Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Gantang III (2) (2018): 83-95

e-ISSN: 2548-5547
p-ISSN: 2503-0671

http://ojs.umrah.ac.id/index.php/gantang/index

Analisis Kualitatif Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa


Yang Diberi Pembelajaran Matematika Realistik
Marzuki Ahmad 1*, Dwi Putria Nasution2

1
Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan, Sumatera Utara 22733, Indonesia
2
SMA Negeri 2 Padangsidimpuan, Sumatera Utara 22733, Indonesia

Pengiriman: 26 Juli 2018; Diterima: 29 September 2018; Publikasi: 30 September 2018


DOI: https://doi.org/10.31629/jg.v3i2.471

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas kemampuan komunikasi matematis siswa yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) pada materi segi empat pokok
bahasan persegi dan persegi panjang. Jenis penelitian adalah studi kasus deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VII(6) SMP Negeri 15 Medan yang berjumlah 40 orang, kemudian diangkat subjek yang
dianalisis secara kualitatif ditinjau dari aspek indikator kemampuan (tinggi, sedang dan rendah), aspek kesalahan
dan aspek jawaban kosong. Instrumen penelitian terdiri dari: Tes kemampuan komunikasi matematis dan lembar
panduan wawancara. Teknik analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa 22,5% kategori tinggi,
37,5% kategori sedang dan 40% kategori rendah. Selanjutnya melalui analisis kualitatif diperoleh kesimpulan
bahwa: 1) Siswa berkemampuan tinggi yaitu mampu dalam berkomunikasi secara matematis dengan baik; 2) Siswa
berkemampuan sedang kurang mampu dalam bekomunikasi secara matematis; 3) Siswa berkemampuan rendah
tidak mampu berkomunikasi secara matematis; 4) Kesalahan siswa terjadi dalam memahami permasalahan,
menggunakan konsep-konsep dan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk penyelesaian masalah; 5) Pada jawaban
kosong siswa tidak mampu memahami langkah-langkah penyelesaian masalah, siswa kurang mampu dalam
menggunakan dan menerapkan operasi hitung, siswa tidak mampu memahami konsep-konsep dalam penyelesaian
masalah.

Kata kunci: analisis kualitatif; komunikasi matematika; matematika realistik

Abstract
This article aims to describe the quality of mathematical communication skills of students who are given learning
with Realistic Mathematics Education (RME) approach on rectangular material, square and rectangular subject
matter. This type of research is a qualitative descriptive case study. The subjects of this study were students of class
VII(6) of SMP Negeri 15 Medan totaling 40 people, then the subject was analyzed qualitatively from the aspect of
capability indicators (high, medium and low), Error aspects and empty answer aspects. The research instrument
consisted of mathematical communication skills test and interview guide sheet. Data analysis techniques included
data collection, data reduction, data presentation and conclusion drawing. The results showed that students'
mathematical communication skills were 22.5% in the high category, 37.5% in the medium category and 40% in
*Penulis Korespondensi 83
Email Address : marzuki.ahmad45@yahoo.com
Handphone : +62 853 5964 2388
JURNAL GANTANG. September 2018; III(2): 83 – 95
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

the low category. Furthermore, through qualitative analysis, it was concluded that: 1) Students with high abilities
are able to communicate mathematically well; 2) Students with average abilities are less capable in communicating
mathematically; 3) Low-ability students are not able to communicate mathematically; 4) Student errors occur in
understanding problems, using concepts and steps needed to solve problems; 5) In the empty answer students are
not able to understand the problem solving steps, students are less able to use and apply the counting operation,
students are not able to understand the concepts in solving problems.
.
Keywords: qualitative analysis; mathematical communication; realistic mathematics

I. Pendahuluan terlaksana dalam suatu komunitas dalam situasi


Pengembangan kemampuan budaya (Ansari, 2012). Kemampuan komunikasi
bermatematika khususnya pada kemampuan matematis dapat diartikan sebagai suatu
komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu
focus pembelajaran matematika. Tujuan yang diketahuinya melalui peristiwa dialog
pembelajaran matematika sebagaimana yang atau saling hubungan yang terjadi
terdapat dalam lampiran Peraturan Pendidikan dilingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan
Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas) pesan (Nofrianto, Maryuni, & Amri, 2017).
Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi terkait Komunikasi merupakan proses menyampaikan
dengan kemampuan komunikasi adalah supaya pesan dari seseorang kepada orang lain baik
siswa mempunyai kemampuan secara langsung (lisan) ataupun tidak langsung
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, (melalui media).
tabel, diagram, atau media lain untuk Komunikasi matematis merupakan
memperjelas keadaan atau masalah (Depdiknas, kemampuan yang penting untuk dimiliki siswa
2006). dalam kegiatan pembelajaran. Greenes &
Untuk dapat mencapai kemampuan Shulman mengemukakan bahwa: komunikasi
matematis yang baik, seorang guru hendaknya matematis adalah (1) pusat kekuatan bagi siswa
dapat menciptakan lingkungan belajar yang dalam merumuskan konsep dan stategi
menyenangkan dan memungkinkan bagi siswa pemecahan masalah matematika, (2) modal bagi
untuk secara aktif belajar dengan siswa terhadap pendekatan dan pemecahan
mengkonstruksi, menemukan dan masalah dalam eksplorasi dan ivestigasi
mengembangkan pengetahuannya. Dalam hal ini matematika, (3) wadah bagi siswa dalam
guru perlu membangkitkan aktivitas siswa berkomunikasi dengan temannya untuk
dalam kegiatan belajar mengajar dengan memperoleh penemuan, curah pendapat, menilai
menanamkan rasa senang terhadap materi dan mempertajam ide matematika (Saragih,
pelajaran sesuai materi yang dipelajari dengan 2007). Dalam kegitan pembelajaran berdasarkan
memberi rangsangan atau dorongan untuk arah komunikasi, Gintings (2008)
menyenangi pelajaran matematika (Hamdunah, mengklasifikasikan komunikasi menjadi tiga
Fitri, & Cesaria, 2014). Dengan belajar bagian, antara lain; komunikasi linear atau satu
matematika, diharapkan siswa mampu arah, komunikasi relasional atau dua arah, dan
berkomunikasi secara matematis dalam komunikasi konvergen atau multiarah. Oleh
menyelesaikan masalah. Untuk itu, dalam karena itu setiap siswa maupun guru dalam
pembelajaran matematika diharapkan siswa lingkungan kelas dalam penyampaian pesan baik
memiliki kemampuan matematis agar dapat secara lisan maupun tulisan dibutuhkan
mencapai hasil yang memuaskan. kemampuan komunikasi yang baik supaya
Komunikasi secara umum merupakan penyampaian informasi yang terjadi dengan baik
suatu peristiwa saling menyampaikan yang dan dapat saling memahami. Dalam hal ini siswa

