Anda di halaman 1dari 22

7/16/2019 huhate

Definisi Alat Tangkap Huhate ( Pole and L i ne) 

Pancing adalah salah satu alat penangkap ikan yang terdiri dari dua

komponen utama yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Dimana alat tangkap
 pancing dibedakan dari segi bentuk dan cara pengoperasiannya. (Brandt, 1972)

Menurut Nedelec dan Prado (1989), pancing adalah alat tangkap ikan yang

terdiri dari komponen mata pancing (hook) dan tali (line). Dimana ikan

dirangsang untuk memakan umpan buatan (artificial bait) atau umpan alami

(natural bait) yang dikaitkan pada mata kail dan kail tersebut terikat pada tali atau

 benang.

Untuk Cakalang, alat yang berperan besar dalam penangkapan adalah  Pole

and line, tonda dan pancing ulur (Ditjen Perikanan, 1989).

Menurut Ayodhoya (1981), huhate (Skipjack pole and line) atau umumnya

lebih dikenal dengan “ pole and line” adalah cara pemancingan dengan

menggunakan pancing yang dikhususkan untuk menangkap ikan cakalang yang

 banyak digunakan di perairan Indonesia. Selanjutnya dikatakan juga pole and line 

umum digunakan untuk menangkap ikan cakalang ( Katsuwonus pelamis)

sehingga dengan kata perikanan  pole and line sering pengertian kita ke arah

 perikanan cakalang, sungguhpun dengan cara  pole and line juga dilakukan

 penangkapan albacore, mackerel dan lain sebagainya.


Menurut Sudirman dan Mallawa, (2004), huhate adalah jenis alat pancing

 penangkap ikan yang terdiri dari bambu sebagai joran/tongkat dan tali sebagai tali

 pancing. Pada tali pancing ini dikaitkan mata pancing yang tidak berkait.

Penggunaan mata pancing yang tidak berkait dimaksudkan agar ikan yang

ditangkap dapat mudah lepas.

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 1/22
7/16/2019 huhate

Huhate (Skipjack pole and line) atau lebih dikenal dengan  pole and line 

adalah cara pemancingan dengan menggunakan pancing yang dikhususkan yang

 banyak digunakan di perairan Indonesia Timur (Ternate-Tidore, Bacan, Ambon,


Minahasa, Morotai, dan Sorong), penangkapan  pole and line ini dipakai untuk 

menangkap cakalang. Oleh karena digunakan hanya untuk menangkap cakalang,

maka alat ini sering disebut “pancing cakalang”. (Subani,1989)

Menurut Ditjen Perikanan (1990), sebagai penangkap ikan, alat ini sangat

sederhana desainnya. Hanya terdiri dari joran, tali dan pancing. Tetapi

sesungguhnya sangat komplek karena dalam pengoperasiannya memerlukan

umpan hidup untuk menggiring ke dekat haluan kapal.

Huhate adalah jenis alat pancing penangkap ikan yang terdiri dari bambu

sebagai joran/tongkat dan tali sebagai tali pancing. Pada tali pancing ini dikaitkan

mata pancing yang tidak berkait. Penggunaan mata pancing yang tidak berkait

dimaksudkan agar ikan yang ditangkap dapat mudah lepas. (Surur, 2007)

Huhate atau  pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang.

Oleh karena digunakan hanya untuk menangkap cakalang, maka alat ini sering

disebut “pancing cakalang”. Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat

terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif, kapal

akan mengejar gerombolan ikan, setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal

lalu diadakan pemancingan. (Fiqrin, 2007)

Menurut Ditjen Perikanan (2009), Huhate (Skipjack pole and line) adalah

alat penangkapan ikan menggunakan pancing bertangkai/berjoran yang dalam

 pengoperasiannya menggunakan umpan hidup atau palsu dengan target sasaran

ikan cakalang dan tuna.

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 2/22
7/16/2019 huhate

 
Klasifikasi Huhate (Pole and L i ne) 

Menurut A. Von Brandt (1972), klasifikasi metode penangkapan ikan di

dunia ada 16 kelas, yaitu sebagai berikut :


1.  Without gear 

2.  Grapping and Wounding 

3.  Stupefying device

4.   Lines

5.  Traps

6.   Aerial trap

7.   Bagnets

8.   Dargged gear 

9.  Seine nets

10. Surrounding nets

 
11. Drive-in net 

12. liftnets

13.  falling gear 

14. Gillnets

15. tangle nets

 
16. Harvesting machine
Berdasarkan klasifikasi diatas alat tangkap huhate (pole and line) masuk 

dalam kelompok  “lines fishing” yang termasuk dalam kelompok  without hook  

atau pancing tanpa kait.

