Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

( PERILAKU DAN ETIKA FARMASI)

OLEH :

NAMA : SAMARIA HERMINWATI MONIZ

NIM : PO53033219393

TINGKAT : II REGULER C

PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyusun makalah “ Perilaku dan Etika Profesi ” ini dengan tepat waktu.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, sebagai salah satu
sumber pengetahuan dan bahan pembelajaran tentang “ Pemahaman Sosial”.

Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan
kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala
keterbatasan waktu dan kemampuan dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan kualitas makalah ini.

Kupang, 09 September 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................

1.3 Tujuan ..................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peranan Sosial dari Perilaku Sakit..............................................................................................

2.2 Kebebasan dari Tekanan Hidup..................................................................................................

2.3 Cara Menutupi Kegagalan............................................................................................................

2.4 Cara Mendapat Perhatian ...................................................................................................................

2.5 Rumah Sakit Sebagai Tempat Hiburan/Beristirahat ..........................................................................

2.6 Alat Pengawasan Sosial......................................................................................................................

2.7 Mendiskusikan dan Memberikan Solusi Permasalahan Sosial...........................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................................

3.2 Daftar Pustaka ...................................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Menjelaskan peranan sosial dari perilaku sakit ?


1.2.2. Menjelaskan kebebasan dari tekanan hidup ?
1.2.3. Menjelaskan bagaimana cara menutupi kegagalan ?
1.2.4. Menejelaskan bagaimana cara mendapatkan perhatian ?
1.2.5. Menejelaskan bagaimana rumah sakit sebagai tempat hiburan/beristirahat ?
1.2.6. Menjelaskan alat pengawasan sosial ?
1.2.7. Mendiskusikan dan memberikan solusi dari permasalahan sosial ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui peranan sosial dari perilaku sakit


1.3.2. Untuk mengetahui kebebasan dari tekanan hidup.
1.3.3. Untuk mengetahui cara menutupi kegagalan.
1.3.4. Untuk mengetahui cara mendapatkan perhatian.
1.3.5. Untuk mengetahui rumah sakit sebagai tempat hiburan/beristirahat.
1.3.6. Untuk mengetahui alat pengawasan sosial.
1.3.7. Untuk memberikan solusi dari permasalahan sosial.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Peranan Sosial dari Perilaku Sakit
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau
tubuhnya,mendefinisika dan menginterpretasikan gejala yang dialami, melakukan upaya
penyembuhan, dan penggunaan system pelayanan kesehatan.

2.1.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit


a. Faktor Internal
 Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami.
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat
mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.
 Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta
mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka
klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi
program terapi yang diberikan.Sedangkan pada penyakit kronik
biasanya berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat
mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada.

b. Faktor Eksternal
 Gejala yang Dapat Dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra
Tubuh dan Perilaku Sakit.
 Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman
penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.

 Latar Belakang Budaya


Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana
menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit.
 Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih
cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga
ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan
pada kesehatannya.
 Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan
medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam
memasuki sistem pelayanan kesehatan.
 Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau
perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan.

2.1.2 Tahap-tahap Perilaku Sakit

a. Tahap I (Mengalami Gejala) Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada
sesuatu yang salah ”Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi
fisik tetapi belum menduga adanya diagnosa tertentu.

b. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit) Terjadi jika gejala menetap atau
semakin berat. Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada
keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar
sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari
harapan terhadap perannya. Menimbulkan perubahan emosional seperti:
menarik diri/depresi, dan juga perubahan fisik. Perubahan emosional yang
terjadi bisa kompleks atau sederhana tergantung beratnya penyakit, tingkat
ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.
Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan
kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan
akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan
segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah
menjadi seorang klien.

c. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)Pada tahap ini klien


mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli, mencari
penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan
implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang.
d. Tahap IV (Peran Klien Dependen) Pada tahap ini klien menerima keadaan
sakitnya, sehingga klien bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan
untuk menghilangkan gejala yang ada. Klien menerima perawatan, simpati,
atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress hidupnya.

e. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi) merupakan tahap akhir dari perilaku


sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya penurunan demam.
Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh
perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada
penyakit kronis. Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak
setiap klien melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama.
Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat
dalam mengidentifikasi perubahan – perubahan perilaku sakit klien dan
bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif.

