga harus dilakukan. Menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), masyarakat
diminta untuk menjauhi kerumunan saat berada di luar rumah. Ingat, semakin
banyak dan sering kamu bertemu orang, maka kemungkinan terinfeksi virus corona
pun semakin tinggi.
Oleh sebab itu, hindari tempat keramaian terutama bila sedang sakit atau berusia di
atas 60 tahun (lansia). Menurut riset, lansia dan pengidap penyakit kronis memiliki
risiko yang lebih tinggi terserang virus corona.
5. Mengurangi mobilitas
Virus penyebab corona bisa berada di mana saja. Jadi, semakin banyak Anda
menghabiskan waktu di luar rumah, maka semakin tinggi pula terpapar virus
tersebut. Oleh karena itu, bila tidak ada keperluan yang mendesak, tetaplah berada
di rumah.
Menurut Kemenkes, meski sehat dan tidak ada gejala penyakit, belum tentu Anda
pulang ke rumah dengan keadaan yang masih sama. Faktanya, virus corona dapat
menyebar dan menginfeksi seseorang dengan cepat.
Hasil penelitian
Di dalam grafik diatas bisa disimpulkan bahwa penyebaran covid 19 dari 2 maret-25
april tidak ada penurunan yang signifikan dimana angka tertinggi terjadi pada 13
april 2020 dan angka terendah pada tanggal 11 maret 2020.
Simpulan.
penyebaran covid 19 dari 2 maret-25 april tidak ada penurunan yang signifikan
dimana angka tertinggi terjadi pada 13 april 2020 dan angka terendah pada tanggal
11 maret 2020.
Saran
SARAN
1.Diri Sendiri.
2. Pemerintah
3.Pembaca