Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN, STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah Keperawatan

Jiwa Dosen Pengampu: Rohanah, S.Pd, MKM

Disusun Oleh:

Tingkat 3/Semester 5

Rizky Oktaviani

P27905119028

POLTEKKES KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

I. Kasus (defisit perawatan diri)


Defisit perawatan diri pada klien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses
pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Defisit
perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara
mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting (BAB/BAK) secara mandiri (Keliat, 2010).

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Menurut Dep Kes (2000) dalam Deden Dermawan 2013, penyebab kurang
perawatan diri adalah :
1. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

B. Faktor Presipitasi
Menurut Depkes (2000) dalam Deden Dermawan 2013 faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah :
1. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygienesangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C. Jenis
Menurut (Damayanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri
2. Defisit perawatan diri : berpakaian Hambatan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas bepakaian dan berhias unrtuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri : makan Hambatan kemampuan untuk melakukan
aktivitas makan sendiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.

D. Rentang Respon
Respon adaptif Respon
Maladaptif

-Pola perawatan diri -Kadang perawatan diri -Tidakmelakukan perawatan


seimbang kadang tidak saat stress

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien
bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri
(Damayanti, 2012).

III. A. Pohon Masalah


Harga diri rendah

Defisit perawatan diri

Kehilangan

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


Masalah keperwatan: Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,
BAB / BAK
Data yang perlu dikaji :
Data subyektif
1) Pasien merasa lemah 2) Malas untuk beraktivitas 3) Merasa tidak
berdaya. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak – acakan 2) Badan dan pakaian kotor dan bau 3) Mulut
dan gigi bau. 4) Kulit kusam dan kotor 5) Kuku panjang dan tidak terawatt

IV. Diagnosa Keperawatan


Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB / BAK

V. Rencana tindakan keperawatan


Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB / BAK
Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
Khusus :
1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Pasien mampu Pasien mampu melakukan berhias melakukan berhias / berdandan /
berdandan secara baik secara baik
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4. Pasien mampu melakukan BAB / BAK secara mandiri
Intervensi :
1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2. Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang
baik
4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan
BAK

VI. Daftar Pustaka


Direja, S. N. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fitria, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medik

Stuart, Sudden, 2008. Buku Saku Keperawa Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3 tan
Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Depkes. 2013. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta

Keliat. B.A. 2007. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2007. Proses
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Darmawan, Deden. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan


Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung :


Refika Aditama

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan IndonesiaDefinisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATN DIRI (DPD)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien terlihat tidak bersih, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau, serta
kuku panjang dan kotor. Pakaian klien terlihat kotor, tidak bercukur bagi yang laki-
laki, dan tidak berdandan bagi yang perempuan. Klien makan berceceran, selain itu
makan tidak pada tempatnya dan juga tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/ BAK.
2. Diagnosa Keperawatan: deficit keperawatan diri
3. Tujuan Khusus
a. mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri meliputi mandi/ kebersihan
diri, berpakaian/ berhias, makan, serta BAB/ BAK secara mandiri.
b. menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi teurapeutik.
1) sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
4) jelaskan tujuan pertemuan.
5) jujur dan menepati janji.
6) tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7) Beri perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar klien.
b. identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri, berdandan,
makan, dan BAB/ BAK.
c. jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan
terhadap pentingnya kebersihan diri, selanjutnya meminta klien menjelaskan
kembali pentingnya kebersihan diri.
d. jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri, dengan
tahapan tindakan sebagai berikut.
1) jelaskan alat yang dBapaktuhkan dan cara membersihkan diri.
2) Peragakan cara membersihkan diri dan mempergunakan alat
untuk membersihkan diri.
3) minta klien memperagakan ulang alat dan cara kebersihan diri.
e. masukan dalam jadwal kegiatan harian klien
B. Strategi Komunikasi
1. ORIENTASI:
a. Salam terapeutik:
“Selamat pagi ... Boleh saya berkenalan dengan Bapak? Saya Perawat Ways Al
Qorny, Bapak boleh panggil saya Ways . "kalau boleh saya tahu nama Bapak
siapa? dan senangnya dipanggil dengan sebutan apa?”.
b. Evaluasi/Validasi:
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya semalam? ada
keluhan atau tidak?”
c. Kontrak
a. Topik :
“apakah Bapak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? menurut Bapak
sebaiknya kita ngobrol tentang apa ? bagaimana kalau kita ngobrol tentang
kebersihan diri?”
b. Waktu : :
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bapak maunya berapa menit ?
bagaimana kalau 20 menit ? bisa ?”
c. Tempat :
“di mana kita duduk ? di teras di kursi panjang itu atau dimana ?”
2. KERJA:
“Berapa kali Bapak membersihkan diri dalam sehari?
“alat apa yang Bapak gunakan pada saat makan, menggunakan tangan atau sendok?
“ apakah Bapak selalu ke kamar mandi jika Bapak ingin BAB/ BAK"?
“ apakah Bapak tahu pentingnya kebersihan diri?”
“Bagaimana cara Bapak menjaga kebersihan diri?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara membersihkan diri?
“pertama lepaskan seluruh baju yang dikenakan, lalu siramkan air ke tubuh secara
menyeluruh. ,gunakan sabun secara merata pada seluruh bagian tubuh dan bilas
samapi bersih. Setelah itu menggosok gigi, keringkan badan dengan handuk dan
ganti pakaian dengan pakaian bersih.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi
a. Evalusai Subyektif :
“Bagaimana perasaan Bapak dengan obrolan kita tadi? Bapak merasa senang
tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi Obyektif :
“Setelah kita berdiskusi panjang lebar, sekarang coba Bapak
simpulkan pembicaraan kita tadi? coba sebutkan cara menjaga kebersihan diri?”
b. Rencana Tindak Lanjut:
"kalau Bapak sudah tahu cara membersihkan diri, nanti saat jam 17.00 coba
Bapak praktikan penjelasan saya tadi”.
c. Kontrak
- Topik :
“Bapak bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang bagaimana cara
menjaga kebrsihan mulut?”
- Waktu :
“kira-kira waktunya kapan ya ? bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB bisa ?”
- Tempat :
“kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya? apa masih
disini atau cari tempat lain? Sampai jumpa”
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

