Abstrak
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh
sehingga kegiatan pembelajaran di sekolah dasar harus dilaksanakan dan diterapkan
secara optimal. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peran
yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Meskipun matematika mempunyai jam
pelajaran yang relatif banyak, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa matematika pada
jenjang SD masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan bagi
peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut Metode Pembelajaran Tutor Sebaya dengan
Model STAD merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dirasa tepat dan efektif
untuk meningkatkan hasil belajar operasi hitung bilangan pecahan pada siswa kelas IV
SD Lentera Kasih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Metode
Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Model STAD dalam peningkatan minat dan hasil
belajar matematika materi pecahan siswa kelas IV di SD Lentera Kasih tahun ajaran
2019/2020. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan kegiatan dimulai
dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.Hasil menunjukkan
peningkatan skor pada siklus I jumlah skor rata-rata siklus I adalah 64% dengan
kategori sedang, sedangkan siklus II menjadi 87,5% dengan kategori tinggi. Respon
siswa melalui kuisioner menunjukkan 100% siswa senang dengan Metode Pembelajaran
Tutor Sebaya dengan Model STAD. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan
terjadi peningkatan signifikan dalam penggunaan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya
dengan Model STAD terhadap hasil belajar matemtika dari awal siklus sampai akhir
siklus sebesar 87,5 % pada siswa kelas IV SD Lentera Kasih tahun ajaran 2019/2020.
Kata kunci: Tutor Sebaya, STAD, minat dan hasil belajar
1
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
1. Identifikasi Masalah
a. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mata
pelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan operasi
hitung bilangan pecahan,
b. Tiga tahun terakhir nilai matematika khususnya pada materi
operasi hitung pecahan mengalami penurunan secara terus
menerus.
c. Tahun 2018 persentase siswa yang memenuhi KKM mencapai
70%, pada tahun 2019 siswa yang memenuhi KKM sebanyak 63%,
dan pada tahun 2020 siswa yang mencapai KKM hanya mencapai
51% dengan KKM 65.
d. Matematika mempunyai jam pelajaran yang relatif banyak, tetapi
kenyataan menunjukkan bahwa matematika pada jenjang SD masih
dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan bagi
peserta didik. Salah satu materi pada mata pelajaran matematika
yaitu bilangan pecahan. Penyelesaian soal operasi hitung bilangan
pecahan membutuhkan pemahaman konsep yang lebih sulit
dibandingkan dengan operasi hitung bilangan lainnya, sehingga
banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami
operasi hitung bilangan pecahan sehingga hasil belajar operasi
hitung bilangan pecahan masih rendah
2. Analisis Masalah
Berdasarkan masalah yang teridentifikasi tersebut maka masalah
yang paling penting adalah Matematika terutama dalam materi
pecahan dan penggunaan model dan metode pembelajaran yang
tidak efektif, untuk itu perlu segera diperbaiki karena akan
berdampak kemampuan pemahaman berikutnya
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Siswa
Untuk menambah pengalaman saat melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode dan strategi yang variatif dan inovatif. Serta
membangkitkan semangat belajar siswa supaya dapat mencapai hasil dan
pemahaman materi secara maksimal.
b. Bagi Guru
Untuk menambah pengalaman bagi guru dan meningkatkan hasil belajar
matematika dengan pembelajaran tutor sebaya strategi STAD. Selain itu juga
dapat memberikan solusi kepada guru untuk mengatasi permasalahan kesulitan
belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan.
c. Bagi Sekolah
Memotivasi pihak sekolah untuk membuat kebijakan bagi guru supaya dapat
menerapkan metode dan strategi yang inovatif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa sehingga tujuan pendidikan tercapai secara maksimal. Selain itu, juga
menjadi salah satu referensi kepada pihak sekolah untuk mengatasi masalah
kesulitan belajar pada siswa khususnya untuk mata pelajaran matematika.
d. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui penggunaan strategi pembelajaran inovatif yang sesuai
dengan permasalahan yang ada di kelas.
