WOLFGANG SCHUELLERDAFTAR ISI
emia ees ss PEPE SERPS seer. VRRe aE ee a Il
Penghargaan ....... =e VI
1. Pendahuluan 1
Bangunan tinggi dalam konteks kota 1
Bangunan tinggi dan struktur penunjangnya....,... 4
2. Aksi beban pada bangunan tinggi 6
Beban mati 8
Beban hidup ... 9
Beban konstruksi ste 13
Beban salju, hujan, dan es... . 14
Beban angin . 16
Beban gempa 17
Beban tekanan air dan Peat 58
Beban yang diakibatkan oleh Paraben: volume be-
ban yang terkekang .... 60
Began dampak dan dinamik a Fe
Beban ledakan ............ eee
Beban gabungan ........... Teo
3. Pengantar kepada struktur bangunan tinggi .. . . 76
Perkembangan bangunan tinggi 76
Struktur bangunan tinggi yang lazim . 719
Pertimbangan rancangan umum ..... 85
Bee Bidang struktur vertikal . wewsief-lergtub myeyrdalS* +++ +
Penyebaran gaya vertikal
Penyebaran gaya lateral ..
Ruang optimum pada lantai dasar
Susunan dinding geser 3
Perilaku dinding geser ketika dibebani lateral ....... 110
vii5. Struktur bangunan tinggi dan perilakunya ketika di-
bebani le
Struktur dinding p@hdukung .... ar eee
Struktur inti geser .. «aja thet
Sistem rangka kaku . 130
Struktur dinding-balok: een interspasial ia stag-
gered-truss i 133
Sistem bangunan rangka-dinding geser lor
Sistem bangunan plat rata . . 141
Sistem interaksi shear- Hee tane dengan belt ng
alts < 355234: Sea Meeree Bhey Node ieee 142
Sistem tabung .. 145
Bangunan komposit ... 08s. 1. LO
Perbandingan sistem struktur bangunan tinggi . . . 163
6. Pendekatan rancangan untuk mengendalikan penyim-
pangan Bangunan ...... bangunan aa
Bentuk bangunan yang efisien ... .
Gaya melawan atau respons dinamik .
7. Analisis dan rancangan taksiran untuk bangunan ....... 176
Analisis taksiran untuk bangunan dinding pendu-
kung
Struktur dinding melintang
Struktur dinding memanjang
Struktur rangka kaku es shy
Analisis taksiran untuk pembebanan vertikal ... .
Analisis taksiran untuk pembebanan horizontal . .
Rancangan taksiran bangunan rangka kaku
Deformasi lateral bangunan rangka kaku .
Struktur rangka kaku-dinding geser
Struktur vierendeel
Struktur tabung kosong
Viii8. Struktur lantai atau bidang bangun horizontal ......... 275
Sistem pembalokan lantai
Pengakuan horizontal
sspetias -AMAICO I DOSIE GN, oiseice ce eais slept ae 286
9. Bangunan tinggi dikaitkan dengan rakitan komponennya 299
Sistem bangun rangka
Sistem panel dinding pendukung-beban
Sistem rangka-panel ... .
* Sistem kotak bertingkat .
10 .Struktur bangunan tinggi lainnya 321
Sistem balok tinggi .............. vee feed
Sistem gantung bangunan tinggi . Wass.
Rangka ruang yang diterapkan pada bangunan aster . 343
PAIBILCRTUL RAUGUIE S cercec + er « taee siete tee sme eet ace 347
Daftar gambar bangunan . aS
Daftar acuan + 365
Indeks - 376BAB I
PENDAHULUAN
Bangunan tinggi berkaitan erat dengan suatu kota; ia merupakan
jawaban yang wajar terhadap konsentrasi penduduk yang padat,
kelangkaan lahan, dan harga lahan yang tinggi. Pembuatan massa
bangunan tinggi timbul dari penafsiran seorang perancang terhadap
konteks lingkungan dan jawabannya terhadap maksud bangunan
tersebut. Sebuah bangunan tinggi bisa berdiri bebas — yaitu
vertikal dan ramping, atau horizontal dan besar — atau dapat juga
ditempatkan berdekatan dengan bangunan tinggi lainnya sehingga
membentuk suatu blok bangunan yang kokoh. Pada kedua pen-
dekatan tersebut, pada dasarnya bangunan merupakan suatu benda
terpisah. Akan tetapi, pada masa mendatang bangunan tinggi dapat
saja merupakan bagian yang terpadu dari suatu organisme bangun-
an besar, yaitu kota, di mana bangunan atau kisi-kisi kegiatan
saling dihubungkan oleh sistem-sistem pergerakan bertingkat
majemuk.
