Anda di halaman 1dari 21

Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Model

STAD sebagai Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar


Matematika Siswa Kelas IV Sd Lentera Kasih Tahun ajaran
2019/2020.

Nyoman Sukmaning Tyas


NIM. 859009067
e-mail: nyomansukmaningtyas@gmail.com

Abstrak
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh
sehingga kegiatan pembelajaran di sekolah dasar harus dilaksanakan dan diterapkan
secara optimal. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peran
yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Meskipun matematika mempunyai jam
pelajaran yang relatif banyak, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa matematika pada
jenjang SD masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan bagi
peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut Metode Pembelajaran Tutor Sebaya dengan
Model STAD merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dirasa tepat dan efektif
untuk meningkatkan hasil belajar operasi hitung bilangan pecahan pada siswa kelas IV
SD Lentera Kasih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Metode
Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Model STAD dalam peningkatan minat dan hasil
belajar matematika materi pecahan siswa kelas IV di SD Lentera Kasih tahun ajaran
2019/2020. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan kegiatan dimulai
dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.Hasil menunjukkan
peningkatan skor pada siklus I jumlah skor rata-rata siklus I adalah 64% dengan
kategori sedang, sedangkan siklus II menjadi 87,5% dengan kategori tinggi. Respon
siswa melalui kuisioner menunjukkan 100% siswa senang dengan Metode Pembelajaran
Tutor Sebaya dengan Model STAD. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan
terjadi peningkatan signifikan dalam penggunaan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya
dengan Model STAD terhadap hasil belajar matemtika dari awal siklus sampai akhir
siklus sebesar 87,5 % pada siswa kelas IV SD Lentera Kasih tahun ajaran 2019/2020.
Kata kunci: Tutor Sebaya, STAD, minat dan hasil belajar

1

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu dilakukan secara


menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan dan mengembangkan kecakapan hidup melalui seperangkat
kompetensi agar peserta didik dapat bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan
berhasil di masa mendatang. Sekolah dasar khususnya berfungsi menanamkan
kemampuan dan keterampilan dasar untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat
selanjutnya maupun memberi bekal kemampuan kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi lingkungan.
Keberhasilan pendidikan di sekolah dasar sangat menentukan keberhasilan
pendidikan di tingkat selanjutnya.

Untuk mewujudkan keberhasilan pendidikan tersebut, kegiatan


pembelajaran di sekolah dasar harus dilaksanakan dan diterapkan secara optimal.
Hal ini berlaku untuk semua mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar,
termasuk pada mata pelajaran matematika. Matematika merupakan ilmu universal
yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan mempunyai peranan
penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Oleh
karena itu, semua peserta didik perlu mempelajari matematika mulai dari sekolah
dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sintesis, kritis, dan kreatif.

Matematika adalah salah satu dasar ilmu pengetahuan dari ilmu


pengetahuan yang sekarang telah berkembang pesat. Matematika juga merupakan
salah satu bidang studi yang memiliki peran yang sangat penting dalam dunia
pendidikan. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek kajian
yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak peserta didik
mengalami kesulitan dalam menghayati dan memahami konsep-konsep
matematika. Pembelajaran matematika di SD lebih menekankan pada aktivitas
memanipulasi benda konkret dalam memecahkan masalah untuk memahami
konsep-konsep matematika.
Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh pada siswa
kelas IV SD Lentera Kasih sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah
a. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mata
pelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan operasi
hitung bilangan pecahan,
b. Tiga tahun terakhir nilai matematika khususnya pada materi
operasi hitung pecahan mengalami penurunan secara terus
menerus.
c. Tahun 2018 persentase siswa yang memenuhi KKM mencapai
70%, pada tahun 2019 siswa yang memenuhi KKM sebanyak 63%,
dan pada tahun 2020 siswa yang mencapai KKM hanya mencapai
51% dengan KKM 65.
d. Matematika mempunyai jam pelajaran yang relatif banyak, tetapi
kenyataan menunjukkan bahwa matematika pada jenjang SD masih
dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan bagi
peserta didik. Salah satu materi pada mata pelajaran matematika
yaitu bilangan pecahan. Penyelesaian soal operasi hitung bilangan
pecahan membutuhkan pemahaman konsep yang lebih sulit
dibandingkan dengan operasi hitung bilangan lainnya, sehingga
banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami
operasi hitung bilangan pecahan sehingga hasil belajar operasi
hitung bilangan pecahan masih rendah
2. Analisis Masalah
Berdasarkan masalah yang teridentifikasi tersebut maka masalah
yang paling penting adalah Matematika terutama dalam materi
pecahan dan penggunaan model dan metode pembelajaran yang
tidak efektif, untuk itu perlu segera diperbaiki karena akan
berdampak kemampuan pemahaman berikutnya
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan masalah