84
Ahmad & Nasution: Analisis Kualitatif …(11)

maupun guru dituntut agar mampu materi yang telah diajarkan yang sebelumnya
mengkomunikasikan pemikirannya terkait materi dan masih hubungannya dengan materi yang
yang sedang dipelajari. akan diajarkan ternyata kebanyakan siswa
Komunikasi matematika merupakan alat kurang mengerti materi yang mana yang ada
bantu dalam transmisi pengetahuan matematika hubungannya, (2) masih banyak siswa yang
dalam membangun pengetahuan matematika kurang mampu menyatakan benda nyata, gambar
pada kegiatan pembelajaran (Izzati & Suryadi, dan diagram ke alam idea matematika dan
2010). Selanjutnya Baroody (1993) kurang mampu menyatakan peristiwa sehari-hari
mengungkapkan bahwa dalam komunikasi dalam bahasa atau simbol matematika (3)
matematika terdapat beberapa aspek yang harus sebagian besar siswa tidak mampu
dipenuhi yaitu kemampuan menyajikan, menyelesaikan masalah-masalah matematika
kemampuan mendengarkan, kemampuan yang berkaitan dengan dunia real atau masalah
membaca atau memahami, kemampuan yang ada di sekitar siswa. Dari ungkapan ini
mendiskusikan, dan kemampuan menuliskan dapat diduga bahwa kemampuan komunikasi
ide matematika ke dalam bahasa matematika. matematis siswa masih rendah. Selanjutnya
Selain itu, indikator kemampuan siswa dalam berdasarkan pemberian tes dignostik yang
berkomunikasi secara matematis dalam dilakukan peneliti pada satu kelas disekolah
pembelajaran matematika menurut Ansari (2012) tersebut melaui pemberian tes kemampuan
adalah (1) menyatakan ide matematika dengan komunikasi matematis siswa juga memberi
berbicara, menulis, demonstrasi dan gambaran bahwa kemampuan komunikasi
menggambarkannya dalam bentuk visual, (2) matematis siswa rendah.
memahami, menginterpretasi, dan menilai ide Keberhasilan seorang siswa dalam
matematik yang disajikan dalam tulisan, lisan belajar matematika tergantung pada kemampuan
atau bentuk visual, (3) menggunakan bahasa, berpikirnya dan kemampuannya dalam
notasi dan struktur matematika untuk berkomunikasi secara matematis. Begitu juga
menyatakan ide, menggambar hubungan dan dengan guru, seorang guru harus dapat memilih
pembuatan model. pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
Kemampuan komunikasi matematis materi pelajaran dan konteks dunia nyata siswa.
dalam penelitian ini adalah kemampuan Paradigma baru pendidikan lebih menekankan
berkomunikasi matematika secara tulisan. pada peserta didik memiliki potensi utama dalam
Kemampuan komunikasi matematis diukur aktivitas sementara guru berperan sebagai
melalui: (1) menyatakan permasalahan fasilitator yang membimbing siswa kearah
kehidupan sehari-hari kedalam model atau pembentukan pengetahuan oleh diri mereka
bahasa matematika, (2) menginterpretasikan sendiri (Hadi, 2017). Dengan demikian perlu
gambar ke dalam simbol atau bahasa memilih pendekatan pembelajaran yang dapat
matematika, (3) menuliskan informasi dari membangkitkan dan mendorong timbulnya
pernyataan ke dalam model atau bahasa aktivitas aktif siswa dalam pembelajaran yang
matematika. pada akhirnya kemampuan komunikasi
Berdasarkan pengamatan yang peneliti matematis siswa dapat meningkat.
dilaksanakan di salah satu SMP kota Medan Terdapat beberapa pendekatan dalam
selama 3 (tiga) hari pada bulan Januari tahun pembelajaran matematika yaitu pendekatan
2013 diperoleh informasi bahwa sebagian besar pemecahan masalah, pendekatan open-ended,
siswa mempunyai kemampuan rendah dalam pendekatan problem posing, pendekatan
pelajaran matematika. Hal ini dilihat dari pembebelajaran berbasis masalah dan
adanya gejala-gejala sebagai berikut: (1) pendekatan pembelajaran matematika realistik.
terhadap pertanyaan diajukan oleh guru pada Pendekatan pembelajaran yang memberikan
85
JURNAL GANTANG. September 2018; III(2): 83 – 95
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi Peran guru dalam pembelajaran dengan
materi pelajaran dan penekanan seimbang pendekatan PMR adalah sebagai pembimbing
terhadap konsep matematisasi adalah pendekatan dan fasilitator bagi siswa. Siswa tidak dipandang
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). sebagai penerima pasif atau sebagai botol
Pembelajaran dengan pendekatan PMR kosong yang harus diisi dengan air akan tetapi,
senantiasa berangkat dari dunia nyata ke dunia siswa adalah sebagai individu yang memiliki
simbol/bahasa matematika dan dilanjutkan pada potensi dasar untuk mengembangkan ilmu
pembentukan konsep matematika yang pengetahuan dalam dirinya yang dapat aktif
dilanjutkan dengan menerapkan konsep tersebut mengkonstruksi pengetahuannya. Belajar
dalam pemecahan permasalahan kehidupan mandiri yang dilakukan siswa terhadap suatu
sehari-hari. materi tertantu merupakan cara yang efektif
Hal ini dimungkinkan karena dalam dalam menemukan ilmu pengetahuan baru
pembelajaran matematika realistik pembelajaran (Hadi, 2017). Selanjutnya di dalam PMR
dimulai dari sesuatu yang riil atau sesuatu diharapkan siswa tidak sekedar aktif sendiri,
yang dekat dengan kehidupan nyata siswa. tetapi ada aktivitas bersama diantara sesama
Realistik tidak diharuskan nyata/ada, tetapi siswa dan dengan guru (interaktivitas). Dalam
juga boleh hanya dapat dibayangkan pembelajaran siswa seharusnya tidak dianggap
(Afriansyah, 2016). Sesuatu yang dapat sebagai penerima pasif dengan sekedar
dibayangkan oleh peserta didik yang melakukan menggunakan rumus dan prosedur tertentu untuk
kegiatan belajar mengajar terkait konsep yang menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi lebih
dipelajari dapat dimanfaatkan dalam proses dari itu peserta didik diberi kesempatan dan
pembelajaran (Febrian & Perdana, 2017). dibimbing mengembangkan kemampuan
Sehingga siswa dapat terlibat dalam proses bermatematikanya dalam proses penemuan
pembelajaran secara bermakna dan dapat kembali (reinvent) konsep itu sendiri
dibermaknakan. (Mendrofa, 2017). Proses pembelajaran seperti
PMR merupakan suatu pendekatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar bermatematika siswa secara optimal.
matematika. PMR dikembangkan dengan prinsip Beberapa penelitian pendahulu
dasar, yaitu (1) Guided Reinvention and mengungkapkan bahwa PMR dapat
Progressive Mathematization (Penemuan meningkatkan kemampuan komunikasi
Terbimbing dan Bermatematika secara matematis siswa. Besarnya pencapaian nilai
Progresif, (2) Didactical Phenomenology rata-rata kemampuan komunikasi matematis
(Penomena dalam Pembelajaran dan (3) Self- siswa yang diajar melalui PMR lebih baik dari
developed Models (Pengembangan Model pada melalui pembelajaran biasa dimana melalui
Secara Mandiri) (Gravemeijer, 1994). Sesuai PMR diperoleh 63,96 dan melalui pembelajaran
dengan prinsif pembelajaran matematika konvensional adalah 47,46 (Haji & Abdullah,
realistik di atas, dalam pembelajaran dengan 2016). Sementara itu, besarnya peningkatan
pendekatan PMR perlu memperhatikan kemampuan komunikasi matematis siswa
karakteristik PMR sebagaimana yang yang diajar melalui PMR adalah 0,51.
diungkapkan Treffers yaitu: (1) penggunaan Selanjutnya (Rahmawati, 2013) menyimpulkan
konteks dalam pembelajaran, (2) penggunaan bahwa kemampuan komunikasi matematis
model untuk mengembangkan matematisasi siswa yang diajar dengan pendekatan
progressif, (3) pemampaatan hasil kontruksi pendidikan matematika realistik lebih baik
siswa, (4) terjadi Intraktivitas guru dan siswa, (5) dari pada dengan pendekatan konvensional
keterkaitan materi-materi matematika (Wijaya, (ekspositori) dan pendidikan matematika
2012). realistik sangat potensial diterapkan dalam