Menurut Ayodhya (1981), alat tangkap huhate diklasifikasikan ke dalam

kelompok “ Line Fishing ” yang masuk dalam kelompok Wihout hook atau pancing

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 3/22
7/16/2019 huhate

tanpa kait. Dan alat tangkap huhate khusus untuk menangkap cakalang, tuna, dan

tongkol.

Dalam  International Standart Statistical Classification On Fishing Gear 


(ISSCFG) pole and line termasuk dalam kelompok alat tangkap pancing berjoran

 biasa dengan singkatan LHM dengan kode 09.2.0. (Nedelec, 1996)

Menurut Direkorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan (2009),

 berdasarkan statistik Indonesia alat tangkap huhate (pole and line) termasuk 

dalam kelompok pancing. Alat tangkap ini disebut juga pancing “gandar” karena

menggunakan gandar “walesan“ atau “joran” atau tangkin. Sedangkan

 berdasarkan sifatnya, alat tangkap huhate (pole and line) termasuk dalam alat

tangkap semi aktif.

Konstruksi Huhate (Pole and L i ne) 


 

Menurut Brandt (1972), huhate atau  pole and line termasuk alat tangkap

dengan desain yang sedehana, secara umum bagian-bagian dari  pole and line 

terdiri dari:

1.  Joran (terbuat dari bambu atau bahan lainnya), memiliki elastisitas yang

 baik;

2.  Tali pancing. Panjangnya disesuaikan dengan ukuran joran; dan

3.  Mata pancing (hook) yang tidak berkait balik.

Ada beberapa keunikan dari alat tangkap huhate. Bentuk mata pancing

huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing. Mata pancing huhate ditutupi

 bulu-bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar tidak tampak oleh ikan.

Bagian haluan kapal huhate mempunyai konstruksi khusus, dimodifikasi menjadi

lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh pemancing.

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 4/22
7/16/2019 huhate

(Subani,1989)

Menurut Surur (2007) konstruksi  pole and line terdiri dari tiga komponen

 pokok yang ukurannya tidak terlalu besar dan khusus ini adalah joran, tali dan
 pancing.

1.  Joran panjangnya sekitar 4 - 6 meter, ada sejenis bambu untuk  Pole and line 

yang sangat baik dipakai untuk joran karena mempunyai daya lentur yang

tinggi. Diameter joran berkisar 5 - 6 cm dan diujungnya 2,5 - 2 cm, sehingga

sesuai untuk pegangan orang Asia pada umumnya.

2.  Tali pancing yang digunakan berdiameter sekitar 1 mm dari bahan nylon.

Sekarang banyak yang menggunakan monofilament dengan diameter yang

sama. Panjang tali tidak lebih panjang dari panjang joran.

3.  Pancing yang digunakan untuk   pole and line ini juga khusus, tidak 

menggunakan janggut. Untuk menambah berat pancing, pada bagian shank 

dipasang pemberat yang berupa besi yang dilapis bagan anti karat yang

mengkilat. Penambahan berat pancing juga diperlukan mengingat pancing

 pole and line juga dipasangi bulu ayam atau bulu burung sebagai umpan.

Pancing yang digunakan untuk   pole and line ini juga khusus, tidak 

menggunakan janggut untuk menambah berat pancing, pada bagian shank 

dipasang pemberat berupa besi yang dilapis bahan anti karat yang mengkilat.
Pelapisan ini penting karena bahan yang mengkilat itu akan menarik perhatian

ikan. Penambahan berat pancing juga diperlukan mengingat pancing pole and line

 juga dipasangi bulu ayam atau bulu burung sebagai umpan. Bahkan nelayan

 jepang memasang kulit ikan pada pancingnya untuk maksud yang sama. Kulit

ikan, bulu burung, ataupun bulu ayam yang berwarna cerah lebih menarik 

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 5/22
7/16/2019 huhate

 perhatian ikan yang dalam keadaan frenzy itu untuk menyambarnya. (Surur, 2007)

Gambar 1. Kontruksi huhate (pole and line) (Ayodhoya, 1981)

Cara Pengoperasian

Huhate atau pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang. Oleh

karena digunakan hanya untuk menangkap cakalang, maka alat ini sering disebut

“pancing cakalang”. Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat

gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif, kapal akan

mengejar gerombolan ikan, setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal lalu

diadakan pemancingan. (Subani,1989)

Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan

ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif, kapal akan mengejar 

gerombolan ikan, setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal lalu diadakan

 pemancingan. (Subani,1989)

Operasi penangkapan tentunya dimulai dari persiapan-persiapan terutama

 perbekalan dan perlengkapan, persiapan itu meliputi : bahan makanan, es, lampu,

dan bahan bakar minyak, alat navigasi, persiapan mesin, persiapan pengaturan alat

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 6/22
7/16/2019 huhate

tangkap dan bahan lainnya. (Subani, 1989)

Menurut Malawa dan Sudirman (2004), setelah persiapan yang harus

dilakukan di laut adalah mempersiapkan peralatan penangkapan yang menunjang


keberhasilan penangkapan ikan cakalang serta penyediaan umpan hidup. Adanya

faktor umpan hidup membuat cara penangkapan ini menjadi agak rumit. Hal ini

disebabkan karena umpan hidup tersebut harus sesuai dalam ukuran dan jenis

tertentu, disimpan, dipindahkan, dan dibawa dalam keadaan hidup

Operasi penangkapan dengan huhate dilakukan dengan cara mencari dan

memburu kelompok ikan cakalang. Pencarian gerombolan ikan dilakukan oleh

seorang pengintai yang tempatnya biasa berada di anjungan kapal dan

menggunakan teropong (Mallawa dan Sudirman, 2004).

Keberadaan ikan cakalang dapat dilihat melaui tanda-tanda antara lain:

adanya buih atau cipratan air, loncatan ikan cakalang ataupun gerombolan burung-

 burung yang terbang menukik ke permukaan laut dimana gerombolan ikan berada.

Setelah menemukan gerombolan ikan, yang harus diketahui adalah arah renang

kemudian mendekati gerombolan ikan tersebut. Sementara pemancing sudah

 bersiap masing-masing pada sudut kiri, kanan, dan haluan kapal. (Subani dan

Barus, 1989)

Menurut Ditjen Perikanan (2000), Pemancingan dilakukan serempak oleh


seluruh pemancing. Pemancing duduk di sekeliling kapal dengan pembagian

kelompok berdasarkan keterampilan memancing yaitu :

1.  Pemancing I adalah pemancing paling unggul dengan kecepatan

mengangkat mata pancing berikan sebesar 50 - 60 ekor per menit.

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 7/22
7/16/2019 huhate

Pemancing I diberi posisi di bagian haluan kapal, dimaksudkan agar lebih

 banyak ikan tertangkap.

2.  Pemancing II diberi posisi di bagian lambung kiri dan kanan kapal.
3.  Pemancing III berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang

yang baru belajar memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya

sudah mulai berkurang atau sudah lamban

Menurut Surur (2007), hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat

 pemancingan dilakukan jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan,

karena dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal. Umpan

yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan umpan

dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini akan

mengundang cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya

dilakukan penyemprotan air melalui  sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan

untuk mengaburkan pandangan ikan, sehingga tidak dapat membedakan antara

ikan umpan sebagai makanan atau mata pancing yang sedang dioperasikan.

Umpan hidup yang digunakan biasanya adalah teri (Stolephorus commersoni). 

Pelemparan umpan dilakukan oleh boi-boi setelah diperkirakan ikan telah

 berada dalam jarak jangkauan lemparan, kemudian ikan dituntun ke arah haluan

kapal. Pelemparan umpan ini diusahakan secepat mungkin sehingga gerakan ikan
dapat mengikuti gerakan umpan menuju haluan kapal. Pada saat pelemparan

umpan tersebut, mesin penyemprot sudah dihidupkan agar ikan tetap berada di

dekat kapal. Pada saat gerombolan ikan berada dekat haluan kapal, maka mesin

kapal dimatikan. Sementara jumlah umpan yang dilemparkan ke laut dikurangi,

mengingat terbatasnya umpan hidup. Selanjutnya, pemancingan dilakukan dan

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 8/22
7/16/2019 huhate

diupayakan secepat mungkin mengingat kadang-kadang gerombolan ikan tiba-tiba

menghilang terutama jika ada ikan yang berdarah atau ada ikan yang lepas dari

mata pancing dan jumlah umpan yang sangat terbatas. Hal lain yang perlu
diperhatikan pada saat pemancingan adalah menghindari ikan yang telah

terpancing jatuh kembali ke laut. Hal ini akan mengakibatkan gerombolan ikan

yang ada akan melarikan diri ke kedalaman yang lebih dalam dan meninggalkan

kapal, sehingga mencari lagi gerombolan ikan yang baru tentu akan mengambil

waktu. (Mallawa dan Sudirman, 2004).

Untuk pemancingan sendiri dibagi menjadi dua cara yaitu cara banting dan

cara gepe. Cara banting adalah teknik penarikan pancing dengan cara menarik 

ikan sehingga jatuh langsung ke geladak, pemancingan seperti ini dapat

mengakibatkan rusaknya daging ikan tetapi dengan cara ini pemancingan dapat

dilakukan dengan cepat. Sedangkan cara gepe adalah penarikan pancing dimana

setelah ikan ditarik, kemudian dijepit di ketiak selanjutnya dilepas dari kail dan

diletakan di geladak. Keuntungan pemancingan dengan cara ini adalah ikan tidak 

mengalami kerusakan tetapi terlalu banyak waktu yang terbuang. (Ayodhoya,

1981)

Menurut Dirjen Perikanan Tangkap (2000), pengoperasian huhate

menggunakan kapal motor dengan terlebih dahulu menebarkan umpan hidup


(jenis teri atau jenis sardin berukuran kecil) disertai dengan memercikan air untuk 

menarik perhatian ikan-ika cakalang agar bergerombol (di sekitar sisi lambung

dan haluan kapal sebagai tempat pemancingan), kemudian gerombolan ikan

cakalang dipancing dengan huhate.

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 9/22
7/16/2019 huhate

Alat bantu penangkapan

Menurut Subani dan Barus, (1989), berhasil tidaknya tiap usaha

 penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan daerah


 penangkapan ( fishing ground ), gerombolan ikan dan keadaan potensinya, untuk 

kemudian dilakukan operasi penangkapannya. Adapun alat-alat bantu

 penangkapan yang digunakan dalam menunjang kegiatan penangkapan adalah

sebagai berikut:

1.  Rumpon

Menurut Sudirman dan Mallawa, (2004), rumpon biasanya juga disebut

dengan Fish Agregation Device (FAD) yaitu suatu alat bantú penangkapan yang

 berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu daerah.

Ada beberapa prediksi mengapa ikan senang berada di sekitar rumpon :  

1. Rumpon merupakan tempat berkumpulnya plankton dan ikan – ikan kecil

lainnya, sehingga mengundang ikan – ikan yang lebih besar untuk tujuan

 feeding. 

2. Merupakan suatu tingkah laku dari berbagai jenis ikan untuk berkelompok 

di sekitar kayu terapung (seperti jenis – 


 jenis tuna dan cakalang). Dengan

demikian, tingkah laku ikan ini dimanfaatkan untuk tujuan penangkapan.

Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon diketahui oleh nelayan


 berdasarkan buih atau gelembung - gelembung udara yang timbul di permukaan

air, warna air yang gelap kerena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan -

ikan yang bergerak di sekitar rumpon.

Pengunaan rumpon secara tradisional di Indonesia telah lama dilakukan

terutama para nelayan dari Mamuju, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur, sedangkan

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 10/22
7/16/2019 huhate

 penggunaan rumpon secara modern baru dimulai pada tahun 1980 oleh Lembaga

Penelitian Perikanan Laut. (Monintja ,1999)

Selanjutnya menurut Subani dan Barus, (1989), dilihat dari kedalaman air 
dimana rumpon ditanam (dipasang) dibedakan antara rumpon laut dangkal dan

rumpon laut dalam atau yang dikenal dengan payaos. 

Rumpon ini umumnya dipasang pada kedalaman antara 30 - 75 m. Setelah

dipasang kedudukan rumpon yang ada mudah diangkat-angkat, tetapi ada juga

yang bersifat tetap tergantung dari pemberat yang digunakan.

Rumpon yang beratnya antara 25 - 35 kg biasanya berupa jangkar,

sedangkan rumpon yang beratnya antara 75 - 100 kg bahkan lebih terdiri dari

 batu-batu yang diikat satu sama lain atau dimasukkan di dalam suatu keranjang

dari rotan, atau dapat juga terdiri dari cor-coran semen.

Rumpon laut dalam ( payaos) pelampungnya agak istimewa. Pelampungnya

 bisa terdiri dari 60 - 100 batang bambu yang disusun dan diikat menjadi satu

sehingga membentuk rakit. Tali pemberat (tali yang menghubungkan antara

 pelampung dengan pemberat) dapat mencapai 1000 - 1500 m. Pemberatnya

 berkisar 1000 - 3500 kg terdiri dari batu-batu yang dimasukkan dalam keranjang

rotan atau berupa rangkaian ikatan batu gunung.

 
2. Pila-pila
Pila-pila digunakan sebagai tempat duduk atau berdiri tempat pemancing,

yang letaknya bisa pada bagian haluan dan buritan antara sepanjang lambung kiri

dan kanan (Dirjen Perikanan, 1990)

3.  Pipa penyemprot

Pipa penyemprotan digunakan untuk menyemprotkan air secara percikan ke

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 11/22
7/16/2019 huhate

 permukaan air laut. Tujuannya adalah untuk mengelabui ikan-ikan seolah-olah

 pada permukaan air laut terdapat banyak ikan terutama pada cakalang. Pipa-pipa

 penyemprotan ditempatkan sepanjang pila-pila. Pipa tersebut bisa terbuat dari


 paralon atau dari besi dan pada bagian ujungnya dipasang kran untuk 

dipergunakan menyemprotkan air. Penyemprotan air terjadi karena dilengkapi

dengan water pump (pompa air). (Dirjen Perikanan, 1990)

Jenis - jenis umpan

Penangkapan ikan cakalang dengan huhate atau  pole and line  biasanya

menggunakan beberapa jenis umpan untuk mengumpulkan ikan cakalang yaitu:

1. Umpan tiruan

Umpan tiruan biasanya dibuat dari bulu ayam dan dipasang pada mata kail.

Umpan tiruan untuk huhate dirancang dengan memperhatikan bentuk dan warna
dengan maksud untuk menarik perhatian ikan. Pengaturan warna yang serasi dan

lebih cerah serta bentuk yang menyerupai ikan akan lebih merangsang ikan untuk 

menyambar mata pancing. Umpan tiruan ini dibuat untuk menutupi mata pancing

sehingga dapat mengelabui ikan sasaran, bahan umpan tiruan terdiri dari bulu

ayam, tali rapiah, dan juga dapat diberi bahan kelopak insang atau kulit

ijing/kerang yang warnanya mengkilap (Badan Riset Perikanan Tangkap, 2006).

2. Umpan hidup

Jenis umpan hidup yang paling baik digunakan dalam perikanan  Pole and 

line adalah ikan teri (Subani, 1973; Murdianto, Rosana dan Penturi, 1995 dalam 

Simbolon, 2003). Jenis ikan umpan tersebut sangat disenangi oleh cakalang

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 12/22
7/16/2019 huhate

karena memiliki sifat – sifat sebagai berikut :

1. Berwarna terang dan memikat atau keputih  –  putihan sehingga mudah

menarik perhatian ikan cakalang;


2. Tahan terhadap lama di dalam bak penyimpanan pada saat pelayaran dari

daerah penangkapan ikan umpan menuju daerah penangkapan cakalang;

3. Umpan yang disebarkan di antara  schooling  cakalang memiliki sifat yang

cenderung bergerak mendekati kapal untuk berlindung;

4. Sisi umpan tidak mudah terkelupas, sehingga tingkat kecerahan warna dapat

dipertahankan; dan

5. Panjang ( size) umpan hidup sesuai dengan ukuran yang disenangi oleh

cakalang yang menjadi target penangkapan.

Sesuai dengan sifat  –  sifat tersebut di atas, pemilihan jenis dan ukuran

umpan yang sesuai perlu dilakukan secara seksama. Subani, (1973) dalam 

Simbolon, (2003) menyatakan bahwa ukuran umpan yang ideal dengan tipe badan

memanjang ( streem line) berkisar antara 7,5  –  10,0 cm. Selanjutnya disebutkan

 bahwa ukuran panjang umpan dengan tipe badan melebar sebaiknya berkisar 

antara 5,0 – 7,5 cm.

Masalah utama yang sering dialami dalam perikanan  pole and line adalah

ketersediaan umpan hidup pada waktu  –  waktu tertentu dan tingginya tingkat
kematian umpan dalam bak penyimpanan di atas kapal. Di lain pihak, kegiatan

operasi penangkapan cakalang dengan  pole and line tidak akan berhasil apabila

umpan hidup tidak tersedia dalam jumlah yang memadai. Dengan demikian,

umpan hidup merupakan salah satu faktor pembatas (limiting factor ) paling

 penting dalam perikanan  pole and line (Gafa dan Merta, 1987 dalam Simbolon,

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 13/22
7/16/2019 huhate

2003).

Penangkapan umpan hidup

Alat tangkap yang sangat umum digunakan untuk menangkap ikan umpan

hidup adalah jaring yang dioperasikan dari pantai atau kapal, jaring lampara,

 purse seine, dan ring net , jaring yang digerakkan (drive in net) dan lift net ,

termasuk  stickheld dipnet dan jaring kantong (Ditjen Perikanan, 2000).

Menurut Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Tangkap Penangkap Ikan

(2009), umumnya penangkapan umpan hidup biasanya menggunakan alat

tangkap bagan (lift net) baik bagan perahu (raft lift net) ataupun bagan tancap

(stationary lift net). Kendala yang dihadapi oleh alat tangkap ini adalah apabila

 bulan purnama. Pada saat bulan purnama dan terang bulan yang berlangsung

antara 6 sampai 10 hari, ikan tidak dapat ditangkap dengan bagan perahu,

meskipun sudah menggunakan lampu sebagai atraktor.

Pemeliharaan umpan hidup di dalam tangki kapal

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan

umpan di dalam palka umpan dikapal antara lain kandungan oksigen didalam air 

dan konsumsi oksigen, penyinaran, suhu air dan kualitas air beserta perubahannya.
Sebagai awal pertimbangan tentunya bagaimana memindahkan umpan

secara aman kedalam tangki umpan bahwa alat yang sebaiknya digunakan adalah

keranjang. Dalam tahap ini diperlukan seorang pembantu yang cermat dalam

menjaga ikan umpan karena memerlukan beberapa perlakuan yang cukup penting

dalam hal pengawasan dan mengarahkan agar pencemaran yang timbul sekecil

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 14/22
7/16/2019 huhate

mungkin yang diakibatkan kotoran ikan dan sisik ikan yang terlepas.

Menurut Ditjen Perikanan (2000), selain itu kondisi lingkungan dapat dibuat

lebih mendukung dengan cara meningkatkan sejumlah oksigen kedalam tangki


umpan, menurunkan temperatur, menurunkan salinitas dan pada saat yang sama

menghindari kepadatan ikan dan menghindari rangsangan untuk membantu agar 

mereka menjadi tenang.

Penanganan ikan hasil tangkapan

Cara penanganan yang dipilh umumnya sesuai kondisi yang dikehendaki

 pasar dengan prinsip yang sama yaitu menjaga mutu ikan agar tetap segar, sehat,

aman dan menarik saat disajikan sehingga harganya mampu bersaing saat

dipasarkan dan dapat menguntungkan bagi produsennya.

Selain itu prinsip penanganan ikan lainnya yang harus dilakukan, antara lain

menjaganya dari benturan atau tekanan fisik yang dapat melukai tubuh ikan atau

membuat dagingnya memar, melindungi dari sinar panas matahari langsung dan

mencegahnya dari kontaminasi bahan-bahan yang kotor dan berbahaya. (Prayitno,

2004-website: www.cofish.net).

Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal untuk menjaga mutunya sangat

ditentukan oleh :

1. Kesadaran dan pengetahuan semua ABK untuk melaksanakan cara


 penangkapan ikan dengan es secara benar,

2. Kelengkapan sarana penyimpana di atas kapal yang memadai, seperti:

 palkah yang berisi es atau peti wadah ikan yang berisolasi dengan kapasitas

yang cukup sesuai dengan ukuran kapal.

3. Kecukupan jumlah es yang dibawa saat berangkat menangkap ikan di laut.

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 15/22
7/16/2019 huhate

Prinsip penanganan ikan di atas kapal untuk ikan ukuran besar (kurang dari

10 kg) menurut Prayitno (2004), adalah sebagai berikut:

1. Ikan-ikan berukuran besar umumnya ditangkap dengan alat tangkap pancing


dan biasanya masih dalam keadaan hidup saat diangkat dari air, untuk ini

ikan harus segera dibunuh dengan memukul kepalanya atau dengan cara lain

yang tidak merusak fisik ikan.

2. Segera mendinginkannya dengan mencelupkan ikan di bak  chiling  yang

telah diisi air es sambil menunggu saat penyiangannya. Suhu air akan selalu

terjaga pada suhu 00C.

3. Melakukan penyiangan (buang insang dan isi perut, dan untuk ikan-ikan

 besar juga mengiris sebagian operculum dan membuang sirip) dan

membuang darahnya. Pembersihan dilakukan dengan mencucinya memakai

air dingin yang telah didinginkan dengan es.

4. Selanjutnya ikan disusun secara bercampur dan berselang-seling dengan es

curah.

Kapal Huhate (Pole and L in e 


)

Skipjack pole and line adalah jenis kapal yang digunakan untuk menangkap

ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Tipe kapal jenis ini memerlukan palka ikan,

tangki untuk menyimpan umpan hidup serta sistem sirkulasi airnya, pipa-pipa dan

 pompa untuk memercikan air, tempat duduk untuk pemancing serta geladak kapal

untuk tempat menjatuhkan ikan hasil pancingan. (Ditjen Perikanan, 2000)

Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung kapal,

 beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa tempat

ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat penyemprot air. (Subani,1989)

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 16/22
7/16/2019 huhate

Jenis kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan cakalang

adalah  pole and line tipe skipjack fishing boat . Kapal ini memiliki persyaratan

tertentu yaitu pada haluan kapal dibuat anjungan yang mencuat kedepan untuk 
tempat pemancingan (tempat duduk pemancing), memiliki bak tempat umpan

hidup (live bait tank), tempat penyimpanan hasil tangkapan, mempunyai system

 penyemburan air/spoit (water pump) dan palka yang dapat menampung ikan hasil

tangkapan. (Ayodhoya,1981)

Menurut Subani dan Barus (1989), bentuk kapal cakalang mempunyai

 beberapa pengkhususan, antara lain:

1. Di bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( plat form) dimana

 pada tempat tersebut para pemancing melakukan pemancingan.

2. Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk menyimpan ikan umpan hidup.

3. Kapal cakalang perlu dilengkapi dengan sistem semprotan air ( water 

 splinker system) yang dihubungkan dengan suatu pompa. Kapal cakalang

yang umumnya digunakan mempunyai ukuran 20 GT dengan kekuatan 40  –  

60 HP.

Menurut Ben  – Yami, FAO, (1980) dalam perkembangannya huhate dapat

diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) kategori yaitu :

1. Huhate (Skipjack Pole and line) Industri


Dalam operasi penangkapan mengunakan kapal lebih dari 100 GT, bahan

terbuat dari besi dengan dilengkapi palka pendingin ( freezer ).

2. Huhate (Skipjack Pole and line) Skala Besar 

Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal mulai dari 10 s/d 100 GT,

kebanyakan kapal terbuat dari kayu atau fibreglass.

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 17/22
7/16/2019 huhate

3. Huhate (Skipjack Pole and line) Skala Kecil

Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal kecil dari 5 GT yang

terbuat dari kayu atau fibreglass.

Gambar 2. Sketsa kapal Pole and Line tampak dari atas ((Brandt, 1972)

Daerah Penangkapan 

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2005), penagkapan ikan

dengan alat tangkap huhate hanya diijinkan pengoperasiannya di wilayah perairan

tertentu dan ZEEI Laut Sulawesi dan ZEEI Samudera Pasifik.

Hasil tangkapan huhate (Pole and Line)

Jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan huhate pada umumnya

adalah ikan cakalang, namun ada juga jenis ikan lain yang ikut tertangkap, hal ini

disebabkan karena ikan-ikan tersebut berenang secara bergerombol bersamaan

dengan ikan cakalang untuk mencari makan. Contohnya adalah ikan Madidihang

(Thunnus  Albacares).

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 18/22
7/16/2019 huhate

Secara garis besarnya, cakalang mempunyai daerah penyebaran dan migrasi

yang luas, yaitu meliputi daerah tropis dan sub tropis dengan daerah penyebaran

terbesar terdapat disekitar perairan khatulistiwa. Daerah penangkapan merupakan


salah satu faktor penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu

operasi penangkapan. Dalam hubungannya dengan alat tangkap, maka daerah

 penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan. Dalam arti ikan

 berlimpah, bergerombol, daerah aman, tidak jauh dari pelabuhan dan alat tangkap

mudah dioperasikan. (Waluyo, 1987).

Potensi cakalang di indonesia sebagian besar terdapat di perairan kawasan

timur indonesia. Daerah penangkapan yang potensial bagi ikan tersebut di KTI

terdapat di perairan Sulawesi Utara, Halmahera, Maluku dan Irian Jaya dengan

 basis penangkapan masing  –  masing di Bitung, Ternate, Ambon dan Sorong.

Wilayah yang memiliki potensi cakalang di kawasan barat indonesia terdapat di

 perairan selatan Jawa Barat (Pelabuhan Ratu), Sumatera Barat dan Aceh

(Monintja , 1999).

Lebih lanjut Paulus (1986), menyatakan bahwa dalam memilih dan

menentukan daerah penangkapan, harus memenuhi syarat-syarat antara lain :

1)  Kondisi daerah tersebut harus sedemikian rupa sehingga ikan dengan mudah

datang dan berkumpul.

2)  Daerahnya aman dan alat tangkap mudah dioperasikan.

3)  Daerah tersebut harus daerah yang secara ekonomis menguntungkan.