II. Kajian Pustaka
A. Hakikat Tutor Sebaya dan STAD
1. Pengertian Tutor Sebaya
Tutor sebaya adalah sebuah metode pembelajaran yang sedang menjadi
tren sekarang. Peer teaching memang menjadi metode yang menjadikan siswa
tidak bosan, sementara guru juga tidak suntuk. Peer teaching dalam bahasa
Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya. Edward L. Dejnozken dan
David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia (Paktris,
wordpress.com) menyebutkan pengertian tutor sebaya adalah sebagai
berikut:“Tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya.
Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe kedua
adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang
dimunculkan pertukaran usia pengajar”.
2. Manfaat Tutor Teman Sebaya
a. Memberikan pengaruh positif, baik dalam pendidikan dan sosial pada
guru, dan tutor sebaya;
b. Merupakan cara praktis untuk membantu secara individu dalam membaca;
c. Pencapaian kemampuan membaca dengan tutor sebaya hasilnya bisa lebih
baik; dan
d. Jumlah waktu yang dibutuhkan peserta didik untuk membaca akan
meningkat.
3. Langkah-langkah metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010:397-398), langkah-langkah
metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) adalah sebagai berikut :
1. Bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada seluruh anak didik.
2. Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap anak
didik.
3. Minta anak didik secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan
jawabannya.
4. Setelah jawaban diberikan, mintalah anak didik lainnya untuk menambahkan.
5. Lanjutkan dengan sukarelawan selanjutnya.
B. STAD (Student Team Achievement Division)
1. Pengertian STAD
Menurut Dian (2011), “Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah
satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan bantuan
lembaran kerja sebagai pedoman secara berkelompok, berdiskusi guna
memahami konsep-konsep, menemukan hasil yang benar”.
E. HASIL BELAJAR
Pengertian hasil belajar secara umum adalah sesuatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan, kecakapan dasar dan
perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Hasil belajar juga dapat didefinisikan
sebagai prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku
seseorang dalam sebuah sistem pendidikan tertentu.
F. KERANGKA BERPIKIR
G. HIPOTESIS TINDAKAN
4.1.Siklus I
a. Pertemuan 1
4.2.Siklus II
Tahapan siklus II secara umum sama dengan kegiatan perencanaan pada siklus
I. Namun, terdapat perbaikan pelaksanaan tindakan yang berdasarkan pada hasil
refleksi siklus I yang telah diuraikan sebelumnya. Pada presentasi kelas, sebagian
besar siswa memperhatikan. Ketika guru memberikan kesempatan tanya jawab,
ada siswa dari kelompok E yang bertanya. Ketika guru menanyakan apakah siswa
sudah paham tentang materi yang sudah dijelaskan, siswa serempak menjawab
sudah. Pada saat diskusi kelompok, guru berkeliling dari satu kelompok ke
kelompok yang lain. siswa tidak canggung untuk bertanya. Guru menawarkan
kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Masing-masing
kelompok saling berebutan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Suasana presentasi terlihat ramai tetapi teratur. Siswa berusaha untuk
menunjukkan kelebihan kelompok masing-masing. Siswa terlihat lebih
bersemangat, aktif dalam hal bertanya , menjawab dan menyampaikan gagasan.
Keaktifan siswa mulai mengalami peningkatan.
Kuis pada siklus kedua berjumlah 10 soal dalam bentuk pilihan ganda.
Dibandingkan dengan kuis pada siklus pertama, siswa lebih tertib dalam
mengerjakan soal. Kondisi kelas tenang. Setelah selesai mengerjakan, soal
langsung dibahas untuk mengetahui jawaban yang benar. Dari hasil kuis ke 2
diperoleh nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 100 dan rata-rata yaitu 81.
Pemberian skor peningkatan sesuai dengan aturan pada STAD. Hasil ini
digunakan untuk menentukan kelompok terbaik. Kelompok yang mendapatkan
skor peningkatan paling banyak yaitu kelompok D.
