Anda di halaman 1dari 6

1

Pengaruh penggunaan model Problem Based Learning (PBL) untuk

meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan proses pembelajaran

tema 9 pada siswa kelas IV SDN 36 Cengkeh Kota Padang

I. Latar Belakang

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah

dasar. Salah satu keterampilan yang diharapkan didapatkan dari mata

pelajaran matematika adalah keterampilan pemecahan masalah. Kemampuan

pemecahan masalah siswa tentu saja tidak langsung dapat baik begitu saja.

Untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik, perlu dibarengi

dengan latihan berpikir secara matematis.

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, di

dalamnya ada hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini ditegaskan

oleh Jamil (2014: 80):

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara


keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses pembelajaran berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan

siswa yaitu beranjak dari hal yang konkret ke hal yang memerlukan daya

nalar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nanang (2012: 18) “ Proses

pembelajaran berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dari

mulai bahan ajar yang mudah diamati secara nyata (konkret) menuju proses
2

pembelajaran yang memerlukan daya nalar yang imajinatif, proyektif, dan

prospektif”.

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru perlu

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) karena tahap pertama

dalam pembelajaran menurut standar proses adalah penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hal ini sesuai dengan Majid (2014: 87) “

Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan

pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP)”.

Setelah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kegiatan

proses pembelajaran baru bisa dilaksanakan. Proses pembelajaran meliputi

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Hal ini ditegaskan

oleh Abdul (2014: 92) “ Proses pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup”.

Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 dilaksanakan dengan

menggunakan tema. Tema berfungsi sebagai alat untuk menyatukan berbagai

konsep materi kepada siswa secara menyeluruh sehingga pembelajaran yang

diterima siswa menjadi bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman

(2015: 139) yaitu “Tema merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan

berbagai konsep materi kepada siswa secara menyeluruh. Tematik diberikan

dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam unit-unit atau satuan-

satuan yang utuh sehingga membuat pembelajaran sarat akan nilai, bermakna

dan mudah dipahami siswa”.


3

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada hari

Kamis tanggal 15 Oktober 2015 (tema 3: Peduli terhadap Makhluk Hidup,

Subtema 2: Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku, Pembelajaran 3)

dan pada hari Selasa tanggal 03 November 2015 (tema 3: Peduli terhadap

Makhluk Hidup, Subtema 3: Ayo Cintai Lingkungan, Pembelajaran 3) di kelas

IV C SD N 15 Ulu Gadut Kecamatan Pauh Kota Padang didapatkan rangkaian

kegiatan proses pembelajaran.

Dilihat dari segi perencanaan proses pembelajaran pada tema 3 subtema

2 pembelajaran 3 dan subtema 3 pembelajaran 3, saat peneliti melakukan

observasi guru belum mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) seperti yang diharapkan oleh kurikulum 2013. Guru masih berpedoman

pada indikator, tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran yang ada

di buku guru tema tiga tanpa melakukan analisis.

Dilihat dari segi pelaksanaan proses pembelajaran pada tema 3 subtema

2 pembelajaran 3 guru mengawali pembelajaran dengan menyiapkan kondisi

kelas dan siswa untuk memulai pembelajaran. Setelah semua siap, guru

kemudian mengecek kehadiran siswa dilanjutkan dengan menyampaikan

tema, subtema, dan pembelajaran yang akan dipelajari pada hari itu. Pada

kegiatan inti, guru meminta siswa membuka buku siswa halaman 47. Guru

selanjutnya menjelaskan cara menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan

pecahan yang berpenyebut sama di papan tulis. Setelah menjelaskan materi

tersebut, guru meminta siswa mengerjakan latihan yang berkaitan dengan

penjumlahan dan pengurangan pecahan yang berpenyebut sama di buku siswa


4

halaman 49. Siswa kemudian mengerjakan latihan yang diminta oleh guru.

Setelah selesai mengerjakan tugas, guru meminta siswa untuk mengumpulkan

buku latihannya di meja guru. Setelah itu, guru meminta siswa untuk

membaca buku siswa halaman 51. Guru menjelaskan bahwa manusia harus

menjaga kelestarian tumbuhan dan hewan. Guru kemudian membagi siswa ke

dalam lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima atau enam

orang. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan pertanyaan pada

halaman 51-52. Setelah selesai, guru meminta siswa untuk mengumpulkan

tugas yang telah dikerjakan. Guru dan siswa kemudian mengakhiri

pembelajaran dengan berdo’a.

Pada tema 3 subtema 3 pembelajaran 3, guru juga mengawali

pembelajaran dengan menyiapkan kondisi kelas, melakukan absensi dan

menyampaikan tema, subtema, dan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru

meminta siswa untuk membaca teks halaman 84-85. Setelah itu, guru meminta

siswa mengerjakan soal yang terdapat pada halaman 86. Seanjutnya guru

meminta siswa untuk mengumpulkan tugasnya. Pada kegiatan akhir, guru

diminta untuk menutup pembelajaran dengan do’a.

Dari rangkaian proses pembelajaran selama dua hari di atas, terdapat

beberapa permasalahan diantaranya: (1) Guru belum mengorientasikan siswa

terhadap masalah, (2) guru kurang membimbing siswa dalam mengerjakan

tugas yang diberikan, (3) guru kurang membimbing siswa untuk

mengembangkan dan menyajikan tugas yang diberikan, (4) guru belum

membimbing siswa untuk melakukan evaluasi terhadap tugas yang dikerjakan.


5

Permasalahan yang telah dipaparkan di atas mengakibatkan : (1) Proses

pembelajaran yang diterima siswa tidak bermakna, (2) siswa tidak terlibat

aktif dalam memecahkan masalah, (3) siswa tidak berlatih untuk berpikir

kritis, (4) inisiatif siswa dalam bekerja tidak tumbuh, (5) siswa tidak

memahami konsep yang diajarkan, (6) siswa tidak dapat memadukan

pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya secara simultan dan

mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, dan (7) siswa menjadi tidak

mandiri dan dewasa dalam proses pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti

menawarkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan proses

pembelajaran Tema 9: Makananku Sehat dan Bergizi. Problem Based

Learning adalah suatu model pembelajaran yang penyampaiannya dimulai

dari penyajian masalah nyata yang bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan berpikir kritis dalam pemecahan masalah siswa. Hal ini

ditegaskan oleh Imas (2014: 76) “Problem Based Learning adalah model

pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai sarana bagi siswa

untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam

kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan”.

Dengan menggunakan model Problem Based Learning, siswa

diharapkan mendapatkan proses pembelajaran yang bermakna, siswa dapat

memadukan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya secara simultan

dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, meningkatkan


6

kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, siswa

lebih memahami konsep yang diajarkan, siswa terlibat aktif dalam

memecahkan masalah, dan siswa menjadi mandiri dan dewasa dalam proses

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kelebihan Problem Based Learning

(PBL) yang dikemukakan oleh Faisal (2014: 89) yaitu:

Kelebihan yang dimiliki oleh Problem Based Learning adalah: (1)


Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar
memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa
berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan (2) Dalam situasi
PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. (3) PBL
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam kerja kelompok (4)
Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri
yang menemukan konsep tersebut (5) Melibatkan secara aktif
memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang
lebih tinggi (6) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab
masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan
kehidupan nyata. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan
siswa terhadap bahan yang dipelajari (7) Menjadikan siswa lebih
mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi, menerima pendapat
orang lain, dan menanamkan sikap sosial positif di antara siswa (8)
Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi
terhadap temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat
diharapkan.

Karena latar belakang yang telah peneliti paparkan diatas, peneliti

tertarik membuat sebuah penelitian judul: “Pengaruh penggunaan model

Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan keterampilan

pemecahan masalah dan proses pembelajaran tema 9 pada siswa kelas IV

SDN 36 Cengkeh Kota Padang”

Anda mungkin juga menyukai