Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL

“Percobaan 3”

Dosen Pembimbing : Ibu Gendis Purno Yudanti

Di Susun Oleh :

1. Dewi Fatimatuz Zahro (201905019)

2. Dewi Widhiastuti (201905020)

3. Dian Wahyuningrum (201905021)

4. Durrotun Ni’mah (201905023)

5. Dwi Nuriastiany (201905024)

Kelas : 5A/S1 FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA


KUDUS

2021 / 2022
PERCOBAAN III
TETES MATA KLORAMFENIKOL

I. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat tetes mata kloramfenikol.

II. DASAR TEORI

Obat mata ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam :
1.      Obat cuci mata (collyria)
2.      Obat tetes mata (guttae opthalmicae)
3.      Salep mata
Pada dasarnya sebagai obat mata biasanya dipakai :
1.  Bahan-bahan yang bersifat antiseptika (dapat memusnahkan kuman-kuman pada
selaput lender mata), misalnya asam borat, protargol, kloramfenikol, basitrasina, dan
sebagainya.
2.     Bahan-bahan yang bersifat mengecutkan selaput lender mata (adstringentia),
misalnya seng sulfat.
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya,
pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose
darah. Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada
pembuatan obat tetes mata harus disterilkan. (Anief, 1999)

Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan
bola mata.
Tetes mata harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu :
1.         Steril
2.         Sedapat mungkin isohidris
3.         Sedapat mungkin isotonis
Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilitas dicapai dengan
menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara aseptis, dan menggunakan
penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang steril. Isotonis dan pH yang
dikehendaki diperoleh dengan menggunakan pelarut yang cocok.
Pelarut yang sering digunakan adalah :
1.   Larutan 2% Asam Borat (pH = 5)
2.   Larutan Boraks – Asam Borat (pH = 6,5)
3.   Larutan basa lemah Boraks – Asam Borat (pH = 8)
4.   Aquadestillata
5.   Larutan NaCl 0,9%
(Widjajanti, 1989)

Anatomi dan Fisiologi


Obat tetes mata yang digunakan harus diserap masuk ke dalam mata untuk
dapat memberi efek. Larutan obat tetes mata segera campur dengan cairan lakrimal
dan meluas di permukaan kornea dan konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui
kornea menembus mata.
Mata terdiri dari kornea yang bening dan sclera yang tertutup oleh salut
pelindung dan berserabut, berwarna putih, rapat, dan tidak ada saluran darah.
Permukaan luas dari salut sclera terdapat membrane konjungtiva, membrane mukosa
yang tipis ini merupakan exterior coating yang kontinu pada bagian yang putih dari
mata dan aspek dalam dari penutup. Jaringan konjungtiva mengandung banyak
glandula mukosa yang uniseluler dan berguna untuk pemeliharaan mata umumnya.
Jaringan ini mengandung banyak saluran darah dan terutama kaya akan
saluran limfe. Saluran darah ini kolap, dan melebar bila ada iritasi oleh zat asing,
infeksi mikrobial atau lainnya.
Obat yang menembus ke dalam konjungtiva, sebagian dihilangkan oleh aliran
cairan melalui konjungtiva darah, sistem limfe.
Di bawah ini terletak sclera yang berserabut dan rapat. Bagian kornea
merupakan jaringan vaskuler, transparan, dan sangat tipis.
Sel-sel epitel pada permukaannya mengandung komponen lipoid. Pada kornea
ini banyak sekali urat syarat sensoris yang bebas dan berakhir antara sel-sel epitel dan
permukaan. Karena itu sangat peka terhadap stimuli dan penjamahan. (Anief, 2000)

III.             ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Glassware Kloramfenikol
Vial Asam borat
Timbangan Na tetra borat
Preservative
Aqua destilata
HCl 0,1 N – NaOH 0,1 N

IV.             FORMULA

R/              Kloramfenikol                          50 mg
                  Asam borat                             150 mg
                  Na Tetra Borat                         30 mg
                  Nipagin                                   100 µg
V.                   CARA KERJA
Dilarutkan asam borat dan natri tetra borat dalam aquadest
V
Dilarutkan preservative dalam aquadest dan ditambahkan pada larutan 1
V
Dilarutkan kloramfenikol dalam larutan 2 dan ditambahkan sisa aquadest
V
Disterilkan menurut cara B
V
Dimasukkan wadah dan diberi etiket

VI.                HASIL PERCOBAAN

Hasil Evaluasi

No. Evaluasi Hasil Keterangan


1. pH 7,3 pH meningkat
2. Partikel asing Tidak ada Bersih
Karena sudah
3. Kejernihan Jernih disaring dan ditutup
rapat
Karena botol
4. Kebocoran Tidak bocor
tertutup rapat

Kesimpulan : pH 7-8 yaitu pH netral. Untuk uji kebocoran didapat hasil tidak terjadi
kebocoran dan pada uji kejernihan hasilnya jernih dan. Maka dapat disimpulkan tetes
mata kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat yang ada di buku yang
dikarang ansel.

