Anda di halaman 1dari 13

“PENGENALAN

DAN
PENANGANAN

LUKA BAKAR ”
MAKALAH

PENGENALAN DAN PENANGANAN

LUKA BAKAR

OLEH

Nama : SAMARIA HERMINWATI MONIZ

NIM : PO530333219393

Tingkat : II Reguler C

PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2021
1.1 LATAR BELAKANG

Dalam menangani kasus luka bakar sering kali masyarakat melakukan


tingkat penaganan tidak tepat. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan
masyarakat dalam menangani kasus ini. Luka bakar hingga saat ini masih
merupakan morbiditas dan mortalitas yang dapat menyebabkan kecacatan
sementara, permanen, kematian dan menempati peringkat ketiga penyebab
mortalitas pada trauma di seluruh dunia. Luka bakar termasuk dalam masalah
kesehatan masyarakat global yang menyebabkan kematian sekitar 180.000 orang
tiap tahunnya, sehingga bisa dikatakan, prevalensi kejadian luka bakar didunia
masih tergolong tinggi.

Insiden luka bakar di dunia bervariasi di negara berkembang dan miskin,


insiden luka bakar 1,3 per 100.000 populasi sedangkan di negara maju 0,14 per
100.000 populasi. Besar angka kematian bervariasi setiap negara tergantung
karateristik luka bakar. Kematian luka bakar di negara miskin dan berkembang
diperkirakan tujuh kali lebih tinggi dinegara maju. Laporan WHO tahun 2008, angka
kematian tertinggi akibat luka bakar terdapat di Asia Tenggara yaitu 11,6 per
100.000 populasi dengan penyebab terbanyak karena api. Data dari Riset
Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan tahun 2013 menyatakan Indonesia
memiliki prevalensi luka bakar 0,7 % dan Jawa Tengah memiliki prevalensi luka
bakar 0,6% . luka bakar mayoritas adalah wanita dengan prevalensi 0,8% sedangkan
laki-laki hanya 0,6%.

Adapun perkembangan manajemen tentang pertolongan luka bakar di


masyarakat menggunakan pasta gigi dan ramuan lainnya yang dioleskan pada area
luka yang dapat dipercaya dapat mengurangi dampak serta memberikan rasa
dingin, namun setelah diteliti malah memperburuk situasi karena malah
memperluas dan tidak menghentikan penyebaran luka bakar. Sedangkan tujuan
dari pertolongan pertama luka bakar adalah untuk mengehentikan proses
pembakaran, mendinginkan pembakaran dan menurunkan rasa sakit . baik
buruknya penaganan luka bakar sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang
dimiliki setiap orang. Semakin baik pengetahuan maka tindakan (praktik) yang akan
diambil dan diterapkan semakin baik. Dalam penelitian telah dipaparkan mengenai
penggunaan air mengalir sesaat setelah terjadi luka bakar mampu menurunkan
prevalensi atau pelebaran luka bakar.
Dengan melakukan pengenalan dan penangan promosi kesehatan tentang
penatalaksanaan pertolongan pertama luka bakar dirasa sangat perlu untuk
meningkatkan pengetahuan terutama tentang praktik dan meluruskan adat kuno
yang ternyata salah di dalam masyarakat. Dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan tentang pengenalan dan penaganan diharapkan agar masyarakat
mengerti dan dapat melakukan praktik penaganan luka bakar dengan bertujuan
dapat merubah sikap dan perilaku individu maupun masayarakat dalam melalukan
penerapan penaganan luka bakar dengan benar.
1.2 Isi dan Pembahasan

1.2.1 Definisi

Luka bakar adalah cedera jaringan yang disebabkan oleh kontak


dengan panas kering (api), panas, lembab (uap atau cairan panas), kimiawi
(seperti, bahan korosif), barang elektrik (aliran lisrtik atau lampu), atau
energi elektromagnetik dan radiasi.
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat
tinggi. Luka bakar sering kali ditemukan dalam rumah tangga yaitu luka
bakar derajat I dan II cedera yang menyebabkan kecacatan relatif lebih
tinggi dengan cedera lainnya.

1.2.2 Fase Luka Bakar


a. Fase Akut disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita mangalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
breathing (makanisme bernafas) dan circulation (sirkulasi). Gangguan
airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran peenafasan
akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam, pasca trauma. Cedera inhalasi
adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut.Pada fase
akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik.
b. Fase Sub Akut,berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang
terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan
sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan ;Proses inflamasi dan
infeksi.Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau
pada organ-organ fungsional.Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase Lanjut Fase ini akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka bakar dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional.
Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

1.2.3 Klasifkasi Luka bakar

1. Berdasarkan penyebab :
a. Luka bakar suhu tinggi
b. Luka bakar bahan kimia.
c. Luka bakar sengatan listrik.
d. Luka bakar radiasi.
2. Berdasakan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat 1 :
1. ) Kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis.
2.) Kulit kering, hiperemis memberikan berupa eritema.
3. )Tidak dijumpai bula.
4.) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
5.) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5 10 hari.
6. )Contohnya adalah luka bakar akibat sengatan matahari.

b. Luka bakar derajat II :


1.) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi.
2.) Dijumpai bula.
3.)Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih
tinggi diatas permukaan kulit normal.
4.)Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Derajat II dibagi menjadi 2 (dua) :
a. Derajat II dangkal (superficial) Kerusakan mengenai bagian
superfisial dari dermis.Apendises kulit, seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.Penyembuhan
terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari.
b. Derajat II dalam (deep) Kerusakan mengenai hampir seluruh
bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit
yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu
lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat III :
1.) Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang
lebih dalam.
2.) Apendises kulit, seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
3.) Tidak dijumpai bula.
4.) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar akibat
koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis (eskar).
5.) Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-
ujung serabut saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
6.) Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi
spontan baik dari dasar luka, tepi luka, maupun apendises
kulit.
3. Berdasarkan berat ringannya
a. Luka bakar ringan
 Luka bakar derajat II <15%.
 Luka bakar derajat II <10% pada anak-anak.Luka bakar
derajat III <2%.
b. Luka bakar sedang
 Luka bakar derajat II, 15-25% pada orang dewasa.
 Luka bakar derajat II, 10-20% pada anak-anak.
 Luka bakar derajat III <10%.
c. Luka bakar berat
 Luka bakar derajat II, 25% atau lebih pada orang dewasa.
 Luka bakar derajat II, 20% atau lebih pada anak-anak.
 Luka bakar derajat III, 10% atau lebih.

1.2.4 Penanganan Luka Bakar


a. Pertolongan pertama pada pasien luka bakar :
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat
efek Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera
menjadi oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam
air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-
kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan
yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api
dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan
mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga
kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
4. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih
luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya
diberikan langsung pada luka bakar apapun.
5. Evaluasi awal
6. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada
luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing
Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada
komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder.

b. Penanganan luka bakar ringan


1. Managemen nyeri sering kali dilakukan dengan pemberian dpsis
ringan, seperti morphine atau mepedifine, dibagian emergensi.
Sedangkan analgetik oral diberikan untuk digunakan oleh pesien
rawat jalan.
2. Profilaksis tetanusPetunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus
adalah sama pada penderita LB baik yang ringan maupun yang
injuri lainnya. Pada klien yang pernah mendapat imunisasi tetanus
tetapi tidak dalam waktu lima tahun terakhir dapat diberikan boster
tetanus toxoid. Untuk klien yang tidak diimiunisasi dengan tetanus
human immune globulin dan karenanya harus diberikan tetanus
toxoid yang pertama dari sertangkaian pemberian imunisasi aktif
dengan tetanus toxoid.
3. Perawatan luka untuk LB ringan terdiri dari membersihkan luka,
yaitu debridemen jaringan yang mati : membuang zat yang merusak
(zat kimia, dll) dan pemberian atau penggunaan krim atau salep
antimikroba topikal dan balutan secara steril. Selain itu perawat
juga bertanggung jawab memberikan pendidikan tentang
perawatan luka dirumah dan manifestasi klinis dari infeksi agar
klien dapat segera mencari pertolongan. Pendidikan lain yang
diperlukan adalah tentang pentingnya melakukan ROM (Range OF
Mation) secara aktif untuk mempertahankan fungsi sendi agar
tetap normal dan untuk menurunkan pembentukan edema.

c. Penanganan Luka Bakar Berat


Untuk klien dengan luka yang luas maka penanganan pada bagian
emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi
pernafasan, sirkulasi) dan trauma lain yang mungkin terjadi : resusitasi
cairan (penggantian cairan yang hilang), pemasangan kateter urin,
pemasangan NGT.

1. Reevaluasi jalan napas, kondisi pernapasan, sirkulasi dan trauma


lain yang mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan jalan napas,
kondisi pernapasan dan sirkulasi untuk lebih memastikan ada
tidaknya kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara
dini.
2. Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang).
Bagi klien dewasa dengan LB lebih dari 15%, maka resusitasi cairan
intravena umumnya diperlukan. Pemberian intravena perifer dapat
diberikan melalui kulit yang tidak terbakar pada bagian proksimal
dari ekstremitas yang terbakar. Sedangakan untuk klien yang
mengalami LB yang cukup luas atau pada klien dimana tempat-
tempat untuk pemberian IV yang terbatas, maka dengan
pemassangan kanul pada vena sentral (seperti subklavia, jugularis
internal/eksternal, atau femoral) oleh dokter mungkin diperliukan.
Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan dan kemudian
dilanjutkan dengan resusitasi cairan. adapun cara perhitungan
resusitasi cairan adalah sbb : % BSA x BB x 4.
3. Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi
urine setiap jam. Output urine merupakan indikator yang reliable
untuk menentukan keadekuatan dari resusitasi cairan.
4. Pemasangan NGT bagi klien LB 20%-25% atau lebih perlu dilakukan
untuk mencegah emesis dan mengurangi resiko untuk mencegah
terjadinya aspirasi. Disfungsi gastro intestinal akibat dari ileus dapat
terjadi umumnya pada klien tahap dini setelah LB. Oleh karena itu
semua pemberian cairan melalui oral harus dibatasi pada waktu itu.
1.3 Kesimpulan dan Saran

1.3.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah cedera jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan
panas kering (api), panas, lembab (uap atau cairan panas), kimiawi (seperti,
bahan korosif), barang elektrik (aliran lisrtik atau lampu), atau energi
elektromagnetik dan radiasi. Luka bakar sendiri memiliki beberapa
klasifikasi berdasarkan penyebab, kedalaman luka bakar dan berdasarkan
berat ringannya. Untuk melakukan penangan biasanya dilakukan
pertolongan pertama bertujuan untuk mengehentikan proses pembakaran,
mendinginkan pembakaran dan menurunkan rasa sakit. Tahap selanjutnya
dapat melakukan perawatan luka bakar sesuai dengan kondisi luka bakar
yang dialami.

1.3.2 Saran
Dengan melakukan Pengenalan cara menangani luka bakar diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan agar tepat dalam penanganan
pertolongan pertama luka bakar.
1.4 Poin-Poin Penting
1. kesehatan
2. Luka bakar
3. Pertolongan pertama
4. reevaluasi
Daftar Pustaka

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=luka+bakar+pada+anak&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3D99ZvJ3qFnm8J

le.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengaruh+pendidikan+kesehatan+sikap+dan+praktik+luka+bak
ar&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DUTenqx-qF1AJ

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=peningkatan+pengetahuan+dan+keterampilan+pertolongan+p
ertama+luka+pada+kader+kesehatan+melalui+pendidikan+bakar&btnG=#d=gs_qabs&u
=%23p%3DPKoTC-LOCUIJ
NO Kategori Persentase (%) Nilai
1 Topik dan design Cover 20
2 Latar belakang 20
3 Isi 30
4 Simpulan dan saran 10
5 Poin penting 10
6 Daftar pustaka 10
Total

Anda mungkin juga menyukai