Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEBUTUHAN PERTUMBUHAN

DAN PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Nurdyah Ayu Oktaviani ( P1337420117002 )
2. Risma Diyah P. ( P1337420117003 )
3. Firda Risni R. ( P1337420117009)
4. Anita Ulil Uswah ( P1337420117015)
5. Dellavia Enta Permatasari ( P1337420117021)
6. Anis Fadilla I. ( P1337420117034)
7. Desy Ika C. ( P1337420117035)
Kelas 2-A1

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

          Puji syukur penulis ucapkan kehadiran allah SWT telah  melimpahkan Rahmat dan
hidayah-nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Makalah
Kebutuhan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah” dengan baik.
Tujuan penulis makalah ini adalah untuk menambah  nilai mata kuliah Keperawatan
Anak serta  merupakan  bentuk  tanggung  jawab penulis pada tugas yang dberikan. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Lucia Endang HYK,
SKp, MN. selaku dosen mata kuliah  Keperawatan Anak dan pihak-pihak lain yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
            Dalam pembuatan makalah ini,penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
          Penulis berharap walaupun makalah ini belum sempurna, tetapi hendaklah makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
                                                                                               

                                                                                                Semarang, 6 Juli 2018

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam konsep perkembangan juga berlangsung pertumbuhan. Pertumbangn
(growth) sendiri sebanarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan biologi,
sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P. Chaplin (2002), mengartikan
pertumbuhan sebagai: suatu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-
bagian tubuh atau dari organisme  sebagai suatu keseluruhan. Menurut A.E.
Sinolungan (1997), pertumabuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang
dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh. Sedangkan Ahmad
Thontowi (1993), mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat
dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adnya perbanyakan (multiplication) sel-sel.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan
dalam konteks perkembangan merujuk perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif,
yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan,
pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru dan sebagainya. Dengan demikian,
tidak tepat jika kita misalnya mengatakan pertumbuhan ingatan, pertumbuhan
berfikir, pertumbuhan kecerdasan, dan sebagainya, sebab kesemuanya merupakan
perubahan fungsi-fungsi rohaniah. Demikian juga tidak tepat, kalau dikatakan
pertumbuhan kemampuan berjalan, pertumbuhan menulis, pertumbuhan pengindraan,
dan sebagainya, sebab kesemuanya merupak perkembangan fungsi-fungsi jasmaniah.
Pertumbuhan fisik bersifat meningkat, menetap, dan kemudian mengalami
kemunduran sejalan dengan bertambahnya usia. Ini berarti bahwa pertumbuhan fisik
ada puncaknya. Sesudah suatu masa tertentu, fisik mulai mengalami kemunduran dan
berakhir pada keruntuhan dihari tua, diaman kekuatan dan kesehatan berkurang,
pancaindra menjadi lemah atau lumpuh sama sekali. Beberapa halnya dengan
perkembangan aspek mental atau psikis yang relative berkelanjutan, sepanjang
individu yang bersangkutan tetap memliharanya.
Dengan demikian, istilah “pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada
kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titii optimum
dan kemudian menurun menuju pada keruntuhannya. Sedangkan istilah
“perkembangan” lebih menuju pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang
melaju terus sampai akhir hayat. Perkembangan rohani tidak terhambat walaupun
keadaan jasmani sudah sampai puncak pertumbuhannya. Meskipun terdapat
perbedaan penekanan dari kedua istilah tersebut, tetapi dalam literatuur psikologi
perkembangan istilah “pertumbuhan” digunakan dalam pengertian yang sama dengan
perkembangan. Bahkan menurut Witherington (1986), “pertumbuhan dalam
pengertiannya yang luas meliputi perkembangan.” 
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pertumbuhan anak sebagai dasar antropometri anak ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep perkembangan menurut para ahli ?
3. Bagaimana perkembangan seksual anak usia sekolah?
4. Bagaimana komunikasi pada anak usia sekolah?
5. Apa dampak hospitalisasi bagi anak usia sekolah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep pertumbuhan anak sebagai dasar antropometri anak.
2. Untuk mengetahui konsep perkembangan menurut para ahli.
3. Untuk mengetahui perkembangan seksual anak usia sekolah.
4. Untuk mengetahui komunikasi pada anak usia sekolah.
5. Untuk mengetahui dampak hospitalisasi bagi anak usia sekolah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pertumbuhan Antropometri Anak Sekolah

1. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh. Pengukuran antropometri merupakan


data referensi untuk mengevaluasi dan mencatat pertumbuhan anak. Hal ini di mulai
dengan perbandingan kecenderungan umum dalam pertumbuhan fisik anak.
2. Metode antropometri menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat menentukan
status gizi manusia.
3. Jenis parameter antropometri yang harus di ukur sebagai indicator status gizi yaiti :
a. Umur
b. Berat badan
c. Tinggi badan
d. Lingkar lengan atas (LiLA)
e. Lingkar kepala
f. Lingkar dada
2.1.1 Jenis Parameter Antropometri Pada Anak
1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut
Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh
dan untuk anak 0-2 tahun digunakan bulan penuh.
Contoh : tahun usia penuh.
Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun.
Contoh : bulan penuh
Umur : ~ 5 bulan 5 hari di hitung 5 bulan
~ 7 bulan 14 hari dihitung 7 bulan
2. Berat badan
Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan
pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi
normal atau BBLR. Penurunan berat badan merupakan yang sangat penting karena
mencerminkan masukan kalori yang tidak adekuat.
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan:
1) Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat.
2) Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang
pertumbuhan
3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas.
4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur
5) KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai
dasar pengisian.
Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1). Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
2). Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3). Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4). Skala mudah dibaca
5).Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak:
1) Pemeriksaan alat timbangan
2) Anak balita yang ditimbang
3) Keamanan
4) Pengetahuan dasar petugas.
3. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan. Tinggi
badan relative kurang sensitive pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang
relative lama. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur.
Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring. Pengukuran
dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala.
Cara Pengukurannya :
a. Letakkan kepala bayi pada garis tengah alat pengukur. Letakkan lutut bayi
secara lembut
b. Dorong sehingga kaki ekstensi penuh dan mendatar pada meja ukuran
c. Hitung berapa panjang bayi tersebut dengan melihat angka pada tumit bayi.
Jika pengukuran dilakukan saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak
lurus, sehingga tumit, bokong dan bagian atas punggung terletak pada dalam 1
garis vertical, sedangkan liang telinga dan bagian bawah orbita membentuk satu
garis horizontal.
Cara mengukur:
1) Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
sehingga tepat 2 meter.
2) Lepaskan sepatu atau sandal.
3) Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna.
4) Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
5) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.
Pertambahan berat badan dan tinggi badan sesuai umur anak dapat dilihat
melalui table berikut :
NO. USIA BERAT BADAN TINGGI BADAN
1. Baru lahir – 6 bulan Bertambah 140-220 gr (2XBBL) Bertambah
2,5cm/bulan
2. 6-12 bulan 85-140gr (3XBBL) 1,25cm/bulan
3. Balita 2-3 kg/tahun Pada tahun kedua
kira-kira 12cm
Pada tahun ketiga
kira-kira 6-8 cm
4. Pra sekolah 2-3 kg/tahun 6-8 cm/tahun
5. Usia sekolah 2-3 kg/tahun 5.25m/tahun

4. Lingkar Lengan Atas (LILA)


Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah,
murah, dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh.
LILA memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit. LILA mencerminkan cadangan energy, sehingga dapat mencerminkan :
a.    Status KEP pada balita
b.    KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: resiko bayi BBLR
Kesalahan pengukuran LILA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur)
relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku
dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan.
Ambang batas pengukuran LILA pada bayi umur 0-30 hari yaitu ≥ 9,5 cm.
sedangkan pada balita yaitu < 12,5cm.
Cara mengukur LILA pada bayi:
o Tentukan posisi pangkal bahu
o Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian
o Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan kea rah
perut.
o Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku siku dengan
menggunakan pita LILA,dan beri tanda dengan pulpen (sebelumnya minta izin
kepada pasien). Sebelumnya perhatikan titik nolnya.
o Lingkarkan pita LILA sesuai dengan tanda pulpen di sekeliling lengan responden
sesuai tanda.
o Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA
o Pita di tarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar
o Baca angka yang di tunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kea rah angka
yang lebih besar)
o Tulis hasil pembacaannya.
5. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala bayi yang baru lahir di Indonesia rata-rata
3 cm dan di Negara maju 3,5 cm. kemudian pada usia 6 bulan menjadi 40 cm
(bertambah 1,5 cm setiap bulan). Pada umur 1 tahun lingkar kepala mencapai 45-47
cm (bertambah 0,5 cm tiap bulan). Pada usia 3 tahun menjadi 50 cm dan pada umur
10 tahun 53 cm.
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
Ukuran otak pun meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar
kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak
dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai keadaan gizi.
Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar
kurang dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat
mendekati 1 desimal, caranya dengan melingkarkan pita dari pertengahan dahi
(frontalis) ke tulang telinga terus ke oksipitalis.kembali ke frontalis.
6. Lingkar Dada
Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur
pada areola mammae. Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio
lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini lingkar
kepala lebih lambat dari pada lingkar dada. Pada anak yang mengalami KEP terjadi
pertumbuhan lingkar dada yang lambat : rasio dada dan kepala < 1

2.2 Konsep Perkembangan Menurut Beberapa Ahli


2.2.1 Sigmund Freud
Sigmund Freud merupakan teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya
kepada perkembangan kepribadian dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan
awal anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa struktur dasar
kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan kepribadian
sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elborasi dari struktur dasar
tadi.
Freud menjelaskan pada usia 5-12 tahun disebut dengan Tahap Laten yaitu
tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam
tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.
2.2.2 Konsep Perkembangan Menurut Erik H. Erikson (Psikoanalitik Kontemporer)
Erik H. Erikson (1902 – 1994), tahap-tahap perkembangan manusia dari lahir
sampai mati dipengaruhi oleh interaksi social dan budaya antara masyarakat terhadap
perkembangan kepribadian. Perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara
proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan
kekuatan-kekuatan social yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Erikson
membahas perkembangan psikologis disepanjang kehidupan manusia dan bukan antar
masa bayi dan remaja.
Erikson menjelaskan pada usia 6-12 tahun disebut dengan Usia Sekolah yaitu
pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul
dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingintahuan
menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi
berkemampuan (competence). Memendam insting seksual sangat penting karena akan
membuat anak dapat memakain enerjinya untuk mempelajari teknologi dan
budayanya serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara
ketekunan dengan perasaan inferior (industry – inveriority). Dari konflik antar
ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan dasar: kemampuan
(competency). Di sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan, metoda yang
membuat suatu pekrjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
2.2.3 Konsep Perkembangan Menurut Lawrence Kohlberg (Perkembangan Moral)
Menurut Lawrence Kholberg ketika dilahirkan, anak belum dan tidak
membawa aspek moral. Kohlberg juga berpendapat, bahwa aspek moral merupakan
sesuatu yang berkembang dan dikembangkan. Selain itu, ia juga mengemukakan teori
perkembangan moral berdasar teori piaget, yaitu dengan pendekatan organismik
(melalui tahap tahap perkembangan yang memiliki urutan pasti dan berlaku secara
universal) dan juga menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari perilaku
moral ( moral behavior )
Tahap realisme moral -> moralitas oleh pembatasan ( < 12 tahun ) yaitu usia
7/8 – 12 tahun pada tahap ini anak menilai perilaku atas dasar tujuan. konsep tentang
benar/salah mulai dimodifikasi (lebih luwes/ fleksible ), Konsep tentang keadilan
mulai berubah.
2.2.4 Konsep Perkembangan Menurut Jean Piaget (Perkembangan Kognitif)
Teori Jean Piaget memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata – skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya.
Piaget menjelaskan pada usia 6-11 tahun disebut dengan Operasi Konkrit yaitu
anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka
miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini
memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.

