1 PB
1 PB
Kurniawan*
Abstract
In running their duties, the board of directors are given rights and full authority to represent the com-
pany as long as they act in conformity to the corporation’s Article of Associations. The directors of a lim-
ited liability company have both internal and external responsibilities. Internal responsibility includes
the Directors’ liability towards the Company and its Shareholders, meanwhile external responsibility
covers the Directors’ liability towards third parties to whom the company owes direct or indirect legal
connection. There are two approaches to reason the effect of insolvency order to directors of a limited
liability, i.e. ‘by operation of law’ and ‘rule of reason’.
Keywords: director, corporation, bankrupt.
Intisari
Dalam menjalankan tugasnya, direksi diberikan hak dan kekuasaan penuh mewakili perseroan,
sepanjang bertindak sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan. Tanggung jawab direksi perseroan ter-
batas terdiri dari tanggung jawab yang bersifat internal dan eksternal. Tanggung jawab internal meliputi
tanggung jawab Direksi terhadap Perseroan dan Para Pemegang Saham, sedangkan tanggung jawab
eksternal berupa tanggung jawab Direksi terhadap pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan Per-
seroan, baik langsung maupun tidak langsung. Terdapat 2 (dua) model pemberlakuan akibat hukum
pernyataan pailit direksi perseroan terbatas, yaitu akibat berlaku demi hukum dan akibat berlaku secara
rule of reason.
Kata Kunci: direksi, perseroan terbatas, pailit.
Pokok Muatan
A. Pendahuluan . ............................................................................................................................. 214
B. Pembahasan ............................................................................................................................... 215.
1. Tanggung Jawab Direksi terhadap Kepailitan PT Berdasarkan UUPT................................ 215
2. Tanggung Jawab Internal Direksi terhadap Perseroan dan Pemegang Saham Perseroan.... 221
3. Tanggung Jawab Eksternal yang Berupa Tanggung Jawab Direksi kepada Pihak Ketiga... 222
4. Akibat Hukum Kepailitan pada Perseroan Terbatas............................................................. 223
C. Penutup....................................................................................................................................... 224
*
Alamat korespondensi: kurniawan3377@yahoo.co.id
214 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375
1
Sri Redjeki Hartono, 2000, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Mandar Maju, Bandung, hlm. v.
2
Sejak Perseroan Terbatas berstatus sebagai badan hukum, maka sejak saat itu hukum memperlakukan pemegang saham dan pengurus
(direksi) terpisah dari Perseroan Terbatas itu sendiri yang dikenal dengan istilah: “separate legal personality” yaitu sebagai individu yang
berdiri sendiri. Lihat I.G. Widjaja, 2006, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas Edisi Revisi, Kesaint Blanc Publishing, Bekasi, hlm. 6.
3
Agus Budiarto, 2002, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri PT, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 57.
4
Chatamarrasjid Ais, 2004, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum Perusahaan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 56.
Kurniawan, Tanggung Jawab Direksi dalam Kepailitan Perseroan Terbatas 215
5
Ahmad Yani, et al., 1999, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 118.
216 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375
hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan nya dan sebagai penggantinya adalah suatu
hukum seperti yang ditentukan dalam UUPT. harta kekayaan yang terikat oleh suatu
Unsur-unsur tersebut antara lain: organisasi tujuan.9
yang teratur, harta kekayaan sendiri, melakukan c) Teori organ (orgaan theorie) dari Otto von
hubungan hukum sendiri dan mempunyai tujuan Gierke. Badan hukum itu adalah suatu realitas
sendiri.6 sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian
Untuk mencari landasan teoritis dari badan alam manusia ada di dalam pergaulan hukum.
hukum, dalam literatur ada beberapa teori, antara Badan hukum di sini tidak hanya merupakan
lain yaitu sebagai berikut: pribadi yang sesungguhnya, tetapi juga
a) Teori fiksi (fictie-theorie) dari Von Savigny mempunyai kehendak atau kemauan sendiri
yang berpendapat bahwa badan hukum itu yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapan
semata-mata buatan negara saja.7 Sebetulnya atau organ-organnya (pengurus, anggota-
menurut alam hanya manusia saja sebagai anggotanya), dan apa yang mereka putuskan
subjek hukum, badan hukum itu hanya adalah kehendak atau kemauan dari badan
suatu fiksi, yaitu sesuatu yang sesungguhnya hukum. Teori ini menggambarkan badan
tidak ada, tetapi orang menciptakan dalam hukum sebagai suatu yang tidak berbeda
bayangannya suatu pelaku (badan) hukum dengan manusia.10
sebagai subjek hukum diperhitungkan sama d) Teori kekayaan bersama. Disamping hak
dengan manusia. Menurut teori ini, badan milik pribadi, hak milik itu merupakan harta
hukum adalah ciptaan atau rekayasa manusia, kekayaan bersama (propriete collective
merupakan hasil suatu fiksi manusia. theorie; gezamenlijke vermogens-theorie)
Kapasitas badan hukum ini didasarkan pada dari Planiol dan Molengraaff. Menurut
hukum positif. Oleh karena personalitas teori ini, hak dan kewajiban badan hukum
badan hukum ini didasarkan hukum positif, itu pada hakikatnya adalah hak dan kewajib-
negara mengakui badan hukum tersebut an anggota bersama kekayaan bersama.
dengan segala hak dan kewajiban yang Anggota-anggota badan hukum tidak hanya
dimilikinya, diperlakukan sama dengan dapat memiliki masing-masing untuk bagian
manusia. Konsep “legal personality” juga yang tidak dapat dibagi, tetapi juga sebagai
dikenal di negara-negara yang menganut pemilik bersama-sama untuk keseluruhan,
sistem common law.8 sehingga mereka secara pribadi tidak
b) Teori harta kekayaan bertujuan (doel- bersama-sama semuanya menjadi pemilik.
vermogens-theorie) dari Brinz. Menurut teori Orang-orang yang berhimpun itu semuanya
ini, hanya manusia saja yang dapat menjadi merupakan suatu kesatuan dan membentuk
subjek hukum. Tetapi juga tidak dibantah suatu pribadi, yang dinamakan badan hukum.
adanya hak-hak atas suatu kekayaan, Atas dasar ini, maka badan hukum itu tidak
sedangkan tiada manusia pun yang menjadi lain adalah suatu konstruksi yuridis belaka.11
pendukung hak-hak itu. Apa yang dinama- Menurut Nindyo Pramono, filosofi pendirian
kan hak-hak dari suatu badan hukum, sebenar- badan hukum adalah bahwa dengan kematian
nya hak-hak yang tidak ada yang mempunyai- pendirinya, harta kekayaan badan hukum tersebut
6
Abdulkadir Muhammad, 2002, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 69.
7
Ali Ridho, 1986, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, dan Wakaf, Alumni,
Bandung, hlm. 9.
8
Ridwan Khairandy, “Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 26, No. 3, 2007, hlm. 6.
9
Ali Ridho, Op.cit., hlm. 10.
10
Ibid.
11
Ibid., hlm. 11.