VII. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami dan mampu
membuat sediaan tetes mata Kloramfenikol. Tetes mata adalah sediaan steril berupa
larutan atau suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput
lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata (Widjajanti, 1989). Tetes mata
disebut juga Guttae Opthalmitae. Tetes mata berair umumnya dibuat menggunakan
cairan pembawa berair yang mengandung zat pengawet terutama fenil raksa (II)
nitrat, benzalkonium klorida 0,01% b/v yang pemilihannya didasarkan atas
ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya selama
waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan. (FI III, 1979)
Obat tetes mata yang digunakan harus diserap masuk ke dalam mata untuk
dapat memberi efek. Larutan obat tetes mata segera campur dengan cairan lakrimal
dan meluas di permukaan kornea dan konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui
kornea menembus mata. (Anief, 2000)
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya,
pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose
darah. Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada
pembuatan obat tetes mata harus disterilkan. (Anief, 1999)
Sediaan ini diteteskan ke dalam mata sebagai antibacterial, anestetik,
diagnose, midratik, miotik, dan antiinflamasi. Obat tetes mata sering digunakan pada
mata yang luka karena habis dioperasi atau karena kecelakaan. Syarat-syarat untuk
tetes mata dikehendaki syarat-syaratnya yaitu obatnya harus stabil secara kimia, harus
mempunyai aktivitas terpeutik yang optimal, harus tidak mengiritasi dan tidak
menimbulkan rasa sakit pada mata, harus teliti dan tepat secara jernih, harus bebas
dari mikroorganismeyg hidup dan tetap tinggal demikian selama penyimpanan yang
diperlukan. Jadi pada prinsipnya obat tetes mata harus steril, jernih, dan bebas
partikel asing. (Anief, 2000)
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek local pada pengobatan
bagian permukaan, mata, atau bagian dalamnya. Yang sering dipakai adalah larutan
dalam air, akan tetapi juga biasa dipakai suspense cairan bukan air dan salep mata,
karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimoan cairan dan salep terbatas.
Pada umumnya obat mata dibiarkan dalam volume yang kecil. Preparat cairan sering
diberikan dalam bentuk sediaan tetes mata dan salep mata dengan mengoleskan salep
yang tipis pada pelupuk mata. Volume sediaan cairan yang lebih besar dapat
digunakan untuk menyegarkan dan mencuci mata. (Ansel, 1989)
Dalam percobaan ini bahan obat yang digunakan sebagai zat aktif adalah
Kloramfenikol yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan
infeksi mata dan merupakan antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik.
Kloramfenikol juga mengandung tidak lebih 103,0% dan tidak kurang dari 97,0%
C11H12Cl2N2O5, dihitung dari zat yang telah dikeringkan. Selain kloramfenikol
digunakan asam borat sebagai buffer, Na tetra borat sebagai antiseptic eksternal,
Nipagin sebagai preservative, dan aquadest sebagai pelarut. Digunakan Nipagin
sebagai karena zat tersebut dapat larut dalam air  dan biasanya mudah diumbuhi
mikroba. Asam borat merupakan asam lemah dan Na tetraborat merupakan garam,
yang keduanya berfungsi sebagai pelarut yang isotonis dan larutan dapar. Larutan
dapar ini menetralkan pH dan tetes mata agar sesuai cairan mata sehingga mencegah
dari ketidaknyamanan, mengurangi rasa sakit, menjaga stabilnya obat dalam larutan,
dan juga sebagai kontrol aktivitas terapeutik. Larutan dapar merupakan larutan yang
digunakan untuk meniadakan perubahan pH dengan penambahan sedikit asam atau
basa.
Yang dilakukan pertama kali adalah melarutkan asam borat denga Na tetra
borat dalam aquadest, kemudian nipagin dilarutkan dalam sebagian aquadest dan
ditambahkan pada larutan asam borat dan Na tetraborat. Lalu kloramfenikol
dilarutkan dalam aquadestdan semua larutan dicampur. Asam borat dan Na tetraborat
digunakan sebagai pelarut yang isotonis dan pH6,5 sesuai dengan cairan mata,
nipagin digunakan untuk mempertahankan sterilitas karena dikhawatirkan masih ada
kontaminannya. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam vial dan disterilkan menurut
cara B, yaitu dengan dididihkan dala  suhu 980 – 1000C selama 30 menit. Jika
disterilisasi dengan autoklav akan merusak kloramfenikol dan nipagin. Wadah ditutup
rapat dan obat diberi label untuk pemakaian luar dan tidak boleh digunakan lebih dari
1 bulan setelah tutupnya dibuka. Digunakan suhu 98 0– 1000C karena dengan suhu
tersebut dapat lebih efektif membunuh mikroorganisme.
Pada hasil percobaan didapatkan hasil pH 7-8 yaitu pH netral diukur
menggunakan stik pH. Untuk uji kebocoran didapat hasil tidak terjadi kebocoran dan
pada uji kejernihan hasilnya jernih dan. Maka dapat disimpulkan tetes mata
kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat yang ada di buku yang
dikarang ansel.

VIII. KESIMPULAN

1.   Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan
cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata
2.   Tetes mata kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat karena memenuhi
syarat yaitu pH 7-8, tidak ada kebocoran, dan larutan jernih.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta


Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Anief, Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Sutedjo, R.Y. 2008. Mengenal Obat-Obatan secara Mudah dan Aplikasinya dalam
Keperawatan. Amara Books. Jakarta
Widjajanti, Nuraini. 1989. Obat-Obatan. Kanisius. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai