Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM FITOKIMIA

“Penyiapan Simplisia, Standarisasi Simplisia dan Ekstraksi


Daun Tempuyung”

Disusun Oleh :

Nama : Nicky Nur Ridayanti

Nim : 1911102415044

Kelompok / Kelas : 3/B

Dosen Pengampu : Paula M. Kustiawan, Ph. D., M. Sc

Tgl, Praktikum : 13 September 2021

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANATAN TIMUR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan simplisia yang baik dan
dapat menjaga stabilitas, keamanan dan mempertahankan
konsistensi kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam
simplisia maupun ekstrak-ekstrak

B. Dasar Teori
Indonesia kaya akan tanaman obat tradisional yang secara
turun-temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisiona
(Wasita, 2011). Saat ini banyak tumbuhan obat yang
dikembangkan industry farmasi menjadi obat tradisional. Salah satu
tanaman yang potensial dimanfaatkan untuk obat tradisional adalah
tempuyung (Sonchus arvensis L). Tempuyung sebagai salah satu
jenis tanaman obat tradisional yang menggunakan bagian daunnya
untuk pengobatan. Manfaat dari tempuyung bagi kesehatan yaitu
dapat menurunkan tekanan darah tinggi dimana dalam tumbuhan
daun tempuyung memiliki senyawa flaronoid dan kalium. Serta
dapat mengatasi penyakit asam urat dan batu ginjal (Siswantu et al,
2004).
Simplisia adalah bahan kering yang belum mengalami
pengolahan yang dimaksudkan untuk perlakuan (BPOM, 2014).
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan
lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Untuk menjamin
keseragaman senyawa akti, keamanan maupun kegunaan simplisia
harus memenuhu persyaratan minimal. Ada beberapa factor yang
berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan
simplisia, cara penyimpanan bahan baku simplisia dan cara
pengepakan simplisia (Utami, 2017).
Untuk menjamin bahwa kualitas herbal sama pada setiap
produksinya dan memenuhi standard minimal maka harus ada
penetapan standard. Ada dua parameter yang ditetapkan dalam
proses standarisasi, yakni parameter utama dan parameter
spesifik. Parameter umum (non spesifik) adalah parameter yang
menitik beratkan pada stabilitas dan keamanan material (Saefudi
dkk, 2011). Parameter non spesifik yang diperiksa diantaranya
kadar air, kadar abu, susut pengeringan, cemaran logam berat, dan
lain-lain (Kemenkes, 2008). Sedangkan parameter spesifik adalah
serangkaian tolak ukur yang berfokus pada senyawa yang
bertanggung jawab atas efek farmakologis termasuk organoleptic,
mikroskopis, senyawa yang larut dalam pelarut tertentu (Depkes,
2000). Adapun parameter spesifik yang diperiksa diantaranya
pemeriksaan kadar air, kadar abu total, kadar abu tak larut asam
dan susut pengeringan untuk ekstrak sendiri adalah preparat pekat
yang semuanya / hamper semua pelarut telah menguap dari zat
aktif yang tertarik selama proses ekstraksi (Kemenkes, 2014).
Standarisasi dilakukan untuk menjamin mutu dari suatu bahan baku
obat tradisional masuk ekstrak untuk dijadikan sediaan yang
berpengaruh terhadap kualita sediaan maupun efek terapinya
standarisasi didasarkan pada senyawa aktif, atau senyawa aktif
yang belum teridentifikasi / masih diduga (Purwata, 2017). Apabila
kadar air nantinya yang didapat tinggi maka akan menyebabkan
umur simpan ekstrak yang rendah karena rentan terhadap jamur
(Setyorini dkk, 2016).
C. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Sekat
2. Krus silikat
3. Krematorium
4. Tampah
5. Baskom
6. Timbangan
7. Penjepit
8. Cawan petri
9. Eksikator berisi kapur tohor
10. Penangas air
11. Labu alas bulat
12. Tabung reaksi
13. TLC Scanner
14. Plat KLT
15. Bejana pengembang
16. Ember
17. Pisau
18. Telenan
19. Tambir
20. Kawat strimin
21. Kertas Koran
22. Oven
23. Kertas pembungkus
24. Kertas saring
25. Plastic pembungkus
26. Blender
27. Ayakan
28. Rak pengering
29. Kompor listrik
30. Alat destilasi
b. Bahan
1. Sonchi folium (Sonchus arvensis L)
2. Air
3. Etanol
4. Toluene jenuh air
5. Silica 60F 254
6. Fase gerak etil asetat-etil metil keton-asam formiat-air
(5:3:1:1)
7. Pembanding kuersetin
8. Pereaksi semprot AlCl3

D. Cara kerja
a. Pembuatan Simplisia
1. Sonchi folium

Pengumpulan bahan daun tempuyung

Penimbangan

Sortasi kering

Pencucian

Dititrasikan

Masukkan dalam oven 50˚C, 8

Ditimbang

Simpan dalam kantong

Diberi etiket
b. Standarisasi simplisia
1. Kontrol kualitas susut pengeringan daun tempuyung

Beri etiket pada petri

Timbang

Masukkan kedalam oven 105C, 30 menit

Masukkan dalam eksikator, sampai petri dingin (tiap kali akan


penimbangan, tunggu dalam kurun waktu yang sama)

Timbang petri

Ulangi 1x lagi

Masukkan dalam oven dengan suhu 100˚C, 30 menit

Ambil dan masukkan petri


a

Timbang petri

Lakukan (a) berulang hingga bobot tetap

2. Control kualitas penetapan kadar abu daun tempuyung

Beri lebel pada krus silikat

Timbang

Masukkan krus silica dalam crematorium, panaskan sampai


600˚C, 30 menit

Dinginkan dalam eksikator, sampai dingin (untuk waktu


selanjutnya dinginkan dengan waktu yang sama)
Timbang

Masukkan 1 gr serbuk

Masukkan krus silikat dalam crematorium, panaskan


sampai 600C, 30 menit

Dinginkan dalam eksikator b

Timbang

Lakukan (b) berulang hingga bobot tetap

3. Kontrol kualitas penetapan kadar air daun tempuyung

Timbang secara seksama 100 gr rajangan daun tempuyung

Masukkan kedalam labu yang telah dikeringkan

Tambahkan 10 ml toluene jenuh air

Hubungkan labu dengan alat

Panaskan sampai terkumpul air dan tak bertambah


lagi

Catat volume titik air yang tertampung pada buret

Hitung kadar air


4. Kontrol kulitas penetapan kadar minyak atsiri daun
tempuyung

Timbang secara seksama 20 gr rajangan daun


tempuyung
Masukkan kedalam labu yang telah dikeringkan

Tambahkan 500 ml aquadest

Hubungkan labu dengan alat

Panaskan sampai terbentuk minyak atsiri dan tak bertambah lagi

Catat volume minyak atsiri yang tertampung pada buret

Hitung kadar minyak atsiri

5. Profil KLT daun tempuyung

1 mg serbuk

Tambah 10 ml methanol

Gojok 10 menit

Panaskan dalam penangas sampai kering

Dinginkan

Cuci dengan methanol ad 2 ml

Totolkan 10 ml

Elusi dengan fase gerak

Deteksi
BAB II

HASIL PERHITUNGAN

Nama simplisia : Sonchi folium (daun tempuyung)

Tanaman asal : Sonchus arvensis L.

Bagian yang digunakan : Daun

1. Sortasi basah
Berat awal :
Jenis pencemar : Tanah, abu vulkanik

2. Pencucian
Berat awal :
Berat setelah dicuci : 1,36 kg
Masalah yang dihadapi : Tanah dan abu vulkanik yang masih
menempel sulit untuk dibersihkan.

3. Perajangan
Jenis alat : Mekanik
Tebal :
Hasil : Akar dan lembaran daun

4. Pengeringan
Jenis : Oven, suhu 50oC, 8 jam
Bobot basah bahan : 1,8 kg
Bobot kering simplisia : 0,57 kg
Perhitungan rendemen : 0,57 𝑘𝑔/1,8 𝑘𝑔 × 100% = 31,67 %

Pengujian Sumplisia

1. Mikroskopik
Daun tunggal, tidak bertangkai. Helai daun berbentuk lonjong atau
lanset, berlekuk menjari atau berlekuk tak teratur. Pangkal daun
menyempit atau berbentuk panah sampai berbentuk jantung,
pinggir daun bergerigi tak teratur. Permukaan daun sebelah atas
agak kasar dan berwarna lebih pucat.
2. Organoleptic
Simplisia daun masih kurang kering, berjamur, warna hitam, bau
apek.