Kurniawan, Tanggung Jawab Direksi dalam Kepailitan Perseroan Terbatas 217
diharapkan masih dapat bermanfaat oleh orang mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham,
lain. Oleh karena itu hukum menciptakan suatu hanya dalam beberapa hal saja pemegang saham
kreasi “sesuatu” yang oleh hukum kemudian dapat bertindak lewat mekanisme Rapat Umum
dianggap atau diakui sebagai subjek mandiri Pemegang Saham. Sehingga dalam hal ini,
seperti halnya orang (persoon atau natural pihak pemegang saham (bukan Rapat Umum
person).12 Sebagai suatu badan hukum, pada Pemegang Saham) juga telah cenderung menjadi
prinsipnya perseroan terbatas dapat memiliki organ perusahaan yang keempat disamping
segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki Direktur, Komisaris, dan Rapat Umum Pemegang
oleh setiap orang-perorangan, dengan penge- Saham. Sebagai organ perseroan yang paling
cualian hal-hal yang bersifat pribadi, yang hanya tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah
mungkin dilaksanakan oleh orang-perorangan dan tujuan perseroan, RUPS memiliki segala
yang dalam hubungan tertentu dengan PT. wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Pasal 1 (satu) angka 2 (dua) menjelaskan bahwa dan Komisaris perseroan. RUPS mempunyai hak
organ perseroan adalah Rapat Umum Pemegang untuk memperoleh segala macam keterangan yang
Saham (RUPS), direksi dan dewan komisaris. diperlukan yang berkaitan dengan kepentingan
Berikut diuraikan penjelasanya secara singkat dan jalannya perseroan. Kewenang an tersebut
yaitu: merupakan kewenangan eksklusif yang tidak
a) RUPS dapat diserahkan kepada organ lain.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) b) Dewan Komisaris
adalah alat perlengkapan perseroan, yang Dewan Komisaris adalah organ perusahaan
merupakan kekuasaan yang tertinggi13 dalam yang bertugas melakukan pengawasan secara
perseroan, yang melaksanakan pimpinan tertinggi umum dan atau khusus serta memberikan nasihat
atas perusahaan.14 Pasal 1 butir 4 UUPT mengatur kepada Direksi dalam menjalankan perseroan.16
bahwa Rapat Umum Pemegang Saham yang Pada umumnya, dalam praktek kegiatan per-
selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan seroan, Dewan Komisaris diberikan kewenangan
yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan untuk menyetujui atau tidak menyetujui tindakan-
kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam tindakan tertentu yang akan dilakukan oleh
batas yang ditentukan dalam undang-undang ini Direksi Perseroan, termasuk untuk menyetujui
dan/atau Anggaran Dasar. Namun wewenang Laporan Tahunan yang akan disampaikan kepada
yang diberikan Undang-Undang kepada RUPS pemegang saham untuk dibahas dalam Rapat
tidak berarti RUPS dapat melakukan tugas dan Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan.
wewenang yang diberikan Undang-Undang Dalam hal-hal tertentu, seperti halnya terdapat
kepada Direksi dan Komisaris. pertentangan kepentingan antara Direksi Per-
Secara prinsip yang merupakan organ seroan dan Perseroan, atau dalam hal terjadi
perusahaan bukan pemegang sahamnya, tetapi kelowongan jabatan Direksi dalam perseroan,
Rapat Umum Pemegang Saham tersebut.15 Sebab Komisaris dapat bertindak mewakili perseroan
dalam banyak hal (walaupun tidak selamanya), dan bertindak untuk dan atas nama perseroan,
pemegang saham hanya dapat bertindak lewat seperti disebutkan dalam Pasal 118 UUPT.
12
Nindyo Pramono, “Kekayaan Negara yang Dipisahkan Menurut UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN”, dalam Sri Rejeki Hartono, et al.,
2006, Permasalahan Seputar Hukum Bisnis: Persembahan kepada Sang Maha Guru, Yogyakarta, hlm. 142.
13
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tam-
bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587).
14
Purwosutjipto, 2005, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: Bentuk-bentuk Perusahaan, Percetakan Intan Sejati Klaten, Jakarta,
hlm. 130.
15
Munir Fuady, 2002, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 43.
16
I.G. Rai Widjaya, Op.cit., hlm. 84.
218 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375
termasuk dalam maksud dan tujuan PT. dapat dipercaya bahwa tindakan yang diambil
Dengan kata lain ultravires mengandung adalah yang terbaik untuk kepentingan Perseroan
arti bahwa perbuatan tertentu itu hakikatnya
(the best interests of the corporation).24
adalah sah (dalam hubungannya dengan
pihak lain) tetapi ternyata di luar kecakapan Menurut Syarif Bastaman, yang dimaksud
bertindak PT. Sebagaimana diatur dalam prinsip business judgement rule pada dasarnya
Anggaran dasar atau berada di luar ruang terbagi dalam dua hal, yaitu:25
lingkup maksud dan tujuannya.22 1) Business judgement rute merupakan kon-
UUPT menyerahkan sepenuhnya ultra vires sep dimana direksi harus bertindak ber-
dasarkan itikad baik dengan informasi yang
kepada pengaturan di dalam Anggaran Dasar,
cukup dan diolah secara cakap berdasarkan
seperti disebutkan dalam Pasal 92 ayat (2) kemampuan; dan
UUPT, bahwa Direksi berwenang menjalankan 2) Business judgement doctrine, yang merupa-
pengurusan Perseroan terbatas sesuai dengan kan konsep dimana tindakan direksi sah dan
mengikat sepanjang hal itu memang menjadi
kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas
kewenangannya, atau tidak bersifat ultra
yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/ vires (di luar kewenangan perseroan).
atau Anggaran Dasar. Setiap kelalaian atau
Apabila demikian halnya, pengadilan tidak akan
kesalahan yang dilakukan oleh salah seorang
ragu-ragu lagi untuk melindungi Direksi yang
anggota Direksi mengakibatkan anggota Direksi
melaksanakan “the business judgement rules”. Hal
tersebut bertanggung jawab secara pribadi atas
semacam ini selayaknya dapat melindungi Direksi
setiap kerugian perseroan. Hal ini ditegaskan
yang benar-benar telah melaksanakan tugasnya
dalam Pasal 97 ayat (3) UUPT. Perumusan pasal
dengan itikad baik, sehingga luput dari sanksi
tersebut berarti bahwa anggota Direksi wajib
yang bukan seharusnya untuk dirinya. Kemudian
melaksanakan tugasnya dengan penuh itikad baik
dalam Pasal 97 ayat (4) UUPT disebutkan bahwa,
(in good faith) dan dengan penuh tanggung jawab
dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota
(and with full sense of responsibility).23 Selama
Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana
hal tersebut dijalankan, para anggota Direksi
dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung
tetap mempunyai tanggung jawab yang terbatas
renteng bagi setiap anggota Direksi.
yang merupakan ciri utama dari suatu Perseroan
Dalam Pasal 97 ayat (5) UUPT me-
Terbatas. Namun apabila hal tersebut dilanggar,
nyatakan bahwa anggota Direksi tidak dapat
artinya anggota Direksi bersangkutan lalai atau
dipertanggungjawabkan atas setiap atas kerugian
bersalah dalam menjalankan tugasnya, maka yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat
berlaku Pasal 97 ayat (3) tersebut. Sehubungan
dibuktikan:
dengan hal tersebut, kiranya perlu disinggung
suatu hal yang cukup penting yang terdapat a) Kerugian tersebut bukan karena kesalahan
atau kelalaiannya;
dalam peradilan Amerika yaitu US judicial review b) Telah melakukan pengurusan dengan itikad
yang disebut dengan the business judgement baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
rule yaitu aturan yang melindungi para direktur dan sesuai dengan maksud dan tujuan Per-
dari tanggung jawab pribadi bilamana mereka: seroan;
c) Tidak mempunyai benturan kepentingan
Bertindak berdasarkan itikad baik (in good faith),
baik langsung maupun tidak langsung atas
Telah selayaknya memperoleh informasi yang tindakan pengurusan yang mengakibatkan
cukup (well informed) dan secara masuk akal kerugian; dan
22
Ibid.
23
I.G. Rai Widjaya, Op.cit., hlm. 225.
24
Ibid.
25
Syarif Bastaman, “Tanggung Jawab Direksi, Komisaris PT dan Beberapa Prinsip Penting di dalam UUPT No. 1 Tahun 1995”, Makalah,
Jakarta 19 Desember 1996, hlm 5.
220 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375
d) Telah mengambil tindakan untuk men- tidak sanggup dibayar sehingga mengakibatkan
cegah timbul atau berlanjutnya kerugian kepailitan bagi PT tersebut. Disini terlihat tentang
tersebut.
tanggung jawab Direksi dalam hal perbuatan-
Kemudian dalam Pasal 97 ayat (6) dijelaskan nya yang melakukan penyimpangan terhadap
bahwa, atas nama Perseroan, pemegang saham tugasnya, maka sudah jelas jika terbukti
yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per Direksi tersebut melakukan penyimpangan
sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan yang mengakibatkan pailitnya PTDI tersebut
hak suara dapat mengajukan gugatan melalui dapat berlaku Pasal 104 ayat (2) dan (3) UUPT.
Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang Dalam hal pengecualian atas tanggung jawab
karena kesalahan dan kelalaiannya menimbulkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 104 ayat (2)
kerugian pada perseroan. Mengenai kepailitan dan (3), ditegaskan dalam Pasal 104 ayat (4)
pada Perseroan Terbatas yang diakibatkan oleh UUPT, bahwa anggota Direksi tidak bertanggung
kesalahan atau kelalaian Direksi ditegaskan dalam jawab atas kepailitan Perseroan apabila dapat
Pasal 104 ayat (2) UUPT yang menyatakan bahwa: membuktikan:
“Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan a) Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan
atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup atau kelalaiannya;
b) Telah melakukan pengurusan dengan itikad
untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan baik, kehati-hatian dan penuh tanggung
dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi jawab untuk kepentingan Perseroan dan
secara tanggung renteng bertanggung jawab atas sesuai dengan maksud dan tujuan Per-
seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta seroan;
c) Tidak mempunyai benturan kepentingan
pailit tersebut”. Pasal 104 ayat (3) disebutkan
baik langsung maupun tidak langsung atas
bahwa, tanggung jawab sebagaimana dimaksud tindakan pengurusan yang dilakukan;
pada ayat (2) berlaku juga bagi anggota Direksi d) Telah mengambil tindakan untuk mencegah
yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai terjadinya kepailitan.
anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun Ketentuan dalam Pasal 104 ayat (2), (3), dan
sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. (4) UUPT berlaku juga bagi Direksi dari Per-
Sebagai contoh, kasus kepailitan PT. Dirgan- seroan yang dinyatakan pailit berdasarkan
tara Indonesia (PTDI), bahwa kepailitan diaju- gugatan pihak ketiga. Hal ini disebutkan dalam
kan oleh eks karyawan PTDI yang diberhentikan Pasal 104 ayat (5). Dalam hubungan hukum
sejak tahun 2003. Pada tanggal 5 September yang dirumuskan untuk Direksi, di satu sisi
2007 PTDI dinyatakan pailit oleh Majelis Hakim Direksi diperlakukan sebagai penerima kuasa
Pengadilan Niaga, perusahaan tersebut dinilai dari Perseroan untuk menjalankan Perseroan
tidak mampu membayar utang yang berupa sesuai dengan kepentingannya untuk mencapai
kompensasi, uang pensiun dan jaminan hari tua tujuan Perseroan sebagaimana telah digariskan
kepada eks karyawan yang diberhentikan. Per- dalam anggaran dasar Perseroan dan di sisi
soalan yang terjadi pada PTDI berkaitan dengan lain diperlakukan sebagai karyawan Perseroan
masalah pelanggaran perundang-undangan dalam hubungan atasan-bawahan dalam suatu
oleh Direksi PTDI saat merumahkan dan perjanjian perburuhan yang mana berarti Direksi
melakukan PHK secara sepihak terhadap ribuan tidak diperkenankan untuk melakukan sesuatu
karyawannya. yang tidak atau bukan menjadi tugasnya.
Dalam kasus diatas terlihat bahwa, Disinilah sifat pertanggungjawaban renteng dan
Direksi melakukan tindakan yang di luar batas pertanggungjawaban pribadi Direksi menjadi
kewenangannya, maka selayaknya jika dikatakan sangat relevan, dalam hal Direksi melakukan
bahwa PTDI tersebut memiliki utang yang penyimpangan atas kuasa dan perintah Perseroan,
Kurniawan, Tanggung Jawab Direksi dalam Kepailitan Perseroan Terbatas 221
26
Ahmad Yani, et al., Op.cit., hlm. 98.
27
Ibid., hlm. 112.
28
Ibid., hlm. 105.
29
Ibid., hlm. 113.
