Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Praktik Konseling Kelompok Menggunakan Pendekatan


Solution Focused Brief Counseling (SFBC)

Mata kuliah : Praktikum BK Kelompok

Dosen Pengampu: May Dana Izati, M.Pd

Disusun Oleh:

Nurhasanah (1986201005)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) MUHAMMADIYAH SAMPIT


TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Budaya Dalam Konseling Lintas Budaya” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
May Dana Izati, M.Pd pada mata kuliah Psikologi Kepribadian. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang budaya dalam konseling lintas
budaya bagi para pembaca.
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun serta mendukung dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sampit, November 2021

Nurhasanah

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Winkel menjelaskan konseling kelompok merupakan pelaksanaan proses
konselingyang dilakukan antara seorang konselor profesional dan beberapa klien
sekaligus dalamkelompok kecil. Sementara menurut Gazda, konseling kelompok
merupakan hubungan antara beberapa konselor dan beberapa klien yang berfokus
pada pemikiran dan tingkah laku yangdisadari. Layanan konseling kelompok
dapat dimaknai sebagai suatu upaya pembimbing ataukonselor membantu
memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masinganggota
kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam rangka
memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhanya, dan bersifat
pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.masalah atu
topik yang di bahas dalam konseling kelompok bersifat “pribadi” yaitu masalah
yang di bahas merupakan masalah pribadi yang secara langsung di alami, atau
lebih tepta lagi merupakan masalah atau kebutuhan yang sedang di alami oeh para
anggota kelompok yang menyampaikan topik atau masalah.
Dalam layanan konseling kelompok ada beberapa asas yang harus di terapkan,
antara lain asas kerahasiaan, kesukarelaan,keterbukaan, kekinian, kenormatifan.
Di Konseling kelompok dapat berjalan dengan baik apabila komponen-komponen
dalam kelompok itu terbentuk, misalnya di tetapkannya Pemimpin kelompok
(PK), Anggota kelompok (AK). Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai Praktik Konseling Kelompok Menggunakan Pendekatan Solution
Focused Brief Counseling (SFBC).

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konseling kelompok?
2. Apa tujuan konseling kelompok?
3. Apa pengertian dari pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)?
4. Apa tujuan dari pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)?
5. Bagaimana langkah-lngkah dari pendekatan Solution Focused Brief
Counseling (SFBC)?
6. Bagaimana teknik-teknik dari pendekatan Solution Focused Brief Counseling
(SFBC)?

C. Tujuan
1. Mengerti tentang konseling kelompok
2. Mengetahui tujuan konseling kelompok
3. Mengerti tentang pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)
4. Mampu menerapkan langkah-lngkah dari pendekatan Solution Focused
Brief Counseling (SFBC)
5. Mengerti tentang teknik-teknik dari pendekatan Solution Focused Brief
Counseling (SFBC)

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Kelompok


Aryatmi Siswo Haryono menggaris bawahi bahwa “konseling
kelompok adalah kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan dalam situasi
kelompok.Setelah ditelaah, pengertian tersebut dapat dipaparkan bahwa pada
intinya mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya hubungan interpersonal yang profesional antara individu-
individu sesama klien dan antara mereka dengan pembimbing
(konselor).
2. Setiap anggota bebas menyampaikan persoalan-persoalan yang sedang
dihadapinya. Mereka juga dapat menyampaikan ide-ide pemecahannya
ke hadapan forum kelompoknya.
3. Membantu klien (anggota) dalam menumbuhkembangkan potensi yang
dimiliki, agar mampu melaksanakan tugas kehidupannya baik di
sekolah, di rumah maupun di masarakat dan mampu menyesuaikan diri
baik dengan lingkungan internal maupun eksternalnya secara aman,
fleksibel, luwes dan positif.
4. Membantu memandirikan setiap anggota dengan membelajarkan diri
dan berpengalaman dalam memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi ataupun yang muncul di kemudian hari.
5. Setiap pembahasan masalah yang muncul dikupas tuntas oleh seluruh
anggota kelompok melalui dinamika kelompok.
6. Memberi kemungkinan kepada setiap anggota untuk menemukan
kebahagiaan hidup serta menjadi anggota masyarakat di mana ia
berada secara positif dan produktif.
Paparan di atas menggambarkan bahwa layanan konseling kelompok
memiliki fungsi yang fundamental, yaitu fungsi pengentasan. Oleh sebab itu,
layanan konseling kelompok bertujuan memberikan kesempatan kepada klien
untuk melakukan pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui
dinamika kelompok, yang diselenggarakan dalam suasana kelompok.