Kegiatan pada tahap reflesi yaitu guru dan observer mendiskusikan hasil
pelaksanaan tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan hasil analisis pemahaman
konsep siswa terhadap tes siklus 2 diketahui rata-rata persentase pemahaman
konsep siswa sebesar 81. Hasil ini termasuk dalam kategori tinggi. Siswa sudah
lebih paham dalam mengaplikasikan konsep materi pecahan. Presentase keaktifan
siswa pada siklus kedua meningkat dibanding siklus pertama, yaitu 87,5 %
dengan kategori tinggi. Hasil posttest untuk materi pecahan menunjukkan nilai
tertinggi 100 dan terendah 70 dengan rata-rata 81. Hasil respon siswa terhadap
pembelajaran STAD menunjukkan 100% siswa mudah memahami materi pecahan
apabila dilaksanakan dengan diskusi kelompok, 96% siswa merasa memperoleh
pengalaman baru melalui diskusi kelompok , 100% siswa menganggap bahwa
dengan adanya diskusi kelompok membuat lebih mudah mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, 100% siswa menyatakan bahwa saling interaksi antar teman
saya lebih mudah mengoreksi apabila terjadi kesalahan dalam mengerjakan tugas,
96% siswa merasa bahwa dengan pembelajaran ini menjadi lebih aktif
berpartisipasi dalam diskusi kelompok. 100% siswa merasa bahwa penghargaan
kelompok membuat lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dan 100%
siswa menyatakan senang dengan pembelajaran tutor sebaya strategi STAD.
Pada siklus pertama, kelompok terbaik yaitu kelompok E (Great team). Pada
siklus kedua, kelompok terbaik yaitu kelompok D (Super team). Hal ini
menunjukkan bahwa siswa saling berkompetisi untuk menjadi kelompok yang
terbaik sehingga mendapatkan penghargaan (reward). Hal ini juga dikemukakan
oleh Sardiman (2007, 92), bahwa saingan/kompetisi dapat mendorong belajar
siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembentukan kelompok dalam pembelajaran
STAD terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan akademik tinggi, sedang dan
rendah. Model pembelajaran ini memberi kesempatan siswa yang kemampuan
akademiknya kurang untuk bertanya kepada teman yang lebih pintar. Siswa
biasanya malu dan takut untuk bertanya kepada guru, tetapi tidak canggung jika
bertanya kepada teman yang sebaya. Istilah ini disebut tutor sebaya. Menurut
Susilowati (2009:3- 28), “Tutor sebaya adalah seorang murid membantu belajar
murid lainnya dengan tingkat kelas yang sama”. Tutor sebaya ini menguntungkan
jika diterapkan dalam pembelajaran Metode tutor sebaya dilakukan dengan cara
memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa
tersebut mengajarkan materi kepada teman-temannya yang belum paham sehingga
memenuhi ketuntasan belajar semuanya. Jadi, diharapkan dengan adanya tutor
sebaya, peserta didik yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu untuk
bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas kepada teman sebayanya.
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil di atas maka dapat disimpukan
sebagai berikut: 1) Penggunaan metode pembelajaran Tutor Sebaya
dengan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas
IV SD Lentera Kasih tahun ajaran 2019/2020. Hal ini dapat dilihat pada
hasil berikut; pada pra siklus rata-rata pemahaman konsep adalah 44%. ,
namun pada akhir Siklus I terjadi peningkatan sebesar 37% menjadi 81%.
Hasil posttest menunjukkan presentase sebesar 88% dengan kategori
tinggi. 2) Metode pembelajaran Tutor Sebaya dengan model STAD dapat
meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SD Lentera Kasih tahun ajaran
2019/2020. Hal ini ditunjukkan peningkatan skor pada siklus I jumlah skor
rata-rata siklus I adalah 64% dengan kategori sedang, sedangkan siklus II
menjadi 87,5% dengan kategori tinggi. 3) Respons siswa kelas IV SD
Lentera Kasih tahun ajaran 2019/2020 terhadap penggunaan metode
pembelajaran Tutor Sebaya dengan model STAD melalui kuisioner
menunjukkan 100% siswa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Berdasarkan hal tersebut di ats dapat disimpulkan terjadi
peningkatan signifikan dalam penggunaan model pembelajaran Tutor
Sebaya dengan model STAD terhadap hasil belajar matemtika dari awal
siklus sampai akhir siklus sebesar 87,5 % pada siswa kelas IV SD Lentera
Kasih tahun ajaran 2019/2020.
Febianti, Yopi Nisa. (2014). Peer Teaching (Tutor Sebaya) sebagai Metode
Universitas Diponegoro.
0/02/pembelajaran-