MAKALAH
Disusun oleh :
PEMBAHASAN
Dalam bab 2 ini akan berisikan jawaban dari rumusan masalah. Adapun diantaranya
akan dipaparkan sebagai berikut.
C. Kecerdasan ruang-visual
Kecerdasan ruang merupakan kemampuan untuk menangkap dunia ruang-
spasial dengan tepat, dalam artian bahwa kemampuan untuk membayangkan suatu
objek. Gardner mengakui bahwa pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas
untuk merasakan dunia visual secara akurat untuk melakukan transformasi dan
modifikasi terhadap persepsi awal atas penglihatan dan mampu menciptakan
kembali aspek dari pengalaman visual bahkan sampai pada ketidakhadiran dari
stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya. Karakteristik
individu yang menunjukkan kecerdasan ruang, yaitu
a) Senang merancang gambar, desain, dan peka terhadap citra serta warna
b) Pandai memvisualisasikan ide dan imajinasinya secara aktif
c) Mudah menemukan jalan dalam ruang, mempunyai persepsi yang tepat dari
berbagai sudut dan senang membuat rumah-rumah dari balok
E. Kecerdasan musikal
Kecerdasan musikal merupakan kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Selain itu
kecerdasan musikal juga bisa dikatakan kemampuan berpikir dengan nada, ritme,
irama, dan melodi juga pada suara alam. Individu dengan inteligensi musikal yang
menonjol akan sangat peka terhadap suara dan musik. Mereka akan dengan mudah
belajar dan bermain musik dengan baik. Karakteristik individu yang menunjukkan
kemampuan inteligensi musikal, yaitu
a) Pandai mengubah dan menciptakan musik, senang bernyanyi, bersenandung,
dan pandai memainkan alat musik
b) Mudah menangkap musik dan peka terhadap suara dan musik
c) Serta dapat membedakan bunyi berbagai alat musik dan gerak sesuai irama
F. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk mengerti dan peka
terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain atau
kemampuan. Individu yang mudah memahami orang lain dan mementingkan relasi
merupakan individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik. Individu
yang memiliki kecerdasan interpersonal mempunyai rasa belas kasihan dan
tanggung jawab sosial yang besar. Karakteristik individu yang menunjukkan
kecerdasan interpersonal, yaitu
a) Mampu berorganisasi dan mampu menjadi pemimpin dalam suatu organisasi
b) Mampu bersosialisasi dan menjadi moderator
c) Senang permainan berkelompok daripada individu
d) Mampu bekerja sama dengan teman
e) Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain dan mudah mengenal
f) Senang berkomunikasi verbal dan non-verbal
g) Peka terhadap teman dan suka memberi feedback
G. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran mendalam akan
perasaan batin. Kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri
dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri.
Individu dengan kecerdasan intrapersonal tinggi bukan berarti memiliki
kecenderungan untuk bekerja sendiri atau mengurung diri. Akan tetapi, mampu
mengenali dirinya dengan baik dan memiliki manajemen diri yang baik sehingga
mampu mengendalikan berbagai kegiatan dan pekerjaan sendiri tanpa menunggu
instruksi orang lain. Karakteristik individu yang menunjukkan kecerdasan
intrapersonal, yaitu
a) Mampu menilai diri sendiri atau instrospeksi diri
b) Berkonsentrasi
c) Keseimbangan diri
d) Reflektif dan bekerja mandiri
e) Mudah mengelola dan menguasai perasaanya dan sering mengamati serta
mendengarkan
f) Mampu merancang dan menyusun tujuan serta cita-cita dan planning hidup
H. Kecerdasan naturalistik
Kecerdasan naturalistik diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat
mengerti flora dan fauna dengan baik. Kemampuan untuk memahami dan
menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam
berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Para pecinta alam
adalah contoh orang yang tergolong sebagai orang-orang yang memiliki
kecerdasan ini. Secara umum, individu dengan kecerdasan naturalistik yang
menonjol memiliki kemapuan untuk
a) Mengenal flora dan fauna
b) Mengklasifikasi dan identifikasi tumbuh-tumbuhan dan binatang
c) Menyukai alam dan hidup diluar rumah
I. Kecerdasan eksistensial
Kecerdasan eksistensial berhubungan dengan kepekaan dan kemampuan
seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam terkait eksistensi
manusia. Kecerdasan jenis ini tampak pada filsuf eksistensialis yang selalu
mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia.
