Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No.

1 (2014): 27 – 34 ISSN 2354-970X

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN


ACETOBAKTER XYLINUM MENJADI NATA DE SOYA DAN MASA INKUBASI
TERHADAP KARAKTERISTIK NATA

Armi
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Serambi Mekkah

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan limbah cair industri tahu dengan
menggunakan Acetobakter xylinum dapat dijadikan nata de soya dan pengaruh ketinggian
media dalam loyang serta masa inkubasinya. produk yang lebih bermanfaat merupakan
alternatif terbaik yang dapat ditawarkan kepada pengusaha tahu dan masyarakat. Cairan
limbah pembuatan tahu biasanya dibuang dan menjadi bahan pencemar lingkungan baik
pada tanah, kolam disekitar pabrik tahu, dan sungai tempat membuang limbah cair
tersebut. Air limbah masih mengandung beberapa bahan organik, salah satunya adalah
protein dari kedelai. Pada pembuatan nata jumlah cairan media akan mempengaruhi hasil
nata, demikian juga waktu inkubasi media akan mempengaruhi ketebalan nata. Metode
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 3 taraf.
Faktor ketinggian media cairan terdiri atas 1, 1/2, 2/3 dari tinggi wadah inkubasi. Sedang
faktor inkubasi terdiri atas 8, 10 dan 12 hari. Pengamatan dilakukan terhadap nata de soya
yang dihasilkan meliputi: ketebalan dan uji organoleptik (kekenyalan dan warna). Hasil
percobaan menunjukkan nata de soya paling tebal (10,8 mm) dihasilkan pada perlakuan
ketinggian cairan 2/3 dan waktu inkubasi 12 hari. Untuk kekenyalan juga pada interaksi
perlakuan yang sama. Sedangkan warna nata pada penelitian ini hanya pada masa
inkubasi yang berpengaruh nyata, sedangkan ketinggian medianya tidak berpengaruh.

Kata Kunci: Limbah tahu, inkubasi, nata de soya

PENDAHULUAN dilakukan industri masyarakat sangat


sederhana. Pada proses pembuatan tahu
Tahu merupakan makanan sumber protein didapat hasil samping berupa limbah padat
yang sangat populer di masyarakat. Bahan (ampas tahu) dan limbah cair (whey tahu). Air
baku pembuatan tahu adalah kedelai. limbah tahu merupakan masalah utama yang
Komponen terpenting dari tahu yang mengganggu kesehatan lingkungan, khususnya
menentukan kualitas tahu adalah protein. Tahu pada musim kemarau. Air limbah tahu
merupakan salah satu makanan tradisional adalah air sisa penggumpalan tahu (whey tofu)
yang populer. Selain rasanya enak, harganya yang dihasilkan selama proses pembuatan
murah dan nilai gizinya pun tinggi. Bahan tahu (Lestari, 1994).
makanan ini diolah dari kacang kedelai.
Meskipun berharga murah dan bentuknya Nata merupakan jenis makanan yang diperoleh
sederhana, ternyata tahu mempunyai mutu dari hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter
yang istimewa dilihat dari segi gizi. Hasil studi xylinum. Makanan ini berbentuk padat, putih,
menunjukkan bahwa tahu kaya protein kenyal,dan transparan. Produksi ini biasanya
bermutu tinggi, tinggi sifat komplementasi dijual dalam kemasan plastik. Kandungan
proteinnya, ideal untuk makanan diet, rendah terbesarnya adalah air, karena itu produk ini
kandungan lemak jenuh dan bebas kolesterol, dipakai sebagi sumber makanan rendah kalori
kaya mineral dan vitamin (Koswara, 2006). untuk program diet. Selain itu nata juga
mengandung serat yang sangat diperlukan oleh
Industri pembuatan tahu tersebar di tubuh. Pembuatan nata pada prinsipnya adalah
masyarakat. Proses pembuatan tahu yang pembentukan selulosa sintesis melalui