2.3 Perkembangan Seksual


2.3.1 Fase Laten menurut Sigmund Freud
Sampailah kita pada fase laten yang berlangsung pada usia sekolah. Fase laten
ini terbagi menjadi 2 bagian sebagai berikut :
1) Pada bagian awal
Pada bagian ini seorang anak sudah tidak lagi memperhatikan kenikmatan
yang pernah dirasakan pada alat kelaminnya, bahkan cenderung seperti
melupakan kejadian tersebut.
2) Bagian akhir
Begitu memasuki bagian akhir dari masa leten, seorang anak mulai
menunjukkan kembali kenikmatan yang dirasakannya melalui kelaminnya.
Karena pada saat memasuki fase ini usia anak telah beranjak dewasa, dorongan
seksual, perasaan cinta, dan ketertarikannya pada lawan jenis mulai tumbuh. Jadi,
perhatian anak beralih kepada alat kelaminnya adalah hal yang wajar.
Walaupun orangtua tidak sepenuhnya memberikan pendidikan seks yang
jelas dan benar kepada anak-anaknya, secara disengaja atau tidak, seorang anak
telah mengawali tahap kehidupan seksualnya sendiri, yang didapat melalui
berbagai pertanyaan, permainan, dan dari lingkungan sekitarnya. Pertanyaan
pertama yang dilontarkan oleh seorang anak biasanya tentang perbedaan anggota
tubuh laki-laki dan perempuan. Seorang anak perempuan akan bertanya kepada
orang tuanya, mengapa bentuk tubuhnya berbeda dengan kakak lelakinya. Dalam
hal ini, orang tua harus mempunyai kepekaan yang tajam terhadap pikiran-pikiran
yang ada dalam benak anak tersebut. Pada tahap ini, seorang anak biasanya lebih
merisaukan keadaan tubuhnya darpada rasa keingintahuannya. Bias saja pikiran
anak tadi menjadikan dirinya tidak merasa dicintai oleh orangtuanya karena tidak
memiliki bentuk tubuh seperti kaka lelakinya. Biasanya, pertanyaan seperti itu
muncul lebih awal karena si anak sendiri sering melihat ketelanjangn anggota
keluarga atau teman-temannya. Sebaiknya seorang anak dihindarkan dari
ketelanjangan orngtuanya. Hubungan yang terjadi antara orangtua dan anak
adilandasi rasa kekaguman tersebut, tidak diragukan lagi nilai kekaguman dan
hormat kepada orangtuanya akan semakin ilang.
Pertanyaan yang sering muncul dalam benak si anak adalah tentang
darimana seorang bayi berasal. Sebagian anak berpendapat, bayi yang baru lahir
merupakan pemberian Tuhan yang akan diberikan kepada seseorang jika orang
itu berbuat b kebaikan. Beberapa anak berpendapat, bayi tersebut dibeli leh
orangtuanya dari took denganh harga yang mahal. Masih banyak pendapat-
pendapat yang diberikan oleh anak-anak tersebu, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwadisini tidak ditemukan adanya pendidikan seks yang
sebenarnya. Para orangtua lebih cenderung menganggap ringan masalah
pendidikan seks. Mereka lebih mempercayai lembaga sekolah atau institusi yang
terkait untuk menyampaikan pendiikan seks kepada anak-anaknya. Padahal.
Pendidikan seks yang diberikkan oleh sekolah hanya bertujuan unntuk menduung
upaya orangtua dalam membimbing anak-anak mereka mereka tentang
seksualitas. Program yang ditawarkan hanya sebatas memberikan informasi,
mengajukan pertanyaan seputar seks, mengadakan diskusi tentang kegiatan
seksual, dan cara pengambilan keputusan. Jadi, pada kenyataannya, komunikasi
yang baik dan terbuka antara anak dan kedua orangtuanyalah yang sangatefektif
untuk memulai mengatasi persoalan ini. Namun, pendapat yang sudah terbentuk
dalam pikiran si anak tentang pertanyaan-peertanyaan di atas, sebenarny bukan
hanya salah orangtua, guru, ataupun orang terdekatnya dalam memberikan
jawaban keapada si anak. Pendapat-pendapat itu juga dapat terbentuk dari daya
khayal sang anak tentang anggota keluarga dan dirinya sendiri.