Bangunan tinggi berkisar antara kurang dari 10 lantai hingga
lebih dari 100 lantai. Suatu proses perencanaan yang agak rumit
diperlukan untuk menentukan tinggi atau pemassaan sebuah
bangunan. Di antara faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
adalah kebutuhan pemberi tugas terhadap ketersediaan maupun
lokasi lahan tersebut dikaitkan dengan segi-segi konteks lingkung-
an, misalnya pelayanan yang diperlukan untuk menunjang bangun-
an dan para penghuninya, atau dampak ekologi dari bangunan,
ataupun karakter pemandangan lanskapnya.
BANGUNAN TINGGI DALAM KONTEKS KOTA
Pengembangan bangunan tinggi secara ketat mengikuti pertumbuh-
an kota. Proses urbanisasi, yang bermula dengan timbulnya zamanindustrialisasi, masih berlanjut di banyak bagian dunia. Di Amerika
Serikat proses ini dimulai pada abad kesembilan belas; penduduk
bermigrasi dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan sehingga
meningkatkan kepadatan di kota. Teknologi menanggapi tekanan
ini dengan struktur rangka baja ringan, dengan elevator (lift),
dan dengan sistem-sistem persediaan energi yang dituntut oleh
suatu kota vertikal berkepadatan tinggi.
Pada awal abad ini, blok-blok bangunan berlantai kira-kira 20
saling berhadapan dan dipisahkan hanya oleh jalan sempit sehingga
membentuk celah-celah kota.. Hal yang menjadi pertimbangan
utama adalah bagaimana menempatkan jumlah orang sebanyak
mungkin di atas lahan dengan Iuas yang minimum. Kepadatan
yang terjadi dan dampaknya terhadap penduduk dan kota sebagai
suatu sistem interaksi organik hampir tidak menjadi pertimbangan
rancangan. Kebutuhan terhadap cahaya, udara segar, dan ruang
terbuka untuk kegiatan umum selanjutnya menuju evolusi pen-
cakar langit yang berdiri bebas. Bangunan ini jauh lebih tinggi
karena ia harus memberikan kepadatan yang setidaknya sama
dengan blok bangunan yang digantikannya. Teknologi: sekarang
cukup maju sehingga memungkinkan konstruksi pencakar langit
tunggal dengan biaya yang layak secara ekonomis.
Dari segi pandang ruang teknologi atau ruang bahan, rancang-
an bangunan tinggi sudah cukup dipahami, tetapi pertimbangan
ruang perilaku, yaitu identifikasi kebutuhan manusia dan adaptibi-
litas ruang, masih dalam tahap pengembangan awal. Keterpencil-
an dan ketiadaan kontak antara manusia di dalam bangunan dan
kehilangan kontak dengan‘kehidupan di jalan. adalah beberapa di
antara persoalan yang oleh para perancang mencoba memecahkan-
nya,
Walaupun pada tingkatan tertentu kepadatan bangunan tinggi
di kota-kota kini dikendalikan oleh peraturan zoning, rancangan
ini tidak berdasarkan konteks jaringan“kota menyeluruh yang
dinamis. Akibat yang timbul terhadap lingkungan kota yang di-
sebabkan oleh pengelompokan bangunan tinggi yang rapat adalah
paling penting. Dampak skala beberapa pencakar langit di kotaseperti Sears Tower berlantai 109 di Chicago, dengan tinggi lebih
dari seperempat mil, jelas sekali. Sistem listrik bangunan ini dapat
melayani suatu kota berpenduduk 147 000 orang dan perangkat
pengondisian udara (AC)-nya mampu mendinginkan 6 000 unit
rumah tinggal. Sejumlah 102 elevator diperlukan untuk meng-
angkut 16500 orang pemakai per hari ke berbagai tempat di
bangunan tersebut. Bayangkanlah jumlah elevator tersebut sebagai
sistem jalan buntu (dead-end street), dan lobi langit (sky lobbies)
sebagai plaza tempat orang bergerak dari satu bagian bangunan ke
bagian lainnya melalui elevator ekspres dua tingkat tanpa berhenti
ke lobi langit berikutnya ataupun dengan elevator ulang-alik ber-
kecepatan rendah. Karena bangunan ini memuat semua pelayanan
dan kemudahan yang diperlukan, maka teoretis orang-orang
tidak perlu meninggalkannya. Fasilitas penunjang seperti tempat
perbelanjaan, hiburan, rekreasi, kesehatan, pendidikan, keamanan,
transportasi, parkir, utilitas, pembuangan sampah, dan pelayanan
air kotor, dapat disamakan dengan pelayanan yang diperlukan
untuk suatu kota kecil. Bangunan dengan skala-demikian me-
rupakan suatu kota di dalam kota. Rancangan sistem interaksi
yang demikian rumit memerlukan pemrograman yang sistematis
terhadap akibat-akibat sosial, ekologi, ekonomi dan politik yang
akan terjadi tidak hanya pada konteks kota di sekelilingnya,
tetapi juga pada lingkungannya sendiri.
Di banyak kota metropolitan, bangunan tinggi merupakan
satu-satunya jawaban terhadap pertumbuhan pemusatan penduduk
yang sinambung. Ia tidak’ boleh dicampakkan karena’ efek yang
tidak memanusiawi atau disimpan sebagai lambang keberhasilan
teknologi. Sebaliknya lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian
harus lebih banyak mengambil inisiatif untuk menyelidiki bangun-
an tinggi dan konteksnya secara sistematis untuk memperhaiki
kondisi kehidupannya.BANGUNAN TINGGI DAN STRUKTUR PENUNJANGNYA
Rancangan sebuah bangvfhan tinggi untuk penggunaan tunggal
seperti apartemen, perkantoran, sekolahan, dan rumah. sakit,
ataupun untuk penggunaan ganda berskala lebih besar seperti
yang telah dibahas di muka, memerlukan pendekatan tim antara
berbagai disiplin ilmu perancangan, fabrikasi bahan, dan kons-
truksi bangunan. Arsitek akan memimpin upaya tim sehingga
komponen bahan, pelayanan, dan kegiatan berlaku sebagai suatu
kesatuan. Kini seorang arsitek tidak dapat lagi mempunyai ke-
bebasan ‘dalam merancang. Ia tidak hanya dibatasi oleh bentuk
tertutup umum yang terdapat pada suatu pencakar langit dan
tuntutan penggunaan bahan secara efisien, tetapi ia harus juga
mengamati banyak ketentuan lainnya yang berkaitan dengan per-
syaratan keamanan, bahaya kebakaran, dan persyaratan kesehatan
yang rumit.
Seorang arsitek harus mendekati perancangan bangunan se-
bagai suatu sistem menyeluruh di mana struktur penunjang fisik
sebagai bagian organik tumbuh bersama rancangan bangunan ter-
sebut; struktur tidak bisa lagi dipandang sebagai suatu tambahan
terpisah yang tidak berhubungan, untuk kemudian dimuat di
dalam ruang fungsional oleh insinyurnya. Walaupun pendekatan
rancangan yang menyeluruh ini harus diterapkan pada semua
bangunan arsitektur, hal ini sangat penting apabila kita kaitkan
dengan skala bangunan tinggi yang memerlukan sistem penunjang
struktur yang rumit di mana gaya-gaya fisik dan lingkungan me-
rupakan penentu rancangan yang utama. Bangunan harus mampu
menghadapi gaya-gaya vertikal gravitasi dan gaya-gaya horizental
angin di atas tanah serta gaya-gaya gempa di bawah tanah. Kulit
bangunan harus menahan perbedaan suhu, tekanan udara, dan
kelembaban antara lingkungan luar dan dalam bangunan. Unsur-
unsur struktur bangunan harus tanggap’terhadap semua gaya ini.