222 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375
gang saham Perseroan melakukan gugatan, untuk setiap perbuatan yang termasuk dalam
untuk dan atas nama Perseroan melalui perbuatan pidana sama sekali di luar kewenangan
Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi
dan karenanya tidak pernah diberikan acquit de
yang karena kesalahan atau kelalaiannya
menimbulkan kerugian pada Perseroan charge.31 Ini berarti Direksi tetap bertanggung
(derivate suits). Hal ini ditegaskan dalam jawab atas setiap perbuatan pidana yang dilakukan
Pasal 97 ayat (6) UUPT. olehnya untuk dan atas nama Perseroan.
b) Secara sendiri-sendiri melakukan gugatan Berkaitan dengan kepailitan, sebagaimana
langsung untuk dan atas nama pribadi pe-
telah disebutkan sebelumnya, bahwa jika
megang saham Perseroan terhadap Direksi
Perseroan, atas setiap keputusan atau tin- terbukti Direksi melakukan penyimpangan yang
dakan Direksi Perseroan yang merugikan mengakibatkan PT mengalami kepailitan, maka
pemegang saham. Hal ini terdapat dalam Direksi bertanggung jawab secara tanggung
Pasal 97 ayat (7) UUPT. renteng atas kepailitan tersebut. Oleh karena
Pada setiap Rapat Umum Tahunan Pemegang itu, tanggung jawab Direksi terhadap Perseroan
Saham Perseroan selalu dapat ditemui pemberian dan Pemegang saham sejauh Direksi mampu
pembebasan dan pelunasan oleh para pemegang menanggung utang-utang Perseroan kepada
saham Perseroan kepada Direksi Perseroan atas kreditur, misalnya dengan menggunakan harta
setiap kegiatan Perseroan dalam tahun buku kekayaan milik Direksi untuk menutupi utang
yang baru lampau, sepanjang kegiatan tersebut Perseroan, namun jika tidak terbukti Direksi
dilaporkan atau tercermin dalam laporan tahunan melakukan penyimpangan, maka para pendiri dan
yang disahkan dalam Rapat Umum Tahunan pemegang saham yang akan menanggung semua
tersebut (acquit de charge).30 Ketentuan ini konsekuensi kepailitan tersebut atau dengan kata
seringkali disalahartikan bahwa dengan diberi- lain Perseroan yang akan bertanggung jawab.
kannya acquit de charge tersebut, Direksi telah
bebas dari segala pertanggungjawaban yang 3. Tanggung Jawab Eksternal yang Berupa
mungkin masih harus ditanggung olehnya di Tanggung Jawab Direksi kepada Pihak
kemudian hari atas setiap perbuatan hukum yang Ketiga
dilakukan olehnya pada tahun dimana ia telah Tugas dan tanggung jawab Direksi Perseroan
diberikan acquit de charge tersebut. Oleh karena terhadap pihak ketiga terwujud dalam kewajiban
itu, perlu dijelaskan bahwa pada prinsipnya Direksi untuk melakukan keterbukaan (disclosure)
pemberian acquit de charge hanya memberikan terhadap pihak ketiga atas setiap kegiatan
pembebasan dan pelunasan dari perbuatan- Perseroan yang dianggap dapat mempengaruhi
perbuatan hukum yang telah dilaporkan atau kekayaan Perseroan. Kewajiban-kewajiban yang
tercermin dalam laporan tahunan yang disahkan dibebankan kepada Direksi tersebut antara lain
dalam Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham. termuat dalam:32
Sedangkan untuk perbuatan-perbuatan hukum a) Pasal 44 ayat (2) UUPT, dalam hal Perseroan
lainnya yang tidak dilaporkan atau tidak tercermin ingin melakukan pengurangan modal;
dalam laporan tahunan berkenaan, Direksi tetap b) Pasal 127 ayat (2) UUPT, dalam hal Per-
bertanggung jawab sepenuhnya atas segala akibat seroan bermaksud untuk melakukan peng-
gabungan, peleburan dan pengambilalihan
hukumnya. Perlu diketahui bahwa, acquit de charge
dan bagi:
hanya memberikan pembebasan dan pelunasan 1) perseroan yang bidang usahanya berkait-
perdata oleh para pemegang saham, sedangkan an dengan pengerahan dana masyarakat;
30
Ibid., hlm. 116.
31
Ibid.
32
Ibid., hlm. 114.
