Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN, STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL

Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu: Rohanah, S.Pd MKM

Disusun Oleh:

Tingkat 3/Semester 5

Ways Al Qorny

P27905119040

POLTEKKES KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2021
Kasus:
Seorang perempuan umur 28 tahun dirawat di ruang psikiatri rumah sakit
jiwa. Klien tampak sering menyendiri dan selalu mengatakan saya orang yang
tidak berharga suster, karena saya orang terbodoh sedunia, tidak memiliki
kemampuan apapun. Saya malu suster keluarga saya sukses semua kakak saya
semua sarjana dan bekerja di perusahaan dan instansi pemerintah, sementara saya
hanya pengangguran. Makanya saya lebih senang sendiri, saya seperti orang yang
paling menderita di dunia dan saya adalah orang yang gagal suster. Pada saat
pengkajian klien berbicara dengan suara lirih dan hampir tidak terdengar, kontak
mata minimal klien lebih banyak menunduk sambil memainkan jari-jarinya dan
terkadang mengigit kukunya.
Berdasarkan kasus di atas kerjakan dan demostrasikan bersama teman anda
sesuai langkah-langkah praktikum. Bermainlah peran untuk dapat mempraktekkan
kasus tersebut.
1. Buatlah laporan pendahuluan kasus diatas
2. Buatlah strategi pelaksanaan untuk kasus diatas
3. Lakukanlah pengkajian untuk masalah psikososial sesuai format yang ada
4. Lakukanlah analisis data dan masalah keperawatan
5. Buatlah pohon masalah
6. Tetapkanlah rencana tindakan keperawatan
7. Lakukan latihan tindakan keperawatan
8. Lakukanlah evaluasi keperawatan
9. Lakukanlah dokumentasi keperawatan
10. Peragakan asuhan keperawatan pada pasien isolasi social
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama)


Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan
sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak,dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. (Keliat,dkk.2009)
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain
maupun lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan
cara menarik diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan
dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu
yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain
dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan
(Rusdi,2013).

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Adanya faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa,adanya resiko,
riwayat penyakit trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
b. Faktor Psikologis
Ditemukan pengalaman negatif klien terhadap gambaran diri, tidak
jelasnya atau berlebihnya peran yang dimiliki, kegagalan dalam
mencapai harapan atau cita-cita, krisis identitas dan kurangnya
penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan,yang dapat
menyebabkan gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain,dan
akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.
c. Faktor Sosial Budaya
Pada klien isolasi sosial biasanya ditemukan dari kalangan ekonomi
rendah,riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan
anak,tingkat penididikan rendah dan kegegalan dalam berhubungan
sosial.

2. Faktor Presipitasi
Biasanya ditemukan riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis,atau
kelaianan struktur otak,kekerasan dalam keluarga,kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, atau adanya tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan klien,konflik antar masyarakat. Faktor pencetus pada
umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress seperti
kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat
dikelompokkan dalam kategori :
a. Faktor Sosio Kultural
Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, dan
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena
dirawat dirumah sakit.
b. Faktor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tinggi (Stuart, 2006).
3. Rentang Respon

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah


yang masih dapat di terima oleh norma sosial dan budaya yang umum
berlaku. Menurut Riyadi S dan Purwanto T (2013) respon ini meliputi :
a. Menyendiri / solitude : merupakan respon yang di lakukan individu
untuk merenungkan apa yang telah terjadi atau di lakukan dan suatu
cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
b. Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal di mana individu
mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling tergantung (interdependent) : suatu hubungan saling tergantung
antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkunganya.
Respon yang sering di temukan :
a. Manipulasi : orang lain di berlakukan sebagai obyek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri
atau tujuan bukan pada orang lain.
b. Impulsive : tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat di andalkan.
c. Narkisisme : harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan
pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah bila orang lain tidak
mendukung

4. Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladiptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik
(gall,W Stuart 2006). Koping yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian antisosial antara lain proyeksi, spliting dan merendahkan
orang lain, koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
ambang spliting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain,
merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif.
Menurut Gall W. Stuart (2006), sumber koping yaang berhubungan
dengan respon sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan
keluarga yang luasan teman, hubungan dengan hewan peliharaan dan
penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
misalnya kesenian, musik atau tulisan.

5. Sumber Koping
Contoh sumber koping yang berhungan dengan respon maladaptif
menurut Stuart, (2006) meliputi :
a. Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
b. Hubungan dengan hewan peliharaan.
c. Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
(misalkan: kesenian, musik atau tulisan).

6. Tanda-Tanda
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala isolasi sosial dapat
dinilai dari ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang
hubungan sosial dan didukung dengan data observasi :
a. Data subjektif Pasien mengungkapkan tentang :
 Perasaan sepi
 Perasaan tidak aman
 Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
 Ketidakmampuan berkonsentrasi
 Perasan ditolak
b. Data objektif
 Banyak diam
 Tidak mau bicara
 Menyendiri
 Tidak mau berinteraksi
 Tampak sedih
 Kontak mata kurang
 Muka datar

C. Pohon Masalah, Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Pohon Masalah

Gangguan sensorik
Akibat
persepsi halusinasi

Isolasi sosial Masalah utama

Harga diri Penyebab

2. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


No Data Masalah
1 Subjektif : Isolasi
 Mengatakan malas berintraksi sosial
 Mengatakan orang lain tidak menerima dirinya
 Merasa prang lain tidak selevel
 Curiga dengan orang lain
 Mendengar suara -2/ melihat bayangan
 Merasa tidak berguna
 Selektif

Objektif :
 Menyendiri
 Mengurung diri
 Tidak mau bercakap-cakap denan orang lain
 Mematung
 Mondar-mandir tanpa arah
 Tidak berinisiatif berhubnungan dengan orang
lain

D. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

E. Rencana Tindakan Keperawatan


Tindakan yang dilakukan pada pasien:
SP I p
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Tindakan yang dilakukan pada pasien:


SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tandadan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasisosial

SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi
sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi
sosial

SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (dischargeplanning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
F. Sumber
Abidin, Yusuf Zainal. 2015. Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep, dan
Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013. Profil Kesehatan. Padang: Dinas.
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, et al. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC.
Muhith A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Riyadi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
GRAHA.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance
mental healyh nursing). Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tampak sering menyendiri dan selalu mengatakan saya orang
yang tidak berharga suster, karena saya orang terbodoh sedunia, tidak
memiliki kemampuan apapun. Saya malu suster keluarga saya sukses
semua kakak saya semua sarjana dan bekerja di perusahaan dan instansi
pemerintah, sementara saya hanya pengangguran. Makanya saya lebih
senang sendiri, saya seperti orang yang paling menderita di dunia dan saya
adalah orang yang gagal suster. Pada saat pengkajian klien berbicara
dengan suara lirih dan hampir tidak terdengar, kontak mata minimal klien
lebih banyak menunduk sambil memainkan jari-jarinya dan terkadang
mengigit kukunya.

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri dengan orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan
orang lain
f. Klien dapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien
c. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
d. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian menarik diri dengan orang
lain
e. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan klien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian

B. Proses Komunikasi dan Pelaksanaan Tindakan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, nama saya Ways Al Qorny, ibu bisa panggil saya
Perawat Ways. Saya Mahasiswa Poltekes Kemenkes Banten yang
dinas dipagi ini pada pikul 07.00-14.00 dan akan merawat ibu, nama
ibu siapa? Ibu lebih senang dipanggil apa?”.
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah semalam bisa tidur?”
c. Kontrak
 Topik
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tenang perasaan ibu yang
ibu rasakan saat ini atau penyebab ibu menarik diri? Apakah ibu
bersedia?”
 Waktu
“Berapa lama kontrak waktu yang bisa digunakan? Bagimana
kalau 15 menit?”
 Tempat
“Kalau begitu, dimana kita bisa duduk sambil mengobrol?
Bagaimana kalau diruang tamu?”
 Tujuan Interaksi
“Jadi,tujuan kita berbincang saat ini agar ibu dengan saya dapat
saling mengenal sekaigus dapat mengetahui penyebab menarik diri,
dan dapat mengetahui keuntungan berintraksi dengan orang lain
dan kerugian tidak berintraksi dengan orang lain. ”

