Anda di halaman 1dari 6

KASUS MANDIRI STUNTING DAN COVID-19 PADA ANAK

ILMU KESEHATAN ANAK

Nama : Adelia Miftakul Janah

NIM : 19154001

Prodi : D3 Kebidanan / Semester 4

1. STUNTING
a. Pengertian Stunting Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini
menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting
mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak
normal (Kemenkes RI, 2018).
Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut TB/U
dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan keadaan tubuh yang pendek
atau sangat pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada anak juga menjadi
salah satu faktor risiko terjadinya kematian, masalah perkembangan motorik yang
rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan adanya ketidakseimbangan
fungsional (Anwar, Khomsan, dan Mauludyani, 2014)

b. Penyebab terjadinya stunting


 Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang
menyebabkan anak balita mengalami stunting. Ada banyak sekali hal-hal
yang dapat memicu terjadinya gizi buruk ini. Berikut adalah penyebab gizi
buruk pada ibu hamil dan bayi yang masih sering ditemui:
 Pengetahuan ibu yang kurang memadai Sejak di dalam kandungan, bayi sudah
membutuhkan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Untuk mencapai ini, ibu harus berada dalam keadaan sehat dan bergizi baik.
Jika ibu tidak memiliki pengetahuan akan asupan nutrisi yang baik untuknya
dan janin, hal ini akan sulit didapatka
 Infeksi berulang atau kronis tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan.
Penyakit infeksi berulang yang dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak
selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit. Jika kebutuhan ini
tidak diimbangi dengan asupan yang cukup, anak akan mengalami kekurangan
gizi dan akhirnya berujung dengan stunting. Terjadinya infeksi sangat erat
kaitannya dengan pengetahuan ibu dalam cara menyiapkan makan untuk anak
dan sanitasi di tempat tinggal.
 Sanitasi yang buruk sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat
menyebabkan stunting  pada anak. Penggunaan air sumur yang tidak bersih
untuk masak atau minum disertai kurangnya ketersediaan kakus merupakan
penyebab terbanyak terjadinya infeksi. Kedua hal ini bisa meninggikan risiko
anak berulang-ulang menderita diare dan infeksi cacing usus (cacingan).
 Terbatasnya layanan kesehatan kenyataannya, masih ada daerah tertinggal di
Indonesia yang kekurangan layanan kesehatan. Padahal, selain untuk
memberikan perawatan pada anak atau ibu hamil yang sakit, tenaga kesehatan
juga dibutuhkan untuk memberi pengetahuan mengenai gizi untuk ibu hamil
dan anak di masa awal kehidupannya.

c. Usaha yang dilakukan untuk menanggulanginya dari keluarga, fasilititas kesehatan


dan pemerintah

A. Keluarga
1. Penuhi kecukupan nutrisi ibu selama kehamilan dan menyusui, terutama zat besi,
asam folat, dan yodium.
2. Biasakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan menggunakan
sabun dan air, terutama sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar
atau buang air kecil, meminum air yang terjamin kebersihannya, dan mencuci
peralatan makan dengan sabun cuci piring. Semua ini dilakukan untuk mencegah
anak terkena penyakit infeksi.
3. Lakukan inisiasi menyusui dini dan memberikan ASI eksklusif.
4. Lengkapi pengetahuan mengenai MPASI yang baik dan menerapkannya.
5. Keluarga juga perlu memeriksakan Si Kecil ke Posyandu atau Puskesmas secara
rutin, agar tahapan pertumbuhan Si Kecil dapat dipantau, untuk kemudian
dibandingkan dengan kurva pertumbuhan dari WHO.

B. Fasilitas Kesehatan
1. Puskesmas dan Posyandu memantau Pertumbuhan Balita diantaranya melalui penimbangan
dan pengukuran serta pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS); Pemberian Kapsul Vitamin A;
Praktek Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), pendidikan gizi Ibu Balita; Minum
Tablet Tambah Darah bersama untuk mengatasi Anemia pada Remaja Putri (50 anak); serta
penyuluhan pada Kelas Ibu Hamil.
2. Para kader di Posyandu juga memberi Penyuluhan PMBA yang diberikan di Posyandu.
Hasil dari penyuluhan ini harus dipraktikkan di rumah supaya Balita mendapatkan asupan
makanan bergizi yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga daya tahan tubuhnya menjadi
lebih baik, dan anak jarang sakit, terhindar dari risiko stunting.
3. Kader Posyandu dan tenaga kesehatan di Puskesmas senantisa mengingatkan masyarakat
yang memiliki bayi untuk memberi ASI eksklusif, yaitu bayi usia 0 sampai 6 bulan hanya
mendapat ASI saja. Selanjutnya bayi dapat mengonsumsi Makanan Pendamping ASI mulai
usia 6 bulan serta meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.

C. Pemerintah
1. Program gizi spesifik yang telah dilakukan oleh pemerintah dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Program terkait intervensi dengan sasaran ibu hamil, yang dilakukan melalui beberapa
program/kegiatan berikut:
a) Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan
protein kronis
b) Program untuk mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat
c) Program untuk mengatasi kekurangan iodium
d) Pemberian obat cacing untuk menanggulangi kecacingan pada ibu hamil
e) Program untuk melindungi ibu hamil dari malaria
Jenis kegiatan yang telah dan dapat dilakukan oleh pemeritah baik di tingkat nasional
maupun di tingkat lokal meliputi pemberian suplementasi besi folat minimal 90 tablet,
memberikan dukungan kepada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan minimal
4 kali, memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), pemberian makanan tambahan pada
ibu hamil, melakukan upaya untuk penanggulangan cacingan pada ibu hamil, dan
memberikan kelambu serta pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria.

2. Peningkatan Gizi Masyarakat melalui program Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk
meningkatkan status gizi anak. Kementerian Kesehatan merilis, 725 ribu ibu hamil yang
mendapatkan PMT untuk ibu hamil dan balita kurus di Papua dan Papua Barat, Surveilans Gizi
pada 514 Kabupaten/Kota dan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada 514
Kabupaten/Kota.
3. Sanitasi berbasis Lingkungan melalui peningkatan kualitas sanitas lingkungan di 250 desa
pada 60 Kabupaten/Kota, dengan target prioritas pada desa yang tingkat prevalensi stuntingnya
tinggi.
4. Anggaran setiap desa dalam program ini sebesar 100 juta, dengan target minimal 20 KK
terlayani jamban individu sehat dan cuci tangan pakai sabun dan kebijakan yang menyasar
kepada warga miskin agar ada perubahan perilaku.
5. Pembangunan infastruktur. Pemerintah membangun infrastruktur air minum dan sanitasi untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia, salah satunya mencegah stunting. Dalam empat tahun
telah membangun Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Tempat Pengolahan Air (TPA),
dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS).
2. COVID-19 PADA ANAK

a.Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota
Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar
ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Coronavirus adalah
kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya
menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi
pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia)

Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran pernapasan, misalnya ketika
berada di ruang tertutup yang ramai dengan sirkulasi udara yang kurang baik atau kontak
langsung dengan droplet.

b. Penyebab Virus Corona (COVID-19)

Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus yang
menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan
infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa
menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, kemudian
diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke manusia. Seseorang dapat tertular
COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
 Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19
batuk atau bersin
 Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh
benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19
 Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19

c .Usaha yang dilakukan untuk menanggulanginya dari keluarga, fasilititas kesehatan dan
pemerintah

A. KELUARGA
1. Cuci tangan
Cuci tangan adalah cara mencegah penularan virus corona pada anak-anak maupun
orang dewasa. Ajari sang anak untuk rutin cuci tangan dengan sabun dan air. Agar anak mau
melakukannya, orangtua juga harus memberi contoh agar anak meniru. Jika tidak tersedia
sabun, gunakan handsanitizer dengan alkohol minimal 60%. Awasi penggunaan handsanitizer
untuk anak, terutama jika sang anak masih berusia di bawah enam tahun.
2. Memakai Masker
Masker digunakan untuk mencegah seseorang menularkan maupun tertular virus
corona. Adapun ketentuan menggunakannya adalah sebagai berikut:
a. Masker yang dipakai haruslah sesuai standar kesehatan.
b. Ganti masker setiap 4 jam atau sebelum 4 jam tetapi sudah lembap/basah.
c. Cuci masker (kain) dengan detergen dan diseterika setelah kering.
d. Masker sekali pakai/masker bedah digunakan bagi anggota keluarga yang
memiliki risiko.
e. Masker bedah yang sudah digunakan, perlu didisinfeksi. Jika ingin dibuang maka
perlu dirusak dahulu, digunting, disobek, barulah dibuang ke tempat sampah
tertutup.
f. Orang tua/wali wajib mengawasi pemakaian masker pada balita. Anak usia di
bawah dua tahun sebaiknya menghindari bertemu dengan orang lain. Jika terpaksa
harus bertemu maka gunakan pelindung diri yang tidak mengakibatkan kesulitan
bernapas seperti penutup kain/kain gendong.
g. Masker tidak dianjurkan bagi: Bayi/anak berusia di bawah dua tahun. Penderita
masalah pernapasan. Penderita kelumpuhan. Orang yang kehilangan kesadaran
diri. Orang yang tidak mampu melepas masker tanpa bantuan.
3. PHBS Tingkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Adapun yang dimaksud PHBS adalah sebagai berikut:
a. Konsumsi gizi seimbang.
b. Olahraga atau aktivitas fisik minimal 30 menit sehari.
c. Isitrahat cukup (6-8 jam).
d. Kelola stres.
e. Gunakan jamban yang bersih dan sehat.
f. Mandi dan bersihkan diri minimal dua kali sehari.
g. Mandi juga setelah bepergian.
h. Ganti pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
i. Jangan ada yang merokok di dalam rumah (smoke free home).
4. Hindari kontak dekat
Cara mencegah penularan virus corona pada anak-anak adalah menerapkan jaga jarak.
Pastikan sang anak menjaga jarak dengan orang lain setidaknya dua meter atau lebih.
Selain melakukan langkah tersebut, pastikan sang anak telah mendapatkan vaksin flu.
Vaksin flu sangat penting di tengah pandemi ini agar tidak menimbulkan komplikasi
serius. Pastikan pula, sang anak tetap melakukan aktivitas fisik dan terkoneksi secara
sosial agar tidak mudah mengalami stres.

B. Fasilitas Kesehatan
1. Melakukan koordinasi lintas program di Puskesmas/fasilitas kesehatan dalam menentukan
langkah-langkah menghadapi pandemi COVID-19.
2. Melakukan sosialisasi terintegrasi dengan lintas program lain termasuk kepada masyarakat
yang memiliki balita, tentang pencegahan penyebaran COVID-19, kondisi Gawat Darurat
dan informasi RS rujukan terdekat.
3. Melakukan analisa data balita berisiko yang memerlukan tindak lanjut.
4. Melakukan koordinasi kader, RT/RW/kepala desa/kelurahan, dan tokoh masyarakat terkait
sasaran anak dan pelayanan kesehatan rutin dalam situasi pandemi COVID-19.
5. Memberikan pelayanan kesehatan kepada balita dengan melakukan triase, penerapan
prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan jarak fisik (physical distancing)
dalam pelayanan kesehatan yang diberikan.

C.Pemerintah

 Menerbitkan surat edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota,
Rumah Sakit Rujukan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (BTKL), untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi kemungkinan masuknya penyakit ini.
 Menempatkan 135 thermal scanner di seluruh bandar udara di Indnesia terutama yang
mempunyai penerbangan langsung dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
 Memberikan health alert card dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pada
penumpang.
 Menunjuk sedikitnya 100 Rumah Sakit Rujukan yang sebelumnya dipakai pada kasus flu
burung dan menyiapkan 21 kapsul evakuasi (meja dorong isolasi pasien) sebagai langkah
pencegahan.
 pemerintah telah memiliki upaya pencegahan dengan menerapkan family support yang
telah tergambar pada program jaring pengaman sosial, mencakup bantuan sosial keluarga
harapan dan sembako.

Anda mungkin juga menyukai