2.2. Kebebasan dari Tekanan Hidup

Ketentuan HAM yang berkenaan tentang Hak kebebasan Pribadi, dimana hak
kebebasan pribadi ini juga merupakan adopsi dari ketentuan internasional tentang Pada
Pasal 28 F UUD 1945 juga memberikan pernyataan dimana dikatakan bahwa setiap
orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.

Kebebasan pribadi senantiasa menjadi sebuah perdebatan penting. Apabila


persoalan berkenaan dengan bentuk tuntutan kebebasan yang diperlukan bagi
kesejahteraan manusia sejagat dibangkitkan. Dalam sebuah Negara yang menganut
pemerintahan system demokras kebebasan pribadi adalah salah satu tuntutan asas dalam
system tersebut. System ini menjamin hak rakyat menyatakan pendapat dan bersuara
dalam pembentukan undang-undang dan dasar-dasar Negara yang akan dilaksanakan ke
atas mereka.

2.3. Cara Menutupi Kegagalan

2.3.1. Jangan putus asa dan tetap semangat untuk sukses


Banyak sekali orang yang setelah menerima kegagalan langsung
berpikir pendek atau dapat dikatakan berputus asa tidak mau melakukan hal
itu lagi padahal hal itu tidak boleh di lakukan jika mengalami kegagalan, ingat
kegagalan bukan alasan untuk berhenti berjuang dan berputus asa. Dari
kegagalan seharusnya kita harus lebih bersemangat untuk maju.

2.3.2. Terus belajar dan berbenah


Banyak orang yang setelah gagal ia berhenti untuk belajar bahkan pun
tidak mau mengenal lagi hal yang telah membuat dia gagal. Seharusnya
dengan kegagalan kita harus terus belajar membenahi diri agar lebih baik lagi.

2.3.3. Mempunyai keyakinan bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya


Memang benar bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya maka dari
itu setiap kita mengalami kegagalan yakinlah bahwa seusai kegagalan ini akan
terbit sebuah kesuksesan.

2.3.4. Bersikap dewasa dalam mengartikan kegagalan


Kedewasaan juga sangan di butuh saat kita mengalami kegagalan gunakan
kedewasaan kita untuk terus berpikir kedepan bukan untuk menyerah karena
satu hal yang kita yakini dapat di raih setelah kegagalan ini.

2.3.5. Yakin bahwa banyak orang sukses yang awalnya mengalami kegagalan
Sukses itu tidak datang tiba-tiba semuanya butuh proses panjang pasti
banyak orang yang sukses saat ini dulunya mereka mengalami kegagalan.

2.3.6. Tetap percaya diri dan berusaha


Kepercayaan diri dan usaha sangat di butuhkan ketika kita
mendapatkan kegagalan. Banyak orang yang gagal lalu ia berhenti berusaha
dan merasa kehilangan ketahuilah bahwa itu adalah sebuah kesalahan besar.

2.3.7. Yakin bahwa kita berhak memiliki kesuksesan


Keyakinan bahwa kita akan meraih kesuksesan akan menjadi pondasi
yang ampuh untuk terus usaha, usaha, dan usaha. Dan percayalah bahwa setiap
manusia yang hidup di bumi pasti berhak memiliki kesuksesan di masa depan
termasuk kamu.

2.3.8. Jangan mengeluh dan jadikan kegagalan untuk kamu lebih kuat dalam
berusaha
Mengeluh setelah gagal bukanlah solusi yang tepat teruslah berfikir
positif dan jadikanlah kegagalan ini sebagai tenaga tambahan untuk kamu
lebih kuat dalam meraih kesuksesan.
2.3.9. Berdoa dan yakin bahwa Tuhan akan mengabulkan doa kita
Ini adalah solusi terbaik saat kita mengalami kegagalan ketika kita
gagal langkah yang terbaik adalah berdoa kepada tuhan mintalah agar semua
jalanmu menuju kesuksesan di mudahkan.

2.3.10. Perbaiki Mindset


Ketika Anda gagal dalam usaha, tetaplah tenang dan jangan
menyalahkan orang lain di sekitar Anda. Anggaplah kegagalan ini menjadi
pelajaran agar Anda kedepannya bisa lebih sukses. Percayalah bahwa
perusahaan yang besar sekelas Microsoft saja dulu pernah mengalami
kegagalan, kalau tidak gagal tidak mungkin bisa sebesar sekarang. Perbaiki
mindset Anda bahwa kegagalan bisa menimpa siapa saja dan kegagalan adalah
awal dari keberhasilan.

2.4. Cara Mendapat Perhatian

2.5. Rumah Sakit sebagai Tempat Hiburan/Beristirahat


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.

Asas dan Tujuan Rumah Sakit


Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
sosial.

Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit


Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit
mempunyai fungsi :

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan


standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Rumah sakit diharapkan dapat menjadi sarana utama terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, Rumah Sakit juga
diharapkan mampu menjadi sarana penyelenggara jaminan kesehatan yang
berlandaskan asas kemanusiaan dan sesua8 dengan peraturan perundang undangan
yang berlaku.

2.6. Alat Pengawasan

Pengendalian sosial merupakan mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial


serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan besikap sesuai
norma yang berlaku. Pengendalian sosial merupakan metode pengawasan terhadap
masyarakat baik secara persuasif maupun koersif sehingga perilaku anggota
masyarakatnya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Fungsi utama dari pengendalian sosial adalah sebagai alat kontrol agar masyarakat
tertib dan teratur. Selain fungsi tersebut masih tersapat beberapa fungsi pengendalian
sosial, antara lain:
a. Mencegah timbulnya perilaku menyimpang sehingga mencegah meluasnya kasus-
kasus penyimpangan perilaku yang terjadi.
b. Memberi peringatan kepada para pelaku penyimpangan atas perilaku
menyimpangnya dan berusaha mengembalikan ke jalan yang benar.
c. Menjaga kelestarian nilai-nilai dan norma yang berlaku termasuk menegakkan
norma hukum yang kadangkala diabaikan.
d. Membantu terciptanya ketertiban, keteraturan, keharmonisan sosial, keamanan,
dan ketenteraman bagi seluruh warga masyarakat.

Agar pengendalian sosial berjalan secara efektif, maka harus ada lembaga yang
memiliki fungsi pengendalian sosial. Berdasarkan buku Pengantar Ringkas Sosiologi
(2020) karya Elly M. Setiadi, dijelaskan bahwa ada beberapa jenis lembaga sosial yang
memiliki fungsi pengendalian sosial, yaitu:

1. Lembaga kepolisian
Kepolisian merupakan lembaga negara yang memiliki tugas menjaga
keamanan masyarakat dari gangguan-gangguan yang akan mengancam kehidupan
dan keutuhan masyarakat. Gangguan tersebut bisa saja datang dari dalam
masyarakat atau dari luar masyarakat. Sebagai salah satu lembaga keamanan
negara, kepolisian memiliki alat untuk menjalankan fungsi pengendalian sosial,
yaitu hukuman yang sifatnya tegas dan tertulis.

2. Lembaga sekolah
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang memiliki fungsi pengendalian
sosial. Fungsi pengendalian tersebut yaitu dengan cara memberikan wawasan
pengetahuan sosial bagi warga sekolah agar bertindak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat ataupun sekolah. Selain itu, sekolah juga
memiliki seperangkat tata tertib yang wajib ditaati seluruh warga sekolah. Tujuan
penerapan tata tertib adalah agar terwujud ketertiban sosial dan akademik di
sekolah sehingga tujuan sekolah dapat tercapai.

3. Lembaga pengadilan
Fungsi pengendalian sosial dari lembaga pengadilan yaitu mengadili,
menyelesaikan masalah secara hukum dan negara, dan memberikan hukuman
kepada anggota masyarakat yang melanggar hukum. Melalui aturan tertulis yang
telah dikeluarkan, pengadilan mengatur ketertiban sosial bagi anggota
masyarakatnya. Alat pengadilan terdiri dari jaksa penuntut umum, pengacara, dan
hakim.

4. Lembaga adat
Adat dianggap memiliki fungsi dalam pengendalian sosial karena adat
mengatur tentang pola tingkah laku masyarakat. Didalam adat terkandung nilai,
norma, dan sanksi. Meksipun hukum adat cenderung tidak tertulis, adat tetap
dianggap efektif sebagai lembaga yang menjalankan fungsi pengendalian sosial.

5. Lembaga agama
Lembaga agama memiliki peranan yang cukup efektif dalam pengendalian
sosial. Sebab lembaga agama menerapkan aturan-aturan yang berlandaskan pada
syariat agama. Agama islam contohnya, menerapkan hukum halal dan haram.
Halal merupakan sesuatu yang diperbolehkan oleh agama islam. Sedangkan
haram merupakan sesuatu yang dilarang oleh agama islam. Selain itu, agama
islam juga memiliki aturan perintah dengan tahapan wajib, sunnah, dan makruh.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai