Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

Dosen Pengampu : Drs. H. Sulaiman, M.Pd, Ph.d

Oleh :

Nama : GINA AMALIA

Nim : 1710125320067

Kelas : 4B

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2019
A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari kata philos dan shopia, philos artinya berpikir
dan shopia artinya kebijaksanaan. Jadi filsafat ialah cinta kepada
kebijaksanaan. Berpikir artinya mengolah data inderawi menjadi penertian,
atau proses mencari makna, dan kebijaksanaan artinya pengambilan
keputusan yang memihak pihak yang lemah. Pihak yang lemah disini
maksudnya kelompok sosial yang dikuasai oleh pihak yang kuat, misalnya
kaum budak, kaum tani hamba, kaum buruh, rakyat jelata, dan sebagainya.
Jika suatu keputusan memihak kepada pihak yang kuat itu adalah tidak
bijaksana. Pengambil keputusan pada umumnya adalah pemimpin baik
formal maupun informal. Dengan demikian filsafat dapat diartikan berpikir
mendalam tentang data indrawi dan pengambilan keputusan yang
memihak kepada pihak yang lemah. Shopia bisa diartikan pengetahuan,
kearifan dan kebijaksanaan.
Menurut Sondang P. Siagian, filsafat berarti cinta kepada
kebijaksanaan. Untuk menjadi bijaksana, berarti harus berusaha
mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, baik mengenai
hakikat adanya sesuatu, fungsi, ciri-ciri, kegunaan, masalah-masalah, dan
sekaligus pemecahannya.
Selanjutnya menurut Imam Barnadih, filsafat berasal dari bahasa
Yunani yang berupa rangkaian dua pengertian, yaitu philare berarti cinta
dan sopia berarti kebaajikan. Yang dimaksud kebajikan di sini adalah
kebijakan manusia. Denan dasar pengetahuan filosofisnya itu, diharapkan
orang dapat memberikan pendapat dan keputusan secara bijaksana.
Dalam ungkapan yang paling sederhana, Hasan Langgulung
mengemukakan bahwa filsafat berarti cinta hikmah (kebijaksanaan). Orang
yang cinta hikmah kebijaksanaan, selalu mencari dan meluangkan waktu
untuk mencapainya, mempunyai sikap positif terhadapnya, dan terhadap
hakikat segala sesuatu. Selain itu, berusaha menghubungkan sebab-sebab
dengan akibatnya, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman
kemanusiaan. Jadi, bijaksana bukan saja orang yang paling banyak dan
tinggi pengetahuannya, tetapi juga memiliki kemantapan pandangan dan
tinjauan yang jauh ke depan, di mana pengetahuan itu sendiri tidak
sanggup mencapaianya.
Filsafat lahir dari keraguan (skeptis), kekaguman (keheranan), dan
dari berpikir kritis (mempertanyakan) terhadap gejala alam dan sosial.
Keraguan (skeptis), mendorong manusia mencari pemecahan atas sesuatu
yang diragukan. Kekaguman (keheranan), melihat kebesaran alam,
manusia mencari prinsip dasar terjadinya alam. Berpikir kritis, tidak
menerima begitu saja apa adanya, selalu mempertanyakan apa saja
terutama sesuatu yang mapan (established), berpikir kritis tidak
menggunakan asusmi terlebih dahulu.
Obyek filsafat ialah gejala-peristiwa alam dan sosial, atau segala
sesuatu yang ada di dunia. Yang ada di dunia ialah alam dan manusia;
binatang termasuk kategori alam. Interaksi manusia dengan alam
mengakibatkan manusia berpikir tentang alam, kemudian melahirkan
pengetahuan, teori, dan ilmu alam. Interaksi manusia dengan manusia
lainnya mengakibatkan manusia berpikir tentang manusia kemudian
melahirkan pengetahuan, teori, dan ilmu manusia. Karena manusia hidup
bermasyarakat sebagai makhluk sosial, maka hasil interaksi sosial
melahirkan pengetahuan, teori, dan ilmu sosial. Tujuan filsafat ialah
memperoleh pengertian (makna) dan menjelaskan gejala-peristiwa alam
dan sosial. Itu berarti orang yang berfilsafat harus berpikir obyektif atas
hal-hal yang obyektif, bukan menghayal. Orang berfilsafat harus mampu
menjelaskan hubungan antara sebab dan akibat, antara bentuk da nisi,
antara gejala dan hakikat. Berfilsafat itu penting, sebab dengan berfilsafat
orang akan mempunyai pedoman untuk berpikir, bersikap dan bertindak
secara sadar dalam mengahadapi berbagai gejala-peristiwa yang timbul
dalam alam dan masyarakat. Kesadaran itu akan membuat seseorang tidak
mudah digoyahkan dan diombang-ambingkan oleh timbulnya gejala-
gejala, peristiwa, dan masalah yang dihadapi.

B. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Manusia adalah bagian dari alam. Oleh sebab itu ia hidup di dalam
lingkunan alam. Alam menyediakan alat pemenuhan kebutuhan hidup
manusia. Dalam hidup, manusia bersama dengan manusia lain, maka ia
merupakan makhluk sosial, artinya individu (manusia perseorangan) tidak
dapat hidup sendiri. Ia membutuhkan manusia lain dalam menanggapi
gejala dari peristiwa alam. Sebagai makhluk sosial, manusia harus
menaggapi gejala dan peristiwa alam. Sebagai makhluk sosial, manusia
harus menanggapi gejala dan peristiwa sosial. Pada awalnya manusia
bersifat reaktif terhadap gejala-peristiwa ala dan sosial. Dalam proses
perkembangannya, manusia memiliki kemampuan merekayasa (proaktif)
terhadap gejala-peristiwa alam dan sosial.
Hubungan timbal balik antara manusia dengan alam dan manusia
lainnya (sosial) disebut praktek alam dan sosial. Praktek melahirkan
pengetahuan. Pengetahuan yang telah diseleksi, diklasifikasikan, dan
digeneralisasi melahirkan teori. Kemudian teori melahirkan teknologi dan
metodologi untuk memimpin praktek.
Secara umum ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasikan rumusan-rumusan yang pasti. Pengertian ilmu pengetahuan
lainnya adalah suatu sistem berbagai pengetahuan yang didapatkan dari
hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan
menggunaan suatu metode tertentu. Jadi, ilmu adalah segala proses
kegiatan terhadap suatu keadaan dengan cara menggunakan alat, prosedur,
cara metode, sehingga menghasilkan pengetahuan baru bagi manusia itu
sendiri.
Secara etimologi, kata ilmu berasal dari bahasa Arab “ilm” yang
berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris,
“science” atau bahasa latihn “scientia” yang mengandung kata kerja scire
yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu
pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial
dapat berate mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
Menurut Dadang Ahmad S, ilmu pengetahuan adalah suatu proses
pembentukan pengetahuan yang terus menerus hingga dapat menjelaskan
fenomena dan keberadaan alam itu sendiri. Selanjutnya menurut
Syahruddin Kasim, ilmu pengetahuan adalah pancaran hasil metabolism
ragawi sebagai hidayah sang pencipta yang berasal dari proses interaksi
fenomena fitrawi melalui dimensi hati, akal, nafsu yang rasional empiric
dan hakiki dalam menjelaskan hasanah alam semesta demi untuk
menyempurnakan tanggung jawab kekhalifaan. Menurut Prof. Sondang
Siagian, ilmu pengetahuan adalah suatu objek, ilmiah yang memiliki
sekelompok, prinsipol, dalil, rumus, yang melalui percobaan yang
sistemasti dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya, dalil-dalil,
prinsip-prinsip dan rumus-rumus mana yang dapat diajarkan dan
dipelajari. Menurut Drs. S. Abu Bakar, ilmu pengetahuan adalah suatu
pendapat atau buah pikiran, yang memenuhi persyaratan dalam ilmu
pengetahuan terhadap suatu bidang masalah tertentu.
Berdasarkan pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan digolongkan
menjadi dua golongan yaitu ilmu pengetahuan real dan ilmu pengetahuan
formal. Yang termasuk ilmu pengetahuan real yaitu ilmu pengeahuan alam
dan ilmu pengetahuan sosial, sedangkan yang termasuk ilmu pengetahuan
formal yaitu matematika dan logika. Ilmu pengetahuan real mempelajari
obyek tertentu yang diperoleh dari pengalaman, masing-masing kelompok
mengadakan penelitian sehingga hasilnya adalah reduksi (atau ringkasan
secara rasional dan sistematis) atas obyek. Ciri-ciri ilmu pengetahuan real
adalah bersifar empiris, tematis terbatas, dan secara metodik adalah abtrak.
Sifat empiris itu ialah bahwa obyek yang dibahas adalah kenyataan
yang dapat diobservasi, dapat diteliti melalui indera, dan rasio mengolah
data empiris itu tidak melampaui obyek yang diteliti. Tematis terbatas
ialah membatasi diri pada tema tertentu atau aspek tertentu saja, sedangkan
aspek yang lainnya hanya sebagai pelengkap saja. Secara metodik adalah
abtrak artinya tidak melihat keseluruhan, hanya fragmentasi saja, makin
lama makin kecil, terbatas; misalnya manusia hanya dicari dari aspek
raganya atau jiwanya saja.
Terbentuknya ilmu pengetahuan real dimulai dari observasi fakta
atau kenyataan obyektif (kenyataan apa adanya). Fakta itu dapat
merupakan benda secara fisik, peristiwa dan gejala. Hasil observasi fakta
merupakan pengalaman; pengalaman dikasifikan, dieda-bedakan,
dogolong-golongkan, dicari hubungannya satu dengan yang lainnya,
kemudian digeneralisasi menjadi suatu teori; teori diaplikasikan (diuji)
dengan praktek; jika teori tahan uji atau diaplikasikan dalam kenyataan
obyektif atau kehidupan riilm, disusn secara sistematis, bisa
diperbandingkan dengan yang lain, kemudian dinyatakan sebagai ilmu.
Ilmu pengetahuan formal mempelajari struktur-struktur tertentu yang tidak
berdasarkan pengalaman inderawi, tetapi berdasar kemampuan kerja otak.
Ia membahas forma-forma (bentuk-bentuk) tertentu seperti matematika
dan logika. Ilmu formal merupakan hasil kerja otak tanpa observasi
kenyataan obyektif; ia lahir dari hasil kontradiksi ide atau dialektika ide,
maka ia memiliki wilayah yang tidak terbatas sampai dengan metafisika
(di luar kenyataan obyektif). Intinya ilmu pengetahuan formal ialah
berpikir logis (logika).
Logika dapat dikategorikan mennjadi dua yaitu logika formal
(logika bentuk) dan logika material (isi). Logika formal (bentuk) mencari
penalaran yang logis dari berbagai bentuk premis (pernyataan); premis
atau pernyataan menjadi dasar kesimpulan logis. Logika material (isi)
mencari kebenaran melalui penjelasan hakikat materi; ia menagkap bentuk
meudian mencari isinya, atau menangkap akibat kemudian mencari
sebabnya.
Ilmu pengetahuan menjawab pertanyaan lebih secara substansial,
maka ilmu pengetahuan tidak bisa menemukan jawabannya secara konkret
dan empiris. Plato, sejak lama justru telah menjawab dengan filsafat
idealismenya bahwa angka dan waktu merupakan sesuatu yang asbtrak.
C. Persamaan dan Perbedaan Filsafat dengan Ilmu
1. Persamaan filsafat dengan ilmu:
 Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki
obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
 Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan
mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
 Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan
yang bergandengan
 Keduanya mempunyai metode dan system
 Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan
seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
 Keduanya menggunakan reflektif thinking di dalam menghadapi
fakta-fakta dunia dan kehidupan.
 Keduanya menunjukkan sikap kritis dan terbuka, dan memberikan
perhatian yang tidak berat sebelah.
 Keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisir.
2. Perbedaan filsafat dengan ilmu:
 Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum],
yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material
ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris.
Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing
secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak
terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
 Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non
fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang
ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu
bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek
formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide
manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
 Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang
menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan
ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error.
Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis,
sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
 Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu
bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai
dari tidak tahu menjadi tahu
 Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan
mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu
menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang
lebih dekat, yang sekunder.
D. Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Gerard Beekman dalam bukunya (1973) filsafat, para filsuf,
berfilsafat menyatakan bahwa filsafat memainkan peranan dalam
hubungannya dengan semua ilmu pengetahuan. Filsafat tidak harus
mengirim imformasi dari sisi ilmu pengetahuan, tapi harus memberikan
ilmu pengetahuan.

Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan


(mother of science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu
pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Kenapa
demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan
dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang
melahirkan berbagai pencabangan ilmu.untuk mengetahui hubungan antara
filsafat dan ilmu kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian filsafat
dan ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun


secara sistematis yang memberi jawaban atas pertanyaan: (1) ontologi
yaitu apa yang ingin diketahui, (2) epistemologi yaitu bagaimana cara
memperoleh pengetahuan, dan (3) axiologi yaitu untuk apa (kegunaan)
ilmu pengetahuan bagi kehidupan. Filsafat adalah ilmu yang komprehensif
(menyeluruh), biasa disebut induk ilmu sedangkan ilmu pengetahuan
adalah parsial (fragmentaris). Ilmu pengetahuan hanya membicarakan hal-
hal yang khusus saja atau membicarakan bidang tertentu saja.

Filsafat adalah buah pemikiran seseorang yang mengkaji tentang


masalah yang berkenan dengannya dalam segala sesuatu secara benar, agar
menemukan hakikat yang sebenarnya. Filsafat mempunyai tujuan yang
sangat besar yaitu memahami hakikat dari suatu obyek (apa yang
dikajinya) yang hingga kini masih tetap dipertahankan. Dan oleh karena
informasi dan pengetahuan yang menunjangnya harus dapat
dipertanggungjawabkan baik secara rasional (logis) ataupun secara factual
(dialami langsung dalam kehidupan manusia) maka filsafat harus
melakukan kontak atau menghubungi ilmu pengetahuan guna mengambil
informasi atau teori-teori terbaru darinya yang akhirnya dapatlah
dikembangkan secara filsafati. Tujuan filsafat dalam mempersoalkan nilai
dari suatu obyek (aksiologi) masih tetap dipertahankannya. Hal inipun
dilakukan filsafat terhadap ilmu pengetahuan akibatnya temuan-temuan
ilmiah yang dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan serta
ketuhanan diberi kritik atau dikoreksi. Filsafat melakukan kajian dan kritik
terhadap persoalan-persoalan metodologi ilmu pengetahuan. Kritik filsafat
atas cara kerja dan metodologi ilmu pengetahuan pada prinsipnya
menguntungkan ilmu pengetahuan karena dapat menjernihkan dan
menyempurnakan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Antara filsafat dan ilmu ini memiliki hubungan dan persamaan,


keduanya ini merupakan hasil ciptaan kegiatan pemikiran manusia, yaitu
berfikir filosofis dan empiris ilmiah. Filsafat menentukan tujuan hidup dan
ilmu menentukan sarana untuk hidup. Jadi, antara filsafat dan ilmu
pengetahuan ini sangatlah berkaitan erat, filsafat ini disebut sebagai
patokan ilmu pengetahuan. Filsafat dan ilmu mempunyai hubungan yang
saling melengkapi satu sama lainnya. Perbedaan tersebut bukan untuk
dipertentangkan malainkan untuk dapat saling mengisi, melengkapi harena
hakikat perbedaannya hanya terletak pada pendekatan yang berbeda.

Hakikatnya tujuan filsafat adalah melahirkan anak kandung yang


disebut ilmu pengetahuan. Orang-orang yang belajar ilmu pengetahuan
harus belajar filsafat agar mengerti secara mendalam ilmu yang
dipelajarinya. Kattsoff menjelaskan bahwa tujuan filsafat ialah
mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin, dan menerbitkan serta
mengatur semua itu dalam bentuk yang sistematik. Itu artinya bahwa ilmu
itu anak kandung filsafat.

Secara singkat hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan


yaitu sebagai berikut :
 Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal
(universal science) sedangkan ilmu-ilmu itu terbatas, khusus
lapangannya.
 Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight yang kebih
mendalam, dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir
sedangkan ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab-sebab tetapi
yang tak begitu dalam. Dengan satu perkataan dapat dikatakan: ilmu
mengatakan “bagaimana” filsafat mengatakan “apa” barang-barang
itu.
 Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu pengetahuan yang
khusus, mempersatukan, mengkoordinasikannya.
 Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu pengetahuan,
tetapi sudu pandangannaya lain, jadi merupakan dua ilmu yang
tersendiri. Kedua-duanya penting dan perlu, dan kedua-duanya saling
melengkapi. Tetapi pun pula harus saling menghormati dan mengakui
batas-batas dan sifat masing-masing. Ini sering dilupakan, lalu
menimbulkan macam-macam kesukaran dan persoalan yang
sebetulnya dapat dihindarkan asal saja orang mengetahui dan
memahami akan perbedaan antara kedua ilmu itu.
E. Sumbangan Filsafat Kepada Ilmu Pengetahuan
1. Filsafat memberikan pengetahuan insight atau pemahaman lebih dalam
dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir.
2. Filsafat bisa membantu mengkoordinasikan hasil ilmu pengetahuan
dalam kesatuan sistem serta sebagai moderator yang mengatur dialog
antar berbagai bidang ilmu.
3. Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu pengetahuan yang khusus
mempersatukan dan mengkoordinasikan.
4. Filsafat dapat menjadi pembuka sekaligus ilmu pamungkas keilmuan
yang tidak dapat di selesaikan oleh ilmu pengetahuan.
F. Sumbangan Ilmu Pengetahuan Kepada Filsafat
1. Filsafat belajar dari ilmu pengetahuan dengan menekankan
keseluruhan dan sesuatu (synopsis); karena keseluruhan mempunyai
sifat sendiri yang tidak ada bagian-bagiannya.
2. Ilmu pengetahuan memberi filsafat sejumlah bahan-bahan deskriptif
dan faktual serta esensial bagi pemikiran filsafat.
3. Ilmu mengoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah ide-ide
yang bertentangan dengan pengetahuan yang ilmiah.
4. Ilmu pengetahuan dapat membuktikan kebenaran filsafat
menggunakan teori-teori keiluan melalui observasi dan eksperimen
atau memperoleh justifikasi kewahyuan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. (2017). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Abidin, Z. (2011). Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hamdi, M. (2012). Pengantar Filsafat Ilmu. Bandung: UPI SPs Press.

https://www.zonareferensi.com/pengertian-ilmu/ diakses pada tanggal (28


Februari)

Prawironegoro, D. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Nusantara Consulting.

Salam, B. (2012). Pengantar Filsafat. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sudiarja, d. (2006). KARYA LENGKAP DRIYAKARYA: Esai-Esai Filsafat


Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai