TENTANG
PANDUAN PENGADAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN
DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI (BMHP) INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANDAK
7.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 Tentang
8.
Standar Kompetensi Manajerial Jabatan
Fungsional Apoteker;
Peraturan Bupati Landak Nomor 12 tahun
2016 Tentang Tugas Pokok, Fungsi, Struktur
Organisasi dan Tata Keda Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Landak tahun 2016
Nomor 354).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Ind,onesia Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 49);
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2019
Tentang Pengadaan Barang / Jasa pemerintah
(kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 33);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79
Tahun 2018 Tentan Badan Layanan Urnum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1213);
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. HK.01.07/MENKES /707/2018
Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.
HK.01.07/Menkes/659/2Ol7 Tentang
Formularium Nasional;
Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang
Pengawasan
MEMUTUSKAN:
Menerapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH LANDAK TENTANG PANDUAN
PENGADAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT
KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
(BMHP) INSTAI,ASI FARMASI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH LANDAK
Kedua : Panduan Pengadaan dimaksud Diktum Kesatu
sebagaimana terlampir dalam Iampiran
Peraturan ini
Ketiga : : Panduan Pengadaan dimaksud Diktum Kedua
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
Pengadaan di Rumah Sakit Umum Daerah
Landak
Keempat : Peraturan ini muLai berlaku pada tanggal
ditetapkan dengan ketentuan bilamana di
kemudian hari terdapat kekeliruan dapat
dilakukan perbaikan ssfoagaimana mestinya
DITETAPKAN : DI NGABANG 18 JULI 2019
TANGGAL : 18 JULI 2019
INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANDAK
TAHUN 2O19
BAB I
PENDAHULUAN
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana
kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar
atau upaya kesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan
penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan
untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan. Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Umum, Rumah
Sakit khusus, praktek dolrter, praktek dokter gigi, praktek dokter
spesialis, praktek dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat,
apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), Pedagang Besar
Farmasi (PBF), pabrik obat dan bahan obat, laboratorium
kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya. Da]am penyelenggaraan
upaya kesehatan diperlukan perbekalan kesehatan yang metiputi
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan
lainnya, sedangkan sediaan f;armasi meliputi obat, bahan obat,
obat tradisional, dan kosmetik. Dalam beberapa sarana kesehatan
itu, seperti Rumah sakit, pabrik buatan, pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan
distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan
obat, dan obat tradisional.
Sistem Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing
tahap pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian yang terkait,
dengan demikian dimensi pengelolaan obat akan dimulai dari
perencanaan pengadaan yang merupakan dasar pada dimensi
pengadaan obat di Rumah Sakit.
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang
dibutuhkan di rumah sakit yang diperoleh dari pemasok eksternal
melalui pembelian dari Apotek yang bekerjasama, distributor, atau
pedagang besar farmasi. Tujuan dari pengadaan yaitu untuk
memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah
yang cukup dengan kualitas harga yang dapat
dipertanggungjawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu secara
efektif dan efisien, menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku.
Sistem pengelolaan obat mempunyai empat fungsi dasar
untuk mencapai tujuan yaitu :
a. Perumusan kebutuhan atau perencanaan (selection)
b. Pengadaat (Procurement)
c. Distribusi (Distribution)
d. Penggunaan (Use)
Keempat fungsi tersebut didukung oleh sistem penunjang
pengelolaan yang terdiri dari :
a. Organisasi (Organisation)
b. Pembiayaan dan kesinambungan (Financing and
Sustainnnability)
c. Pengelolaan informasi (Information Management)
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia (Human
Resorces Management)
Hubungan antara fungsi-fungsi di atas dapat digambarkan
sebagai berikut :