Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

“TOKOH- TOKOH PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH DI INDONESIA ”

Dosen Pengampu :
Dra. Zuliarni,M.Pd.

Di Susun Oleh:
KELOMPOK 9

1. Rati Anggraini (21052100)


2. Dhea Mardalia Putri (21046170)
3. Reza Mulyana (20052022)
4. Popy Mutia Sari (20052017)
5. Nafrizal Amsal Telaumbanua (21053091)
6. Khoirul Ihsan Yogandi (21073014)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul tokoh-tokoh pendidikan yang
berpengaruh di Indonesia .
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari
Ibu Dra. Zuliarni,M.Pd. pada mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Pendidikan. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai tokoh-tokoh pendidikan yang berpengaruh di
Indonesia bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Zuliarni,M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Dasar Dasar Ilmu Pendidikan yang telah memberikan tugas kelompok ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik cara
penguraiannya maupun isinya. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
makalah ini bisa bermanfaat.

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................... 5
A. Tokoh-tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Indonesia.............................. 5
B. Pengaruh Tokoh-tokoh Pendidikan terhadap Perkembangan Pendidikan di Indonesia 12
BAB III...................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................15
B. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang
berfikir, bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup.
Dengan kata lain, pendidikan itu sangat penting bagi manusia. Pentingnya pendidikan ini telah di
teliti oleh beberapa tokoh dan para pemikir tentang pendidikan. Sebagai generasi penerus, kita
perlu mengetahui sejarah mengenai tokoh pendidikan tersebut. Begitu banyak ide yang telah
mereka gagaskan untuk mengungkapkan pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Negara
Indonesia merupakan Negara yang berkembang begitu juga pendidikannya. Jadi kita harus tahu
bagaimana pengaruh tokoh pendidikan terhadap pengembangan pendidikan yang ada di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tokoh-tokoh pendidikan yang berpengaruh di Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh tokoh-tokoh pendidikan terhadap pengembangan pendidikan di
Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tokoh-tokoh pendidikan yang berpengaruh di Indonesia
2. Mengetahui pengaruh tokoh-tokoh pendidikan terhadap pengembangan pendidikan di
Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tokoh-tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Indonesia


1. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara yang sebelumnya bernama Raden Mas Suwardi Suryaningrat, lahir
di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Putra dari K.P.H Suryaningrat, dan cucu dari
Pakualam III.
Beliau adalah tokoh yang sangat berjasa di bidang pendidikan dan beliaulah yang
mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa pada tahun 1922. Karena jasanya yang
sangat besar tersebut, maka sampai sekarang hari lahirnya diperingati sebagai hari
pendidikan Nasional.
Perguruan Taman Siswa yang didirikan pada tanggal 3 Juli 1922, pada mulanya
bernama (National Onderwijs Institut Taman Siswa) di Yogyakarta. Pertama-tama yang
dibuat hanya taman anak dan kursus guru. Namun, setelah itu berkembang menjadi
perguruan tinggi. Bagian-bagian pendidikan pada perguruan tinggi Taman Siswa ini
adalah:
a. Taman Indria (setingkat TK)
b. Taman Anak (setingkat kelas I-III SD)
c. Taman muda (setingkat kelas IV-VI SD)
d. Taman Dewasa (setara SMP)
e. Taman Madia (setara SMA)
f. Taman Guru B-1 (mendidik calon guru untuk Taman Anak dan Taman muda)
g. Taman Guru B-2
h. Taman Guru B-3 (mendidik calon guru untuk taman dewasa) Taman Guru B-3 ini
terdiri dari 2 bagian, bagian A untuk jurusan ilmu pasti dan bagian B untuk jurusan
budaya.
i. Taman Guru Indria (mendidik anak wanita yang ingin menjadi guru pada taman indria)

Di dalam penyelenggaraan pendidikan Ki Hajar Dewantara menerapkan system among,


yang mengemukakan dua dasar, yaitu:
a. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir
dan batin sehingga dapat hidup merdeka.
b. Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan
cepat dan sebaik-baiknya.
Penyelenggaraan Taman Siswa didasarkan pada asas pendidikan yang dikemukakan oleh
Ki Hajar Dewantara sebagai berikut:
a. Asas kemerdekaan
b.Asas kodrat alam
c.Asas kebudayaan
d.Asas kebangsaan
e.Asas kemanusiaan

Kelima asas tersebut dinamakan dengan Panca Darma Taman Siswa. Penyelenggaraan
taman siswa didasarkan pada beberapa semboyan yang menjiwainya berikut ini.
a. Lawan sastra ngesti mulia; dengan kecerdasan jiwa kita menuju kesejahteraan. b. Suci
tata ngesti tunggal; dengan kesucian batin dan teraturnya hidup batin, kita mengejar
kesempurnaan.
c. Tut wuri handayani; mengikuti dari belakang sambil memberikan pengaruh.
d. Rawe-rawe rantas, malang-malang patung; segala yang menghalangi akan hancur.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara
keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status
ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai
kemerdekaan yang asas.
Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Beliau
telah memberikan karya terbaiknya kepada nusa dan bangsa. Sembooyan "Tut Wuri
Handayani" diabadikan sebagai lambang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia (Hasbullah, 2005:2006)

2. Mohammad Syafei
Mohammad syafei lahir di Kalimantan pada tahun 1899. Perjuangan beliau juga dititikberatkan
pada bidang pendidikan.
Pada tahun 1922 beliau menjadi guru pada Sekolah Kartini di Jakarta dan sejak itu aktifitasnya di
bidang pendidikan terus berkembang. Sebagai seorang tokoh pendidikan Mohammad Syafei
berjasa besar dalam mendirikan sekolah yang diberi nama "Indonesische Nederlansche School"
atau yang lebih dikenal dengan INS di Kayuttanam Sumatera Barat. Dasar pendidikan yang
dikembangkannya adalah kemasyarakatan, keaktifan, kepraktisan, serta berpikir logis dan
rasional. Berkenaan dengan itulah maka isi pendidikan yang dikembangkannya adalah bahan-
bahan yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan, dan keterampilan yang dikenal dengan
istilah 3 H (Head, Heart and Hand).
Sementara itu INS menitikberatkan pendidikannya pada dunia kerja. INS menyelenggarakan
pendidikan dalam jenjang berikut :
a. Ruang bawah selama 7 tahun (setara SD)
b. Ruang atas selama 6 tahun (setara sekolah menengah)

Tujuan sekolah yang diselenggarakan Mohammad Syafei adalah:


a. Mendidik anak-anak agar mampu berpikir rasional
b. Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh
c. Mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang baik
d. Menanamkan rasa persatuan Mohammad Syafei yang pernah diangkat menjadi Menteri
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan pada kabinet Syahrir.

Mohammad Syafei meninggal dunia pada tanggal 5 Maret 1969. Jasa-jasa beliau tak terlupakan,
apalagi lulusan INS tersebar ke berbagai pelosok tanah air, guna membangun bangsa dan
Negara. Pemikiran Syafei diatas menyarankan kesempurnaan lahir dan batin yang harus selalu
diperbaharui. Hal ini terungkap dalam pemikiran G. Revesz seperti yang dikutip oleh Syafei
bahwa lapangan pendidikan mesti berubah menurut zamannya, seandainya orang masih
beranggapan, bahwa susunan pendidikan dan pengajaran yang berlaku adalah sebaik-baiknya
dan tidak akan berubah lagi, maka orang atau lembaga yang berpendirian dan berpikir demikian
telah jauh menyimpang dari kebenaran. Demikianlah, tujuan pendidikan berupa kesempurnaan
lahir dan batin, harus selalu terus disempurnakan sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Dan
kesempurnaan yang cocok untuk bangsa Indonesia Syafei mengajukan pemikiran yang masih
relevan untuk zaman kita ini.
Manusia yang sempurna lahir dan batin atau aktif kreatif itu, apa saja unsur-unsur atau aspek-
aspeknya? Ia menyatakan bahwa yaitu jiwa dan hati yang terlatih dan otak yang berisi
pengetahuan (Thalib Ibarahim, 1978:20). Orang yang jiwa dan hatinya terlatih itu tekun, teliti,
rajin, giat, berperhatian, dan apik dalam segala bidang perbuatan. Pelatihan jiwa dan hati ini
diperoleh melalui pelatihan berbuat atau bekerja mengerjakan pekerjaan sehari-hari atau bahkan
pekerjaan tangan. Bahkan untuk pengisian otakpun, pelajaran pekerjan tangan dapat turut
dimanfaatkan.

3. Kiyai H. Ahmad Dahlan


Ahmad Dahlan nama kecilnya adalah Muhammad Darwis lahir di Yogyakarta pada tahun 1869.
Ayahnya seorang ulama yang bernama K.H. Abu Bakar bin K.H. Sulaiman, pejabat khatib di
masjid Besar kesultanan Yogyakarta. Ahmad Dahlan adalah seorang yang memiliki pengetahuan
yang luas. Meskipun usianya baru dua puluh tahun, ia mulai merintis jalan pembaruan di
kalangan umat Islam. Misalnya, membetulkan arah kiblat shalat pada masjid yang dipandang
tidak tepat arahnya yang sesuai dengan perhitungan menurut ilmu falakiyah yang dikuasainya.
Usaha ini sempat menimbulkan insiden yang membuat diri dan istrinya hampir saja
meninggalkan Kaum Yogyakarta selamanya. Kemudian memberikan pelajaran agama di sekolah
negeri yang saat itu tidak pernah dilakukan oleh kyai lainnya.
Ahmad Dahlan juga sangat memperhatikan kaum dhuafa, anak yatim, dan fakir miskin agar
selalu diperhatikan dan diayomi. Hal ini selalu ia ingatkan kepada murid-muridnya agar selalu
memperhatikan dan menolong kaum dhuafa tersebut. Pernah suatu ketika beliau memberikan
pelajaran kepada murid-muridnya tentang surat Al-Ma'un. Namun, surat Al-Ma'un ini selalu
beliau ulang-ulang dalam setiap pertemuan pengajian sehingga menimbulkan protes dari murid-
muridnya. Setelah dijelaskan lalu setelah pengajian selesai dan murid-muridnya masing-masing
membawa anak yatim dan disantuni secukupnya.
Ahmad Dahlan juga merupakan tokoh pendiri organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 di
Yogyakarta.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah ini:
a. Umat islam tidak memegang tuntunan Al-qur'an dan Hadits sehingga menyebabkan perbuatan
syirik, bid'ah dan kufarat semakin merajalela serta mencemarkan kemurnian ajarannya.
b. Keadaan umat islam sangat menyedihkan akibat penjajahan.
c. Kegagalan institusi pendidikan islam untuk memenuhi tuntunan kemajuan zaman merupakan
akibat dari mengisolasi diri.
d. Persatuan dan kesatuan umat islam menurut akibat lemahnya organisasi islam yang ada.
e. Munculnya tantangan dari kegiatan misi Zending yang dianggap mengancam masa depan
umat islam.

Jenis-jenis sekolah yang dikembangkan Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut:.


a. Sebelum merdeka (sekolah umum dan agama)
a. Sesudah merdeka (sekolah umum di bawah departemen pendidikan, madrasah dan perguruan
tinggi Muhammadiyah)

Ahmad Dahlan meninggal pada tanggal 25 Februari 1923 dalam usia 55 tahun.

4. Rahmah El Yunusiah
Rahma El-Yunusiah, seorang tokoh pendidikan dan perjuangan Islam wanita dari Sumatra Barat.
Beliau lahir, tepatnya di Padang Panjang pada tanggal 29 Desember 1900 dan wafat pada 26
Februari 1969 di tempat yang sama pula. Beliau lah pendiri Madrasah Diniyah Putri Padang
Panjang (Sumatra Barat) yang merupakan perguruan tinggi wanita Islam pertama di Indonesia,
dan pelopor berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Sumatra Barat.
Riwayat pendidikannya dimulai dari belajar pada ayahnya. Namun, hal ini hanya berlangsung
sebentar karena ayahnya meninggal saat ia masih kecil. Ia pun belajar dalam bimbingan kakak-
kakaknya, yaitu Zainuddin Labay El-Yunusy yang merupakan pendiri Diniyat School di Sumatra
Barat dan M. Rasyad. Karena tidak puas akan pendidikan yang telah di berikan oleh kakak-
kakaknya Rahmah pun mencari guru-guru lainnya di daerah Minangkabau seperti Haji Abdul
Karim Amrullah.

Usaha Rahmah dalam bidang pendidikan untuk kaum wanita khususnya di dasarkan pada cita-
citanya, bahwa kaum wanita Indonesia harus memperoleh kesempatan penuh dalam menuntut
ilmu agar dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan agar kaum wanita
sanggup berdikari untuk menjadi ibu pendidik yang cakap, aktif dan bertanggung jawab kepada
kesejahteraan tanah air. Hal itu diwujudkan dengan pendirian sekolah Diniyah Putri.
Atas bantuan Persatuan Murid-murid Diniyah School yang didirikan oleh kakaknya, Rahmah
mendirikan madrasahnya pada tanggal 1 November 1923. Mulanya terdapat 71 orang murid
yang kebanyakan terdiri dari ibu-ibu rumah tangga muda. Pelajaran diberikan setiap hari selama
3 jam di sebuah masjid di Pasar Usang, Padang Panjang. Di samping itu, Rahmah juga mulai
mengadakan usaha pemberantasan buta huruf bagi kalangan ibu-ibu yang lebih tua.

Selain itu Rahmah memiliki prinsip dan sikap yang teguh. Ketika Belanda menawarkan bantuan
kepada Madrasah Diniyah Putri dengan syarat harus berada di bawah kekuasaannya, ia menolak
dengan tegas. Dengan alasan tak ingin sistem pendidikannya dibelokkan oleh Belanda. Selain
itu, hal yang menonjol dari Rahmah adalah sikap tanggung jawab. Ia bukan saja memikirkan
kemajuan pendidikan murid-muridnya, namun juga keselamatan mereka. Pada saat kolonial
Jepang masuk ke Indonesia, Rahmah mengungsikan seluruh muridnya dan menanggung semua
keperluan dari murid-muridnya.

Perhatian Rahmah El-Yunusiah untuk kaumnya memang tidak pernah padam. Ia bercita-cita
untuk mendirikan Perguruan Tinggi Islam khusus untuk kaum wanita lengkap dengan sarana dan
prasarananya. Cita-citanya ini sebagian telah tercapai. Hal ini terlihat ketika ia wafat, Diniyah
Putri telah memiliki Perguruan Tinggi dengan satu fakultas, yaitu Fakultas Dirasah Islamiyah. Ia
juga bercita-cita mendirikan rumah sakit khusus wanita.

Di bawah kepemimpinan Rahmah, Diniyah Putri berkembang pesat. Keberhasilan lembaga ini
mendapat perhatian dan pujian dari berbagai tokoh pendidikan, pemimpin nasional, politikus dan
tokoh agama, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal itu terbukti pada tahun 1957 Rahmah
memperoleh gelar Syaikhah dari Senat Guru Besar Universitas Al-Azhar Mesir. Dan gelar ini
belum pernah dianugerahkan kepada siapapun sebelumnya.

Dari cerita singkat tentang Rahmah el Yunusiah diatas, dapat kita ambil sebuah nilai yang sangat
besar, bahwa sebagai kaum wanita kita mengemban suatu amanat untuk mencerdaskan bangsa,
melalui anak-anak kita. Perjuangannya yang gigih dan tak pantang menyerah serta tak mengenal
rasa takut tidak hanya patut untuk di acungi jempol, namun perlu untuk ditiru dan dilanjutkan.
Karena sejatinya, ia dan kita semua sebagai seorang wanita merupakan tempat pertama dalam
menuntut ilmu bagi anak-anak kita kelak.

Bentuk realisasi dari pemikiran pendidikan Rahmah El Yunusiah adalah berupa pendirian
sekolah-sekolah bagi perempuan. Hal ini merupakan tanggapan dari situasi pada masa itu dan
sejalan pula dengan teorinya Arnold J. Toynbee yaitu: "Challenge and Respons."
Sedangkan tujuan pendidikannya untuk mencerdaskan kaum perempuan agar pendidikan pada
masa itu tidak berpusat pada laki-laki, dengan demikian hal ini sejalan dengan teori feminisme,
yaitu teori post strukturalis dan post modernisme. Beberapa hambatan pada kaum perempuan
Indonesia. Pendidikan yang belum berpihak pada kaum perempuan dapat pula ditemui dalam
bidang lain. misalnya dalam bidang kesehatan dan pekerjaan. Perusahaan masih banyak yang
belum memberi lapangan kerja pada perempuan. Angka perempuan menganggur lebih tinggi
dapat ditemui dimana-mana dibanding laki-laki. Walaupun perempuan banyak ditemui bekerja
disektor informal (pabrik) itu bukan berarti hilangnya diskriminasi. Angka kaum perempuan
upahnya tidak dibayar oleh perusahaan mencapai 41,3% lebih tinggi di banding laki-laki yang
hanya 10% menjadi bukti beban yang di terima perempuan diluar rumah.

B. Pengaruh Tokoh-tokoh Pendidikan terhadap Pengembangan Pendidikan di


Indonesia

1. Pemikiran Pertama tentang Pendidikan Nasional


Sejak lahirnya pergerakan nasional, suatu gejala yang penting adalah adanya keinginan
yang bertambah luas kepada pendidikan atau pengajaran. Semenjak Budi Utomo lahir, maka
soal pengajaran ini selalu tercantum dalam program setiap partai di Indonesia. Dalam
aktivitas politik ini, Ki Hajar Dewantara memakai setiap kesempatan yang ada untuk
mengeluarkan pendapat-pendapat tentang pengajaran kolonial dan pembaruan- pembaruan
yang harus ditempuh sesuai dengan tuntutan ke arah kemerdekaan bangsa. Salah satu
perjuangan yang sangat berarti yakni tidak menyetujui penggunaan bahasa Belanda sebagai
bahasa pengantar di sekolah Indonesia. Menurutnya apabila kita menghendaki satu bahasa
untuk bangsa kita di seluruh Nusantara, maka janganlah memaksakan salah satu bahasa
Eropa, sebab bukankah kita mempunyai bahasa Melayu, yang tidak saja mudah untuk
dipelajari, tetapi sudah sejak lama menjadi lingua france di Nusantara.
Ki Hajar Dewantara dalam perjuangannya mengenai pendidikan nasional menyatakan
bahwa syarat utama adalah pendidikan nasional dan pendidikan merdeka pada anak-anak,
yang akan dapat memberi bekal kuat untuk perjuangan kemerdekaan nasional.

2. Taman Siswa sebagai Pelaksanaan Asas dan Dasar Pendidikan


Dengan mendirikan sekolah Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara mulai mengesampingkan
pendekatan politik. Ia dapat mewujudkan keinginan bangsanya, karena usaha untuk mendidik
angkatan muda dalam jiwa kebangsaan sesuai dan merupakan bagian penting pergerakan
kemerdekaan indonesia. Selain itu dianggap merupakan perjuangan meninggikan derajat
rakyat.

3. Pengaruh Taman Siswa dalam Perjuangan Nasional


Kemerdekaan Bangsa segala-galanya adalah mungkin di dalam sejarah, baik kemajuan
gemilang yang terus-menerus maupun kemunduran yang berkala. Dan sebagai lembaga
pendidikan, Taman Siswa juga mengalami pasang surut di dalam perjuangannya. Sejarah
Taman Siswa ialah sejarah kebangsaan Indonesia. Kelahirannya merupakan titik balik dari
pergerakan Indonesia, oleh karena kaum revolusioner yang mencoba menggerakkan rakyat
dengan semboyan-semboyan asing dan filsafat Marxiisme harus memberikan tempat untuk
pergerakan baru, yang benar-benar berasas kebangsaan dan bersikap nonkoperatif dengan
pemerintah jajahan.
Taman Siswa ini memiliki pengaruh yang luar biasa dalam rangka pergerakan perjuangan
nasional Indonesia. Hal ini tercermin dalam usaha Ki Hajar Dewantara yang berhasil
mewujudkan keinginan bangsa Indonesia yakni usaha untuk mendidik angkatan muda dalam
jiwa kebangsaan Indonesia yang merupakan bagian penting dari pergerakan Indonesia.
Taman Siswa selalu ikut mempertimbangkan kehidupan politik di dalam sepak terjangnya.
Pertama dapat disebut, bahwa berdirinya lembaga Taman Siswa merupakan tantangan
terhadap politik pengajaran kolonial dengan mendirikan pranata tandingan. Kedua,
kedudukannya sebagai tempat swadaya anggota-anggota partai politik dan secara tidak
langsung memupuk kader-kader bangsa Indonesia untuk masa mendatang. Ketiga,
perlajanannya terhadap soal-soal asasi dengan pemerintah jajahan. Salah satu ciri yang
kentara dalam hubungan kolonial ialah kurangnya perhatian pemerintah jajahan dalam usaha
kemasyarakatan, terutama dalam pengajaran dan pendidikan. Hubungan corak politik
nasionalisme di dalam Taman Siswa dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara demikian," Taman
siswa dan segala lapangan usaha sosial lainnya merupakan ladang atau sawah, tempat orang
memupuk apa yang perlu bagi keperluan hidupnya. Gerakan politik merupakan pagar, yang
melindungi dari gangguan binatang-binatang buas yang akan memakan dan menginjak-injak
tunas-tunas tanaman."
Nyatalah dengan ini, bahwa Taman Siswa bisa dianggap sebagai tempat pemupukan kader
dan berjuang pula untuk menumbangkan kekuasaan kolonial.
Oleh karena itu, pemerintah jajahan berusaha untuk menghalang-halangi perkembangan
Taman Siswa khususnya, sekolah-sekolah partikelir umumnya. Sejak saat itu Taman Siswa
akan menghadapi perjuangan asasi, melawan politik pemerintah Hindia Belanda.

      
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman Semangat juang tokoh pendidikan zaman dahulu sangat Berpengaruh
terhadap perkembangan pendidikan yang ada sekarang. Karena mereka adalah para pelopor
sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi. Mereka adalah orang-orang yang membuka pintu
pendidikan untuk generasi penerus agar tidak putus dengan dunia pendidikan.

B. Saran
Dari penjelasan mengenai tokoh-tokoh pendidikan yang berpengaruh di Indonesia kita
dapat mengetahui siapa saja tokoh pendidikan yang berpengaruh di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

 Dewantara, Bambang S. 1989. 100 Tahun Ki Hajar Dewantara : Bapak Pendidikan.


Jakarta : Pustaka Kartini
 Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers
 https://pai.unida.gontor.ac.id

Anda mungkin juga menyukai