2.4 Komunikasi pada anak usia 6-11 tahun


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan
anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang
dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca
disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai
berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada anak usia sekolah adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak-anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik menjelaskan sesuatu yang menjadi ketidak jelasan pada anak
atau sesuatu yang tidak diketahui pada usia ini keingin tahuan pada aspek fungsional dan
prosedural dari objek tertentu sangat tinggi.
Maka jelaskan arti, fungsi, dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari suatu yang
ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat
anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif . Komunikasi dengan anak merupakan
sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula
perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan
keperawatan.
Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara
lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menum-buhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau
respon anak terhadap pesan dapat diterima.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang
akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak
dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
Tugas perkembangan anak usia sekolah:
·         Mengembangkan konsep yang diperlukan di kehidupan sehari-hari
·         Mengembangkan kata hati, nilai, dan kesusilaan
·         Mengembangkan kemampuan hidup berkelompok
·         Belajar bergaul dengan teman sebaya
·         Mengembangkan keterampilan dasarmembaca, menulis, berhitung
·         Belajar menjalankan peran sebagai pria atau wanita.

2.5 Dampak Hospitalisasi pada anak sekolah


Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alas an yang berencana atau
darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah.
Perasaan yang sering muncul pada anak : Cemas, marah, sedih, takut dan rasa
bersalah (Wong, 2000). Timbul karena :
1. menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialaminya
2. rasa tidak aman dan nyaman
3. perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan
menyakitkan
Reaksi yang timbul pada anak masa sekolah adalah :
1. Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang dicintainya
2. Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas
3. Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga
4. Anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain
atau pergaulan sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan fisik
5. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri : ekspresi baik secara verbal maupun
nonverbal : anak sudah mampu mengkomunikasikannya
6. Sudah mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri : menggigit bibir/menggigit
dan memegang sesuatu dengan erat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan adalah peruahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat
dalam perjalanan waktu tertentu. Sedangkan perkembangan adalah perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organism, dari lahir sampai mati dan tidak dapat
diulang kembali.
Antropometri merupakan ukuran dari tubuh. Pengukuran antropometri
merupakan data referensi untuk mengevaluasi dan mencatat pertumbuhan anak. Hal ini
di mulai dengan perbandingan kecenderungan umum dalam pertumbuhan fisik anak.
Perkembangan seksual pada anak ada 2 bagian yaitu bagian awal dan akhir.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada anak usia sekolah adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak-anak. Hospitalisasi menimbulkan
beberapa dampak yaitu Cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah.
B. Saran
Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah kami ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://dewin221106.blogspot.com/2009/11/perkembangan-anak.html
http://widyainternet.blogspot.com/2010/01/dampak-hospitalisasi-pada-anak.html
http://rem-aja.blogspot.com/2013/12/a-tahapan-perkembangan-seks-anak.html
http://perawatcerdass.blogspot.com/2014/05/komunikasi-pada-tingkat-usia.html
http://kuantannet.blogspot.com/2016/12/makalah-pertumbuhan-perkembangan-
anak.html

Anda mungkin juga menyukai