A. Pemerolehan Bahasa Pertama 1. Pengertian Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa (language acquisition) merupakan proses pemilikan kemampuan berbahasa secara alamiah. Berikut merupakan karakteristik proses pemerolehan bahasa: a. Terjadi secara langsung dalam situasi informal, tanpa melalui pembelajaran formal. b. Berjalan secara spontan, tanpa sadar, dan tanpa beban. c. Berlangsung secara terus-menerus dalam konteks berbahasa yang nyata dan bermakna. d. Didorong oleh kebutuhan, baik kebutuhan untuk memahami maupun dipahami orang lain. e. Diperoleh secara lisan melalui tindak berbahasa menyimak/mendengarkan dan berbicara. Kegiatan pemerolehan bahasa melibatkan dua kemampuan. Pertama, kemampuan reseptif, yaitu kemampuan menyerap, menerima, dan memahami tuturan orang lain. Kedua, kemampuan produktif yaitu kemampuan menghasilkan tuturan, untuk mengekspresikan diri atau menanggapi rangsang bahasa yang disampaikan oleh orang lain. Bahasa pertama (B1) merupakan bahasa yang pertama kali dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak. Sedangkan bahasa kedua adalah bahasa yang dikuasai anak setelah menguasai bahasa pertama 2. Teori Pemerolehan Bahasa a. Pandangan Nativistis Menurut pandangan nativistis, setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemampuan bawaan atau alamiah untuk dapat berbahasa. Kemampuan bawaan berbahasa itu disebut dengan ‘piranti pemerolehan bahasa’ (language acquisition device atau LAD) yang berpusat pada otak. Piranti itulah yang membuat anak dapat berbahasa sebagimana halnya sirip dan ekor yang memungkinkan seekor ikan bisa berenang. b. Pandangan Behavioristis Menurut pandangan behavioristis, penguasaan bahasa anak ditentukan oleh rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya. Anak tidak memiliki peranan aktif, melainkan hanya sebagai penerima pasif. c. Pandangan Kognitif Menurut pandangan kognitif, penguasaan dan perkembangan bahasa anak ditentukan oleh daya kognitifnya. Lingkungan tidak serta merta memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan bahasa anak. Dengan kata lain, anaklah yang berperan aktif untuk terlibat dengan lingkungannya agar penguasaan bahasanya dapat berkembang secara lebih optimal. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak Kecepatan dan kefasihan perkembangan bahasa satu anak dengan anak yang lain tidaklah sama. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak, di antaranya sebagai berikut: a. Faktor Biologis Perangkat biologis yang menentukan penguasaan bahasa anak adalah otak (sistem syaraf), alat dengar, dan alat ucap. Ketergantungan pada salah satu, apalagi ketiganya, dapat menghambat kemampuan anak dalam berbahasa. b. Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial diperlukan seorang anak sebagai contoh atau model berbahasa untuk menumbuhkembangkan kemampuan berbahasanya. Lingkungan sosial disini merupakan perilaku berbahasa orang tua, saudara, kerabat, keluarga, teman, maupun anggota masyarakat. c. Faktor Inteligensi Inteligensi merupakan kemampuan seseorang dalam berpikir atau bernalar, termasuk memecahkan suatu masalah. Dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa, anak-anak yang bernalar tinggi, tingkat pencapaiannya cenderung lebih cepat, lebih kaya dan bervariasi khasanah bahasanya dibandingkan dengan anak yang bernalar sedang atau rendah. d. Faktor Motivasi Pemberian motivasi dari lingkungan sosial sangat berarti bagi anak untuk membuatnya kian bergairah untuk belajar berbahasa. Anak yang dibesarkan dengan motivasi belajar bahasa yang tinggi akan kian memicu proses belajar bahasa anak. 4. Strategi Pemerolehan Bahasa Sejumlah strategi yang dilakukan seorang anak dalam belajar suatu bahasa, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Mengingat b. Meniru c. Mengalami Langsung d. Bermain e. Penyederhanaan 5. Tahap-tahap Pemerolehan Bahasa a. Tahap Pralinguistik Pada tahap ini, bunyi bahasa yang dihasilkan akan semakin mendekati bunyi vokal atau konsonan tertentu. Fase ini berlangsung sejak anak lahir sampai berumur sekitar 12 bulan. b. Tahap Holofrasis atau Satu-Kata Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12 bulan – 18 bulan. Pada tahap ini, anak menggunakan satu kata yang bermakna mewakili keseluruhan ide yang disampaikannya. c. Tahap Dua-Kata Fase ini berlangsung sewaktu anak berusia sekitar 18-24 bulan. Pada tahap ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat, seiring dengan kematangan otak dan alat ucapnya. d. Tahap Telegrafis Antara usia 2-3 tahun anak telah menghasilkan ujaran dalam bentuk kalimat-kalimat pendek. Ciri yang paling mencolok pada fase ini bukanlah pada jumlah kata yang dihasilkan anak, melainkan pada variasi bentuk kata yang sudah mulai muncul. B. Pemerolehan Bahasa Kedua 1. Pengertian dan Cara Pemerolehan Bahasa Kedua Suatu bahasa disebut bahasa kedua apabila bahasa tersebut dikuasai anak melalui belajar secara formal. Dalam memperoleh bahasa kedua (B2), banyak cara yang dapat dilakukan baik melalui aktivitas pembelajaran di sekolah maupun kursus atau les maupun dilakukan secara spontan. 2. Teori Pemerolehan Bahasa Kedua a. Model Akulturasi Akulturasi merupakan proses adaptasi atau penyesuaian dengan kebudayaan baru. b. Teori Akomodasi Hubungan masyarakat B1 dengan B2 dalam berinteraksi sangat menentukan pemerolehan B2. c. Teori Wacana Menekankan pentingnya pembelajar B2 menemukan makna bahasa melalui keterlibatannya dalam berkomunikasi. d. Model Monitor Proses konstruksi kreatif dalam berbahasa. e. Model Kompetensi Variabel Model ini menyatakan bahwa cara seseorang mempelajari bahasa akan mencerminkan cara orang itu menggunakan bahasa yang dipelajarinya. f. Hipotesis Universal Menyatakan bahwa anak menemukan kaidah-kaidah bahasa dengan bentuk gramatika universal, yakni gramatika inti. g. Teori Neurofungsional Teori ini menyatakan bahwa adanya hubungan antara bahasa denagn anatomi syaraf.
MODUL 3 (PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA)
A. Hakikat Pendekatan, Metode, dan Teknik 1. Pendekatan Pendekatan adalah sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berhubungan dengan sesuatu. Di dalam pengajaran bahasa, pendekatan merupakan pandangan, filsafat, atau kepercayaan tentang hakikat bahasa, dan pengajaran bahasa yang diyakini oleh guru bahasa. 2. Metode Pada umumnya metode diartikan sebagai ‘cara mengajar’. Metode pada hakikatnya adalah suatu prosedur untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi hal-hal berikut. a. Pemilihan bahan. b. Urutan bahan. c. Penyajian bahan. d. Pengulangan bahan. Metode-metode yang dapat diterapkan di dalam pengajaran bahasa Indonesia di SD adalah sebagai berikut. a. Direct method Metode langsung atau direct method adalah metode pengajaran bahasa yang di dalam pelaksanaanya guru langsung menggunakan bahasa sasaran, yaitu bahasa yang diajarkan. b. Natural method Metode murni atau natural method dapat pula dikatakan sebagai metode alamiah yang dalam pelaksanaannya penggunaan peraga yang berupa benda-benda, gambar-gambar, atau peragaan secara langsung dalam aktivitas sehari-hari. c. Reading method Metode ini dapat diterapkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dengan jalan dimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Metode ini cocok diterapkan di SD kelas tinggi. d. Eclectic method Eclectic artinya ‘memilih secara bebas’. Dalam hubungannya dengan metode pengajaran bahasa, bebas di sini yang dimaksud adalah bebas untuk menambah atau mengombinasi/mencampur antara metode yang satu dengan lainnya yang dianggap cocok. 3. Teknik Teknik adalah upaya guru , usaha-usaha guru, atau cara-cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas pada saat itu. Jadi, teknik ini bersifat implementasional. Adapun macam-macam teknik pembelajaran bahasa (yang dapat juga kita jumpai dalam pembelajaran mata pelajaran lain), seperti berikut ini (Saliwangi, 1989: 56-63). a. Teknik ceramah Teknik ceramah memang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi, terutama kepada mereka yang sudah termotivasi. Hingga saat ini, teknik ceramah memang masih sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. b. Teknik tanya jawab Tujuan teknik tanya jawab adalah untuk mengecek pemahaman siswa terhadap ceramah yang baru diberikan atau bisa juga pertanyaan yang diajukan guru untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang telah mereka baca. c. Teknik diskusi kelompok Tujuan digunakannya teknik ini adalah untuk melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat, dan mau menerima kritikan kalau memang pendapatnya kurang benar. d. Teknik pemberian tugas Teknik ini juga disebut sebagai resitasi yang dapat diberikan kepada siswa secara individual maupun kelompok. Diharapkan siswa dapat lebih mendalami materi pelajaran yang diberikan guru. e. Teknik ramu pendapat (brainstorming) Teknik ini merupakan perpaduan dari Teknik Tanya-Jawab dan Teknik Diskusi. Teknik ini bisa diterapkan dalam pembelajaran sastra misalnya. f. Simulasi Simulasi artinya tiruan (imitasi). Teknik simulasi ini tepat sekali digunakan untuk melatih keterampilan berbicara.