86
Ahmad & Nasution: Analisis Kualitatif …(11)

meningkatkan kemampuan komunikasi matematika (tinggi, sedang dan rendah),


matematis. kesalahan siswa dan jawaban kosong. Analisis
Penelitian yang dilaksanakan Nofrianto, data kemampuan komunikasi matematis siswa
Maryuni, dan Amri (2017) menyimpulkan bahwa dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dan
PMR memiliki pengaruh yang signifikan kualitatif. Dengan katalain analisis kuantitatif
terhadap kemampuan komunikasi matematis dijadikan sebagai fasilitator untuk analisis
siswa. Selanjutnya penelitian Anisa (2014) kualitatif.
menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi Pengumpulan data dalam penelitian
matematis siswa yang diberi pembelajaran dilaksanakan melalui tes kemampuan
melalui pendekatan PMR lebih baik daripada komunikasi matematis dan wawancara. Tes yang
yang diberi pembelajaran dengan pendekatan diberikan terkait dengan permasalahan sehari
pembelajaran langsung. hari siswa dengan salah satu contoh soal “Pak
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa Herman memiliki lukisan
pada berbagai penelitian penerapan PMR dapat pemandangan alam yang
memberikan pengaruh positif terhadap dipajang pada dinding
kemampuan komunikasi matematika siswa. rumahnya. Jika lukisan
Dengan adanya kemampuan komunikasi tersebut adalah seperti
matematis siswa diharapkan dapat pada gambar di samping. (a) Informasi apa
menumbuhkan perkembangan kognitif, afektif yang dapat kamu peroleh dari gambar? (b)
dan psikomotorik siswa sehingga hasil belajar Tentukan Luas dan Keliling lukisan dan tuliskan
matematika siswa dapat lebih meningkat. Dalam kesimpulanya?”. Tes dilakukan kepada seluruh
hal ini penulis tertarik untuk melakukan analisis siswa (40 orang) yang mengikuti kegiatan
kualitas kemampuan komunikasi matematis pembelajaran dengan pendekatan PMR sebanyak
siswa yang diberi pembelajaran dengan 4 pertemuan. Soal yang digunakan dalam tes
pendekatan PMR pada siswa SMP. disesuaikan dengan kisi-kisi kemampuan
komunikasi matematis dan penskoran dilakukan
II. Metode Penelitian
dengan mengacu pada pedoman penskoran yang
Penelitian ini merupakan penelitian studi
ditetapkan. Proses pengkategorian siswa
kasus deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
dilakukan mengacu pada proses kategori yang
mendeskripsikan kemampuan komunikasi
ditetapkan pihak sekolah yaitu tinggi sedang dan
matematis siswa yang diberi pembelajaran
rendah. Kategori tinggi berada pada interval
dengan pendekatan Pembelajaran Matematika
80≤Nilai≤100, sedang berada pada interval
Realistik (PMR) pada materi segi empat pada
pokok bahasan persegi dan persegi panjang. 65≤Nilai<80, rendah berada pada interval
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 15 0≤Nilai<65.
Medan, kelas VII(6) pada Tahun Pelajaran Selanjutnya siswa yang terpilih sebagai
2012/2013, dengan jadwal yang dikoordinasikan subjek yang dikenai wawancara diambil lembar
dengan kegiatan sekolah yang dilaksanakan pada jawabannya guna dilakukan pengamatan
bulan April sampai bulan Mei-Oktober Tahun mendalam untuk mendapatkan deskripsi
2013. Subjek penelitian adalah siswa kelas kemampuan komunikasi matematis awal siswa
VII(6) SMP Negeri 15 Medan yang selanjutnya dari keseluruhan aspek yang diteliti. Selanjutnya
diangkat subjek yang dikenai wawancara dilakukan, wawancara mendalam terhadap
mendalam dengan pertimbangan bahwa siswa kemampuan siswa dan wawancara terhadap guru
dapat memberikan informasi yang jelas terkait mata pelajaran yang menerapkan pelaksanaan
dengan kemampuan komunikasi matematis yang PMR. Penelitian studi kasus merupakan studi
ditinjau dari aspek kemampuan komunikasi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan
batasan terperinci, memiliki pengambilan data
87
JURNAL GANTANG. September 2018; III(2): 83 – 95
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

yang mendalam dan menyertakan berbagai sebagai berikut


sumber informasi (Rangkuti, 2016). Wawancara 1. Memeriksa hasil tes dan mengadakan
dilaksanakan bukan teknik yang bersifat analisis untuk mendapatkan kategorisasi dan
tambahan/sekedar melengkapi data, tetapi pengelompokan pola jawaban siswa.
merupakan teknik utama bersama dengan Pengelompokan pola jawaban siswa ditinjau
observasi (Putra, 2011). Dengan demikian dari indikator kemampuan, kesalahan-
wawancara secara mendalam dilaksanakan kesalahan siswa, dan jawaban kosong.
terhadap siswa terpilih dan guru hingga data Berdasarkan tinjauan tehadap hasil tes
yang diharapkan diperoleh dengan lengkap dan tersebut di bentuk lima kelompok pola
jenuh. jawaban siswa, antara lain: tiga kategori pola
Wawancara merupakan percakapan yang jawaban mengacu pada indikator
dilaksanakan maksud tertentu (Moleong, 2011). kemampuan; satu kategori pola jawaban
Wawancara dalam hal ini dilakukan untuk mengacu pada kesalahan-kesalahan siswa;
mendapatkan realistas kualitas kemampuan dan satu kategori pola jawaban lagi dari
komunikasi matematis siswa yang diberi jawaban kosong.
pembelajaran dengan PMR. Proses pengumpulan 2. Membuat transkrip rekaman hasil
data yang dilaksanakan tidak terlepas dari wawancara setiap subjek penelitian dan
analisis data yang dilakukan. Adapun analisis wawancara terhadap guru. Rekaman hasil
data yang dilakukan meliputi pengumpulan data, wawancara subjek dipadukan dengan
penyajian data, reduksi data dan penarikan catatan-catatan selama wawancara, sebab
kesimpulan. sebagian wawancara adalah dalam bentuk
tertulis. Untuk itu kaset rekaman diputar dan
dicatat berulang ulang sampai jelas tentang
Data collection apa yang diungkapkan subjek dalam
Data wawancara. Pada kesempatan ini data-data
display yang tidak perlu dibuang (direduksi). Hasil
Data wawancara ini dianalisis untuk menentukan
Reduction deskripsi kualitas kemampuan komunikasi
Conclusions: matematis siswa dengan PMR.
Drawing/verifyin b. Penyajian Data (Data display)
g
Setelah data direduksi maka langkah
Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data selanjutnya adalah penyajian data atau
(Sugiyono, 2012) mendisplay data. Penyajian data adalah
penulisan kembali kumpulan data/informasi
a. Reduksi Data (Data Reductions) yang terorganisasi dan terkategori, sehingga
Reduksi data merupakan langkah awal memungkinkan untuk melakukan penarikan
dalam menganalisa data. Tujuannya adalah untuk kesimpulan dari data tersebut. Penyajian data
memudahkan pemahaman terhadap data yang dalam penelitian ini meliputi; Penyajian data
telah terkumpul. Mereduksi data berarti analisis hasil tes kemampuan komunikasi
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, matematis yang dipadukan dengan hasil
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari wawancara dengan siswa (subjek penelitian) dan
tema dan polanya (Sugiyono, 2012). Reduksi wawancara dengan guru dari masing-masing
data dalam penelitian ini adalah kegitan aspek yang dianalisis.
menyeleksi, memfokuskan, mengabstraksi dan c. Kesimpulan (Conclusions)
memformulasikan semua data yang diperoleh Penarikan kesimpulan dilakukan
dari lapangan. Kegiatan yang dilakukan adalah berdasarkan analisis terhadap data yang

88
Ahmad & Nasution: Analisis Kualitatif …(11)

dikumpulkan, baik melalui tes maupun kesediaan siswa untuk dianalisis serta dapat
wawancara dan catatan lapangan. Penarikan memberi informasi yang bersifat akurat tentang
kesimpulan ini meliputi deskripsi kualitas kemampuan komunikasi matematis siswa dari
kemampuan komunikasi matematis siswa yang subjek utama diangkat siswa yang dianalisis
diberi pembelajaran dengan pendekatan PMR secara kualitatif sebagaimana terdapat pada tabel
yang ditinjau dari aspek indicator: aspek berikut.
kesalahan siswa; aspek jawaban unik; dan aspek Tabel 1.
jawaban kosong. Siswa yang terpilih sebagai subjek wawancara
III. Hasil dan Pembahasan Aspek
Jenis
Secara kuantitatif, tingkat kemampuan No. Pengangkatan Kode siswa
Kelamin
Subjek
komunikasi matematis siswa dari hasil tes dapat 1. Kemampuan tinggi SKM-1 Laki-Laki
dilihat pada diagram batang berikut ini: 2. Kemampuan sedang SKM-14 Perempuan
3. Kemampuan rendah SKM-25 Perempuan
SKM-34 Laki-Laki
4. Kesalahan
SKM-38 Laki-Laki
5. Jawaban kosong SKM-2 Laki-Laki
Ket: SKM= Subjek Komunikasi Matematis

Degan terpilihnya subjek wawancara


dilaksanakan wawancara mendalam terhadap
subjek pada seluruh butir soal yang diujikan
Gambar 2. Tingkat Kemampuan Komunikasi dalam tes dan dilanjutkan dengan wawancara
Matematis Siswa terhadap guru yang menerapkan PMR.
Selanjutnya berdasarkan tes kemampuan
Dari gambar 1. dapat dililhat bahwa
komunikasi matematis yang telah dilaksanakan
tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa
SKM-1 terpilih sebagai subjek yang wawancara
pada kategori tinggi yaitu terdapat 9 siswa atau
mendalam dari aspek kemampuan tinggi. Berikut
sebesar 22,5%, pada kategori sedang terdapat 15
dibawah ini akan diuraikan analisis tentang hasil
siswa atau sebesar 37,5% dan pada kategori
tes kemampuan komunikasi matematis siswa
rendah terdapat 16 siswa atau sebesar 40%.
SKM-1 untuk soal nomor 1 yang diujikan pada
Sesuai dengan rancangan metode
tes kemampuan komunikasi matematis.
penelitian diangkat siswa yang dikenai
Soal nomor 1 bertujuan untuk
wawancara, maka dalam penelitian ini diangkat
menentukan kemampuan komunikasi matematis
subjek yang dikenai wawancara mendalam
siswa dalam menginterpretasikan gambar ke
ditinjau dari aspek indikator kemampuan (tinggi,
dalam model matematika menentukan tentang
sedang dan rendah), aspek kesalahan, dan aspek
bagaimana sifat-sifat persegi panjang dalam
jawaban unik. Pengangkatan subjek tersebut
menentukan pasangan sisi yang sama panjang,
dilakukan antaralain dari aspek indikator
pasangan sisi yang sejajar, sisi yang tidak sama
kemampuan tinggi, sedang dan rendah masing-
panjang, sudut siku-siku, diagonal dan membuat
masing diangkat satu siswa, dari aspek kesalahan
kesimpulan. Adapun soal yang dimaksud adalah
diangkat dua siswa dan dari aspek jawaban
“Perhatikan gambar sketsa permukaan papan
kosong diangkat satu siswa. Sehingga jumlah
tulis dalam bentuk persegi panjang PQRS,
keseluruhan siswa yang dianalisis sebanyak 6
Tuliskanlah: (a) Pasangan sisi yang sama
(enam) siswa.
panjang; (b) Pasangan sisi yang sejajar; (c) Sisi
Berdasarkan hasil analisis lembar
yang tidak sama panjang; (d) Semua sudut siku-
jawaban dengan pertimbangan terhadap
siku dari persegi; (e) panjang PQRS; (f)
89
JURNAL GANTANG. September 2018; III(2): 83 – 95
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

Diagonal pada persegi panjang; (g) Apa yang tidak sama panjang, dan menuliskan sudut serta
dapat kamu simpulkan dari persegi panjang dalam menuliskan kesimpulan.
PQRS?”. Adapun jawaban SKM-1 adalah Berikut dibawah ini disajikan transkrip
sebagai berikut. wawancara terhadap SKM-1 sebagai triangulasi
dari deskripsi pengamatan tentang lembar
jawaban siswa.
Transkrip Wawancara SKM-1, No.1
P : Saya tertarik dengan jawaban yang
anda berikan waktu tes. Kita akan
membicarakan tentang jawaban anda
tersebut ya! Sekarang coba anda
bacakan soal nomor 1 tes kemampuan
komunikasi matematis
SKM-1 : (Membaca soal)
Perhatikan gambar persegi panjang
PQRS di bawah ini.
Tuliskanlah! (a) Pasangan sisi yang
sama panjang; (b) Pasangan Sisi yang
sejajar; (c) Sisi yang tidak sama
panjang; (d) Semua sudut siku-siku
dari persegi panjang PQRS; (e)
Diagonal pada persegi panjang; (f)
Apa yang dapat kamu simpulkan dari
persegi panjang PQRS.
Gambar 3. Jawaban kemampuan komunikasi P : Apakah bisa memahami soal tersebut?
matematis siswa nomor 1 SKM-1 : Saya paham pak.
P : Apa kira-kira yang anda pahami dari
Berdasarkan jawaban diatas dapat soal tersebut?
diperhatikan bahwa siswa dapat menyelesaikan SKM-1 : Persegi panjang PQRS.
soal komunikasi matematis dalam P : Coba sebutkan yang diketahui!
menginterpretasikan gambar ke dalam model SKM-1 : Yang diketahi dalam soal adalah
matematika tentang menentukan bagaimana persegi panjang PQRS.
sifat-sifat persegi panjang dalam menentukan P : Apa kira-kira yang ditanyaan dari soal
tersebut?
pasangan sisi yang sama panjang, pasangan sisi
SKM-1 : Yang ditanyakan adalah (a) Pasangan
yang sejajar, sisi yang tidak sama panjang, sudut sisi yang sama panjang; (b) Pasangan
siku-siku, diagonal dan membuat kesimpulandan Sisi yang sejajar; (c) Sisi yang tidak
kemampuan komunikasi matematis siswa sama panjang; (d) Semua sudut siku-
memenuhi standar indikator, dimana siswa dapat siku; (e) Diagonal sisi; (f) kesimpulkan
menyelesaikan permasalahan nomor 1 dengan dari persegi panjang PQRS.
jelas dan komunikasinya terpenuhi. Berdasarkan P : Berdasarkan persegi panjang PQRS,
manakah dari sisi tersebut yang
jawaban siswa peneliti mendeskripsikan ditinjau merupakan sisi yang sama panjang?
dari aspek indikator bahwa dalam SKM-1 : Sisi PQ sama panjang dengan sisi SR
menginterpretasikan gambar ke dalam model dan sisi PS sama dengan sisi QR.
matematika yaitu siswa memahami sifat-sifat P : Apakah sisi PQ tidak sama panjang
gambar persegi panjang yang diberikan, siswa dengan sisi QR?
mampu menggunakan bahasa matematika dan SKM-1 : Tidak.
simbol secara tepat baik dalam penulisan sisi sisi P : Kemudian tentang pasangan sisi yang
sejajar, Manakah dari gambar yang
yang sama panjang, sisi yang sejajar, sisi yang
merupakan sisi yang sejajar?

