Anda di halaman 1dari 30

Implementasi Nilai Nilai Pancasila dalam Pendidikan

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia termasuk juga dasar pendikan di Indonesia.
Implementasi nilai-nilai sila pancasila dalam pendidikan antara lain sebagai berikut.

1. Implementasi sila Ketuhanan dalam pendidikan


Di dalam suatu sekolah biasanya guru mengajarkan mengenai pendidikan agama. Dari
situ kita dapat memahami lebih dalam mengenai sila ini. Melalui pembelajaran keagamaan
seseorang hanya memiliki Tuhan yang Esa. Dari pembelajaran keagamaan ini juga kita dapat
lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan kita. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an
surah Al-Kafirun yaitu untukmu agamamu dan untukku agamaku. Untuk itu melalui
pembelajaran ini kita belajar tentang agama kita masing-masing agar kita dapat bertaqwa
kepada Tuhan kita.
Selain melalui pembelajaran juga ada praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari
dimana seorang guru mencontohkan pada muridnya bagaimana cara beribadah kepada Tuhan
kita. Namun bukan hanya sekedar contoh namun guru mengajak secara langsung kegiatan
praktiknya kepada murid-muridnya.
Selain itu implikasi sila tersebut dalam pendidikan di sekolah adalah tersedianya
fasilitas tempat beribadah yang kebanyakan adalah tempat beribadah untuk umat Islam yang
setiap hari digunakan untuk shalat.
2. Implikasi sila kemanusiaan dalam pendidikan
Implementasi nilai kemanusiaan dalam pendidikan ini adalah pemerintah
megusahakan pendidikan di Indonesia dengan tanpa adanya kekerasan dalam
pembelajarannya. Termasuk juga kekerasaan saat penerimaan murid baru yang biasanya
terjadi masa orientasi sekolah yang sering diwarnai dengan kekerasaan. Sekarang kebanyakan
sekolah-sekolah melarang hal yang demikian.
Di sekolah biasanya tidak hanya diajarkan mengenai materi pengetahuan saja namun
juga diajarkan bagaimana saling tolong menolong dengan teman kita. Selain itu dalam suatu
pembelajaran seorang guru harus memperhatikan nilai kemanusiaan, yaitu dengan tidak
menggunakan kekerasan dan menghargai muridnya. Seorang guru dilarang menggunakan
kekerasan pada muridnya saat pengajaran.
Implementasi sila kemanusiaan dalam pendidikan juga dilakukan oleh murid-
muridnya. Seorang murid kini diajarkan oleh gurunya dalam pengaplikasian nilai-nilai
pancasila bahkan sejak anak duduk di bangku SD. Pengajaran nilai kemanusiaan ini dapat
membiasakan anak untuk memiliki rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia lainnya.
Dengan pengajaran yang demikian maka anak akan tergugah hatinya untuk mencintai
sesamanya. Hal ini terlihat dengan perwujudan dari anak yang mau peduli dengan temannya,
membantu temannya yang membutuhkan, menjenguk temannya yang sakit, saling
menyayangi dengan temannya, dan lain sebagainya.
Dari contoh yang sederhana demikian, maka kelak anak tersebut akan memiliki jiwa
kemanusiaan yang nantinya akan bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, ia tidak akan
menjadi pribad yang egois yang hanya mementingkan diri sendiri, namun ia akan
memperhatikan dan ikut merasakan kesusahan orang lain, terutama temannya sendiri.
3. Implikasi sila persatuan dalam pendidikan
Implementasi sila persatuan dalam pendidikan di Indonesia ini terwujud melalaui
tujuan pendidikan yang sama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimana kurikulum
yang disusun oleh pemerintahlah yang menyamakan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan
adanya alat pemersatu pendidikan tersebut maka diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai
dengan mudah.
Di sekolah, sekolah tidak mengajarkan persaingan pada setiap muridnya, namun
sekolah mengajarkan muridnya untuk bekerja sama dan mengajarkan untuk selalu tetap
kompak walaupun ada perbedaan dintara mereka. Perbedaan diantara mereka akan
mengantarkan mereka dalam kerukunan jika mereka saling menghargai dan saling bersatu
satu dan yang lainnya.
Implikasi sila persatuan dalam pendidikan ini terwujud juga dengan adanya upacara
yang dapat mempersatukan mereka. Selain itu kegiatan-kegiatan di sekolah yang melatih
mereka untuk saling bersatu juga akan mengajarkan mereka tentang makna persatuan. Contoh
kegiatan yang diadakan sekolah tersebut adalah saat kegiatan pramuka, lomba-lomba saat
class meeting, pertukaran pelajar antar sekolah, perayaan ulang tahun sekolah, kemudian
dalam ekstrakurikuler juga dapat mengajarkan siswa tentang pentingnya bekerja sama dan
bersatu dalam pembentukan kegiatan serta acara yang diadakan agar berjalan sukses. Dari
ekstrakurikuler tersebut juga siswa diajarkan untuk bersatu agar ekskul tersebut dapat
berjalan lancar dan sukses.
Selain penerapan dari siswanya, guru beserta staff sekolah yang lainnya juga harus
bekerja sama agar membentuk siswa yang unggul serta mencintai tanah airnya. Agar kelak
setelah dewasa nanti siswa diharapkan bekerja sama dengan orang lain dalam menghadapi
persaingan dan masalah yang akan timbul dalam kehidupan nantinya. Selain itu penerapan
nilai persatuan ini terwujud dengan adanya Persatuan Guru Republik Indonesia yang
disingkat PGRI.
4. Implikasi sila kerakyatan dalam pendidikan
Implementasi sila kerakyatan tersebut dalam pendidikan adalah dimana adanya
usulan-usulan pendidikan dari sekolah-sekolah kepada pemerintah untuk memajukan sistem
pendidikan di Indonesia. Melalui usulan dari sekolah-sekolah tersebut jika disetujui oleh
pemerintah maka diharapkan sekolah mampu menjalankan pembelajaran guna mencerdaskan
kehidupan bangsa sesuai apa yang telah dicita-citakan bangsa Indonesia.
Implementasi yang demikian terwujud melalui permusyawarahan yang dilakukan oleh
guru-guru di sekolah. Kemudian perwakilan dari guru di sekolah tersebut bermusyawarah
dengan sekolah lain dan seterusnya yang kemudian perwakilan dari beberapa sekolah tersebut
bermusyawarah dengan menteri pendidikan dan pihak lain yang terkait untuk membentuk
suatu kurikulum dan kebijakan pendidikan yang nantinya digunakan untuk kepentingan dan
kesuksesan pendidikan di Indonesia.
Sedangkan implementasi kerakyatan bagi murid dalam pendidikan ini adalah dimana
terdapat contoh sederhana. Contoh tersebut adalah dimana anak diajarkan untuk bertanya
kepada gurunya apa yang tidak ia pahami. Selain itu anak juga diperbolehkan untuk
menanggapi apa yang diajarkan oleh guru.
Pendidikan sekarang ini bukanlah pendidikan yang hanya ketika seorang guru
mengajarkan kepada muridnya tentang suatu materi yang kemudian murid menerima begitu
saja apa yang diberikan oleh gurunya. Namun pendidikan yang sekarang ini adalah dimana
seorang murid berhak menerima atau menyanggah, serta mengemukakan pendapatnya.
Karena sekarang biasanya murid lebih pintar dari guru, dan pengetahuan yang diterima siswa
bukan hanya dari guru semata. Saat ini guru bukanlah figur yang selalu benar, karena guru
juga seorang manusia biasa yang dapat juga berbuat salah.
5. Implikasi sila keadilan dalam pendidikan
Implikasi sila keadilan dalam pendidikan dari segi pemerintah adalah dimana
pemerintah memberikan bantuan operasional yang sama kepada setiap sekolah sesuai dengan
jenjang pendidikannya masing-masing. Pemerintah memberikan bantuan yang sama rata dan
adil agar sekolah dapat melengkapi sarana dan prasarana serta fasilitas yang kurang guna
kesejahteraan sekolah.
Di sekolah juga sekarang sekolah tidak membedakan muridnya dari kalangan yang
tidak mampu atau mampu. Sekolah menerima murid baru sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan sebelumnya, bukan karena uang sumbangan yang lebih besar dari yang
lainnya seorang murid diterima. Apabila seorang murid memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan namun ia kurang mampu, maka sekolah akan membantu murid tersebut agar tetap
dapat melanjutkan sekolah.
Kini di sekolah-sekolah juga dilengkapi dengan ruang BK dimana setiap siswa yang
bermasalah baik akademik, biaya atau lainnya boleh meminta bantuan kepada sekolah. Hal
ini menunjukkan betapa sekolah mencoba berlaku adil kepada setiap muridnya.
Implikasi sila tersebut dalam pendidikan bagi muridnya sendiri adalah, dimana tidak
hanya seorang murid yang tidak memilih-milih teman, dia mau berteman dengan siapa saja
dan berlaku adil kepada semua temannya.