Batang-batangnya harus disusun dan disambung satu sama lain
sehingga dapat menyerap gaya-gaya ini dan meneruskannya dengan
aman ke tanah dengan usaha sesedikit mungkin.Seorang arsitek yang peka terhadap gaya-gaya di atas beserta
sumbernya dan menyadari sifat keteraturan struktur akan mampu
menanggapi dengan suatu tata letak yang dapat diterima akal
pada tahap awal perancangan. Ia akan dapat berkomunikasi
dengan seorang insinyur struktur karena mampu berbicara dalam
bahasa insinyur itu. Artinya, seorang arsitek yang mempunyai
pengertian dasar tentang asas-asas keteknikan dapat benar-benar
bekerja sama ‘dengan ahli struktur untuk mencapai pemecahan
yang optimum.
Unsur-unsur struktur adalah tulang punggung yang penting
untuk ”badan” bangunan, dan seorang arsitek yang mampu
mengendalikan unsur-unsur struktur dan menampilkannya untuk
mengungkapkan hakikat bangunanlah yang dapat mengidentifikasi
dan mencerminkan tujuan pembangunannya sebagai suatu wadah
untuk interaksi berbagai sistem kegiatan yang berbeda.BAB I
AKSI BEBAN PADA BANGUNAN TINGGI
*
Beban yang bekerja pada suatu struktur ditimbulkan secara
langsung oleh gaya-gaya alamiah atau manusia; dengan Kata lain,
terdapat dua sumber dasar beban bangunan: geofisik dan buatan
manusia (Gor. 2.1.).
Gaya-gaya geofisik, yang dihasilkan oleh perubahan-perubah-
an yang senantiasa berlangsung di alam dapat dibagi lagi menjadi
gaya-gaya gravitasi, meteorologi, dan seismologi. Karena gravitasi,
maka berat bangunan itu sendiri akan menghasilkan gaya struktur
yang dinamakan beban mati, dan beban ini akan tetap sepanjang
usia bangunan. Perubahan dalam penggunaan bangunan akan
tunduk pada efek gravitasi sehingga menghasilkan perbedaan
pembebanan sepanjang waktu tertentu. Beban meteorologi ber-
ubah menurut waktu dan tempat serta tampil berwujud angin,
suhu, kelembaban, hujan, salju, dan es. Gaya-gaya seismologi
dihasilkan oleh gerak tanah yang tak teratur (mis. gempa).
Pembebanan yang sumbernya buatan manusia dapat berupa
ragam kejutan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor, ele-
vator (lift), mesin, dan sebagainya, atau dapat pula oleh pergerak-
an manusia dan barang, ataupun akibat ledakan dan benturan.
Selanjutnya, gaya-gaya dapat terkurung di dalam struktur (locked-
in stresses) selama proses pembuatan dan pelaksanaannya. Kekuat-
an bangunan mungkin akan menuntut penggunaan praktekan
sehingga menginduksi gaya.
Sumber geofisik dan buatan untuk beban bangunan ber-
gantung saky sama lain. Massa, ukuran, besaran, bentuk, dan bahan
suatu bangunan “mempengaruhi aksi “gaya geofisik. Misalnya,
apabila unsur-unsur bangunan dikekang reaksinya terhadap per-
ubahan suhu dan kelembaban, maka gaya-gaya akan diinduksi ke
dalam bangunan.Nad =ny}ynnae
Nein Re
onvuo nya _Nvnvarteas
pusi40a9
| rvnnonve vavanneeaan wsTelaah saksama pada reaksi teoretis bangunan terhadap beban
harus dilakukan untuk menjamin agar persoalan-persoalan di masa
mendatang dapat ditiadakan dan efisiensi struktur dapat dicapai.
Seorang perancang harus mengerti gaya-gaya dan aksi beban yang
ditimbulkannya sehingga bangunan akan aman dan dapat berguna.
Bagian-bagian berikutnya akan menjelaskan gaya-gaya dan aksi
bebannya pada bangunan.
BEBAN MATI
Beban dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok utama ber-
gantung pada gaya gravitasi yang bekerja pada suatu bangunan:
statis dan dinamis. Beban dinamis bersifat sementara; beban ini
berubah menurut perubahan waktu dan musim atau menurut
fungsi ruangan di dalam atau pada suatu struktur.
Beban mati dapat dinyatakan sebagai gaya statis yang disebab-
kan oleh berat setiap unsur di dalam struktur. Gaya-gaya yang
menghasilkan beban mati terdiri dari berat unsur pendukung
beban dari bangunan, lantai, penyelesaian langit-langit, dinding
partisi tetap, penyelesaian fasade, tangki simpan, sistem distribusi
mekanis, dan seterusnya. Gabungan beban semua unsur ini men-
jadikan beban mati dari suatu bangunan.
Tampaknya untuk menentukan berat bahan-bahan, yaitu
beban mati struktur, adalah masalah yang mudah. Akan tetapi,
penaksiran beban mati dapat meleset sekitar 15 sampai 20 persen
atau lebih karena adanya berbagai masalah dalam membuat suatu
analisis yang tepat mengenai beban (Acuan 2.1a). Pada tahap
rancangan awal tidaklah mungkin bagi seorang analis struktur
untuk memperkirakan berat beban bangunan yang telah dipilih
dengan tepat. Bahan-bahan nonstruktural khusus untuk dipilih
di antaranya termasuk panel-panel fasade prefab, fikstur ringan,
sistem langit-langit, pipa, duct, kabel listrik, dan komponen-
komponen dari persyaratan interior khusus. Berat unsur pengaku
dan sistem-sistem sambungan untuk struktur baja ditaksir ber-dasarkan persentase Berat unit bahan yang diberikan oleh
produsen atau kode pabrik tidak selalu sesuai dengan berat barang
yang diproduksi. Ukuran nominal unsur bangunan dapat berbeda
dari ukuran sebenarnya; perancah untuk beton cor-di-tempat bisa
mempunyai ketidaktepatan sebesar % inci.
Beberapa contoh di atas memperlihatkan bahwa apabila infor-
masi yang tepat tidak diperoleh, maka beban mati tidak dapat
diperkirakan secara tepat pula.
BEBAN HIDUP
Beban hidup berbeda dengan beban mati karena sifatnya: beban
ini berubah-ubah dan sulit diprakirakan. Perubahan beban hidup
terjadi tidak hanya sepanjang waktu, tetapi juga sebagai fungsi
tempat. Perubahan ini bisa berjangka pendek ataupun panjang
sehingga menjadi hampir mustahil untuk memprakirakan beban-
beban hidup secara statis.
Beban yang disebabkan oleh isi benda-benda di dalam atau
di atas Suatu bangunan dinamai beban penghunian (occupancy
load). Beban-beban ini mencakup beban peluang untuk berat
manusia, perabot, partisi yang dapat dipindahkan, lemari besi,
buku, lemari arsip, perlengkapan mekanis (seperti komputer,
business machines), kendaraan bermotor, perlengkapan industri,
dan semua beban semipermanen atau beban sementara lainnya
yang berpengaruh terhadap sistem bangunan, tetapi bukan bagian
dari struktur dan tidak dianggap sebagai beban mati.
Dengan adanya hal-hal yang tak terduga dari bangunan tinggi,
maka hampir mustahil untuk memperkirakan keadaan beban
hidup yang mungkin terjadi yang akan mempengaruhi struktur.
Akan tetapi, melalui pengalaman, penyelidikan, dan analisis, nilai
beban yang dianjurkan untuk berbagai penggunaan telah di-
kembangkan. Hasilnya berbentuk daftar tabel beban yang dimuat
dalam persyaratan bangunan dan berisi faktor keamanan empiris
yang menyatu untuk mengimbangi kemungkinan keadaan beban
maksimum.Nilai-nilai beban itu berupa beban merata ekuivalen dan beban
terpusat yang telah diketahui sebelumnya. Beban merata ekuivalen
mencerminkan keadaan beean pemakaian yang sesungguhnya.
Nilai-nilai ini, yang ditetapkan berdasarkan perkiraan beban yang
sesungguhnya, tampaknya agak konservatif. Penyelidikan yang
dilakukan berdasarkan beban penggiinaan sesunguhnya di berbagai
gedung perkantoran menunjukkan beban maksimum sebesar 40
psf (pound pesquare foot) sedangkan nilai rancangan yang di-
sarankan adalah 80 psf. Suatu penyelidikan beban terhadap
apartemen menunjukkan bahwa intensitas beban maksimum yang
diukur dalam jangka waktu 10 tahun adalah kira-kira 26 psf;
akan tetapi, nilai yang lazim untuk rancangan adalah 40 psf
(Acuan 2. 1a).
Beban terpusat menunjukkan kemungkinan adanya aksi
beban tunggal pada tempat-tempat kritis seperti pada tangga,
langit-langit, garasi (misalnya dongkrak untuk mengganti ban),
dan daerah-daerah bahaya lainnya yang akan mendapat perlakuan
gaya tekan terpusat yang tinggi.
Walaupun tampaknya peraturan yang ada terlalu kaku, selalu
akan ada unsur-unsur tak terduga yang harus dipertimbangkan.
Peraturan faktor keamanan minimum harus menjamin keadaan
yang tak terduga seperti ‘berdesaknya manusia karena adanya
upacara, latihan kebakaran, atau kelebihan beban pada bagian-
bagian bangunan yang disebabkan oleh perubahan pemakaian atau
perubahan susunan perabot dan dinding sehingga akan menimbul-
kan beban berlebih di daerah tertentu.
Kemungkinan terjadinya beban penghunian yang serentak
pada setiap kaki persegi di setiap lantai yang didukung oleh se-
buah -kolom sangat kecil. Pembebanan yang sesungguhnya terdiri
atas luas lantai yang berbeda dengan kondisi pembebanan yang*
berbeda pula. Pada umumnya, semakin kecil luas lantai, semakin_
besar: intensitas beban potensialnya. Beban penghunian pada lantai
tidak pernah merata. Hal ini dipertimbangkan dalam persyaratan
bangunan berupa izin menggunakan faktor pengurangan beban
hidup, misalnya pada New York State Building Construction
10Code (Acuan 2.17) yang dikutip di bawah ini. Persyaratan ini
membolehkan beban penghunian sebesar 80 persen pada tiga lantai
teratas suatu bangunan dan pengurangan sebesar 5 persen untuk
setiap penurunan lantai berikutnya sampai sekurang-kurangnya
50 persen dari beban yang diperkirakan. Perhatikan bahwa angka
0,08 persen memungkinkan kenaikan dalam persentasé pengurang-
an dengan kenaikan yang sebanding dalam jumlah luas daerah
penyumbang beban.
C 304—2 Beban hidup
C 304—2.1. Umum
b. Apabila tidak terjadi beban terpusat, unsur-unsur struktur
(kolom) dan lantai yang membentang antara kolom harus di-
rancang untuk mendukung beban merata atau beban terpusat
yang ditunjukkan pada Tabel C 304—2.2, atau yang mana
saja yang memberi tegangan lebih besar.
c. Untuk beban hidup tersebar merata yang bekerja pada balok
yang mendukung luas lantai tertentu selain daerah gudang
dan parkir kendaraan, dapat dilakukan pengurangan sebagai
berikut: Apabila beban mati tidak lebih dari 25 psf, poe-
ngurangan R tidak boleh lebih dari 20 persen. Apabila beban
mati melebihi 25 psf dan beban hidup tidak melebihi 100
psf, maka pengurangan tidak boleh lebih dari yang terkecil
di antara ketiga kriteria berikut:
60%
0,08% untuk setiap kaki persegi luas lantai yang didukung
100% kali (beban mati psf ditambah beban hidup psf
dibagi dengan (4,33 kali beban hidup psf).
DL+LL 1+DL
Pie eat ee
4,33 LL LL
Catatan: DL = dead load (beban mati)
LL = live load (beban hidup)
Il