Orang-orang yang memiliki kecerdasan eksistensial sering melontarkan
pertanyaan yang jarang dipikirkan oleh orang lain bahkan pendidikanya sendiri.
Misalnya “apa semua manusia akan mati ?” kalau semua akan mati kenapa aku
hidup ? pada umumnya orang yang menonjol kecerdasan eksistensialnya juga
berkemampuan untuk
a) Peka dalam menjawab persoalan eksistensi diri atau manusia
b) Melakukan refleksi diri
c) Kontemplasi diri
C. Learning to be
Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih peserta didik
agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan apa yang peserta didik
impikan dan cita citakan. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan
hard skill) merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be).
Menjadi diri sendiri dapat diartikan sebagai proses pemahaman terhadap
kebutuhan dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma dan
kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil,
sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Learning to be sangat
erat kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan anak serta
kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati
dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi
siswa yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah
sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat diperlukan untuk
menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan maksimal.
Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik menjadi
lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan.
Empat pilar belajar menurut UNESCO ini akan membuat pembelajaran lebih
bermakna. Sedangkan, pada pilar pendidikan di Indonesia ada pilar yang kelima
(tidak dimasukkan oleh UNESCO) yaitu pilar tentang Ketuhanan. Belajar untuk
mempercayai dan meyakini Tuhan yang Maha Esa. Mengacu pada Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Undang-undang itu menyatakan
bahwa salah satu Tujuan Pendidikan Nasional yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa , berilmu, cakap, kreatif, madiri, berakhlak mulia, sehat dan menjadi
warga negara demokratis serta bertanggung jawab. Indonesia sebagai negara yang
melandaskan pancasila sebagai pedoman hidup bangsanya mempercayai dan
meyakini Tuhan yang Maha Esa. Sebab, Indonesia merupakan negara ketuhanan
yang menjunjung tinggi nilai keagamaan oleh karena itu pilar ini dimasukan
kedalam pilar belajar di Indonesia. Penerapan pilar ini dibuktikan dengan adanya
mata pelajaran agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Yang
mengajarkan budi pekerti dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran jarak jauh (distance learning) antara lain
PENUTUP
Dalam bab 3 ini berisi tentang simpulan makalah dan saran, adapun diantaranya
akan diuraikan sebagai berikut.
Kegiatan-kegiatan ini dapat terjadi di luar diri manusia (dalam suatu organisasi,
suatu database, dan lain sebagainya). Kegiatan ini berfokus pada penghubungan
kumpulan kumpulan informasi khusus, dan hubungan hubungan lain yang
memungkinkan kita belajar lebih banyak. Karena itu, kemampuan melakukan
penghubungan penghubungan ini merupakan hal yang lebih penting dari
pengetahuan yang kita kuasai.
Dalam kehidupan manusia masalah pendidikan sangat vital dan urgen untuk
sebuah perdaban. Jadi pendidikan harus dinamis dan transformatif dalam rangka
menuju masa depan kehidupan manusia yang lebih baik. Pendidikan transformatif
adalah sebuah pendidikan yang tardisional menuju pendidikan yang moderen. Jadi
pendidikan seperti ini akan selalu efektif dalam keadaan apapun.
Ahmadi dan Widodo Supriyono, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Junie, C. (2012, August 7). Empat Pilar Belajar UNESCO. Retrieved October 10, 2020,
from candrajunie.com: https://www.candrajunie.com/2012/08/empat-pilar-
pembelajaran-unesco.html
Mayling, Susanto dkk (2017) Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia.
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Suprijanto. (2008). Pendidikan Orang Dewasa: Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi
Aksara
5 Pilar Pendidikan di Indonesia. (2019, December 9). Retrieved October 10, 2020, from
seputarkuliah.com: https://seputarkuliah.com/pilar-pendidikan/
https://www.scribd.com/doc/145475258/Pendidikan-Transformatif
https://www.academia.edu/35505376/Makalah_Pendidikan_Transformatif