Diposkan oleh Trisna Setiyaningsih di 17.26


Label: Pendidikan dan Konsep Dasar Kewarganegaraan
http://trisna-setiyaningsih.blogspot.co.id/2012/12/implementasi-nilai-nilai-pancasila.html
ABSTRAK

Rahmawati, Ita. 2013. Implementasi Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila dalam Mata


Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Kelas VIII SMP Negeri 7 Kota
Malang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Malang. Pembimbing: (1) Dra. Arbaiyah Prantiasih, M. Si. (2) Dr. H. Moch. Yuhdi
Batubara, S. H, M. H

Kata kunci : Nilai-nilai Pancasila, mata pelajaran PKn.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam Pancasila adalah dengan menerapkan Pendidikan Pancasila atau yang
saat ini sering disebut dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Proses pembelajaran
mata pelajaran PKn di SMP Negeri 7 Kota Malang masih cenderung membekali pengetahuan
yang berorientrasi pada tataran kognitif. Tantangan kompleks dalam mendidik serta
menanamkan nilai-nilai Pancasila pada diri siswa saat ini adalah nilai-nilai tersebut hanya
secara inplisit tertuang dalam mata pelajaran PKn yang diajarkan di sekolah serta kurangnya
peran orang tua dan masyarakat dalam memberikan teladan sehingga dapat melunturkan
sikap, nilai, keterampilan dan jati diri siswa terhadap nilai-nilai Pancasila.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perencanaan yang disusun
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru PKn dalam
mengimplementasikan pembelajaran nilai-nilai Pancasila pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 7 Kota Malang; (2) Implementasi nilai-nilai
Pancasila pada proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di
SMP Negeri 7 Kota Malang; (3) Persepsi siswa kelas VIII terhadap pembelajaran nilai-nilai
Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 7 Kota Malang; (4)
Faktor pendukung serta kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan nilai-
nilai Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota
Malang; (5) Upaya yang dilakukan oleh guru dalam untuk mengatasi kendala untuk
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada pelaksanaan pembelajaran PKn kelas VIII di
SMP Negeri 7 Kota Malang.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian


ini dilakukan di SMP Negeri 7 Kota Malang dengan sumber data dari manusia dan dokumen.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan analisis isi dokumen, observasi,
wawancara mendalam serta dokumentasi. Instrumen untuk mengumpulkan data berupa
instrumen manusia, yaitu peneliti sendiri.Kegiatan analisis data dilakukan dengan
menggunakan interactive model. Untuk menjaga keabsahan data dilakukan dengan
perpanjangan kehadiran, ketekunan pengamatan, pemeriksaan sejawat dan triangulasi.
Sedangkan tahap-tahap penelitian meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam


silabus dilakukan dengan cara: (a) menganalisis SK/KD, (b) mengeksplisitkan nilai-nilai
Pancasila pada setiap komponen yang ada dalam silabus, (c) merelevankan kegiatan siswa,
indikator, materi serta evaluasi yang akan digunakan dengan memuat nilai-nilai Pancasila.
Sedangkan dalam RPP dilakukan dengan cara: (a) Melihat silabus untuk menentukan nilai-
nilai Pancasila yang sesuai dalam SK/KD , (b) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
dan tujuan pembelajaran yang terintegrasi dengan nilai-nilai Pancasila, (c) Penjabaran materi
yang dikaitkan dengan nilai-nilai Pancasila, (d) Menggunakan metode dan media
pembelajaran yang bervariasi, (e) Mengembangkan langkah pembelajaran, (g) Menambah
sumber belajar (f) Menggunakan kuis, portofolio dan diskusi kelompok dalam mengevaluasi
hasil belajar siswa; (2) Implementasi nilai-nilai Pancasila pada proses pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) belum tercapai secara maksimal karena
pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok kurang berhasil dan kelas
menjadi tidak kondusif, beberapa siswa tidak mengerjakan tugas, serta pengelolaan kelas
yang kurang berhasil; (3) Persepsi siswa kelas VIII terhadap pembelajaran nilai-nilai
Pancasila dalam PKn dapat dilihat melalui tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan sekolah. Siswa dapat menjelaskan arti dari nilai-nilai Pancasila menurut
pemahaman mereka serta bisa menyebutkan contoh penerapannya; (4) Faktor pendorong
dalam penerapan nilai Pancasila di SMP Negeri 7 Malang secara internal yang berasal dari
siswa meliputi: (a) adanya kesiapan siswa dalam menerima dan memperhatikan materi
pelajaran dari guru, (b) kondisi kelas yang kondusif. Sedangkan yang berasal dari guru dan
sekolah meliputi: (a) Penggunaan metode dan media pembelajaran yang sesuai, (b) melalui
kegiatan intrakurikuler,dan ekstrakurikuler, (c) melalui peraturan dan tata tertib sekolah, (d)
sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Kendala internal yang berasal dari siswa dan
guru/sekolah meliputi: (a) siswa malas, kurang antusias dan suka membuat gaduh saat di
kelas, (b)siswa belum terbiasa dan kurang memahami dalam penerapan nilai-nilai Pancasila
di lingkungan sekolah, (c) guru mengalami kesulitan dalam menentukan nilai-nilai Pancasila
yang sesuai dengan materi PKn. Kendala eksternal berasal dari keluarga dan masyarakat
yaitu: (a) kurangnya partisipasi, perhatian dan teladan dari keluarga, (b) latar belakang
keluarga yang menengah kebawah menyebabkan keluarga hanya berorientasi pada
pemenuhan materi; (5) Upaya untuk mengatasi kendala meliputi upaya internal dan upaya
eksternal. Upaya internal yaitu: (a) guru harus lebih teliti dan cermat, mampu berinovasi
dalam mengembangkan silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai Pancasila, (b) sosialisasi
penerapan dan pengintegrasian nilai-nilai Pancasila melalui pembelajaran. Upaya eksternal
yaitu bekerjasama dengan orang tua/wali murid.

Berdasarkan temuan penelitian diatas, saran yang diajukan yaitu: (a) kepada Kepala
Sekolah, untuk memberikan kesempatan kepada guru agar mengikuti seminar maupun
pelatihan tentang pembelajaran agar guru memiliki pengetahuan yang luas, (b) kepada guru
mata pelajaran PKn, diharapkan guru mampu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dengan
lebih baik serta secara aktif dan kreatif merancang perangkat pembelajaran dan proses belajar
mengajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kondisi siswa namun tetap relevan pada
standar isi dan standar proses yang telah ditentukan oleh Kemendiknas dalam
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada siswa, (c) kepada siswa, siswa sebaiknya
bisa aktif dalam kegiatan belajar mengajar PKn dan bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, (d) kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai landasan dan alasan untuk mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam
dan kompleks.

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/PPKN/article/view/26864 Ita rahmawati


PERAN PANCASILA
DALAM
PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN DI INDONESIA
Nama : Nurul Choiriyah
NIM : 10102241016
Prodi : Pendidikan Luar Sekolah
Abstrak: Dalam Pendidikan dan Kehidupan bangsa Indonesia peran Pancasila sangat
dibutuhkan peran Pancasila didalamnya. Program Wajib Belajar Sembilan Tahun
merupakan satu-satunya program peningkatan pendidikan yang masih bertahan sejak 1984
sampai saat ini, meski telah beberapa kali kabinet dan presiden berganti. Kebijakan
pendidikan di luar program wajib belajar pada pendidikan dasar terus mengalami evolusi
sesuai jargon "ganti menteri berarti ganti kebijakan".Selain itu, kebijakan bidang pendidikan
lainnya di era Orde Baru yang wajib dilaksanakan, baik siswa maupun masyarakat, adalah
penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang ditetapkan
berdasarkan Tap MPR No II Tahun 1978 dalam bentuk 36 butir Pancasila. Dengan tujuan
mulia agar nilai-nilai Pancasila yang luhur itu dapat diresapi, kemudian diamalkan, maka
setiap warga negara Indonesia harus mengikuti penataran P4. Dan di sekolah, setiap siswa
baru harus mengikuti penataran P4 selama satu atau dua minggu.
Selain itu dalam kehidupan diIndonesia peran pancasila sangat dibutuhkan, yaittu
Pancasila sebagai dasar mempunyai arti bahwa Pancasila dijadikan sebagai pedoman dan
sekaligus landasan dalam penyelenggaraan Negara. Fungsi ini telah diimplementasikan
dalam UUD 1945 yang kemudian menjadi sumber tertib hukum di Indonesia. Dalam struktur
hukum di Indonesia, UUD 1945 menjadi hukum tertulis tertinggi, yang menaungi peraturan
perundang-undangan dibawahnya, seperti undang-undang. Fungsi Pancasila dalam dalam
tata hukum di Indonesia menjadi sumber dari segala sumber tertib hukum. Nilai-nilai
Pancasila harus menjiwai dalam setiap peraturan perundang-undangan di Indonesia, atau
dengan kata lain peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila.
Kata Kunci: Pendidikan, Pancasila, Peranannya,Pembelajaran.
A . PNDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan harus dilaksanakan karena memberikan peranan yang sangat penting baik itu
untuk diri sendiri, oang lain ataupun Negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat
adalah ilmu, untuk orang lain kita bias mengajarkan ilmu yang kita ketahui kepada orang
yang masih awam dan untuk Negara jika kita pintar maka kita akan mengangkat nama baik
Negara kita di dunia internasional. Pancasila sebagai pedoman pelaksanaan pembaharuan
sistem pendidikan memeiliki peranan yang sangat penting yaitu diharapkan mampu
mendukung upaya mewujudkan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mampu
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Wajib Belajar Sembilan Tahun
merupakan implementasi dari pancasila sebagai ideologi negara yang merupakan program
bersama antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Penuntasan
Wajib Belajar Sembilan Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu, untuk
mensukseskan program itu perlu kerjasama yang menyeluruh antara antara pemerintah,
swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat,karena program ini sangat baik untuk
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan generasi
penerus bangsa yang berkualitas serta upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Peran Pancasila dalam kehidupan di Indonesia sangat dibutuhkan untuk saat ini
karena kehidupan di Indonesia saat ini sudah semakin memprihatinkan. Implementasi fungsi
Pancasila sebagai pandangan hidup, juga akan menentukan keberhasilan fungsi Pancasila
sebagai dasar Negara. Jika setiap warga negara telah melaksanakan Pancasila sebagai
pandangan hidup (mempunyai karakter/moral Pancasila), ketika yang bersangkutan diberi
amanah menjadi penyelenggara Negara tentu akan menjadi penyelenggara Negara yang baik,
paling tidak akan berusaha untuk menghindari tindakan-tindakan yang melanggar norma-
norma hukum maupun norma moral.
B. PEMBAHASAN
1. Peran Pancasila dalam Pendidikan di Indonesia
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan/keahlian dalam kesatuan organis harmonis dinamis, didalam dan diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu pengembangan pendidikan haruslah
berorientasi kepada dua tujuan, yakni untuk pembinaan moral dan intelektual. Moral tanpa
intelektual akan tidak berdaya. Intelektual tanpa moral akan berbahaya, karena seseorang
dapat menggunakan kepandaiannya itu untuk kepentingannya sendiri dan merugikan orang
lain. Selain itu pendidikan juga suatu proses secara sadar dan terencana untuk membelajarkan
peserta didik dan masyarakat dalam rangka membangun watak dan peradapan manusia yang
bermartabat. Ialah manusia – manusia yang beriman dan brtaqwa kepada Tuhan Yang Maha
kemanusiaan, menghargai sesama, santun dan tenggang rasa, toleransi dan mengembangkan
kebersamaan dan keberagaman, membamgun kedisiplinan dan kemandirian, sesuai dengan
nilai – nilai pancasila. Oleh karena itu proses dan isi pembelajaran hendaknya dirancang
secara cermat sesuai dengan tujuan pendidikan. Pada giliran selanjutnya akan menjadi potensi
bagi proses pembelajaran yang berkualitas.
Sedangkan untuk saat ini pendidikan di Indonesia selama ini dianggap terlalu mahal
dan menguntungkan pihak atau masyarakat yang mampu atau masyarakat yang mempunyai
kekayaan lebih sehingga mereka mampu menyekolahkan putra putrinya bahkan sampai ke
luar negeri sekalipun untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan memadai, sebaliknya
dengan warga miskin atau warga kurang mampu banyak yang kesulitan untuk
menyekolahkan anaknya minimal memenuhi target pemerintah untuk program wajib belajar 9
tahun sampai lulus SMP atau lulus sekolah menengah tingkat pertama, para orang tua ini
bahkan terpaksa menyuruh anaknya untuk bekerja dan putus sekolah untuk membantu
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Kemudian pemerintah melakukan gebrakan melalui Menteri Pendidikan Nasional


Professor Bambang Sudibyo dengan cara mencanangkan program sekolah gratis wajib belajar
9 tahun sampai lulus SMP khusus siswa yang sekolah di SD/SMP negeri kecuali sekolah
yang sudah bertaraf internasional agar para anak-anak penerus bangsa ini tidak bodoh dan
buta huruf dan juga agar pendidikan di Indonesia menjadi bertambah maju. Sehingga
pelaksanaan wajib belajar 9 tahun dilaksanakan diberbagai penjuru kota di Negara ini.
Setelah semua masyarakat sepakat dengan konsep tentang wajar, maka tugas kita bisa
bersama-sama untuk memajukan pendidikan. Pendidikan bukan hanya tanggungjawab guru
atau sekolah, melainkan seluruh warga Negara terutama orang tua.