90
Ahmad & Nasution: Analisis Kualitatif …(11)

SKM-1 : Sisi PQ sejajar dengan sisi SR dan sisi dideskripsikan bahwa; Dalam
PS sejajar dengan sisi QR. menginterpretasikan gambar ke dalam model
P : Sisi mana yang tidak sama panjang? matematika yaitu siswa memahami sifat-sifat
SKM-1 : PQ tidak sama panjang dengan QR, gambar yang diberikan, siswa mampu
RS tidak sama panjang dengan QR, menggunakan bahasa matematika dan simbol
PQ tidak sama panjang dengan PS, SR
tidak sama panjang dengan PS. secara tepat, siswa dapat menginterpretasikan
P Kemudian, apakah pada persegi gambar ke dalam model matematika dengan
panjang PQRS ini terdapat diagonal? lengkap dan benar.
SKM-1 Ada. Berdasarkan temuan penelitian sesuai
P Coba anda sebutkan diagonal-diagonal dengan teknik analisis data yang dilakukan maka
tersebut! pada pembahasan penelitian yang dilakukan
SKM-1 Diagonal PR dengan diagonal QS. terhadap keseluruan aspek dapat ditarik
P : Kemudian coba sebutkan diagonal- kesimpulan (Conclusions) kemampuan
diagonal yang ada pada persegi komunikasi matematis siswa yang diberi
panjang tersebut.
pembelajaran dengan pendekatan PMR sebagai
SKM-1 : Diagonal sisi PR dan diagonal sisi QS.
berikut.
P : Apa yang dapat kamu simpulkan
tentang persegi panjang PQRS a. Kemampuan komunikasi matematis siswa
tersebut? kategori tinggi.
SKM-1 : Kesimpulannya adalah: persegi Berdasarkan tinjauan dari aspek
panjang PQRS adalah bagun segi indikator kemampuan dalam Menyatakan
empat yang memiliki dua buah sisi masalah kehidupan sehari-hari kedalam model
yang sejajar dan sama panjang dua atau bahasa matematika diperoleh temuan
buah diagonal dan empat buah sudut
penelitian bahwa Siswa dapat memahami
siku-siku.
P Anda mengatakan empat sudut siku- permasalahan dengan baik, siswa memahami
siku, dari mana anda mengatakan hal model atau bahasa matematik dengan baik, siswa
tersebut? dapat menuliskan masalah kehidupan sehari-hari
SKM-1 Dari sketsa Pak. kedalam model atau bahasa matematika dengan
P : Coba anda sebutkan empat sudut lengkap dan benar disimpulkan bahwa siswa
tersebut! mampu menyatakan masalah kehidupan sehari-
SKM-1 : Semua sudut siku-siku dari persegi hari kedalam model atau bahasa matematika
panjang PQRS adalah PQR,
QRS, RSP, SPQ. dengan baik dan benar.
P : Oke… Baik, terimakasih Berdasarkan tinjauan dari aspek
SKM-1 : Sama-sama. indikator kemampuan dalam
Menginterpretasikan gambar ke dalam model
matematika diperoleh temuan penelitian bahwa
Berdasarkan data kutipan wawancara siswa memahami sifat-sifat gambar yang
diatas siswa dapat memberi jawaban wawancara diberikan, siswa mampu menggunakan bahasa
dimana siswa dapat memberikan informasi yang matematika dan simbol secara tepat, siswa dapat
dari gambar kedalam model matematika dan menginterpretasikan gambar ke dalam model
dapat memberikan kesimpulan sesuai dengan matematika dengan lengkap dan benar
pemahamannya seuai dengan impormasi yang disimpulkan bahwa siswa mampu
diperoleh dari gambar. Dengan membandingkan menginterpretasikan gambar ke dalam model
hasil pengamatan dari lembar jawaban siswa dan matematika dengan lengkap dan benar.
hasil wawancara terhadap subjek maka Berdasarkan tinjauan dari aspek
berdasarkan wawancara yang diperoleh indikator kemampuan dalam menuliskan
informasi dari pernyataan kedalam bahasa
91
JURNAL GANTANG. September 2018; III(2): 83 – 95
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

matematika diperoleh temuan penelitian bahwa pernyataan dengan baik, sebagian besar siswa
siswa dapat memahami pernyataan dengan baik, mampu mengubah imformasi yang terdapat di
siswa mampu menuliskan pernyataan yang dalam pernyataan kedalam bahasa matematika,
kedalam bahasa matematika, siswa mampu sebagian besar siswa mampu menuliskan
menggunakan istilah-istilah untuk pernyataan yang kedalam bahasa matematika,
menginformasikannya kedalam bahasa sebagian besar siswa mampu menggunakan
matematika, siswa dapat mengubah imformasi istilah-istilah untuk menginformasikannya
yang terdapat di dalam pernyataan kedalam kedalam bahasa matematika disimpulkan bahwa
bahasa matematika disimpulkan bahwa siswa siswa hampir mampu menuliskan informasi dari
mampu menuliskan informasi dari pernyataan pernyataan kedalam bahasa matematika lengkap
kedalam bahasa matematika lengkap dan benar. dan benar.
b. Kemampuan komunikasi matematis siswa c. Kemampuan komunikasi matematis siswa
ketegori sedang. kategori rendah.
Berdasarkan tinjauan dari aspek Berdasarkan tinjauan dari aspek
Indikator kemampuan dalam Menyatakan indikator kemampuan dalam menyatakan
masalah kehidupan sehari-hari kedalam model masalah kehidupan sehari-hari kedalam model
atau bahasa matematika diperoleh temuan atau bahasa matematika diperoleh temuan
penelitian bahwa sebagian besar siswa mampu penelitian bahwa Siswa hanya sebahagian kecil
memahami permasalahan dengan baik, sebagian memahami permasalahan dengan baik, siswa
besar siswa mampu memahami model atau hanya sebahagian kecil memahami model atau
bahasa matematik dengan baik, sebagian besar bahasa matematik dengan baik, siswa hanya
siswa mampu menuliskan masalah kehidupan sebahagian kecil dapat menuliskan masalah
sehari-hari kedalam model atau bahasa kehidupan sehari-hari kedalam model atau
matematika dengan lengkap dan benar bahasa matematika dengan lengkap dan benar.
disimpulkan bahwa siswa hampir mampu disimpulkan bahwa siswa kurang mampu
menyatakan masalah kehidupan sehari-hari menyatakan masalah kehidupan sehari-hari
kedalam model atau bahasa matematika dengan kedalam model atau bahasa matematika dengan
baik dan benar. baik dan benar.
Berdasarkan tinjauan dari aspek Berdasarkan tinjauan dari aspek
indikator kemampuan dalam indikator kemampuan dalam
Menginterpretasikan gambar ke dalam model Menginterpretasikan gambar ke dalam model
matematika diperoleh temuan penelitian bahwa matematika diperoleh temuan penelitian bahwa
sebagian besar siswa mampu memahami sifat- Siswa hanya sebahagian kecil memahami sifat-
sifat gambar yang diberikan, sebagian besar sifat gambar yang diberikan, siswa hanya
siswa mampu menggunakan bahasa matematika sebahagian kecil mampu menggunakan bahasa
dan simbol secara tepat, sebagian besar siswa matematika dan simbol secara tepat, siswa hanya
dapat menginterpretasikan gambar ke dalam sebahagian kecil dapat menginterpretasikan
model matematika dengan lengkap dan benar gambar ke dalam model matematika dengan
disimpulkan bahwa siswa hampir mampu dalam lengkap dan benar disimpulkan bahwa siswa
menginterpretasikan gambar ke dalam model kurang mampu dalam menginterpretasikan
matematika dengan lengkap dan benar. gambar ke dalam model matematika dengan
Berdasarkan tinjauan dari aspek lengkap dan benar.
indikator kemampuan dalam menuliskan Berdasarkan tinjauan dari aspek
informasi dari pernyataan kedalam bahasa indikator kemampuan dalam menuliskan
matematika diperoleh temuan penelitian bahwa informasi dari pernyataan kedalam bahasa
sebagian besar siswa mampu memahami matematika diperoleh temuan penelitian bahwa

92
Ahmad & Nasution: Analisis Kualitatif …(11)

siswa hanya sebahagian kecil dapat memahami langkah-langkah penyelesaian disimpulkan


pernyataan dengan baik, siswa hanya sebahagian bahwa siswa kurang mampu dalam memahami
kecil dapat mengubah imformasi yang terdapat di langkah-langkah yang dibutuhkan untuk
dalam pernyataan kedalam bahasa matematika, penyelesaian masalah.
siswa hanya sebahagian kecil mampu e. Siswa yang memiliki jawaban kosong.
menuliskan pernyataan yang kedalam bahasa Berdasarkan tinjauan dari aspek jawaban
matematika, siswa hanya sebahagian kecil kosong dalam memahami langkah-langkah
mampu menggunakan istilah-istilah untuk penyelesaian masalah diperoleh temuan
menginformasikannya kedalam bahasa penelitian bahwa siswa tidak mampu memahami
matematika disimpulkan bahwa siswa kurang permasalahan yang terdapat pada soal
mampu menuliskan informasi dari pernyataan disimpulkan bahwa siswa tidak memahami
kedalam bahasa matematika lengkap dan benar. langkah-langkah penyelesaian masalah.
d. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal Berdasarkan tinjauan dari aspek jawaban
komunikasi matematis. kosong dalam menggunakan operasi hitung
Berdasarkan tinjauan dari aspek diperoleh temuan penelitian bahwa siswa kurang
kesalahan dalam memahami permasalahan lancar dalam operasi penjumlahan dan
diperoleh temuan penelitian bahwa Siswa tidak pengurangan, siswa kurang lancar dalam operasi
bisa menuliskan permasalahan dengan lengkap, perkalian dan pembagian disimpulkan bahwa
siswa tidak terbiasa dengan pemecahan masalah, siswa kurang mampu dalam menggunakan dan
siswa kurang mampu mengaitkan permasalahan menerapkan operasi hitung.
realistik kepada model atau symbol matematik Berdasarkan tinjauan dari aspek jawaban
disimpulkan bahwa siswa kurang mampu dalam kosong dalam memahami konsep-konsep yang
memahami permaslahan matematika realistik. diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan
Berdasarkan tinjauan dari aspek diperoleh temuan penelitian bahwa siswa tidak
kesalahan dalam memahami konsep-konsep yang memahami konsep persegi panjang, siswa tidak
diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan memahami konsep persegi disimpulkan bahwa
diperoleh temuan penelitian bahwa siswa kurang siswa kurang mampu memahami konsep-konsep
mampu memahami materi prasyarat, siswa yang diperlukan dalam menyelesaikan
kurang mampu meggunakan konsep-konsep yang permasalahan.
telah dipelajari untuk menyelesaikan
permasalahan disimpulkan bahwa siswa kurang IV. Kesimpulan
mampu dalam memahami konsep-konsep yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah
matematika realistik. pembelajaran adalah 22,5% kategori tinggi,
Berdasarkan tinjauan dari aspek 37,5% kategori sedang dan 40% kategori rendah
kesalahan dalam menggunakan operasi hitung melalui analisis wawancara diperoleh bahwa: 1)
diperoleh temuan penelitian bahwa siswa keliru siswa berkemampuan tinggi mampu dengan baik
dalam perhitungan, sebagian dari perhitungan dalam berkomunikasi secara matematis, 2) pada
susah bagi siswa disimpulkan bahwa siswa siswa berkemampuan sedang yaitu kurang
kurang mampu dalam menggunakan operasi mampu dalam bekomunikasi secara matematis,
hitung. 3) siswa berkemampuan rendah tidak mampu
Berdasarkan tinjauan dari aspek berkomunikasi secara matematis, 4) kesalahan
kesalahan dalam memahami langkah-langkah siswa terjadi dalam memahami permasalahan,
penyelesaian masalah diperoleh temuan menggunakan konsep-konsep dan langkah-
penelitian bahwa siswa tidak terbiasa langkah yang dibutuhkan untuk penyelesaian
menyelesaikan masalah yang membutuhkan masalah, 5) pada jawaban kosong siswa tidak
93
JURNAL GANTANG. September 2018; III(2): 83 – 95
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