Kontrol Kualitas Simplisia

1. Susut Pengeringan
Nama bahan : Sonchi folium
Jenis simplisia : kering
Bobot : 10 gram
Bobot wadah kosong : 76,748 gram

Kondisi Bobot (gram) Selisih Peresentase


bobot susut
(gram) pengeringan
Wadah + simplisia 86,566 - -
Setelah dipanaskan suhu 105˚C, 1 jam

Penimbangan 1 83,973 2,593 -


Penimbangan 2 83,742 0,231 3,2%
Penimbangan 3 83,754 0,012 0,17%
Penimbangan 4 83,701 0,053 0,76%
Penimbangan 5 83,697 0,004 0,06%

Perhitungan

Persentasi susut pengeringan

(penimbangan 2−bo bot wadah kosong)


(
= 1−
( penimbangan1−bobot wadah kosong) )
×100 %

(83,742−76,748)
 Persentase susut pengeringan 1 = 1− ( )
(83,973−76,748)
×100 %=

3,2%
 Peresentase susut pengeringan 2 =

(1− 83,754−76,748
83,742−76,748 )
×100 %=0,17 %

 Persentase susut pengeringan 3 =

83,701−76,748
(1− 83,754−76,748 ) ×100 %=0,76 %
 Peresentase susut pengeringan 4 =

(1− 83,697−76,748
83,701−76,748 )
×100 %=0,06 %

bobot simplisia tetap


Rendeman = ×100 %
bobot simplisia awal s ebelum di oven

83,697−76,748
= ×100 %=70,78 %
83,566−76,748

bobot sebelum dioven−bobot tetap


Susut pengeringan = ×100 %
bobot simplisia tanpa petri

86,566−83,697
= ×100 %
86,566−76,748

2. Penetapan kadar abu


Nama bahan : Sonchi folium
Jenis simplisia : Kering
Bobot : 1 gr
Bobot wadah kosong : 24,1115 gr

Kondisi Bobot (gram) Selisih Peresentase


bobot susut
(gram) pengeringan
Wadah + simplisia 25,0364 - -
Setelah dipanaskan suhu 105˚C, 1 jam

Penimbangan 1 24,2401 - -
Penimbangan 2 24,2387 0,0014 1,09%
Penimbangan 3 24,2425 0,0038 2,99%
Penimbangan 4 24,2399 0,0026 1,99%
Penimbangan 5 24,2421 0,0022 1,71%
Penimbangan 6 24,2391 0,0030 2,30%
Penimbangan 7 24,2398 0,0007 0,55%

Perhitungan

Persentasi kadar abu

=( ( penimb 1−bbt( penimbangan


wadah kosong)−(penimb 2−b bt wadahkosong)
1−bobot wadah kosong) ) ×100 %
 Persentase kadar abu 1 =

( 24,2401−24,1115 )−(24,2387−24,1115)
×100 %= 1,09%
24,2401−24,1115
 Persentase kadar abu 2 =

( 24,2387−24,1115 ) −(24,2425−24,1115)
× 100 %= 2,99%
24,2387−24,1115
 Persentase kadar abu 3 =

( 24,24 25−24,1115 ) −(24,23 99−24,1115)


× 100 %= 1,99%
24,24 25−24,1115
 Persentase kadar abu 4 =

( 24,2399−24,1115 )−(24,2 421−24,1115)


×100 %= 1,71%
24,2 399−24,1115
 Persentase kadar abu 5 =

( 24,2421−24,1115 )−(24,239 1−24,1115)


×100 %= 2,30%
24,2 421−24,1115
 Persentase kadar abu 6 =

( 24,2391−24,1115 )−(24,2398−24,1115)
×100 %= 0,55%
24,2 391−24,1115

penimbangan bobot tetap−bobot wadahkosong


Kadar abu = ×100 %
bobot wadah+ simplisia−bobot wadahkosong
24,2398−24,1115
= ×100 %=13 , 8 7 %
25,0364−24,1115

3. Penetapan kadar air


Nama bahan : Sonchi folium
Jenis simplisia : Kering
Bobot : 9,99 gr
Lama destilasi : 3 jam
Hasil : 1,9 ml

1,9 ml v
Kadar air = ×100 %=1 9 %
9,99 gr b

4. Penetapan kadar minyak atsiri


Nama baha : Sonchi folium
Jenis simplisia : Kering
Bobot : 20 gr
Lama destilasi : 3 jam
Hasil :-

5. Profil kromatografi lapis tipis


Fase diam : Silika gel GF 254 nm
Fase gerak : Etil asetat-etil metil keton-asam
formiat-air (5:3:1:1)
Jarak pengembangan : 8 cm
Deteksi : a. AlCl3
b. UV 254 nm
c. UV 366 nm
Pembanding : Kuersetin
Sampel : Ekstrak metanol tempuyung
pengeringan 8 jam di oven
Sebelum Semprot

Setelah Semprot

Keterangan :

P : pembanding kuersetin

A : sampel kelompok A

B : sampel kelompok B
C : sampel kelompok C

D : sampel kelompok D

E : sampel kelompok E

F : sampel kelompok F

Rf Sebelum semprot Setelah


semprot
UV 254 Tampak UV 366 Tampak
0,38 P,A,B,E,F - - -
Pemadaman
0,63 - - P: -
fluoresensi
hijau
0,69 A, B, E, F : A, B, E, F : - A,B,E,F :
Pemadaman Coklat muda Coklat tua
0,79 A, B, E, F : E, F : Coklat -
Pemadaman muda
0,81 - - - E,F : Ciklat
0,94 Pemadama Hijau Jingga P : Coklat,
n A,B,C,D,E,F
: Hijau
BAB III

PEMBAHASAN

Pada praktikum fitokimia kali ini, kami membahas tentang


pembuatan simplisia, standarisasi simplisia dan ekstraksi. Tujuan dari
praktikum ini sendiri adalah mampu melakukan pembuatan simplisia yang
baik dan dapat menjaga stabilitas, keamanan dan mempertahankan
konsistensi kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia
maupun ekstrak-ekstrak. Disini, kami mengambil bagian daun dari
tanaman tempuyung yang akan dijadikan sampel pada penelitian kali ini.

Hal pertama yang harus dilakukan untuk pembuatan dan


standarisasi simplisia yaitu penyiapan bahan. Bahan yang diperlukan
untuk praktikum kali ini yaitu bagian daun dari daun tempuyung. Daun
tempuyung terlebih dahulu dipanen. Yang perlu diperhatikan saat proses
pemanenan yaitu umur tanaman, waktu panen, lingkungan yempat
tumbuh. Jika bahan baku sudah terkumpul, selanjutnya dilakukan proses
sortasi basah. Sortasi basah ini guna untuk memisahkan kotoran-kotoran
seperti tanah, krikil, akar yang rusak serta batang dan daun yang
sekiranya sudah tua atau tidak bisa digunkan (busuk). Sebab, adanya
bahan-bahan asing tersebut dapat membuat kualitas simplisia tidak baik
atau tidak memenuhi standar.

Setelah dilakukannya sortasi basah, daun tempuyung kemudian


dicuci menggunakan air yang bersih, yang mengalir langsung dari kran
atau ledeng untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang masih
menempel didaun tempuyung. Pencucian dilakukan dengan air mengalir
karena dengan air mengalir diharapkan pengotor yang telah terbuang
tidak dapat melekat pada daun tempuyung. Daun tempuyung yang sudah
dicuci bersih, lalu ditiriskan dan ditimbang. Berat daun tempuyung yang
didapat setelah ditiriskan seberat 1,36 kg.

Kemudian daun tempuyung dikeringkan menggunakan oven


dengan suhu 50˚C selama delapan menit. Selain pengeringan dengan
oven, pengeringan juga dapat menggunakan sinar matahari secara
langsung. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air
sehinggga simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu
yang lebih lama. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar lebih
dari 10% dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba dan merusak mutu
simplisia. Hasil pengeringan yang sudah dilakukan tersebut, didapatkan
sebesar 0,57 kg (rendeman 31,67%). Jika sudah dilakukan pengeringan,
selanjutnya dilakukan sortasi kering guna untuk memisahkan benda asing
seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan. Simplisia daun tempuyung
yang sudah melewati proses dari pengumpulan baha, sortasi basah,
pencucian, perajangan, pengeringan, hingga sortasi kering. Selanjutnya
dilakukan tahap akhir, yaitu pengepakan dan penyimpanan guna untuk
menghindari kerusakan. Simplisia daun tempuyung dipak dan dikemas
kemudian disimpan dilaboratorium hingga saat standarisasi simplisia.
Simplisia disimpan di tempat yang kelembapannya rendah, terlindungi dari
sinar matahari dan terlindungi dari gangguan serangga ataupun tikus.

Setelah dilakukannya proses penyiapan simplisia, selanjutnya akan


dilakukan standarisasi simplisia. Untuk menjamin bahwa kualitas herbal
sama pada setiap produksinya dan memenuhi standard minimal maka
harus ada penetapan standard. Ada dua parameter yang digunakan yaitu
parameter spesifik dan non spesifik dimana parameter ini sudah dalam
penetapan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
BAB IV

KESIMPULAN

Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan dan standardisasi


simplisia dari daun tempuyung (Sonchi folium, Sonchus arvensis L.).Cara
pengeringan untuk daun tempuyung yang paling optimal dibanding cara
pengeringan yang lain adalah dengan menggunakan oven pada suhu
500˚C selama dua puluh jam. Tetapi, resikonya bila daun tempuyung tidak
benar-benar kering akan menyebabkan terkontaminasinya jamur karena
belum cukup kering. Daun tempuyung menjadi berwarna hitam dan
ditumbuhi jamur berwarna putih. Bau simplisia menjadi apek dan lembap.
Maka dari itu, proses pengeringan harus maksimal sekitar 20 jam. Analisis
KLT menunjukkan simplisia dengan pengeringan oven selama delapan
jam hanya menunjukkan bercak klorofil di Rf 0,94. Simplisia memenuhi
persyaratan kadar abu (13,87 %) tetapi tidak memenuhi persyaratan kadar
air (19 % v/b). Simplisia tidak mengandung minyak atsiri. Simplisia dengan
pengeringan oven selama delapan jam merupakan metode pengeringan
yang paling tidak efektif dibanding yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Pengendalian Obat dan Pangan Republik Indonesia.


2014. Peraturan Kepala Badan dan Makanan Republik Indonesia.
No 12 tahun 2014 tentang Persayaratan Mutu Obat Tradisional.
Jakarta : Badan Pengawasa Obat dan Makanan

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Herbal


Indonesia Edisi Pertama. Jakarta : Kemenkes

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal


Indonesia Edisi Pertama. Jakarta : Kemenkes

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar


Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Edisi Pertama. Jakarta : Jendral
Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan dan Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional

Suryawan, A., Nuartha, A.A.B.N., Purwata, T.E., Samatra, P.,


Widyadharma,I.P.E. 2017. Low Adjusted Serum Calcium Level as a
Prediction of Poor Outcome In Patient With Acute Ischemic Stroke.
International Journal Of Science and Research

Siswanto, U., E.I. Sukarjo. Risnaily. 2014. Respon Tanaman Tempuyung


(Souchus arvensis L) Pada Berbagai Takaran dan Aplikasi
Vernikompos. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 6(2) : 83-90

Saefudin, A., Rahayu, A., Tenina, HY. 2011. Standarisasi Bahan Obat
Alam 2. Yogyakarta : Graha ilmu

Setyorini, HA., Kurniatri, AA., Adelina, R., Adelina, A. 2016. Karakteristik


Mutu Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L) dari Tiga Tempat
Tumbuhan. Buletin Penelitian Kesehatan. 44(4): 279-286
Utamu, YP., Umar, AH., Syahrun, R., Kadullah, I. 2017. Standarisasi
Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem. Jurnal Ilmu Farmasi
dan Kedokteran. 2(1) : 32-39

Wasito, H. (2011). Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta :


Graha Ilmu. Halaman : ix-1

Anda mungkin juga menyukai