Pendidikan adalah investasi jangka panjang, pendidikan adalah tanggung jawab


bersama. Bagaimana agar program sekolah gratis bisa efektif dan tepat sasaran untuk anak-
anak miskin dan kurang mampu agar mau mengikuti program sekolah gratis dan bagaimana
bentuk atau cara-cara jitu pemerintah dan pihak sekolah agar orang tua murid mau melepas
anak mereka untuk bersekolah kembali. Setiap program yang dicanangkan oleh pemerintahan
tentunya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Negara ini, sudah pasti yaitu
pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sehingga proses
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan pancasila.
Peranan Pancasila Dalam Pembangunan Pendidikan wajib belajar 9 tahun di Negara
Indonesia :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Berdasarkan filsafat pancasila bahwa pancasila sila ke-1 peranannya yaitu sebagai
basis kemanusiaan/penjelmaan dari sila ke-2, 3, 4, dan 5. Yang memiliki makna ketuhanan
yang berkemanusiaan yang membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan
Indonesia yang berkerakyatan dan berkeadailan.
Peranan sila pertama dengan dunia pendidikan sangat erat kaitannya. Dalam kegiatan
belajar-mengajar siswa akan diajarkan berbagai macam ilmu mulai dari penjaskes, Pkn
(pancasila dan Kewarganegaraan), kesenian, biologi, fisika dan lainnya salah satunya agama.
Dalam pendidikan agama akan dibahas lebih dalam lagi mengenai ajaran agama tentunya
sesuai dengan agama yang dianut oleh masing-masing siswa.
Sehingga ditegaskan bagi setiap warga Indonesia terutama bagi warga yang sudah
berkeluarga itu mengharuskan untuk menyekolahkan anaknya. Karena sekolah sebagai salah
satu sarana untuk pengembangan diri. Tetapi masih saja banyak warga Indonesia yang tidak
menjalankan perintah ini dengan alasan tidak mampu dalam membiayai anaknya. Oleh sebab
itu keseimbangan antara pendidikan dunia maupun agama itu sangatlah berarti dalam
kehidupan setiap manusia. Sehingga dengan tolak ukur bahwa pendidikan itu sangat penting
bagi suatu bangsa maka pemerintahan melaksanakan sekolah gratis wajar 9 tahun.
Negara Indonesia adalah Negara berkembang sehingga harus belajar banyak pengalaman
dari Negara yang sudah maju seperti Amerika, Jepang, Rusia, Inggris dan Negara lainnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa Negara-negara tersebut memiliki kemajuan teknologi yang
sudah sangat canggih. Hal tersebut tak luput dari sumber daya manusianya yang berkualitas.
Sehingga peran pendidikan sangat penting karena sebagai sarana dalam mengembangkan
potensi dari setiap warga Negara. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengadakan
program wajib belajar 9 tahun bagi warganya, yang tentunya tujuan dari kegiatan ini yaitu
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat mengankat derajat
bangsa Indonesia menjadi lebih tinggi. Peran dari bidang pendidikan adalah menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas serta menjadikan siswanya memiliki akhlak yang
baik. Karena seperti yang kita ketahui bahwa soft skill saat ini sangat diutamakan dalam
dunia pekerjaan. Tentunya soft skill adalah tolak ukur utama yang mendukung akademis kita.
Ilmu yang kita dapat dalam pendidikan (wajar 9 tahun) sangat bermanfaat dalam
kehidupan kita di masa yang akan datang. Tentunya jika kita lulus dengan akademis yang
bagus maka kita akan terpakai oleh perusahaan. Namun sekarang ini indikasi yang dinilai
oleh setiap perusahaan adalah soft skill kita selanjutnya baru akademis. Dapat dianalogikan
bahwa jika kita rajin maka kesuksesaan mudah untuk diraih dan sebaliknya jika kita malas
maka kesuksesaan akan lebih susah untuk diraih. Oleh sebab itu pendidikan sangat
diharuskan sekali karena memberikan peranan yang sangat penting baik itu untuk diri sendiri,
orang lain ataupun Negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk
orang lain kita bias mengajarkan ilmu yang kita ketahui kepada orang yang masih awam dan
untuk Negara jika kita pintar maka kita akan mengangkat nama baik Negara kita di dunia
internasional.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Pendidikan memainkan peranan penting dalam pengembangan kemampuan dan
pembentukan karakter yang menjadi landasan utama bagi terciptanya manusia Indonesia yang
mampu hidup dalam zaman yang selalu berubah.Sistem pendidikan nasional harus dapat
memberi pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik Indonesia, agar masing-masing
memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar, yang meliputi
kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta menggunakan bahasa Indonesia, yang
diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperanserta dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maka diharapkan Setiap warga negara mengetahui hak dan kewajiban pokoknya
sebagai warga negara serta memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan diri
sendiri, ikut serta dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, dan memperkuat persatuan
dan kesatuan serta upaya pembelaan negara. Pengetahuan dan kemampuan ini harus dapat
diperoleh dari sistem pendidikan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk memberi makna pada
amanat Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1) yang menyatakan, bahwa
"Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran".
Warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan pada tahap manapun dalam
perjalanan hidupnya --pendidikan seumur hidup--, meskipun sebagai anggota masyarakat ia
tidak diharapkan untuk terus-menerus belajar tanpa mengabdikan kemampuan yang
diperolehnya untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan dapat diperoleh, baik melalui jalur
pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Pembelajaran pancasila di sekolah dasar menjadi sangat penting, karena mengingat
pancasila menrupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa
di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan
ajaran moralitas. Dengan adanya program pemerintah yaitu program wajub belajar 9 tahun
dapat memberikan pengajaran tentang makna dan dasar-dasar Pancasila.
Pembelajaran di sekolah dapat memberikan informasi bagaimana melaksanakan
kewajiban dan Hak-hak yang dimiliki sesuai dengan koridor yang seharusnya. Manusia itu
dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu harus
dihormati oleh siapapun. Golongan manusia yang berkuasa tidaklah diperkenankan
memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.
3. Sila Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis.
Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Kesatuan Yang Maha Esa dan
Kemanusian Yang Adil dan Beradab serta mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Persatuan dalam sila ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti
idiologis, ekonomi, politik, sosial budaya dan keamanan. Nilai persatuan ini dikembangakan
dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia yang senasib. Nilai persatuan itu didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan
berdaulat. Perwujudan Persatuan Indonesia adalah manifestasi paham kebangsaan yang
memberi tempat bagi keberagaman budaya atau etnis yang bukannya ditunjukkan untuk
perpecahan namun semakin eratnya persatuan, solidaritas tinggi, serta rasa bangga
Kita ketahui bersama bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang.
Dibutuhkan sumber daya masyarakat yang bagus untuk membuat Indonesia menjadi semakin
berkembang. Dibutuhkan pula persatuan yang erat antar sesama warganegara. Dengan adanya
pendidikan maka dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan persatuan dengan pola pikir
pancasila yang selalu diterapkan dilingkungan pendidikan.
Sila “Persatuan Indonesia” harus dijadikan sebagai dasar persatuan dikalangan intelektual
dan harus selalu diterapkan dalam lingkungan pendidikan, terutama saat Sekolah Dasar (SD)
dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dicanangkan dalam program Wajib Belajar 9
Tahun.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Wajib belajar 9 tahun yang merupakan salah satu program yang gencar di galangkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Diwajibkan setiap warga Negara untuk
bersekolah selama 9 tahun, pada jenjang pendidikan dasar yaitu dari tingkat kelas 1 sekolah
dasar (SD) / Madrasah Diniyah (MI) hingga kelas 9 sekolah menengah pertama (SMP) atau
Madrasah Tsanawiyah (MTS).
Seperti kita ketahui bersama Pendidikan merupakan satu aspek penting untuk
membangun bangsa. Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai
prioritas utama dalam Program Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang bermutu
yang merupakan Produk Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu Negara.
Mendiknas menargetkan wajib belajar 9 tahun kepada seluruh anak Indonesia, tanpa
kecuali. Berdasarkan sila keempat Pancasila : Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan :
Semua kebijakasanaan pemerintah harus berdasarkan kebutuhan rakyat. Semua
kebijaksanaan yang pemerintah buat harus berdasarkan kesepakatan rakyat (yang diwakili
oleh wakil rakyat di parlemen).
Salah satu kebijaksanaan tersebut adalah Program Wajib Belajar 9 tahun yang telah
diberlakukan pada tahun 2009. Banyak pendapat pro-kontra yang tersebar di tengah-tengah
masyarakat luas.
Program Wajib Belajar 9 Tahun harus merupakan program bersama antara pemerintah,
swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Upaya-upaya untuk menggerakkan
semua komponen bangsa melalui gerakan nasional dengan pendekatan budaya, sosial, agama,
birokrasi, legal formal perlu dilakukan untuk menyadarkan mereka yang belum memahami
pentingnya pendidikan dan menggalang partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program
nasional tersebut.
Oleh karena itu Program Wajib Belajar ini ditujukan oleh seluruh anak Bangsa Indonesia
untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berpendidikan dan diharapkan jumlah anak
putus sekolah (drop out) bisa diminimalisir dan salah satu strategi untuk meningkatkan mutu
pendidikan Indonesia.Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah program nasional. Oleh
karena itu, untuk mensukseskan program itu perlu kerjasama umtuk tetap meningkatkan
partisipasinya dalam Program Wajib Belajar 9 Tahun.
Sebagai masyarakat yang baik kita harus ikut berpartisipasi dan ikut serta dalam
mendukung wajib belajar 9 tahun, karena program ini sangat baik untuk meningkatkan
kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan generasi penerus bangsa
yang berkualitas serta upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Seiring perkembangan jaman, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan semakin
tidak dapat dikendalikan juga. Pendidikan menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan
oleh setiap orang tua, agar anak-anak mereka menjadi anak-anak yang mampu bersaing
dengan lingkungan yang ada saat ini. Tapi terkadang masalah ekonomi menjadi hambatan
bagi para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Dalam hal ini, peran serta
pemerintah sangat diperlukan.
Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah
dengan mengadakan program wajib belajar 9 tahun ( WAJAR 9 tahun ). Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan pendidikan di Indonesia. Selain itu, pemerintah pun memberikan
bantuan-bantuan bagi dalam bidang pendidikan, seperti memberikan BOS ( Biaya
Operasional Siswa ).
Hal ini diharapkan agar setiap warga negara Indonesia bisa mendapatkan pendidikan seperti
yang tertera pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 sampai 5, yang berbunyi :
1. “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan “.
2. “ Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya “.
3. “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional “.
4. “ Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-jkurangnya 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah “.
5. “ Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan manusia “.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan diwajibkannya Program WAJAR 9 tahun ini,
semakin memperjelas mengenai peranan sila ke-5 Pancasila dalam mewujudkan salah satu
tujuan negara, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan pendidikan
secara layak dan adil untuk setiap warga Negara Indonesia.
2. Peran Pancasila dalam Kehidupan di Indonesia
Di dalam suatu kehidupan perlu adanya suatu dasar yang digunakan untuk bertumpu atau
digunakan untuk berpedoman. Seperi salah satunya di Indonesia, masyarakat Indonesia
mempunyai dasar yakni Pancasila. Nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila memiliki rti
yang sangat mendalam baik itu secara historis maupun pengalamannya dalam bermasyarakat.
Nilai – nilai ini bagi Indonesia merupakan landasan atau dasar, cita – cita dalam melakukan
sesuatu juga sebagai motivasi dalam perbuatannya, baik dalam kehidupan sehari – hari dalam
masyarakat maupun dalam kehidupan kenegaraan. Pancasila sebagai sumber dasar filsafah
serta ideologi Bangsa dan Negara Indonesia tidak terbentuk serta merta dan mendadak serta
diciptakan oleh seseorang begitu saja berdasarkan pertimbangan dan pemikirannya sendiri
seperti yang terjadi pada ideologi lain yang ada di Negara lain didunia. Seluruh aspek
kehidupan masyarakat Indonesia dijadikan suatu tinjauan dalam pembentukan Pancasila. Hal
itu dikarakan Pancasila merupakan suatu sumber negara ataupun sumber nilai yang nantinya
akan dianut oleh segenap rakyat Indonesia dalam menjalani kehidupannya dan juga sebagai
berometer dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak terkecuali dalam bergaul dengan dunia
Internasional. Sehingga dalam pembentukan Pancasila harus mencerminkan kehidupan
seluruh bangsa Indonesia.
Ketika bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,
maka satu hari berikutnya tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila secara formal telah ditetapkan
sebagai dasar Negara, sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Selain
dijadikan sebagai dasar Negara Pancasila juga berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa dan
ideology. Ketiga fungsi tersebut menjadi fungsi yang sangat sentral dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Meskipun demikian yang sering menjadi persoalan adalah
bagaimana mengamalkan dan mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pengamalan dan implementasi ketiga fungsi Pancasila tersebut menjadi lebih
penting dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Pengamalan dan implementasi Pancasila
membutuhkan kajian yang lebih kritis, mendalam dan rasional. Hal ini disebabkan Pancasila
masih bersifat abstrak dan tematis (Driyarkara).
Pancasila sebagai dasar mempunyai arti bahwa Pancasila dijadikan sebagai pedoman dan
sekaligus landasan dalam penyelenggaraan Negara. Fungsi ini telah diimplementasikan dalam
UUD 1945 yang kemudian menjadi sumber tertib hukum di Indonesia. Dalam struktur hukum
di Indonesia, UUD 1945 menjadi hukum tertulis tertinggi, yang menaungi peraturan
perundang-undangan dibawahnya, seperti undang-undang. Fungsi Pancasila dalam dalam tata
hukum di Indonesia menjadi sumber dari segala sumber tertib hukum. Nilai-nilai Pancasila
harus menjiwai dalam setiap peraturan perundang-undangan di Indonesia, atau dengan kata
lain peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mempunyai arti bahwa Pancasila menjadi
pedoman bagi setiap perilaku bangsa Indonesia. Perilaku setiap warga Negara dan bangsa
Indonesia harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga bangsa Indonesia mempunyai
kepribadian dan jati diri sendiri yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Perilaku yang nampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam
bertindak inilah yang dimaksud karakter. Karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang
yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral (Jack Corley dan Thomas Philip.
2000). Atau dengan kata lain karakter adalah kualitas moral seseorang. Oleh karena itu,
karakter bangsa Indonesia akan ditentukan oleh implementasi fungsi Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa.
Implementasi fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup, juga akan menentukan
keberhasilan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara. Jika setiap warga negara telah
melaksanakan Pancasila sebagai pandangan hidup (mempunyai karakter/moral Pancasila),
ketika yang bersangkutan diberi amanah menjadi penyelenggara Negara tentu akan menjadi
penyelenggara Negara yang baik, paling tidak akan berusaha untuk menghindari tindakan-
tindakan yang melanggar norma-norma hukum maupun norma moral.
Pancasila memiliki peranan yang tidak begitu sesederhana pengertiaannya. Pancasila
sangat luas peranannya, sehingga coba kita ikhtisarkan sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
4. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum bagi Negara
Republik Indonesia.
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara.
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
8. Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia.
Dengan peranan Pancasila sebagai kepribadian bangsa, maka dapat dikatakan bahwa
bangsa Indonesia mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dengan negara lain. Jiwa
bangsa Indonesia mempunyai arti statis dan dinamis. Jiwa ini keluar dalam wujud sikap
mental, tingkah laku, dan amal/perbuatan bangsa Indonesia. Namun kenyataan itu berbalik
1800, yang terlihat bangsa ini sedang mengalami krisis identitas. Sikap ikut-ikutan atau
penjiplakan menjadi kebiasaan yang tak terelakan lagi.
Di era reformasi Pancasila tenggelam, baik dalam tataran pelaksanaan maupun
pembicaraan di kedai-kedai kopi pinggir jalan. Para pemimpin tidak bangga
membawa/membicarakan Pancasila. Bahkan, membawa/membicarakan Pancasila dianggap
menjadi beban psikologis dalam pentas reformasi yang hingga kini belum menunjukkan
perubahan jelas seperti yang diinginkan masyarakat. Maka, lahirlah istilah-istilah orde baru,
orde reformasi, dan sebagainya, di masyarakat. Bagi sebagian pemimpin, masyarakat yang
membicarakan Pancasila takut dijuluki pengikut/penerus orde baru.
Guna mewujudkan identitas yang khas, masyarakat Indonesia hendaknya berupaya
sungguh-sungguh dalam mengarahkan akal pikiran dan kecenderungan dengan satu arah yang
dibangun di atas satu azas, yaitu Pancasila. “Azas tunggal” yang digunakan dalam
pembentukan identitas merupakan hal yang penting diperhatikan. Kelalaian dalam hal ini
akan menghasilkan identitas yang tidak jelas warnanya.
Mengembangkan identitas ini bisa dilakukan dengan cara membakar semangat masyarakat
untuk serius dan sungguh-sungguh dalam mengisi pemikirannya dengan nilai-nilai Pancasila,
serta mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Dalam kehidupan di Indonesia Pancasila juga berperan dalam perkembangan ilmu dan
teknologi. Apalagi untuk sekarang ini ilmu dan teknologi di Indonesia sudah sangat maju.
Kepemilikan iptek untuk memudahkan kehidupan manusia dan mengangkat derajat manusia,
oleh karena itu kepemilikan tersebut harus diiringi dengan cara mengunakan yang tepat.
Dalam kondisi ini maka diperlukan suatu platform yang mampu dijadikan sebagai ruhnya
bagi perkembangan iptek di Indonesia. Bangsa Indonesia,dalam seluruh dimensi hidupnya,
termasuk dibidang iptek,tergantung pada kuat tidaknya memegang ruh bangsanya,yaitu
Pancasila. Pancasila berperan memberikan beberapa prinsip etis kepada ilmu, sebagai berikut:
a. Martabat manusia sebagai pribadi,sebagai subjek tidak boleh diperalat untuk kepentingan
iptek,riset.
b. Prinsip”tidak merugikan”,harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan.
c. Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan dari kesulitan-kesulitan
hidupnya.
d. Harus dihindari adanya monopoli perkembangan iptek.
e. Diharuskan adanya kesamaan pemahaman antara ilmuan dan agamawan,yaitu bahwa iman
memancar dalam ilmu sebagai usaha memahami”sunnatullah”,dan ilmu menerangi jalan yang
telah ditunjukkan oleh iman.
C.PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan satu aspek
penting untuk membangun bangsa. Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan
pendidikan sebagai prioritas utama dalam Program Pembangunan Nasional. Sumber daya
manusia yang bermutu yang merupakan Produk Pendidikan dan merupakan kunci
keberhasilan suatu Negara.
Oleh sebab itu pendidikan sangat diharuskan sekali karena memberikan peranan yang
sangat penting baik itu untuk diri sendiri, oang lain ataupun Negara. Untuk diri sendiri
keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk orang lain kita bias mengajarkan ilmu yang kita
ketahui kepada orang yang masih awam dan untuk Negara jika kita pintar maka kita akan
mengangkat nama baik Negara kita di dunia internasional.
Pancasila sebagai pedoman pelaksanaan pembaharuan sistem pendidikan memeiliki
peranan yang sangat penting yaitu diharapkan mampu mendukung upaya mewujudkan
kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mampu menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dan juga Pancasila menjadi pedoman dalam pemerintahan di Indonesia, untuk
mewujudkan negara yang adil, makmur, dan sejahtera. Sehingga perkembangan dalm segala
aspek dapat berjalan dengan baik.
Daftar Pustaka:
Rukiyati, M.Hum., dkk. 2008. Pendidikan Pancasila.Yogyakarta: UNY press
http://sarmagkadek.blogspot.com/2010/08/peranan-pancasila-dalam-kehidupan.html
(30/12/2010 20:37)
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/peranan-pancasila/
(30/12/2010 20:40)
http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=5&vnomor=14 (28/09/2010 17:38)
Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1)
(Jack Corley dan Thomas Philip. 2000)
(Tap MPR No II Tahun 1978)
http://dhechoiriyah-nurul.blogspot.co.id/2012/05/peran-pancasila-dalam-pendidikan-dan.html
IMPLEMENTASI DAN REVITALISASI PANCASILA DALAM
MENUMBUHKEMBANGKAN KARAKTER BANGSA
Posted on 4 Januari 2014 by Desyandri