5
B. Tujuan Konseling Kelompok
1. Tujuan umum
Tujuan umum layanan Konseling Kelompok adalah berkembang kempuan
sosialisai siswa , khususnya keampuan komunikasi peserta layanan. Dalam
kaitan ini sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan
bersosialisasi/bekomunikasi seseorang sering terganggu oleh persaan, pikiran,
persepsi, wawasa dan sikap yang tidak objektif. Melalui layanan Konseling
Kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit persaan dapat di
ungkapkan, di longgarkan melalui berbagai cara, pikiran yang suntuk atau
beku..
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus Konseling Kelompok terfokus pada pembahasan masalah
pribadi individu peserta kegiatan layanan. Melalui layanan kelompok yang
intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebur para peserta memperoleh
dua tujuan sekaligus.
a. Terkembangnya perasaaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap
terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi?
komunikasi.
b. Terpecahkanya masalah individu yang bersangkutan dan di perolehnya
imbasan pemecahan masalah teresbut bagi individu-individu peseerta
layanan Konseling Kelompok.

C. Pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)


Mengingat pentingnya empati dalam kehidupan sehari-hari guru BK,
maka peneliti memandang perlu memberikan bantuan kepada mahasiswa BK
untuk bisa menunjukkan empati yang baik. Salah satu yang dapat dilakukan
melalui Solution Focused Brief Counseling (SFBC). SFBC merupakan
pendekatan yang fokusnya pada masa depan, dan berorientasi tujuan.
Pendekatan ini menekankan pada terbentuknya solusi dari sebuah masalah.
Mahasiswa diarahkan secara mandiri untuk bisa membangun solusinya.
Peneliti memandang mahasiswa dari perspektif SFBC sebagai pribadi yang
mampu dan berkompeten untuk menyusun sendiri solusi dari permasalahan
empati yang rendah. Arofah & Nawantara (2018) mengatakan bahwa SFBC
merupakan pendekatan yang sangat kuat, praktis dan terbukti dapat mengubah
6
positif individu, kelompok, dan organisasi. Konseling ini berfokus pada solusi,
menolak pendekatan-pendekatan konvensional yang memberikan asumsi
secara luas bahwa cara terbaik dalam menyelesaikan masalah adalah fokus
terhadap masalahnya.
SFBC fokus pada kemandirian konseli untuk berfikir, memahami
perasaannya dan merubah perilakunya. Mahasiswa diarahkan untuk melatih
kepekaan perasaan terhadap situasi dan kondisi sekitarnya. Melalui
penggunaan SFBC, konseli (mahasiswa BK) diharapkan memiliki kemampuan
berempati dengan memahami, merasakan, serta memperlakukan orang lain
sebagaimana perasaan orang tersebut. Dengan demikian, SFBC dapat menjadi
salah satu rancangan alternatif untuk membantu masalah mahasiswa yang
memiliki empati rendah. Sehingga harapan Program Studi BK UNP Kediri
dapat mewujudkan mahasiswa BK menjadi Guru BK yang siap melayani
dengan sepenuh hati, berkompeten dan profesional dalam bekerja, serta
menjadi pribadi konselor yang berkualias.

D. Langkah-lngkah pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)


Tahapan pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) agar bisa
digunakan dengan maksimal. Tahapan tersebut menurut Seligman (dalam
Mulawarman, 2014:70) sebagai berikut :
1. Establishing Relationship (Membangun Hubungan Baik)
Membina hubungan baik antara konselor dengan konseli untuk
berkolaborasi, dengan menggunakan topik netral sehingga bisa membangun
kemungkinan-kemungkinan dan kekuatan konseli untuk mebangun solusi.
2. Identifying a solvable complaint (Mengidentifikasi Permasalahan yang Bisa
Ditemukan Solusinya)
Memberikan pertanyaan kepada konseli sehingga mengetahui
penyebab konsep diri akademiknya menjadi negatif, dan mengetahui latar
belakang konseli sehingga bisa memberikan kemungkinankemungkinan yang
bisa digunakan sebagai solusi untuk merubah konsep diri akademiknya
menjad positif.
3. Establishing goals (Menetapkan Tujuan)

7
Memberikan pertanyaan keajaiban kepada konseli seperti “seandainya
kamu memilki nilai yang baik apa yang kamu rasakan ?” sehingga untuk
mengetahui tujuan konseli untuk meningkatkan konsep diri akademiknya.
4. Designing and Implementing Intervention (Merancang dan Menetapkan
Intervensi)
Pada tahap ini konseli diberikan intervensi untuk meningkatkan konsep
diri akademiknya, seperti dengan pengecualian situasi apa yang bisa membuat
dia bisa menemunkan solusi agar meningkatnya konsep diri akademiknya dan
dijadikan tugas untuk konseli.
5. Termination, Evaluation and Follow-up (Pengakhiran, Evaluasi, dan Tindak
Lanjut)
Pada tahapan ini konselor memberikan pertanyaan berskala untuk
mengetahui peningkatan konsep diri akademik siswa pada saat sebelum dan
setelah konseling.

E. Teknik-teknik dari pendekatan Solution Focused Brief Counseling


(SFBC)
Untuk lebih efektif dalam penggunaan pendekatan ini maka perlu suatu
treament untuk membatu konseli dalam mencari solusi atas masalahnya,
menurut Corey, Seligman dan Macdonald, sebagaimana dikutip oleh
Mulawarman (2014: 70) terdapat tiga teknik dasar yaitu Exception-finding
questions (Questions discovery exception), Miracle questions (Question
miracle), and Scaling questions (Questionscale).
1. Exception-finding questions (Questions discovery exception) (Kalimat
Pengecualian)
Pertanyaaan tentang waktu atau keadaan yang yang bisa membuat
konseli merasakan terbebas dari masalahnya, dengan demikian bisa
membangun pengecualian yang dilakukan konseli untuk melakukan
perubahan. Seperti pada saat-saat bagaim ana konseli bisa untuk nyama
dalam proses belajar, sehingga untuk meningkatkan konsep diri
akademiknya.
2. Miracle questions (Question miracle) (Pertanyaan Keajaiban)
Pertanyaan pengandaian pada konseli apabila masalahnya bisa
terselesaikan dan apa yang akan dia lakukan untuk mewujudkan hal
8
tersebut, teknik ini mendorong untuk mengetahui tujun konseling yang
diinginkan oleh konseli. Seperti “Bagaimana perasaanmu bila disemester
ini nilai mu meningkat ?” sehingga mengetuhui tujuan dan menemukan
solusi untuk meningkatkan konsep dirinya dengan memberikan target
untuk melakukannya.
3. Scaling questions (Question-scale) (Pertanyaan Berskala)
Pertanyaan berskala memungkinkan konseli untuk lebih
memperhatikan apa yang mereka telah lakukan dan bagaimana meraka
dapat mengambil langkah yang akan mengarahkan pada perubahan-
perubahan yang mereka inginkan, sehingga perubahannya bisa diamati.
Seperti “pada sekala 0 berarati kamu merasa tidak yakin dengan
kemampuanmu meraih target belajarmu dan 10 kamu sangat yakin bisa
mencapai target belajarmu, sekiranya kamu pada angka berapa ?”

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mendasar pada pembahasan di atas maka dapat disimpulkan mengenai
pendekatkan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) untuk meningkatkan konsep
diri akademik sebagai berikut.
Konsep diri akademik pada siswa kali ini sudah mulai kurang positifnya
karena kurangnya percaya diri, penerimaan diri, penghargaan pada dirinya, hingga
lingkungan yang tidak efektif bagi pembelajaran dirnya. Apabila hal ini dibiarkan
maka akan membuat siswa tidak bisa meraih prestasi belajar yang maksimal.
Dengan demikian permasalahan konsep diri ini harus segera untuk
diselesaikan dengan cepat agar siswa bisa untuk menyesuikan proses belajar dan
mengejar ketinggalan akibat konsep diri yang rendah.
Untuk meningkatkan konsep diri akademik siswa yang rendak maka perlunya
ada treatment yang tepat sehingga efektif bagi siswa yang dimana sesuai dengan
seting sekolah, karena konsep diri ini merupakan salah satu tugas perkembangan yang
harus diselesaikan oleh siswa dalam masa belajarnya.
Namun pada penedekatan ini konselor akan berkolaborasi dengan konseli dan
stick holder untuk mengontrol perubahan-perubahan yang berkesinambungan dari
suatu perlakuan yang berbeda yang sebagai solusi untuk meningkatkan konsep diri
akademik siswa. Dengan demikian konseli bisa secara cepat dan terkontrol untuk
meningkatkan konsep diri akademik.
Pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) bisa dilakukan dalam
waktu yang singkat karena pendekat ini berfokus pada perkembanga solusi yang
dibangun oleh konseli tidak pada masalah konseli. Pendekat ini juga efektif
diterapkan pada seting pendidikan karena pada pendekatan ini berfokus pada
kelebihan siswa daripada kelemahannya, dengan waktu yang tidak terlalu panjang,
penekanan konseling pada solusi, dan ketercapaian tujuan. Dengan demikian siswa
bisa menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum pemeblajaran dengan cepat dan efektif
pula bagi konselor yang memiliki waktu terbatas..

10
DAFTAR PUSTAKA

Abidin Zaina. 2009. Optimalisasi Konseling Individu dan Kelompok untuk


Keberhasilan Siswa. Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan. 14(1). 132-
148. https://doi.org/10.24090/insania.v14i1.322.

Setyawati, Arofah, Puspitarini, Andrianie, David. 2019. Penerapan Solution Focused


Brief Conseling untuk Meningkatkan EmpatiI Mahasiswa Bimbingan dan Konseling ..
Jurnal Nusantara of Research. 6(1). 1-59.
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/efektor.

Ahmad Heri Nugroho, Diah Ayu Puspita, Mulawarman. 2018. Penerapan Solution-
Focused Brief Counseling (SFBC) untuk Meningkatkan Konsep Diri
Akademik Siswa. Jurnal Bikotetik. 12(1). 73-114.

11

Anda mungkin juga menyukai