A. IDENTITAS
1. Nama pasien : Tn. S
2. Umur : 34 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. Status perkawinan : Belum kawin
5. Orang yang berarti : Keluarga
6. Pekerjaan : Belum ada
7. Pendidikan : SMA
8. Tanggal masuk : 1 Okteber 2021
9. Tanggal pengkajian : 1 Oktober 2021
10. Diagnosa medik :-
11. Penampilan : pasien tampak kotor, berbau, gigi kotor, kuku panjang
dan kotor. Pasien tidak menggunakan pakaian yang sesuai
B. PERSEPSI DAN HARAPAN
1. Pasien
Klien mengatakan tidak mau berinteraksi karena malu terhadap dirinya yang kotor
dan bau.
2. Keluarga
Keluarga Tn. S mengatakan bahwa Tn. S sering murung
C. STATUS MENTAL
1. Emosi
Keadaan emosional klien tampak labil namun klien kooperatif
2. Konsep Diri
Klien sangat tidak menyukai badannya yang kotor
3. Pola Interaksi
Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan kontak mata
mudah beralih kearah yang tak menentu.
4. Gaya Komunikasi
Selama wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien berbicara agak
lambat, menjawab pertanyaan dengan singkat.
D. LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA
1. Pekerjaan
Tn. S bekerja serabutan
2. Hubungan Sosial
Tn. S berhubungan dengan tetangga baik
3. Sosial Budaya
Tn. S berasal dari suku Jawa.
4. Gaya Hidu
Tn. S jarang bersosialisasi dengan orang lain

E. RIWAYAT KELUARGA
1. Genogram

X X X X

Keterangan :

: Laki-laki X : Meninggal

: Perempuan : Klien

: Tinggal serumah : Garis keturunan

: Garis perkawinan

2. Masalah Keluarga dan Krisis


Tn. S mengatakan bahwa dirinya merasa orang lain tidak menerima dirinya jadi
Tn. S merasa bingung bagaimana harus memulai obrolan dan merasa takut nanti
ditertawakan.
3. Interaksi dalam Keluarga
Tn. S lebih sering menyendiri seperti mengurung diri di kamar. Dan tidak mau
berinteraksi.

F. PENGKAJIAN FISIK
1. Riwayat penyakit
Tn. S sebelumnya belum pernah mengalami gangguan jiwa.
2. Kebiasaan yang berhubungan dengan status kesehatan
Tn. S lebih suka murung, tidak mau makan apa yang disajikan,.
3. Merokok : Pasien tidak merokok.
4. Alkohol/obat-obatan : Pasien tidak minum alkohol.
5. Istirahat dan tidur : Cukup dan tidak mengalami kesulitan tidur.
6. Nutrisi : Kurang baik, klien tidak mau makan apa yang disajikan.
7. Eliminasi
BAK : 4-5
kali/hari.
BAB :1 kali/hari.
8. Orientasi
Semua informasi yang diberikan oleh pasien sesuai dengan yang disampaikan oleh
keluarganya saat melakukan kunjungan.
9. Tingkat aktivitas
Tn. lebih suka menyendiri seperti mengurung diri di kamar dari pada
bersosialisasi dengan orang lain.
10. Tingkat energi
Tn. S terlihat aktif

Anda mungkin juga menyukai