Anda di halaman 1dari 3

JUDUL KTI

1. IDENTIFIKASI KESESUAIAN PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN


TUBERKULOSIS

2. EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUA LABU SIAM (Sechium edule Jacq.S)


TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH JANTAN
(Rattus norvegicus)

3.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan WHO tahun 2008, angka kematian tertinggi akibat luka bakar terdapat di
Asia Tenggara yaitu 11,6 per 100.000 populasi dengan penyebab terbanyak karena api.
Media Center of Burn WHO (2017) memperkirakan bahwa terdapat 180.000 kematian
setiap tahun disebabkan oleh luka bakar yang sebagian besar terjadi di Negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Di Indonesia, prevalensi luka bakar pada tahun
2013 adalah sebesar 0.7 % (Kemenkes, 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar
Kementrian Kesehatan tahun 2013 menyatakan Indonesia memiliki prevalensi luka bakar
0,7 % dan Jawa Tengah memiliki prevalensi luka bakar 0,6% . luka bakar mayoritas
adalah wanita dengan prevalensi 0,8% sedangkan laki-laki hanya 0,6%.

Proses penyembuhan luka bakar sebenarnya dapat terjadi secara normal tanpa
bantuan, walaupun beberapa bahan obat kimia maupun alami dapat membantu dan
mendukung proses penyembuhan (Stott dan Whitney, 1993). Namun, luka bakar yang
tidak dirawat akan menyebabkan komplikasi, infeksi, dan perdarahan. Oleh karena itu,
penanganan dalam penyembuhan luka bakar bertujuan mencegah terjadinya infeksi
sekunder dan memberikan kesempatan kepada sisa-sisa sel epitel berproliferasi dan
menutup permukaan luka bakar (Septiningsih, 2008). Tindakan yang sering dilakukan
pada luka bakar adalah dengan memberikan terapi lokal dengan tujuan mendapatkan
kesembuhan secepat mungkin (Anief, 1997). Contoh obat yang sering digunakan adalah
Silver Sulvadiazine, Bioplacenton, Hidrogell, Moist Exposed Burn Ointment MEBO).
Kemudian menggunakan antibiotik sebagai obat luka bakar,namun penggunaan secara
terus menerus dapat menimbulkan resistensi obatdan juga efek samping (Persada,
Windarti, Fiana, 2014). Untuk itu diperlukan alternatif lain untuk mengobati dan
mencegah efek samping. Pengobatan menggunakan tanaman obat atau herbal memiliki
kelebihan yaitu tidak menimbulkan efek samping yang terlalu tinggi jika dibandingkan
dengan obat medis (Kumar dkk, 2010). Sehingga banyak orang yang menggunakan obat-
obatan yang berasal dari alam atau obat herbal, karena obat alam dapat diperoleh tanpa
resep dokter, dapat diramu sendiri, harga relatif murah, dan tanaman obat dapat ditanam
sendiri oleh pemakainya (Djauhariyah dan Hernani, 2004)

Tanaman herbal lain yang bisa digunakan untuk penanganan luka bakar adalah
dengan menggunakan buah labu siam (Sechium edule Jacq. S). Dalam ekstrak metanol
labu siam terdapat zat kimia bermanfaat seperti alkaloid, saponin, fenolat, flavonoid,
tanin terkondensasi, terpenoid (Sulistiyani, 2009). Secara tradisional labu siam juga
sering digunakan untuk hipertensi, gusi berdarah, radang, sariawan, panas dalam, serta
menurunkan demam dengan cara labu yang telah bersih direbus dengan tiga gelas air
tunggu hingga air rebusan menjadi dua gelas kemudian minum dua kali sehari atau
dengan cara labu mentah dihaluskan kemudian ditempelkan pada bagian yang sakit dua
kali sehari (Widyaningrum dan Tim Solusi Alternatif, 2011).

Menurut Soni dan Singhai (2012), tanaman obat yang mengandung flavonoid,
saponin, tanin, sterol dan polifenol memiliki kemampuan dalam penyembuhan luka
bakar.Saponin mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk
meyembuhkan luka terbuka, sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan
terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik dan obat luka bakar. Flavonoid,
saponin dan tanin juga bersifat sebagai antioksidan, proangiogenesis dan dapat
meningkatkan pasokan oksigen dan menutrisi pada kulit yang terluka (Budi,
Kriswandidni, Iswara, 2015). Dengan adanya kandungan labu siam tersebut peneliti
ingin membuktikan apakah buah labu siam (Sechium edule Jacq.S) mampu
menyembuhkan luka bakar pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

Anda mungkin juga menyukai