Sehubungan dengan analisis tersebut maka diupaya untuk


penggunaan metode tutor ebaya dengan model kooperatif tipe STAD oleh
karena metode dan model ini sangat tepat untuk meningkatkan
kemampuan dalam pemahaman matematika khususnya dalam materi
pecahan. Tutor sebaya merupakan pembelajaran kooperatif bukan
kompetitif sehingga dengan menggunakan metode ini rasa saling
menghargai dapat dibina dengan baik. Anak-anak dapat menjalin
hubungan baik dengan teman sebayanya cenderung lebih termotivasi dan
lebih unggul dalam hal akademis daripada anak-anak yang tidak dapat
berhubungan baik dengan teman sebayanya (Wenzel dan Ramani, 2016:
18). Untuk memaksimalkan tutor sebaya dalam proses pembelajaran
dipadukan dengan strategi pembelajaran STAD ( Student Team
Achievement Divisions). Strategi ini dilaksanakan secara berkelompok,
dengan membentuk antara 4 sampai 5 siswa secara heterogen. Dengan
demikian motivasi dan partisipasi para siswa dalam proses pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal dan juga dapat
meningkatkan keaktifan siswa sehingga mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.

Berdasararkan uraian tersebut di atas dilaksanakan perbaikan pembelajaran


melalui Penelitian Tindakan Kelas dalam dua siklus dengan judul Penerapan
Metode Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Model STAD sebagai Upaya
Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sd Lentera
kasih Tahun ajaran 2019/2020.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah melalui pembelajaran Tutor Sebaya dengan strategi STAD dapat


meningkatkan minat belajar matematika materi pecahan siswa kelas IV di SD
Lentera Kasih tahun ajaran 2019/2020 ?
2. Apakah melalui pembelajaran Tutor Sebaya dengan strategi STAD dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan siswa kelas IV di SD
Lentera Kasih tahun ajaran 2019/2020 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Tutor Sebaya dengan strategi STAD


dalam peningkatan minat belajar matematika materi pecahan siswa kelas IV di
SD Lentera Kasih tahun ajaran 2019/2020.

2. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Tutor Sebaya dengan strategi STAD


dalam peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan siswa kelas IV di SD
Lentera Kasih tahun ajaran 2019/2020.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Siswa
Untuk menambah pengalaman saat melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode dan strategi yang variatif dan inovatif. Serta
membangkitkan semangat belajar siswa supaya dapat mencapai hasil dan
pemahaman materi secara maksimal.
b. Bagi Guru
Untuk menambah pengalaman bagi guru dan meningkatkan hasil belajar
matematika dengan pembelajaran tutor sebaya strategi STAD. Selain itu juga
dapat memberikan solusi kepada guru untuk mengatasi permasalahan kesulitan
belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan.
c. Bagi Sekolah
Memotivasi pihak sekolah untuk membuat kebijakan bagi guru supaya dapat
menerapkan metode dan strategi yang inovatif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa sehingga tujuan pendidikan tercapai secara maksimal. Selain itu, juga
menjadi salah satu referensi kepada pihak sekolah untuk mengatasi masalah
kesulitan belajar pada siswa khususnya untuk mata pelajaran matematika.
d. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui penggunaan strategi pembelajaran inovatif yang sesuai
dengan permasalahan yang ada di kelas.
II. Kajian Pustaka
A. Hakikat Tutor Sebaya dan STAD
1. Pengertian Tutor Sebaya
Tutor sebaya adalah sebuah metode pembelajaran yang sedang menjadi
tren sekarang. Peer teaching memang menjadi metode yang menjadikan siswa
tidak bosan, sementara guru juga tidak suntuk. Peer teaching dalam bahasa
Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya. Edward L. Dejnozken dan
David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia (Paktris,
wordpress.com) menyebutkan pengertian tutor sebaya adalah sebagai
berikut:“Tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya.
Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe kedua
adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang
dimunculkan pertukaran usia pengajar”.
2. Manfaat Tutor Teman Sebaya
a. Memberikan pengaruh positif, baik dalam pendidikan dan sosial pada
guru, dan tutor sebaya;
b. Merupakan cara praktis untuk membantu secara individu dalam membaca;
c. Pencapaian kemampuan membaca dengan tutor sebaya hasilnya bisa lebih
baik; dan
d. Jumlah waktu yang dibutuhkan peserta didik untuk membaca akan
meningkat.
3. Langkah-langkah metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010:397-398), langkah-langkah
metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) adalah sebagai berikut :
1. Bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada seluruh anak didik.
2. Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap anak
didik.
3. Minta anak didik secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan
jawabannya.
4. Setelah jawaban diberikan, mintalah anak didik lainnya untuk menambahkan.
5. Lanjutkan dengan sukarelawan selanjutnya.
B. STAD (Student Team Achievement Division)
1. Pengertian STAD
Menurut Dian (2011), “Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah
satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan bantuan
lembaran kerja sebagai pedoman secara berkelompok, berdiskusi guna
memahami konsep-konsep, menemukan hasil yang benar”.

2. Tahapan-tahapan dalam Model STAD

Tahap-tahapan yang dilalui pembelajaran kooperatif tipe STAD,


meliputi:
1) Tahap Penyajian Materi Guru menyajikan materi melalui metode
ceramah, demonstrasi, ekspositori, atau membahas buku pelajaran
matematika.
2) Tahap Kegiatan Kelompok Guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan yang dipelajari guna kerja kelompok.
3) Tahap Tes Individu Tes individu atau hasil belajar ini digunakan setelah
kegiatan kelompok usai dan dikerjakan secara individu.
4) Tahap perhitungan Nilai Perkembangan Individu 14 Perhitungan nilai
perkembangan individu dimaksudkan agar setiap siswa terpacu untuk
meraih prestasi yang maksimal.

3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams


Achievement Divisions (STAD) dalam proses belajar-mengajar memiliki arti
penting. Shoimin (2014;189) menyatakan bahwa banyak keuntungan yang
dapat diraih dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD), antara lain:
1. Peserta didik bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung
tinggi norma-norma kelompok.
2. Peserta didik aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil
bersama.
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok.
4. Interaksi antar peserta didik seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendpat.
5. Meningkatkan kecakapan individu.
6. Meningkatkan kecakapan kelompok.
7. Tidak bersifat kompetitif.
8. Tidak memiliki rasa dendam.

Selain berbagai kelebihan, model pembelajaran kooperatif tipe Student


Teams Achievement Divisions (STAD) ini juga memiliki kelemahan antara
lain:

1. Kontribusi dari peserta didik berprestasi rendah menjadi kurang.


2. Peserta didik berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran
anggota yang pandai lebih dominan.
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga sulit
mencapai target kurikulum.

C. Hakikat Mata Pelajaran Matematika


1. Pengertian Matematika
Johonson dan Rising (Budi, 2010: 8) mendefinisikan matematika sebagai
berikut. 1. Matematika adalah pola berpikir dan pola mengorganisasikan
pembuktian yang logis. 2. Matematika semacam bahasa, yaitu bahasa yang
menggunakan simbol-simbol dan lambang-lambang yang didefinisikan dengan
padat, cermat, jelas dan akurat. 3. Matematika adalah pengetahuan struktur
yang terorganisasi, sifat-sifat atau teorinya dibuat secara deduktif berdasarkan
unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, aksioma-aksioma, sifat dan teori-
teori yang telah dibuktikan kebenarannya. 4. Matematika adalah ilmu tentang
pola dan keteraturan pola. 5. Matematika adalah suatu seni, keindahan di mana
keteruntutannya, keharmonisannya, keteraturan cara berpikir dan cara uraiaan
pembahasannya.
2. Hakikat Pecahan

Wahyudi (2008) berpendapat mengenai pengertian pecahan yaitu sebagai


berikut: Pecahan adalah bagian dari bilangan Rasional. Pecahan adalah suatu
!
bilangan yang dapat ditulis melalui pasangan terurut dari bilangan cacah ,
!
!
dimana b ≠ 0, dalam notasi, himpunan pecahan adalah : ( I a dan b adalah
!
!
bilangan cacah, b ≠ 0). Pada pecahan , a disebut pembilang b disebut
!
penyebut pecahan tersebut.
D. MINAT BELAJAR

Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang dimiliki


seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan. Minat tersebut akan menetap
dan berkembang pada dirinya untuk memperoleh dukungan dari lingkungannya
yang berupa pengalaman.

E. HASIL BELAJAR

Pengertian hasil belajar secara umum adalah sesuatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan, kecakapan dasar dan
perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Hasil belajar juga dapat didefinisikan
sebagai prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku
seseorang dalam sebuah sistem pendidikan tertentu.

F. KERANGKA BERPIKIR

Matematika merupakan mata pelajaran yang membutuhkan tingkat


pemahaman yang tinggi. Dengan menggunakan Metode Pembelajaran Tutor
Sebaya dengan Model STAD, siswa mudah memahami materi pecahan yang
disampaikan. Jumlah siswa yang terdiri dari kemampuan yang heterogen
diharapkan siswa dapat saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru. Pembelajaran menggunakan metode Pembelajaran Tutor Sebaya
dengan Model STAD banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Guru hanya sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan suasana belajar
yang kondusif di mana siswa dapat merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya dengan
Model STAD, menjadikan minat dan hasil belajar siswa kelas IV SD Lentera
Kasih tahun ajaran 2019/2020 dapat meningkat. Secara skematis, kerangka pikir
dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Kemmis dan Mc. Taggart (1998)

G. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka dapat


dirumuskan hipotesis sebagai berikut jika penggunaan Metode Pembelajaran
Tutor Sebaya dengan Model STAD dapat dilaksanakan dengan baik dan lancer,
maka dapat meningkat hasil belajar Matematika pada Siswa SD Kelas IV SD
Lentera Kasih Tahun ajaran 2019/2020.

III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


A. Subyek Penelitian, tempat, dan waktu Penelitian.
1. Subyek
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Lentera Kasih tahun
ajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa 20 orang.
2. Tempat Peneliti
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas 4 Sekolah Lentera Kasih Kuta Utara.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan peneliti dilaksanakan 2 siklus yaitu:
a. Siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu, 22 April 2020.
b. Siklus ke 2 dilaksanakan pada Rabu, 6 Mei 2020.
B. Desain Prosedur Perbaikan
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Kegiatan yang dilakukan
dalam penelitian tindakan kelas adalah diawali dengan pra penelitian.
Langkah ini digunakan untuk mengetahui permasalahan yang ada di kelas
tentang penggunaan metode pembelajaran. Pada tahap ini dengan cara
memberikan angket untuk seluruh siswa. Setelah dianalis kemudian
melaksanakan penelitian yang terdiri dari 2 siklus. Pelaksanaan kegiatan
dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Setelah
mengetahui permasalahan yang ada di sekolah, maka peneliti mulai
menyusun rencana tindakan. Peneliti kemudian melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan RPP, sedangkan observer akan melakukan
observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah dalam RPP
sesuai dengan pembelajaran STAD, yaitu: presentasi guru, pembentukan
kelompok, diskusi kelompok, kuis individual dan pemberian penghargaan
kepada kelompok yang terbaik. Observasi dilakukan selama pelaksanaan
tindakan sesuai dengan lembar observasi maupun pedoman wawancara.
Jika belum sesuai yang diharapkan, maka dibuat rencana perbaikan
pembelajaran untuk siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil refleksi siklus I,
peneliti bersama observer melakukan revisi proses pembelajaran, agar proses
pembelajaran pada siklus II menjadi lebih baik. Siklus II ini dilaksanakan
dengan mengikuti tahapan pada siklus. Siklus II ini dimaksudkan sebagai
perbaikan atau penyempurnaan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Gambar
berikut:
C. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan
kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi
Pewarisan Sifat. Analisis hasil tes kuis, persentase keterlaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan keaktifan belajar siswa dapat
diketahui dengan rumus sebagai berikut :
!"#$%! !"#$ !"#$ !"#$%$" !"#$ !"#$"%&'(
𝑦= !"#$ !"#$%!"& !"#$ !"#$"%&'(
𝑥 100

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah di atas persentase


rata-rata pemahaman materi Pewarisan Sifat. Persentase minimalnya
adalah 72%.
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran Matematika
materi pecahan dengan metode tutor sebaya strategi STAD diawali dengan
kegiatan pra penelitian. Dari hasil analisis angket tersebut, 80% siswa bosan
dengan pembelajaran ceramah, 100% siswa membutuhkan inovasi pembelajaran
baru yang lebih menarik, 90% siswa malu bertanya kepada guru jika kesulitan
dalam memahami materi, 100% siswa merasa kesulitan jika belajar sendiri, 100%
siswa merasa lebih mudah mengerjakan tugas bersama dengan teman, 100% siswa
juga menganggap bahwa diskusi kelompok memberi kemudahan dalam
mengerjakan tugas, 100% siswa sering meminta bantuan kepada teman yang lebih
pintar dan 100% siswa lebih bersemangat dalam meraih prestasi jika ada
penghargaan. Setelah diadakan analisis hasil angket kemudian diadakan pre-test.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman awal siswa terhadap
materi yang akan diajarkan. Nilai pretest ini juga digunakan sebagai skor dasar
masing-masing siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan meliputi 2 siklus, masing-
masing siklus 2 kali pertemuan. Hasil pembelajaran pada masing-masing siklus
adalah:

4.1.Siklus I

a. Pertemuan 1

Kegiatan perencanaan sesuai dengan langkah-langkah yang sudah


direncanakan yaitu penyusunan penyusunan RPP, LKS, lembar Observasi
Pelaksanaan Pembelajaran, soal kuis. Kegiatan pelaksanaan yang menerapkan
pembelajaran STAD diawali dengan presentasi kelas. Guru menyampaikan
langkah kepada siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Guru menjelaskan materi pecahan. Presentasi kelas dilakukan oleh guru
secara garis besar saja. Langkah selanjutnya adalah guru mengelompokkan siswa
menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) sesuai dengan
ketentuan dalam STAD. Kemudian siswa diminta untuk berdiskusi dengan teman
sekelompok. Guru mengamati jalannya diskusi dan bertanya pada masing-masing
kelompok jika ada hal-hal yang kurang jelas atau kurang dimengerti. Guru selalu
mengingatkan untuk menerapkan tutor sebaya. Pada akhir pertemuan, guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik dalam
mempresentasikan hasil diskusinya.

Pemberian kuis yang merupakan salah satu langkah pembelajaran STAD


untuk pertemuan pertama tidak bisa dilaksanakan. Materi pecahan ini termasuk
materi yang sulit sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk pemahamannya.
Langkah kuis diberikan pada pertemuan kedua siklus pertama.
b. Pertemuan Kedua
Kegiatan pada pertemuan kedua adalah melanjutkan langkah pada
pertemuan pertama, yaitu pemberian kuis. Jumlah soal pada kuis pertama
adalah 10 dalam bentuk pilihan ganda. Guru membagikan soal kuis dan
lembar jawaban serta menjelaskan kepada siswa bahwa soal harus
dikerjakan sendiri karena nilai individu akan mementukan nilai
kelompoknya. Setelah selesai mengerjakan, soal kemudian dibahas
bersama siswa agar siswa tahu jawaban yang tepat. Dari hasil kuis ke 1
diperoleh nilai terendah 10, tertinggi 70 dan rata-rata nilai 44.
Peningkatan skor individu diperoleh dengan cara membandingkan skor
kuis ke 1 dengan skor awal siswa. Peningkatan skor individu digunakan
sebagai pedoman dalam menentukan skor kelompok dan pemberian
penghargaan. Skor peningkatan kelompok dan kategorinya dapat dilihat
pada tabel 5.
Penghargaan (reward) ini diberikan kepada kelompok yang poin
kemajuan yang terbanyak. Kelompok yang mendapatkan penghargaan
yaitu kelompok A dengan rata-rata poin kemajuan 23,3. Kelompok yang
mendapatkan hadiah terlihat sangat senang dan bersemangat.
Tahap observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Observer melakukan observasi terhadap keseluruhan
kegiatan yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran di
kelas.
Guru dan observer mendiskusikan hasil pelaksanaan tindakan dan
hasil observasi. Berdasarkan hasil analisis pemahaman konsep siswa
terhadap tes siklus I diketahui rata-rata pemahaman konsep siswa sebesar
44. Hasil ini termasuk dalam kategori rendah. Rata-rata minat belajar
siswa adalah 64% dengan kategori sedang. Peneliti kemudian
menganalisa data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran untuk
mengetahui penyebab belum optimalnya persentase pencapaian aspek
keempat.
Hal ini ditujukan agar pada siklus II persentase pencapaian aspek
pemahaman keempat bisa meningkat. Peneliti menyimpulkan, adapun
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan menjadi kendala antara
lain:
1. Kesadaran siswa dalam memperhatikan penjelasan guru
kurang.
2. Kerjasama dalam kelompok belum berjalan dengan optimal,
karena para siswa masih terbiasa dengan model pembelajaran
konvensional.
3. Keaktifan siswa belum muncul secara bagus, hanya siswa
tertentu saja yang mau untuk mengerjakan soal.
Siswa terbiasa ditunjuk untuk mengerjakan soal. Berdasarkan
permasalahan-permasalahan di atas, untuk pertemuan pada siklus II
peneliti merumuskan tindakan perbaikan sebagai alternatif pemecahan
masalah tersebut yang diuraikan sebagai berikut :
1. Guru bersikap tegas dan mengingatkan kepada siswa untuk benar-
benar memperhatikan supaya bisa mendapatkan skor individu yang
baik sehingga meningkatkan nilai kelompok.
2. Guru memberikan pengawasan dengan cara berkeliling dari satu
kelompok ke kelompok lain.

4.2.Siklus II

Tahapan siklus II secara umum sama dengan kegiatan perencanaan pada siklus
I. Namun, terdapat perbaikan pelaksanaan tindakan yang berdasarkan pada hasil
refleksi siklus I yang telah diuraikan sebelumnya. Pada presentasi kelas, sebagian
besar siswa memperhatikan. Ketika guru memberikan kesempatan tanya jawab,
ada siswa dari kelompok E yang bertanya. Ketika guru menanyakan apakah siswa
sudah paham tentang materi yang sudah dijelaskan, siswa serempak menjawab
sudah. Pada saat diskusi kelompok, guru berkeliling dari satu kelompok ke
kelompok yang lain. siswa tidak canggung untuk bertanya. Guru menawarkan
kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Masing-masing
kelompok saling berebutan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Suasana presentasi terlihat ramai tetapi teratur. Siswa berusaha untuk
menunjukkan kelebihan kelompok masing-masing. Siswa terlihat lebih
bersemangat, aktif dalam hal bertanya , menjawab dan menyampaikan gagasan.
Keaktifan siswa mulai mengalami peningkatan.

Kuis pada siklus kedua berjumlah 10 soal dalam bentuk pilihan ganda.
Dibandingkan dengan kuis pada siklus pertama, siswa lebih tertib dalam
mengerjakan soal. Kondisi kelas tenang. Setelah selesai mengerjakan, soal
langsung dibahas untuk mengetahui jawaban yang benar. Dari hasil kuis ke 2
diperoleh nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 100 dan rata-rata yaitu 81.
Pemberian skor peningkatan sesuai dengan aturan pada STAD. Hasil ini
digunakan untuk menentukan kelompok terbaik. Kelompok yang mendapatkan
skor peningkatan paling banyak yaitu kelompok D.

Kegiatan selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas siklus 2 yaitu :

1. Siswa sudah nyaman dengan kelompoknya masing-masing.


2. Keaktifan (minat) siswa semakin meningkat. Siswa bersemangat dalam
pembelajaran dan lebih aktif mengikuti proses pembelajaran.
3. Saat kuis individu, tidak ada siswa yang berusaha mencontek jawaban
temannya.

Kegiatan pada tahap reflesi yaitu guru dan observer mendiskusikan hasil
pelaksanaan tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan hasil analisis pemahaman
konsep siswa terhadap tes siklus 2 diketahui rata-rata persentase pemahaman
konsep siswa sebesar 81. Hasil ini termasuk dalam kategori tinggi. Siswa sudah
lebih paham dalam mengaplikasikan konsep materi pecahan. Presentase keaktifan
siswa pada siklus kedua meningkat dibanding siklus pertama, yaitu 87,5 %
dengan kategori tinggi. Hasil posttest untuk materi pecahan menunjukkan nilai
tertinggi 100 dan terendah 70 dengan rata-rata 81. Hasil respon siswa terhadap
pembelajaran STAD menunjukkan 100% siswa mudah memahami materi pecahan
apabila dilaksanakan dengan diskusi kelompok, 96% siswa merasa memperoleh
pengalaman baru melalui diskusi kelompok , 100% siswa menganggap bahwa
dengan adanya diskusi kelompok membuat lebih mudah mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, 100% siswa menyatakan bahwa saling interaksi antar teman
saya lebih mudah mengoreksi apabila terjadi kesalahan dalam mengerjakan tugas,
96% siswa merasa bahwa dengan pembelajaran ini menjadi lebih aktif
berpartisipasi dalam diskusi kelompok. 100% siswa merasa bahwa penghargaan
kelompok membuat lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dan 100%
siswa menyatakan senang dengan pembelajaran tutor sebaya strategi STAD.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran Matematika pada materi pecahan dengan penerapan


pembelajaran Tutor Sebaya strategi Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) diawali dengan pemberian angket tentang kebutuhan inovasi
pembelajaran. Hasil angket menunjukkan bahwa siswa bosan dengan
pembelajaran ceramah sehingga membutuhkan inovasi pembelajaran yang lebih
menarik. Selama ini pembelajaran di SD Lentera Kasih didominasi metode
ceramah sehingga aktivitas siswa kurang muncul. Metode ceramah membuat
siswa pasif, hanya duduk, mendengar dan mencatat saja. Siswa merasa malu
bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan belajar. Siswa takut jika dimarahi
dan malu jika dianggap sebagai anak bodoh. Karena alasan itulah, siswa merasa
lebih mudah mengerjakan tugas bersama dengan teman. Dengan interaksi
antarteman dalam sebuah kelompok, siswa lebih mudah mengoreksi apabila
terjadi kesalahan dalam mengerjakan soal.

Berdasarkan hasil yang didapat pada siklus II diketahui bahwa terjadi


peningkatan pada rata-rata pemahaman konsepnya, yaitu 81 dengan kategori
tinggi. Hasil posttest menunjukkan kenaikan dibanding pretest. Rerata nilai pretest
adalah 44 dan nilai posttest adalah 81. Dilihat dari nilai KKM Matematika yaitu
65, maka rerata untuk pemahaman konsepnya sudah di atas KKM. Pembentukan
kelompok pada STAD bersifat permanen, artinya selama proses pembelajaran
berlangsung siswa berada pada kelompok yang tetap. Siswa sudah merasa cocok
dengan anggota kelompoknya. Siswa sudah bisa berinteraksi antaranggota
kelompok dengan baik sehingga mereka saling membantu. Pembelajaran dalam
kelompok lebih diarahkan untuk menyelesaikan soal-soal dalam LKS secara
bekerja sama. Karena dengan belajar kelompok mendorong peserta didik untuk
menuangkan ide-ide atau gagasan mereka dalam menyelasaikan masalah yang
terdapat dalam LKS. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Isjoni (2012, 14) yaitu
dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok tersebut
harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami sebuah materi.
Pembelajarn ini dianggap belum selesai jika masih ada anggota yang belum
menguasai materi. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, terdapat perbedaan
skor peningkatan kemajuan yang berdampak pada pemberian kategori kelompok.

Pada siklus pertama, kelompok terbaik yaitu kelompok E (Great team). Pada
siklus kedua, kelompok terbaik yaitu kelompok D (Super team). Hal ini
menunjukkan bahwa siswa saling berkompetisi untuk menjadi kelompok yang
terbaik sehingga mendapatkan penghargaan (reward). Hal ini juga dikemukakan
oleh Sardiman (2007, 92), bahwa saingan/kompetisi dapat mendorong belajar
siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembentukan kelompok dalam pembelajaran
STAD terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan akademik tinggi, sedang dan
rendah. Model pembelajaran ini memberi kesempatan siswa yang kemampuan
akademiknya kurang untuk bertanya kepada teman yang lebih pintar. Siswa
biasanya malu dan takut untuk bertanya kepada guru, tetapi tidak canggung jika
bertanya kepada teman yang sebaya. Istilah ini disebut tutor sebaya. Menurut
Susilowati (2009:3- 28), “Tutor sebaya adalah seorang murid membantu belajar
murid lainnya dengan tingkat kelas yang sama”. Tutor sebaya ini menguntungkan
jika diterapkan dalam pembelajaran Metode tutor sebaya dilakukan dengan cara
memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa
tersebut mengajarkan materi kepada teman-temannya yang belum paham sehingga
memenuhi ketuntasan belajar semuanya. Jadi, diharapkan dengan adanya tutor
sebaya, peserta didik yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu untuk
bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas kepada teman sebayanya.

Berdasarkan analisis di atas, pembelajaran STAD terbukti dapat meningkatkan


prestasi. Presentase keaktifan siswa pada siklus 1 adalah 64%. Berdasarkan
pengamatan pada siklus 1, siswa cukup semangat dan antusias selama proses
pembelajaran. Tetapi siswa belum aktif untuk menjawab pertanyaan guru,
merespon masalah yang diberikan dan membantu temannya yang kesulitan. Siswa
cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa pada siklus 2 sebesar
87,5% dengan kategori tinggi. Siswa lebih antusias dan bersemangat dalam proses
pembelajaran. Kegiatan saling membantu teman yang kesulitan juga sudah
berjalan dengan baik. Siswa juga sudah aktif untuk melakukan presentasi hasil
diskusi.

V. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil di atas maka dapat disimpukan
sebagai berikut: 1) Penggunaan metode pembelajaran Tutor Sebaya
dengan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas
IV SD Lentera Kasih tahun ajaran 2019/2020. Hal ini dapat dilihat pada
hasil berikut; pada pra siklus rata-rata pemahaman konsep adalah 44%. ,
namun pada akhir Siklus I terjadi peningkatan sebesar 37% menjadi 81%.
Hasil posttest menunjukkan presentase sebesar 88% dengan kategori
tinggi. 2) Metode pembelajaran Tutor Sebaya dengan model STAD dapat
meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SD Lentera Kasih tahun ajaran
2019/2020. Hal ini ditunjukkan peningkatan skor pada siklus I jumlah skor
rata-rata siklus I adalah 64% dengan kategori sedang, sedangkan siklus II
menjadi 87,5% dengan kategori tinggi. 3) Respons siswa kelas IV SD
Lentera Kasih tahun ajaran 2019/2020 terhadap penggunaan metode
pembelajaran Tutor Sebaya dengan model STAD melalui kuisioner
menunjukkan 100% siswa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Berdasarkan hal tersebut di ats dapat disimpulkan terjadi
peningkatan signifikan dalam penggunaan model pembelajaran Tutor
Sebaya dengan model STAD terhadap hasil belajar matemtika dari awal
siklus sampai akhir siklus sebesar 87,5 % pada siswa kelas IV SD Lentera
Kasih tahun ajaran 2019/2020.

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan,
maka peneliti dapat mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada Guru hendaknya dapat mengembangkan model pembelajaran
yang lebih variatif salah satunya menggunakan model pembelajaran
Tutor Sebaya strategi STAD.
2. Siswa diharapkan dapat mengemukakan pendapat sehingga
pembelajaran lebih interaktif antara guru dan siswa.
3. Kepala Kepala Sekolah diharapkan memberi banyak ruang dan
kesempatan bagi pendidik dan peserta didik untuk berkreativitas dan
berinovasi dalam proses pembelajaran.
4. Pihak Yayasan diharapkan dapat terus menyosialisasikan dan memberi
wadah untuk para pendidik/ guru untuk meningkatkan kreativitas dan
inovasi dalam proses mengajar.
Daftar Pustaka
Annurahman. (2009). Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

Jakarta: Rineka Cipta.

Budiningsih C Asri. (2006). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY.

Febianti, Yopi Nisa. (2014). Peer Teaching (Tutor Sebaya) sebagai Metode

Pembelajaran untuk Melatih Siswa Mengajar: Bandung: Unswagati.

Subyantoro. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model-Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum

2013. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Sutikno, M. Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam

Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect.

Teacher Creative Corner. 2010. Pembelajaran Dengan Methode Tutor Teman

Sebaya. [Online]. Tersedia: http://baliteacher.blogspot.com/201

0/02/pembelajaran-

Anda mungkin juga menyukai