2. Kerja (Langlah-langkah Tindakan Keperawatan)


”Dengan siapa ibu tinngagl dirumah?”
“Siapa yang paling dekat dengan ibu?”
“Apa yang menebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?”
“Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu”
“Apa yang membuatibu tidak dekat dengan orang lain?”
“Apa saja kegiatan yang bisa ibu lakukan saat bersama kelarga?”
“Bagaiman dengan teman-teman yang lain?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul
dengan orang lain”
“Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
orang lain?”
“Menurut ibu apa keuntungan kita jika mempunyai banyak teman?”
“Wah, benar kita mempunyai teman untuk bercakap-cakap, apalagi bu?”
(sampai klien dapat menyebautkan beberapa)
“Nah jika kerugian kita tidak mempunyai teman apa bu? Ya apalagi?
(sampai klien dapat menyebautkan beberapa) jadi banyak juga ruginya
tidak punya teman ya, kalau begitu apakah ibu ingin berteman dengan
orang lain?”
“Nah untuk memulainnya sekarang ibu latihan berkenalan dengan saya
terlebuh dahulu. Begini bu, untuk berkenalan dengan orang lain sebutkan
dahulu nama kita dan nama yang kita sukai. Contohnya: nama saya Rizky
Oktaviani, senang dipanggi Septi. Selanjutnya ibu menanyakan nama
orang yang diajak berkenalan. Contohnya: nama ibu siapa? Senangnya
dipanggil apa? Ayo ibu coba praktikkan. Misalnya saya belum kenal
dengan ibu. Coba ibu berkenalan dengan saya.”
“ya bagus sekali ibu, coba sekali lagi bu.”
“Bagus sekali bu. Setelah berkenalan dengan orang lain ibu bisa
menajutkan percakapan yang lain. Misalnya tentang hobi, tentang keluarga,
tentang pekerjaan dan sebagainnya. Nah bagimana kalau sekarang kita
latihan bercakap-cakap dengan ibu (dampingi klien bercakap-cakap)”

3. Terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Klien (subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang penyebab
menarik diri?”
 Evaluasi Perawat (objektif dan reinforcement)
“Nah sekarang coba ibu langi dan peragakan kembali cara
berkenalan dengan ornag lain.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Coba selama saya tidak ada ibu dapat memperaktikan cara berkenalan,
agar ibu dapat terbiasan berintraksi dengan orang lain”.
“Baik ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap
dengan teman? Bagus, dua kali ya bu, baiklah jam berapa ibu akan
latihan?”
c. Kontrak yang akan datang:
 Topik
“Baiklah bu bagaimana jika besok kita bercakap-cakap dan latihan
perkenalan dengan teman-teman?”
 Waktu
“Bagaimana kalau besok pagi kita lakukan latihan jam 8 pagi
setelah sarapan?.”
 Tempat
“Oh iya bu, berhubungan waktu kita telah habis, untuk pertemuan
kita hari ini sampai disini dulu ya, besok kita akan bertemu lagi
ditempat ini. Baik bu, saya permisi dulu ya, jika ibu membutuhkan
saya, silahkan hubungi sayang diruang perawat, selamat pagi.”
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

A. Pengkajian Psikososial
1. Identitas
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 28 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Pekawinan : Belum Kawin
e. Orang yang berarti : Orang Tua (Ayah dan Ibu)
f. Pekerjaan : Belum Bekerja
g. Pendidikan : SMA
h. Tanggal Masuk : 01 September 2021
i. Tanggal Pengkajian : 01 September 2021
j. Diagnosa medis :-
k. Penampilan : Sedang

2. Persepsi dan Harapan


a. Pasien : Pasien mengatakan saya orang yang tidak berharga suster,
karena saya orang terbodoh sedunia, tidak memiliki kemampuan
apapun. Saya malu suster keluarga saya sukses semua kakak saya
semua sarjana dan bekerja di perusahaan dan instansi pemerintah,
sementara saya hanya pengangguran. Makanya saya lebih senang
sendiri, saya seperti orang yang paling menderita di dunia dan saya
adalah orang yang gagal suster.
b. Keluarga : Orang tua menerima keadaan anaknya, akan tetapi sering
merasa bersalah karena merasa tidak bisa menjaga anaknya dengan
baik, harapan orang tua pasien, agar pasien dapat pulih dan dapat
berkehidupan sepeti biasanya.
3. Status Mental
a. Emosi : Stabil, selalu menyendiri dan mengisolasi dirinya
b. Konsep Diri
 Citra tubuh : Pasien menyukai semua tubuhnya
 Identitas diri : pasien mengatakan bernama A, usia 28 tahun anak
terakhir dari 3 bersaudara, beragama islam, jenis kelamin
perempuan
 Fungsi peran : Pasien mengatakan peran sebgai anak dari orang
tuanya, dan adik bagi kakak-kakaknya
 Ideal diri : Pasien mengatakan ingin bisa menjadi orang yang
lebih baik, yang mempuanyak kemampuan dan orang yang lebih
berpendidikan, sehingga dapat mempuanyai pekerjaan yang bgaus
terutama di instansi pemerintahan seperti kakaknya
 Harga diri : Pasien merasa malu dan minder, pasien lebih
senang menyendiri, karena pasien merasa menjadi manusia yang
paling tidak berguna dan tidak mempunyai kemmapuan apapun
c. Pola Interaksi : Saat berintraksi pasien berbicara dengan suara lirih
dan hampir tidak terdengar, kontak mata minimal klien lebih banyak
menunduk sambil memainkan jari-jarinya dan terkadang mengigit
kukunya
d. Gaya Komunikasi : Komunikasi pasif, pasien cendrung diam dan tidak
bersemangat dalam menjawab pertanyyan yang diajukan oleh perawat

4. Latar Belakang Status Sosial Budaya


a. Pekerjan : Tidak ada
b. Hubungan Sosial :
 Orang yang berarti atau orang yang terdekat
Pasien mengatakan orang yang terdekat dengannya ada orang tua
 Peran pasien dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Pasien tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien tidak mau bergaul dengan kelompok masyarakat, karena
pasien malu, pasien merasa gagal dan merasa sangat menderita
sehingga menghambat komunikasinya dengan orang lain
c. Sosial-budaya : Pasien berasal dari suku sunda, yang adat-adat
dimasyarakat maih kental
d. Gaya Hidup : Pasien tidak memiliki kebiasaan khusus, tetapi
gaya hidup pasien tidak sehat, dibuktikan dengan pasien tidak mau
makan dan beraktivitas fisik yang membuat psien tidak sehat secara
fisik dan mental

5. Riwayat Keluarga
a. Genoram

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Tinggal serumah


b. Maslah Keluarga dan Krisis : Keluarga pasien tidak memiliki masalah
ekonomi atau masalah tidak berarti, hanyak saja merasa dikucilkan dan
merasa tidak berguna karena hanyak pasien dalam kelarganya yang
tidak melanjutkan kuliah dan tidak bekerja
c. Intraksi dalam Keluarga : Pola komunikasi dalam keluarga pasien
“Concept-oriented” yang lebih menekankan ide-ide secara terbuka
dibandingkan menekankan pola komunikasi yang “kaku” pada orang
tua, tetapi tetap menekannkan etika ketika berbicara, pasien
mendapatkan pola asuh tegas, dengan menentukan batasan dan disiplin
dari orang tuannya, tetapi tetap dengan pemberian kasih sayang yang
tulus dan dengan komunikasi yang terbuka

6. Pengkajian Fisik
a. Riwayat Penyakit : pasien tidak memiliki riwayat sakit fisik dan
sebalumnya belum pernah mengalamu ganguan jiwa
b. Kebiasaan yang Berhubungan dengan Status Kesehatan : pasien
sebelumnnya rutin berolahraga dirumah
c. Merokok : tidak
d. Istirahat dan Tidur
 Tidur siang, lama : 1-2 jam
 Tidur malam, lama : 7-8 jam
 Aktivitas sebelum / sesudah tidur : Menyikat gigi sebelum tidur
e. Nutrisi : Makan 2x sehari, setengah porsi
f. Eliminasi : 1x/hari
g. Orientasi : Pasien sadar penuh dan tidak mengalami gangguan
disorientasi waktu, tempat maupun orang
h. Tingkat Aktifitas : Pasien memerlukan motivasi dari orang lain untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
i. Tingkat energi : Pasif, selain karena kondisi isolasi sosial yang
rendah, secara fisik juga intake pasien kurang
7. Analisis Data
No Data Masalah
1 Subjektif : Isolasi sosial
 Mengatakan malas berintraksi
 Mengatakan orang lain tidak menerima
dirinya
 Merasa prang lain tidak selevel
 Curiga dengan orang lain
 Mendengar suara -2/ melihat bayangan
 Merasa tidak berguna
 Selektif

Objektif :
 Menyendiri
 Mengurung diri
 Tidak mau bercakap-cakap denan orang
lain
 Mematung
 Mondar-mandir tanpa arah
 Tidak berinisiatif berhubungan dengan
orang lain

B. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Isolasi sosial TUM : a. Setelah 2 x SP I p
Pasien pertemuan pasien 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi
dapat mampu sosialpasien
berinteraksi menjelaskan 2. Berdiskusi dengan pasien tentang
dengan penyebab isolasi keuntungan berinteraksi dengan orang
orang lain sosial lain
b. Setelah 2 x 3. Berdiskusi dengan pasien tentang
pertemuan pasien kerugian tidak berinteraksi dengan orang
mampu lain
menyebutkan 4. Mengajarkan pasien cara berkenalan
keuntungan dengan satu orang
berhubungan 5. Menganjurkan pasien memasukkan
sosial (banyak kegiatan latihan berbincang-bincang
teman, tidak dengan orang lain dalam kegiatan harian
kesepian, bisa
diskusi, saling SP II p
menolong) dan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
kerugian dari pasien
isolasi sosial 2. Memberikan kesempatankepada pasien
( kesepian, tidak mempraktekkan cara berkenalan dengan
bisa diskusi, dan satu orang
sendiri) 3. Membantu pasien memasukkan kegiatan
c. Setelah 2 berbincang-bincang dengan orang lain
xpertemuan pasien sebagai salah satu kegiatan harian
mampu melakukan
hubungan sosial SP III p
secarabertahap 1. Mengevaluasi jadwal kegiatanharian
dengan pasien
 Perawat 2. Memberikan kesempatan kepada
 Perawat lain berkenalan dengan dua orangatau lebih
 Pasien lain 3. Menganjurkan pasien memasukkan
 Keluarga dalam jadwal kegiatan harian

 Kelompok
TUM : a. Setelah 3 SP I k
Keluarga xpertemuan 4. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
mampu keluarga mampu keluarga dalammerawat pasien
merawat menjelaskan 5. Menjelaskan pengertian, tandadan gejala
pasien pengertian, tanda isolasi sosial yang dialami pasien beserta
gejala isolasi prosesterjadinya
di rumah
sosial 6. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
b. Setelah 3 isolasisosial
xpertemuan
keluarga mampu SP II k
menjelaskan cara- 3. Melatih keluarga mempraktekkancara
cara merawat merawat pasien dengan isolasi sosial
pasien isolasi 4. Melatih keluarga melakukan cara
sosial merawat langsung kepada pasien isolasi
c. Setelah 3 x sosial
pertemuan
keluarga mampu SP III k
memperagakan 3. Membantu keluarga membuatjadual
cara merawat aktivitas di rumah termasuk minum obat
langsung pasien (dischargeplanning)
dengan isolasi 4. Menjelaskan follow up pasien setelah
sosial pulang
D. Tindakan dan Evaluasi Keperawatan
Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan
Rabu, 01 Isolasi sosial SP I p S:
September 1. Mengidentifikasi  Mengatakan malas berintraksi
2021 penyebab isolasi  Mengatakan orang lain tidak
sosial pasien menerima dirinya
2. Berdiskusi dengan  Merasa orang lain tidak selevel
pasien tentang  Curiga dengan orang lain
keuntungan  Mendengar suara -2/ melihat
berinteraksi dengan bayangan
orang lain  Merasa tidak berguna
3. Berdiskusi dengan  Selektif
pasien tentang
kerugian tidak O :
berinteraksi dengan  Menyendiri
orang lain
 Mengurung diri
4. Mengajarkan pasien
 Pasien mampu mengungkapkan
cara berkenalan
penyebab isolasi sosial, mampu
dengan satu orang
berdiskusi menengani
5. Menganjurkan pasien
keuntungan berintraksi sosial
memasukkan kegiatan dan mengungkapkan kerugian
latihan berbincang- tidak berintraksi dengan orang
bincang dengan orang lain
lain dalam kegiatan
harian A : Isolasi sosial SP 1 teratasi

P : Lanjutkan intervensi SP 2
isolasi sosial
Kamis, 02 Isolasi sosial SP II p S:
September 1. Mengevaluasi jadwal  Pasien mengatakan merasa
2021 kegiatan harian pasien takut untuk memulai
2. Memberikan perkenalan
kesempatan kepada  Pasien mengatakan senang
pasien belajar berkenalan dengan
mempraktekkan cara perawat
berkenalan dengan
satu orang O:
3. Membantu pasien  Pasien mampu mengungkapkan
memasukkan kegiatan jawal hariannya
berbincang-bincang  Pasien berantusias untuk belajar
dengan orang lain perkenalan diri tetapi pasien
sebagai salah satu masih merasa takut
kegiatan harian  Pasien mampu
memperkenalkan diirnya
kepada perawat

A : Isolasi sosial SP 2 teratasi

P : Lanjutkan intervensi SP 3
isolasi sosial

Jumat, 03 Isolasi sosial SP III p S:


September 1. Mengevaluasi jadwal  Pasien mengatakan jadwal
2021 kegiatan harian pasien kegiatan harinnya
2. Memberikan  Pasien mampu mempraktikan
kesempatan kepada perkenalan diri
berkenalan dengan
dua orangatau lebih O:
3. Menganjurkan pasien  Pasien mampu mengungkapkan
memasukkan dalam jadwal kegiatan harianya
jadwal kegiatan harian  Pasien mampu melakukan
perkenalan kepada orang
tuanya

A : Isolasi sosial SP 3 teratasi

P : Optimalkan SP 3 isolasi social

Anda mungkin juga menyukai