Menurut Monintja et al, 2001 dalam Simbolon (2003), potensi cakalang di

Indonesia sebagian besar terdapat di perairan kawasan timur indonesia. Daerah

 penangkapan yang potensial bagi ikan tersebut di KTI terdapat di perairan

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 19/22
7/16/2019 huhate

Sulawesi Utara, Halmahera, Maluku dan Irian Jaya dengan basis penangkapan

masing – masing di Bitung, Ternate, Ambon dan Sorong. Wilayah yang memiliki

 potensi cakalang di kawasan barat indonesia terdapat di perairan selatan Jawa


Barat (Pelabuhan Ratu), Sumatera Barat dan Aceh

Musim penangkapan ikan cakalang di perairan indonesia pada umumnya

dapat dilakukan sepanjang tahun, namun puncak musim penangkapan sering kali

 bervariasi menurut wilayah perairan, sebagai mana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Puncak Musim Penangkapan Cakalang Menurut Wilayah Perairan


 No. Wilayah Perairan Puncak Musim
1 Sulawesi Utara – Tengah Maret s/d Mei; Agustus s/d Nopember;
April s/d Juni
2 Halmahera September s/d Oktober; Pebruari s/d
April
3 Maluku September s/d Desember 
4 Irian Jaya Pebruari s/d Juni; Agustus s/d Desember 
5 Pelabuhan ratu Agustus s/d September 
6 Padang Maret s/d Mei
7 Aceh Belum diperoleh informasi

Sumber : (Monintja et al, 2001 dalam Simbolon, 2003)

Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonu s pelami s 


)

Cakalang sering disebut skipjack tuna dengan nama lokal cakalang. Adapun

klasifikasi cakalang berdasarkan Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Sub-phyllum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub-kelas : Teleostei

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 20/22
7/16/2019 huhate

Ordo : Percomorphi

Sub-Ordo : Scombroidea

Familia : Scombridae
Genus : Katsuwonus 

Species : Katsuwonus pelamis 

Gambar 3. Ikan cakalang (sumber : http//www.fishbase.org)


Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae, species

 Katsuwonus pelamis. Collete (1983) menjelaskan ciri-ciri morfologi cakalang

yaitu tubuh berbentuk  fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang ( gill 

rakes)  berjumlah 53 - 63 pada helai pertama. Mempunyai dua sirip punggung

yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14 - 16 jari-jari keras,

 jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti oleh 7 - 9  finlet. Sirip dada

 pendek, terdapat dua flops diantara sirip perut. Sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet .

Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan (corselets) dan lateral line terdapat

titik titik kecil. Bagian punggung berwarna biru kehitaman (gelap) disisi bawah

dan perut keperakan, dengan 4 - 6 buah garis-garis berwarna hitam yang

memanjang pada bagian samping badan.

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 21/22
7/16/2019 huhate

Cakalang termasuk ikan perenang cepat dan mempunyai sifat makan yang

rakus. Ikan jenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan melakukan ruaya

disekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan arus, ikan ini biasa
 bergerombol diperairan pelagis hingga kedalaman 200 m. Ikan ini mencari makan

 berdasarkan penglihatan dan rakus terhadap mangsanya (Gunarso, 1996).

Daerah Penyebaran Cakalang

Menurut Gunarso (1996), suhu yang ideal untuk ikan cakalang antara 26 0C

 –  320C, dan suhu yang ideal untuk melakukan pemijahan 280C  –  290C dengan

salinitas 33%. Sedangkan menurut Jones dan Silas (1963) cakalang hidup pada

temperature antara 160C  – 300C dengan temperature optimum 280C. Penyebaran

Tuna dan Cakalang sering mengikuti penyebaran atau sirkulasi arus garis

konvergensi diantara arus dingin dan arus panas merupakan daerah yang kaya

akan organisme dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground yang sangat

 baik untuk perikanan Tuna dan Cakalang.

Daerah penyebaran ikan Cakalang ( Katsuwonus pelamis) membentang di

sekitar 400 LU  –  300 LS. Daerah penangkapannya yang terbesar disekitar 

Khatulistiwa yaitu 100 LU  –  100 LS. Sebagian perairan Indonesia merupakan

lintasan ikan cakalang yang bergerak menuju kepulauan Philipina dan Jepang.

Itulah sebabnya ikan cakalang dijumpai hampir sepanjang tahun disana-sini pada
 perairan Indonesia. (Gunarso, 1985)

http://slidepdf.com/reader/full/huhate 22/22

Anda mungkin juga menyukai