Kurniawan, Tanggung Jawab Direksi dalam Kepailitan Perseroan Terbatas 223
2) perseroan yang mengeluarkan surat bahwa pernyataan pailit merupakan suatu putusan
pengakuan hutang; Pengadilan. Ini berarti bahwa sebelum adanya
3) perseroan terbuka. suatu putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan,
Sebagai kewajiban untuk melakukan keter- seorang debitur tidak dapat dinyatakan berada
bukaan, Direksi (dan/atau Komisaris) bertanggung dalam keadaan pailit. Dengan adanya pengumuman
jawab penuh atas kebenaran dan keakuratan putusan pernyataan pailit tersebut, maka berlakulah
dari setiap data dan keterangan yang disediakan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata atas seluruh
olehnya kepada publik (masyarakat) ataupun harta kekayaan debitur pailit yang berlaku umum
pihak ketiga berdasarkan perjanjian. Jika terdapat bagi semua kreditur konkuren dalam kepailitan,
pemberian data atau keterangan secara tidak tanpa terkecuali untuk memperoleh pembayaran
benar dan atau menyesatkan, maka seluruh atas seluruh piutang-piutang konkuren mereka.
anggota Direksi (dan/atau Komisaris) harus Permohonan kepailitan dapat diajukan jika
bertanggung jawab secara tanggung renteng atas persyaratan kepailitan dibawah ini telah terpenuhi:
setiap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, (a) Debitur tersebut mempunyai dua atau lebih
sebagai akibat dari pemberian data atau keterang- kreditur; (b) Debitur tersebut tidak membayar
an yang tidak benar atau menyesatkan tersebut, sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan
kecuali dapat dibuktikan bahwa keadaan tersebut dapat ditagih.33 Setiap permohonan pernyataan
terjadi bukan karena kesalahannya. Meskipun pailit, baik yang diajukan oleh debitur sendiri
Undang-Undang memberikan ketentuan berupa maupun oleh pihak ketiga di luar debitur harus
sanksi perdata yang sangat berat kepada setiap diajukan melalui seorang pengacara. Dalam hal
anggota Direksi Perseroan atas setiap kesalahan kepailitan, maka yang dapat dinyatakan pailit
atau kelalaiannya, namun pelaksanaan dari adalah sebagai berikut:34
pemberian sanksi itu sendiri sebenarnya tidak a) Orang perorangan, baik laki-laki maupun
perlu dikhawatirkan selama anggota Direksi yang perempuan, yang telah menikah maupun
belum menikah.
bersangkutan bertindak sesuai dengan aturan yang
b) Perserikatan-perserikatan dan perkumpulan-
telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar Perseroan perkumpulan yang tidak berbadan hukum
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. lainnya.
Para pemegang saham maupun pihak ketiga yang c) Perseroan-perseroan, perkumpulan-per-
merasa dirugikan oleh tindakan Direksi harus kumpulan, koperasi maupun yayasan yang
berbadan hukum, dalam hal ini berlakulah
membuktikan apakah kerugian tersebut terjadi
ketentuan mengenai kewenangan masing-
sebagai akibat kesalahan dan atau kelalaian masing badan hukum sebagaimana diatur
Direksi. dalam Anggaran Dasarnya.
Dengan pailitnya Perseroan Terbatas, akan
4. Akibat Hukum Kepailitan pada Perseroan
menyebabkan banyak akibat yuridis bagi suatu
Terbatas
Perseroan Terbatas. Munir Fuady menjelaskan
Pasal 1 ayat (1) UUK, memberikan definisi
akibat-akibat yuridis tersebut berlaku kepada PT
kepailitan adalah sita umum atas kekayaan debitur
dengan 2 (dua) model pemberlakuan, yaitu:35
pailit yang pengurusan dan pemberesannya
a) Berlaku Demi Hukum
dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan Akibat yuridis yang berlaku demi hu-
Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam kum (by the operation of law) segera
Undang-Undang ini. Dalam hal ini diketahui setelah pernyataan pailit dinyatakan atau
33
Ibid., hlm. 15.
34
Ibid., hlm. 16.
35
Munir Fuady, 2005, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Edisi Revisi, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 61.
224 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 187 - 375
setelah pernyataan pailit mempunyai ke- Pasal 99 ayat (1) UUK menyatakan bahwa atas
kuatan tetap ataupun setelah berakhirnya persetujuan Hakim Pengawas, berdasarkan alasan
kepailitan. Dalam hal seperti ini, Pengadilan
untuk mengamankan harta pailit, dapat dilakukan
Niaga, Hakim Pengawas, kurator, kreditur
dan siapapun yang terlibat dalam proses penyegelan atas harta pailit. Berlakunya akibat
kepailitan tidak dapat memberikan andil hukum tersebut tidak semuanya sama, ada yang
secara langsung untuk terjadinya akibat perlu dimintakan oleh pihak tertentu dan perlu
yuridis tersebut. Misalnya, larangan bagi pula persetujuan intuisi tertentu, tetapi ada yang
debitur pailit untuk meninggalkan tempat
berlaku karena hukum (by the operation law)
tinggalnya (cekal) seperti disebut dalam
Pasal 97 UU Kepailitan No.37 Tahun 2004, begitu putusan pailit dikabulkan oleh Pengadilan
bahwa selama kepailitan debitur pailit Niaga.
tidak boleh meninggalkan domisilinya
tanpa izin dari Hakim Pengawas, sung- C. Penutup
guhpun dalam hal ini pihak Hakim Peng-
Tanggung jawab direksi perseroan terbatas
awas masih mungkin memberi izin bagi
debitur pailit untuk meninggalkan tempat terdiri dari tanggung jawab yang bersifat internal
tinggalnya. Ketentuan mengenai cekal dan eksternal. Tanggung jawab internal meliputi
tersebut berlaku bagi Direksi Perseroan tanggung jawab Direksi terhadap Perseroan dan
Terbatas. Para Pemegang Saham, sedangkan tanggung
b) Berlaku Secara Rule of Reason jawab eksternal berupa tanggung jawab Direksi
Untuk akibat-akibat hukum tertentu dari
kepailitan berlaku rule of reason. Maksud- terhadap pihak ketiga yang berhubungan hukum
nya adalah bahwa akibat hukum tersebut dengan Perseroan, baik langsung maupun tidak
tidak otomatis berlaku, tetapi baru berlaku langsung. Dalam hal kepailitan, setiap anggota
jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu Direksi bertanggung jawab secara tanggung
setelah mempunyai alasan yang wajar untuk
renteng atas setiap kesalahan atau kelalaiannya,
diberlakukan. Pihak-pihak yang semesti-
nya mempertimbangkan berlakunya akibat- sebagaimana disebutkan dalam Pasal 104 ayat (2)
akibat hukum tertentu tersebut, misalnya dan ayat (3) UUPT.
kurator, Pengadilan Niaga, Hakim Peng- Terdapat 2 (dua) model pemberlakuan
awas dan lain-lain. Sebagai contoh akibat akibat hukum pernyataan pailit bagi Direksi pada
kepailitan yang memerlukan rule of reason
Perseroan Terbatas yaitu akibat berlaku demi
adalah tindakan penyegelan harta pailit.
Dalam hal ini harta Perseroan Terbatas hukum dan akibat berlaku secara rule of reason.
yang pailit dapat disegel atas persetujuan Dalam hal kepailitan suatu badan hukum seperti
Hakim Pengawas, jadi tidak terjadi secara Perseroan Terbatas terdapat suatu akibat hukum
otomatis. yang hanya berlaku bagi pengurus (Direksi) dan
Untuk kategori akibat kepailitan berdasarkan Komisaris Perseroan tersebut. Adapun bentuk
rule of reason, dalam perundang-undangan akibat hukum yang diperoleh oleh pengurus yaitu
biasanya (walaupun tidak selamanya) ditandai terdapat dalam Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal
dengan kata “dapat” sebelum disebutkan akibat 96, Pasal 97 dan Pasal 110 ayat (1) UUK, serta
tersebut. Misalnya, tentang penyegelan tersebut, Pasal 93 ayat (1) UUPT.
DAFTAR PUSTAKA