Oleh: Desyandri

A. Pendahuluan

Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga bangsa Indonesia pada
saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dari
dalam negeri. Perubahan-perubahan yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang berlangsung cepat serta untuk menghadapi perkembangan
Ilmu Pengetahuan Teknologi, dan Seni. Untuk menghadapi hal terserbut semua pihak dituntut
untuk mengantisipasinya, agar dapat menjadi warganegara yang Indonesia yang baik (good
citizen).

Peran Pancasila dalam kehidupan di Indonesia sangat dibutuhkan untuk saat ini karena
kehidupan di Indonesia saat ini sudah semakin memprihatinkan. Implementasi fungsi
Pancasila sebagai pandangan hidup, juga akan menentukan keberhasilan fungsi Pancasila
sebagai dasar Negara. Jika setiap warga negara telah melaksanakan Pancasila sebagai
pandangan hidup (mempunyai karakter/moral Pancasila), ketika yang bersangkutan diberi
amanah menjadi penyelenggara Negara tentu akan menjadi penyelenggara Negara yang baik,
paling tidak akan berusaha untuk menghindari tindakan-tindakan yang melanggar norma-
norma hukum maupun norma moral.

B. Perspektif Historis

Pembentukan Pancasila

Keberadaan Pancasila sebagai dasar filsafat negara dapat ditelusuri secara historis sejak
adanya sejawah awal masyarakat Indonesia. Keberadaan masyarakat ini dapat dilacak melalui
berbagai peninggalan sejarah yang berupa peradaban, agama, hidup ketatanegaraan,
kegotongroyongan, struktur sosial dari masyarakat.

Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam sidangnya tanggal


29 Mei (Moh. Yamin), 31 Mei (Prof. Supomo), dan tanggal 1 Juni 1945 (Ir. Soekarno) telah
dibahasa dasar-dasar negara Republik Indonesia. Dari ke-62 ketua dan anggota BPUPKI
akhirnya menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai
dasar Negara Republik Indonesia merupakan suatu Ideologi bangsa Indonesia sekaligus
menjadi pandangan hidup (Weltaschauung) dari bangsa Indonesia.

Mengapa Pancasila merupakan suatu Weltanschauung dari bangsa Indonesia Kalau suatu
ideologi suatu bangsa dirumuskan oleh seseorang, maka Weltanschauung merupakan
kesepakatan dari anggota masyarakat suatu bangsa. Ternyata nilai-nilai Pancasila telah digali
dari budaya dan sejarah bangsa Indonesia seperti yang terjadi dalam Kerajaan Kutai,
Sriwijaya, dan Majapahit abad 11-13.

Pancasila sebagai Ideologi

Pancasila sebagai ideologi artinya Pancasila merupakan dasar hukum di dalam


penyelenggaraan kehidupan bernegara. Pancasila merupakan dasar hukum dalam
penyelenggaraan NKRI. Sebagai dasar hukum, pancasila dijadikan norma-norma yang
mengatur kehidupan bersama rakyat indonesia dalam semua bidang kehidupan, baik
kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, pendidikan dan kegiatan-kegiatan
bermasyarakat lainnya.

Pancasila sebagai Weltanschauung

Pancasila sebagai Weltanschauung berarti nilai-nilai pancasila merupakan etika kehidupan


bersama bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut atau praksis kehidupan di dalam masyarakat
bangsa Indonesia diatur oleh nilai-nilai pencasila. Dengan kata lain setiap anggota
masyarakat Indonesia mewujudkan di dalam kehidupan sehati-harinya nilai-nlai pancasila
seperti di dalam kegiatan berketuhanan yang maha esa yang meminta toleransi serta
menghargai sesama yang berbeda keyakinan agamanya. Dia mempunyai rasa nasionalisme
yang kuta untuk menunjukkan bahwa dia adalah orang Indonesia yang menjunjung tinggi
kedaulatan bangsa Indonesia dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa yang lain.

Selanjutnya dia mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi dalam menghargai akan nilai-nilai
yang dimilikinya tetangganya sesamanya dan umat manusia di seluruh dunia. Demikian pula
dia mempunyai sikap yang demokratis yang tidak memutlakkan pendapatnya sendiri tetapi
mencari jalan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama dan akhirnya dia adalah seorang
yang mempunyai rasa keadilan sosial yang menghargai akan nilai-nilai hidup manusia yang
setara.

Nilai-nilai yang ada dalam adat-istiadat masyarakat sejak zaman Kutai sampai Majapahit
semakin mengkristal pada era sejarah perjuangan bangsa yang ditandai dengan perumusan
Pancasila sebagai dasar negara oleh para pendiri (founding fathers). Pancasila sebagai filsafat
hidup bangsa merupakan jati diri bangsa yang menunjukkan adanya ciri khas, sifat, karakter
bangsa yang berbeda dengan bangsa lain.

Pada pokonya nilai-nilai pancasila berwujud integralistik artinya yang menyatukan seluruh
anggota masyarakat Indonesia sebagai bangsaa Indonesia yang beradab dan bertekad untuk
meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia bahkan untuk manusia di seluruh dunia. Inilah
wujud abstrak dari manusia Pancasilais Indonesia. Wujud manusia Pancasilais manusia
Indonesia ini perlu dibangun dan sebagai suatu norma etika akan lebih mantap apabila
diwujudkan di dalam hubungan sosial antar manusia. Mewujudkan manusia Indonesia
Pancaslais inilah hanya dapat dilaksanakan di dalam suatu proses pendidikan. Proses
pendidikan tersebut terjadi bukan hanya secara formal (pendidikan formal di lembaga-
lembaga pendidikan) tetapi juga dalam lingkungan informal, seperti di dalam keluarga, serta
pendidikan informal lainnya yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sistem nilai adalah konsep atau gagasan secara menyeluruh mengenai apa yang hidup dalam
pikiran seorang atau sebagian masyarakat tentang apa yang dipandang baik, berharga, dan
penting dalam hidup. Sistem nilai tentu saja berfungsi sebagai pedoman pemberi arah dan
orientasi kepada kehidupan masyarakat tersebut.

Pancasila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai, yatu ketuhanan, kemanusiaan,


persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai ini merupakan suatu kesatuan utuh, tak
terpisahkan mengacu pada tujuan yang satu. Pancasila sebagai suatu sistem nilai termasuk ke
dalam nilai moral (nilai kebaikan) dan merupakan nilai-nilai dasar yang bersifat abstrak.

Perlu dicatat bahwa nilai-nilai Pancasila baik yang bersifat ideologis, maupun weltanscauum
sifatnya adalah integralistik dan piramidal. Integralistik artinya nilai-nilai dalam pancasila
terserbut merupakan suatu kesatuan dan sifatnya yang piramidal artinya nilai-nilai tersebut
disinari oleh nilai-nilai yang di atasnya. Nilai-nilai ketuhanan akan menyinari nilai-nilai
kebangsaan seterusnya nilai-nilai kebangsaan akan menyinari nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-
nilai kemanusiaan akan menyinari selanjutnya nilai-nilai demokrasi di dalam kehidupan
bermasyarakat dan akhirnya nilai-nilai demokrasi menyinari nilai-nilai keadilan sosial bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Perwujudan dari sistem etika yang demikian tentunya
memerlukan suatu proses pendidikan yang berkelanjutan. Sekali kita lihat di sini bagaimana
nilai-nilai pancasila tersebut mempunyai dasar di dalam kebudayaan bangsa Indonesia dan
kemudian dihadapkan kepada kekuatan-kekuatan global yang mempengaruhi kehidupan
manusia di dunia ini.

Era Orde Baru

Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen. Semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman sejarah dari
pemerintahan sebelumnya yang telah menyimpang dari Pancasila serta UUD 1945 demi
kepentingan kekuasaan. Akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda
dengan apa yang terjadi pada masa orde lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya sebagai
alat pembenar rezim otoritarian baru di bawah Soeharto.

Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan orde baru sebagai
alat untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara. Sehingga Pancasila oleh
rezim orde baru kemudian ditafsirkan sedemikian rupa sehingga membenarkan dan
memperkuat otoritarianisme negara. Maka dari itu Pancasila perlu disosialisasikan sebagai
doktrin komprehensif dalam diri masyarakat Indonesia guna memberikan legitimasi atas
segala tindakan pemerintah yang berkuasa. dalam diri masyarakat Indonesia. Adapun dalam
pelaksanaannya upaya indroktinisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari
pengkultusan Pancasila sampai dengan Penataran P4.
Era Reformasi

Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun
masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat
terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan
vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama dan Orde Baru
menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter. Terlepas dari kelemahan masa
lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini, Pancasila harus tetap sebagai ideologi
kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan yang
kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat
penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan segregasi sosial dan
konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya, yang diperlukan dalam konteks era
reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten,
integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara.

Di era reformasi ini ada gejala Pancasila ikut “terdeskreditkan” sebagai bagian dari
pengalaman masa lalu yang buruk. Sebagai suatu konsepsi politik Pancasila pernah dipakai
sebagai legitimasi ideologis dalam membenarkan negara Orde Baru dengan segala sepak
terjangnya. Sungguh suatu ironi sampai muncul kesan di masa lalu bahwa mengkritik
pemerintahan Orde Baru dianggap “anti Pancasila“. Jadi sulit untuk dielakkan jika sekarang
ini muncul pendeskreditan atas Pancasila. Pancasila ikut disalahkan dan menjadi sebab
kehancuran. Orang gamang untuk berbicara Pancasila dan merasa tidak perlu untuk
membicarakannya.

Guna mewujudkan identitas yang khas, masyarakat Indonesia hendaknya berupaya sungguh-
sungguh dalam mengarahkan akal pikiran dan kecenderungan dengan satu arah yang
dibangun di atas satu azas, yaitu Pancasila. “Azas tunggal” yang digunakan dalam
pembentukan identitas merupakan hal yang penting diperhatikan. Kelalaian dalam hal ini
akan menghasilkan identitas yang tidak jelas warnanya.

Mengembangkan identitas ini bisa dilakukan dengan cara membakar semangat masyarakat
untuk serius dan sungguh-sungguh dalam mengisi pemikirannya dengan nilai-nilai Pancasila,
serta mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Dalam kehidupan di Indonesia Pancasila juga berperan dalam perkembangan ilmu


pengetahuan, dan teknologi. Apalagi untuk sekarang ini ilmu dan teknologi di Indonesia
sudah sangat maju. Kepemilikan iptek untuk memudahkan kehidupan manusia dan
mengangkat derajat manusia, oleh karena itu kepemilikan tersebut harus diiringi dengan cara
mengunakan yang tepat. Dalam kondisi ini maka diperlukan suatu platform yang mampu
dijadikan sebagai ruhnya bagi perkembangan iptek di Indonesia. Bangsa Indonesia, dalam
seluruh dimensi hidupnya, termasuk dibidang iptek, tergantung pada kuat tidaknya
memegang ruh bangsanya, yaitu Pancasila. Pancasila berperan memberikan beberapa prinsip
etis kepada ilmu, sebagai berikut:

1. Martabat manusia sebagai pribadi, sebagai subjek tidak boleh diperalat untuk
kepentingan iptek, riset.

2. Prinsip” tidak merugikan”, harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan.

3. Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan dari kesulitan-kesulitan


hidupnya.

4. Harus dihindari adanya monopoli perkembangan iptek.

5. Diharuskan adanya kesamaan pemahaman antara ilmuan dan agamawan, yaitu bahwa
iman memancar dalam ilmu sebagai usaha memahami ”sunnatullah”, dan ilmu
menerangi jalan yang telah ditunjukkan oleh iman.

Era Globalisasi

Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena
terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan, khususnya di bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan terjadinya perkembangan berbagai aspek
kehidupan khususnya di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai
negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi
di dunia.

Namun fenomena globalisasi ini tidak selalu memberi dampak positif, berbagai perubahan
yang terjadi akibat dari globalisasi sudah sangat terasa,baik itu di bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan teknologi informasi, serta bidang-bidang lainnya.

Berbagai dampak negatif terjadi dikarenakan manusia kurang bisa memfilter dampak dari
globalisasi sehingga lebih banyak mengambil hal-hal negatif dari pada hal-hal positif yang
sebenarnya bisa lebih banyak kita dapatkan dari fenomena globalisasi ini.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri negara ini
haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara,berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu untuk
menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,pancasila terus dipertahankan
oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara,itu membuktikan bahwa pancasila
merupakan ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia.

Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian
bangsa,dan kini mau tak mau,suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di pusaran arus
globalisasi dunia.Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti
kehilangan jatidiri,kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia.Rakyat yang tumbuh di
atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan,tetapi kemajuan
tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri.Mereka
kehilangan jatidiri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.

Dalam arus globalisasi saat ini di mana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap
bangsa Indonesia, rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri.

Dahulu, sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu, islam,
serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme.pengalaman pahit berupa
kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat bahwa
pada zaman modern sekarang ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam
bentuk fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak
berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan
berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.

Hal terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya
nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap.
Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional
mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila
sebagai pandangan hidup dan dasar negara, serta sumber nilai bagi warga negara Indonesia.
Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai
atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya,
dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia tengah
berada pada titik nadir.

Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga
budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat.
Nilai-nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa
yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem
demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham
liberalisme. Padahal, negara Indonesia—seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di
depan Sidang Umum PBB—menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong
royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat.

Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan
semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan
diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai
kebebasan tanpa batas.

C. Implementasi Pancasila di Bidang Pendidikan

Tampaknya terjadi kekacauan di dalam tidak membedakannya antara Pancasila sebagai sitem
nilai-nilai kebersamaan bangsa Indonesia dengan praktik kehidupan di masa lalu yang telah
menyeleweng dari nilai-nilai etika Pancasila. Di dalam suasana keraguan akan nilai-nilai
luhur Pancasila yang dimiliki oleh bangsa Indonesia orang mencari nilai-nilai baru yang
diperlukan oleh bangsa Indonesia di dalam menghadapi masalah kehidupan masa depan
bangsa.

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan/keahlian dalam kesatuan organis harmonis dinamis, didalam dan diluar sekolah
dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu pengembangan pendidikan haruslah
berorientasi kepada dua tujuan, yakni untuk pembinaan moral dan intelektual. Moral tanpa
intelektual akan tidak berdaya. Intelektual tanpa moral akan berbahaya, karena seseorang
dapat menggunakan kepandaiannya itu untuk kepentingannya sendiri dan merugikan orang
lain. Selain itu pendidikan juga suatu proses secara sadar dan terencana untuk membelajarkan
peserta didik dan masyarakat dalam rangka membangun watak dan peradapan manusia yang
bermartabat. Ialah manusia – manusia yang beriman dan brtaqwa kepada Tuhan Yang Maha
kemanusiaan, menghargai sesama, santun dan tenggang rasa, toleransi dan mengembangkan
kebersamaan dan keberagaman, membamgun kedisiplinan dan kemandirian, sesuai dengan
nilai – nilai pancasila.

Oleh karena itu proses dan isi pembelajaran hendaknya dirancang secara cermat sesuai
dengan tujuan pendidikan. Pada giliran selanjutnya akan menjadi potensi bagi proses
pembelajaran yang berkualitas.

Pembentukan nilai-nilai positif sebagai warga dan sebagai warga negara yang baik dimulai di
lingkungan keluarga. Di dalam lingkungan keluargalah anak-anak mulai mengenal nilai-nilai
yang positif yang dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Tentunya di dalam lingkungan
keluarga tidak diajarkan secara formal nilai-nilai Pancasila yang abstrak itu tetapi penjabaran
dari nilai-nilai Pancasila seperti toleransi terhadap perbedaan misalnya di dalam kepercayaan,
agama, suku, dan sebagainya sudah dapat dimulai dalam lingkungan keluarga. Bagaimanakah
proses ini dapat dilaksanakan mengingat tingkat pendidikan keluarga masih rendah?

Dikalangan siswa atau dibangku sekolahan, masih banyak anak sekolahan yang melanggar
aturan sekolah dan lingkungan sekitarnya seperti banyak siswa sekarang yang mabuk-
mabukan, kebut-kebutan di jalan, bolos, dan yang paling marak terjadi penyimpangan dari
aturan atau norma pada saat ini adalah tauran. Tauran dikalangan siswa sudah berada
ditingkat atas dimana tauran tersebut membuat aturan yang telah berlaku hanya sebagai
lukisan dinding yang dipajang. Tauran tersebut telah menjadi-jadi artinya tauran yang disertai
pembunuhan. Meskipun semua orang telah tahu akan hal itu khususnya siswa tetapi mereka
tetap saja tidak sadar akan norma yang mengatur, sebenarnya sebagai siswa harus wajib
menuntut ilmu, belajar dengan sungguh-sungguh, dan yang paling penting sebagai penerus
bangsa dan negara Republik Indonesia yaitu mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan sehari-hari bukan mengamalkan hal-hal yang menyimpang dari aturan.

Selain itu, meskipun sekolah telah menerapkan aturan yang tegas dan mengikat, tetapi tetap
saja penyimpangan itu terjadi. Hal seperti itu masih perlu ditingkatkan dari dalam diri siswa
itu sendiri bila perlu sekolah tersebut membuat aturan lain agar siswa tersebut bisa disiplin
dan tidak menyimpang dari aturan atau norma.
Dalam bidang sosial budaya, disatu sisi kebebasan berbicara, bersikap,dan bertindak amat
memacu kreativitas masyarakat. Namun, di sisi lainjustru menimbulkan semangat
primordialisme. Benturan antar suku, antarumat beragama, antar kelompok, dan antar daerah
terjadi dimana-mana. Kriminalitas meningkat dan pengerahan masa menjadi cara
untukmenyelesaikan berbagai persoalan yang berpotensi tindakan kekerasan. Kondisi nyata
saat ini yang dihadapi adalah munculnya ego kedaerahan dan primordialisme sempit,
munculnya indikasi tersebut sebagai salah satu gambaran menurunnya pemahaman tentang
Pancasila sebagai suatu ideologi, dasar negara, azas, paham negara.

Padahal seperti diketahui Pancasila sebagai sistem yang terdiri dari lima sila
(sikap/prinsip/pandangan hidup) dan merupakan suatu keutuhan yang saling menjiwai dan
dijiwai itu digali dari kepribadian bangsa Indonesia yang majemuk bermacam etnis/suku
bangsa, agama dan budaya yang bersumpah menjadi satu bangsa, satu tanah air dan satu
bahasa persatuan, sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika. Menurunnya rasa persatuan dan
kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini adalah yang ditandai dengan adanya konflik
dibeberapa daerah, baik konflik horizontal maupun konflik vertikal, seperti halnya yang
masih terjadi di Lampung, Poso, dan Papua, serta beberapa daerah lain di Indonesia.

Berbagai konflik yang terjadi dan telah banyak menelan korban jiwa antar sesama warga
bangsa dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh
nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan telah hilangdari kehidupan
masyarakat Indonesia.

Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan
dari bangsa Indonesia serta merupakan ciri khas yaitu membedakan bangsa Indonesia dari
bangsa lain. Terdapat kemungkinan, bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yagn lain,
bersifat universal yang juga dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi ke-5 sila
yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah pula itulah yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia. Kenyataan sehar-hari yang kita lihat dalam masyarakat bangsa Indonesia antara
lain :

1. Bangsa Indonesia sejak dahulu sebagai bangsa yang religius, percaya akan adanya zat
yang maha kuasa dan mempunyai keyakinan yang penuh, bahwa segala sesuatu yang
ada dimuka bumi ini akan ciptaan Tuhan. Dalam sejarah nenek moyang, kita ketahui
bahwa kepercayaan kepada Tuhan itu dimulai dari bentuk dinamisme (serba tenaga),
lalu animisme (serba arwah), kemudian menjadi politeisme (serba dewa)dan akhirnya
menjadi monoteisme (kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa) sisanya
dalam bentuk peninggalan tempat-tempat pemujaan dan peribadatan upacara-upacara
ritual keagamaan.

2. Sejak dahulu, bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa pada hakekatnya semua manusia
dilahirkan sama, dan karena itu yang hidup dan menikmati kehadapan sepenuhnya
watak mesti bangsa Indonesia yang sebenarnya, tidak menyukai perbedaan perihal
martabat yang disebabkan karena perbedaan warna kulit, daerah keturunan dan kasta
seperti yang terjadi masyarakat feodal.
3. Karena pengaruh keadaan geografisnya yang terpencar antara satu wilayah dengan
wilayah yang lainnya, antar satu pulau dengan pulau lainnya maka Indonesia terkenal
mempunyai banyak perbedaan yang beraneka ragam sejak dari perbedaan bahasa
daerah, suku bangsa, adat istiadat, kesenian dan kebudayaannya (bhineka), tetapi
karena mempunyai kepentingan yang sama, maka setiap ada bahagian yang
mengancam dari luar selalu menimbulkan kesadaran bahwa dalam kebhinekaan itu
terdapat ketunggalan yang harus diutamkana kesadaran kebangsaan yang berbeda
yaitu sebagai bangsaIndonesia.

4. Ciri khas yang merupakan kepribadian bangsa dari berbagai suku, bangsa Indonesia
adalah adanya prinsip musyawarah diantara warga masyarakat sendiri dalam
mengatur tata kehidupan mereka. Sedang kepala desa, kepala suku,dan sebagainya
hanya merupakan pamong (pembimbing mereka yang dipilih dan dari antara mereka
sendiri, prinsip musyawarah dan masyarakat yang merupakan inti dari kerakyatan
telah dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat adat seperti : desa marga, kurnia,
nagori, banua, dsb.

5. Salah satu bentuk khusus dari kerakyatan ialah kerakyatan dibidang ekonomi, yang
dirumuskan sebagai keadilan atau kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia, asas ini
sudah dikenal berabad-abad lamanya yang sisanya masih dapat kita jumpai dalam
masyarakat terutama di desa, yaitu kebisaaan tolong menolong antara sesama
masyarakat, gotong – royong dalam mengusahakan kepentingan bersama atau
membantu (menolong seseorang yang sangat membutuhkan seperti materialistik,
kapitalisme dan individualisme sama sekali tidak disukai oleh bangsa Indonesia,
karena tidak memungkinkan tercapainya keadilan/kesejahteraan sosial.

D. PENUTUP
1. Simpulan

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa secara historis Pancasila dibentuk sebagai
dasar dan ideologi negara dan sekaligus dimaknai sebagai sumber-sumber nilai, baik dalam
bidang polotik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan sumber-sumber lainnya.

Pendidikan merupakan satu aspek penting untuk membangun bangsa. Hampir semua bangsa
menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dalam Program Pembangunan Nasional.
Sumber daya manusia yang bermutu yang merupakan Produk Pendidikan dan merupakan
kunci keberhasilan suatu Negara. Oleh sebab itu pendidikan sangat diharuskan memberikan
peranan yang sangat penting baik itu untuk diri sendiri, orang lain, masyarakat ataupun
negara.

Pancasila sebagai pedoman pelaksanaan pembaharuan sistem pendidikan memiliki peranan


yang sangat penting yaitu diharapkan mampu mendukung upaya mewujudkan kualitas
masyarakat Indonesia yang maju dan mampu menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.

2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan dalam tulisan ini, dan mengingat begitu pentingnya
artinya Pancasila bagi individu, masyarakat, dan seluruh warga negara Indonesia dan juga
dalam pengelolaan pemerintahan, serta memperhatikan dan menyikapi permasalahan historis
dan implementasi Pancasila dalam bidang pendidikan, serta tantangan globalisasi dalam
perkembangan ilmu pengetahun, teknologi, dan seni, maka diperlukan upaya untuk
mengembalikan atau merevitalisasi Pancasila sebagai dasar, ideologi, dan sumber nilai-nilai
bagi bangsa Indonesia.

Selain itu diperlukan untuk memasukkan kembali Pancasila sebagai bahan/materi


pembelajaran pada system pendidikan nasional, dan mengaplikannya dalam pembelajaran di
sekolah, yang nantinya akan dapat berkontribusi dalam memperbaiki dan
menumbuhkembangkan karakter peserta didik yang akhirnya akan mengembalikan karakter
bangsa Indonesia yang bermartabat.

Daftar Pustaka

Ahmad Muchji, dkk. 2006. Pendidikan Pancasila, Jakarta: Guna Dharma Press

Agus Wahyudi,Ideologi Pancasila: Doktrin Yang Komprehensif Atau Konsepsi


Politis?,Makalah, disampaikan dalam diskusi bulanan di Pusat Studi Pancasila (PSP), UGM,
Yogyakarta, 17 Desember 2004,hlm.3

H.A.R. Tilaar. 2012. Memantapkan Karakter Bangsa Menuju Generasi 2045. Yogyakarta.
Makalah disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia Ke-7 pada tanggal 1
November 2012.

Jimmy Hasoloan, 2008, Pancasila, Cirebon: Swagati Press

Rukiyati. 2008. Pendidikan Pancasila; Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta: UNY Press

Sugeng Bayu Wahyono, Agama, Humanisme, dan Relevansi Pancasila, Jurnal Dialog
Kebijakan Publik, Edisi 2, Agstus 2011, hlm.7.

Suroso.Implementasi Nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan Pancasila dalam Pemberdayaan


Orang Miskin. Jurnal Dialog Kebijakan Publik, Edisi 2, Agstus 2011,hlm.11

https://desyandri.wordpress.com/2014/01/04/implementasi-dan-revitalisasi-pancasila-dalam-
menumbuhkembangkan-karakter-bangsa/
Implementasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila Dalam Pendidikan
Posted on 2 Juni 2012 by sohudi

Kita ketahui bersama bahwa tanggal 1 Juni 1945 merupakan lahirnya pancasila yang
merupakan dasar dari kemerdekaan bangsa Indonesia. 67 tahun yang lalu the founding father
meletakkan fondasi berbangsa dan bernegara yang tidak lagi tersekat-sekat oleh kesukuan,
agama maupun ras demi meyelamatkan nusantara yang raya ini. Pancasila adalah ideologi
dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima
dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyatIndonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan
KemerdekaanIndonesiayaitu :

 Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945.
Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan,
Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa
kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup
ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.

 Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato
spontannya yang kemudian dikenal dengan judul “Lahirnya Pancasila“. Sukarno
mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme;
Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama
Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu,
katanya: “

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan


ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini
dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya
azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan
abadi.

Merealisasikan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan saat ini dengan gembar-gembornya pendidikan karakter bukan hanya slogan yang
terpanpang di lembaga-lembaga pendidikan maupun instansi pendidikan tetapi mengerucut
pada nilai-nilai yang terimplementasi dari pendidikan karakter tersebut. Pendidikan karakter
mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan
bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk
membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan kata lain pendidikan karakter mengajarkan bangsa ini, pemuda negeri ini, untuk
berpikir cerdas sehingga mampu mengatasi berbagai macam masalah baru yang ada,
meningkatkan kemampuan untuk berbaur dengan bangsa lain dengan tetap mempertahankan
identitas dan budaya bangsanya.

Dijadikannya pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara membawa konsekuensi
logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok dalam berpikir dan
berbuat, dan hal ini mengharuskan bangsa Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai
Pancasila itu kedalam sikap dan perilaku nyata baik dalam perilaku hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai luhur Pancasila adalah
media yang tepat untuk merealisasikan hal tersebut, dengan tindakan yang tepat maka akan
dihasilkan pula output atau keluaran yang tepat yaitu bangsaIndonesia yang berjiwa
Pancasila. Tanpa adanya realisasi atau perwujudan nyata nilai-nilai luhur tersebut, maka
Pancasila hanya tinggal ucapan-ucapan tanpa makna.

Moral atau dalam kata lain disebut kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur
tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan
benar. Jadi pendidikan moral ditujukan untuk memagari manusia dari melakukan perbuatan
yang buruk yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada baik itu dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Dalam kurun satu dekade ini, bangsa Indonesia mengalami kemunduran moral yang sangat
hebat, ditandai dengan tingginya angka freesex atau seks bebas di kalangan remaja, maraknya
penggunaan obat-obatan terlarang, seringnya terjadi bentrokan antar warga, antar pelajar,
mahasiswa dengan aparat, dan lainnya yang biasanya didasari hal-hal sepele, semakin
banyaknya kasus korupsi yang belum terungkap ke permukaan juga menunjukan degradasi
moral tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat biasa, tetapi juga terjadi pada para pejabat
yang seharusnya menjadi pengayom dan teladan bagi warganya. Oleh karena itu nilai-nilai
luhur dari pancasila harus di tanamkan kepada peserta didik sejak dini ini, untuk itu perlu
penyabaran secara konkret agar mudah di pahami oleh peserta didik. ini yang merupakan
tantangan kita sebagai pendidik apalagi era saat ini dimana lesunya berbangsa dan bernegara.
Pendidikan harus tampil di garda terdepan untuk memperbaiki bangsa dan negeraIndonesia
saat ini.

https://udiesp.wordpress.com/2012/06/02/implementasi-nilai-nilai-luhur-pancasila/

Anda mungkin juga menyukai