mampu memahami langkah-langkah Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi


penyelesaian masalah, siswa kurang mampu untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
dalam menggunakan dan menerapkan operasi Menengah, 0–595.
hitung, siswa tidak mampu memahami konsep- Febrian, & Perdana, S. A. (2017). Memfasilitasi
konsep dalam penyelesaian masalah. penalaran geometri transformasi siswa
Bagi tenaga pendidik disarankan agar melalui eksplorasi motif melayu dengan
dapat menerapkan pendekatan Pembelajaran bantuan grid. Jurnal Gantang, II(2), 157–
Matematika Realistik sebagai alternatif 164. https://doi.org/10.31629/jg.v2i2.250
pendekatan pembelajran dalam kegiatan belajar Gintings, A. (2008). Esensi praktis belajar dan
mengajar matematika dengan lebih pembelajaran. Bandung: Humaniora.
memperhatikan siswa kelompok yang memiliki Gravemeijer, K. (1994). Develoving realistic
kemampuan rendah agar siswa tersebut tidak mahematics education. Urecht: CD-B
mengalami ketertinggalan dalam mencapai target Presh.
dan tujuan pembelajaran. Hadi, S. (2017). Pendidikan matematika
realistik: teori, pengembangan, dan
Ucapan Terimakasih implementasinya. Jakarta: PT Raja
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Grafindo Persada.
Kepala SMP Negeri 15 Medan beserta seluruh Haji, S., & Abdullah, M. I. (2016). Peningkatan
dewan guru yang telah memberikan kemampuan komunikasi matematika
kesempatan dan izin kepada penulis untuk melalui pembelajaran matematika realistik.
melakukan penelitian dan khususnya kepada ibu Infinity Journal, 5(1), 42–49. Retrieved
guru mata pelajaran matematika kelas VII(6) from http://e-
Tahun ajaran 2012/2013 telah aktif dalam journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infini
penerapan pelaksanaan kegiatan pembelajaran ty/article/view/190
matematika realistik. Hamdunah, Fitri, D. Y., & Cesaria, A. (2014).
Pelatihan jarimatika perkalian bagi guru-
Referensi guru di SDN 02 Lubuk Buaya. LEMMA,
Afriansyah, E. A. (2016). Makna realistic dalam I(1), 20–25. Retrieved from
RME dan PMRI. LEMMA, II(2), 96–104. http://ejournal.stkip-pgri-
https://doi.org/10.22202/jl.2016.v2i2.578 sumbar.ac.id/index.php/jurnal-
Anisa, W. N. (2014). Peningkatan kemampuan lemma/article/view/586/365.
pemecahan masalah dan komunikasi Izzati, N., & Suryadi, D. (2010). Komunikasi
matematik melalui pembelajaran matematik dan pendidikan matematika
pendidikan matematika realistik untuk realistik. Prosiding seminar nasional
siswa SMP Negeri di Kabupaten Garut. matematika dan pendidikan matematika,
Jurnal Pendidikan dan Keguruan (Vol. 1). 721–729. Retrieved from
Retrieved from https://bundaiza.files.wordpress.com/2012/
http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JPK/ 12/komunikasi_matematik_dan_pmr-
article/download/12/12 prosiding.pdf
Ansari, B. I. (2012). Komunikasi matematika dan Mendrofa, N. K. (2017). Pengembangan alur
politik suatu perbandingan: konsep dan pembelajaran perbandingan berbasis
aplikasi. Banda Aceh: Yayasan PeNA. realistic mathematics education untuk
Baroody, A. J. (1993). Problem solving, siswa kelas VII SMP. LEMMA, III(2), 1–
reasoning, and communicating. New York: 17. Retrieved from http://ejournal.stkip-
Macmillan Publishing. pgri-sumbar.ac.id/index.php/jurnal-
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri lemma/article/view/1907/pdf
Pendidikan Nasional Republik Indonesia

94
Ahmad & Nasution: Analisis Kualitatif …(11)

Moleong, L. J. (2011). Metodologi penelitian


kualitatif. Bandung: Pt Remaja Rosda
Karya.
Nofrianto, A., Maryuni, N., & Amri, M. A.
(2017). Komunikasi matematis siswa:
pengaruh pendekatan matematika realistik.
Jurnal Gantang, II(2), 113–123.
https://doi.org/10.31629/jg.v2i2.199
Putra, N. (2011). Penelitian kualitatif: proses
dan aplikasi. Jakarta: PT Indeks.
Rahmawati, F. (2013). Pengaruh pendekatan
pendidikan realistik matematika dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar. Prosiding
SEMIRATA 2013, 1(1), 225–238. Retrieved
from
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/se
mirata/article/view/882
Rangkuti, A. N. (2016). Metode penelitian
pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif, PTK dan penelitian
pengembangan. Bandung: Cipta Pustaka
Mulia.
Saragih, S. (2007). Mengembangkan kemampuan
berpikir logis dan komunikasi matematik
siswa sekolah menengah pertama melalui
pendekatan matematika realistik. Disertasi
UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sugiyono. (2012). Memahami penelitian
kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Wijaya, A. (2012). Pendidikan matematika
realistik: suatu alternatif pendekatan
pembelajaran matematika. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

95

Anda mungkin juga menyukai