* Korespondensi Pengarang:
Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah
Jl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda Aceh
E-mail: armi@yahoo.com
28 | Armi

fermentasi gula oleh bakteri Acetobacter METODE PENELITIAN


xylinum. Untuk hidup, semua organisme
membutuhkan sumber energi, yang diperoleh Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
dari metabolisme bahan pangan tempat SMK-SMTI Kecamatan Kuta Alam Banda
organisme hidup di dalamnya. Aceh.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Alat dan Bahan Penelitian
Nadiyah (2002), menunjukkan bahwa Alat dan bahan yang digunakan dalam
bakteri Acetobacter xylinum memiliki penelitian ini antara lain:
kemampuan mengubah karbohidrat bekatul a. Alat
menjadi selulosa. Bakteri Acetobacter 1. Alat untuk Penyiapan Biakan
xylinum yang difermentasikan di dalam Murni:Alat pensteril, Tabung reaksi,
medium dengan suasana asam (pH 4) dan kapas, Jarum ose, Kotak inokulasi,
kadar gula yang tinggi akan membentuk nata Lampu spritus, Gelas piala, Kompor,
(Anonim, 2002). Kotak inkubasi, Lemari pendingin
(kulkas), Timbangan, pH meter.
Limbah cair industri tahu yang akan dijadikan (Solechan, 2013)
sampel adalah limbah cair yang di peroleh dari 2. Pembuatan Starter: Botol bermulut
home industri tahu produksi M. Nasir Jln. Tgk lebar, Kertas koran, Ruang inkubasi,
Lampoh bungoeng Banda Aceh. Berdasarkan Wadah perebus media, Timbangan, pH
observasi pada home industri tahu tersebut meter.
setiap harinya mengolah 100 kg kedelai untuk
dijadikan tahu. Untuk mengolah 100 kg b. Bahan
kedelai akan menghasilkan limbah cair Bahan baku yang digunakan dalam
sebanyak 150 - 430 liter dengan nilai percobaan ini adalah whey tahu (segar)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) 2.800 – yang diperoleh dari home industri tahu
4.300 mg/l, Total Suspended Solid (TSS) 615 – produksi M. Nasir Jln.Tgk Lampoh
629 mg/l, PH 3,4 – 3,8 dan Dissolved Oxygen Bungoeng, bathoh Banda Aceh. Sebagai
(DO) 1,5 – 2,2 mg/l (Musanif dan sulaeman, bahan pelengkap meliputi: gula pasir,
2009). asam cuka glasial, (NH4)2SO4, serta cairan
starter (bibit) yang mengandung biakan
Limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan Acetobacter xylinum yang diperoleh dari
tahu tersebut dibuang bebas kesungai tanpa SMK-SMTI Negeri Banda Aceh.
ada pengolahan sebelumnya. Limbah cair tahu
mengandung bahan organik yang tinggi, jika Rancangan Percobaan Penelitian
terurai akan menimbulkan bau busuk sehingga Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
akan mengurangi nilai estestika lingkungan. Lengkap (RAL) faktorial, dengan faktor A
Untuk mengurangi kuantitas air limbah tahu adalah ketinggian cairan media dan faktor B
yang dibuang bebas keperairan, maka upaya adalah waktu inkubasi. Faktor ketinggian
peningkatan nilai ekonomis air limbah tahu cairan media (A) sebanyak 3 taraf yaitu 1, 1/2
menjadi produk nata de soya. dan 2/3 wadah (loyang) untuk inkubasi.
Sedang taraf waktu inkubasi (B) terdiri atas 3
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui taraf, yaitu 8, 10 dan 12 hari.
pemanfaatan limbah cair industri tahu dengan
menggunakan Acetobakter xylinum dapat Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan
dijadikan nata de soya, dan untuk mengetahui dengan 2 kali ulangan sehingga menjadi 18
pengaruh ketinggian media dan masa inkubasi unit percobaan. Adapun susunan kombinasi
terhadap karakteristik nata de soya. perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014


Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinum menjadi Nata De Soya | 29

Tabel 1 Susunan Kombinasi Perlakuan


Ketinggian media
Jenis bahan Massa inkubasi (A)
baku (J) Ulangan (B) A1=1 A2=1/2 A3=2/3
loyang loyang loyang
I B1=8 Hari B1A1 B1A2 B1A3
II B1A1 B1A2 B1A3
I B2=10 Hari B2A1 B2A2 B2A3
J II B2A1 B2A2 B2A3
I B3= 12 Hari B3A1 B3A2 B3A3
II B3A1 B3A2 B3A3
Ket: J= Limbah Air Tahu
B1= 8 hari A1= 1 loyang I= Loyang ke- 1
B2= 10 hari A2= 1/2 loyang II= Loyang ke- 2
B3= 12 hari A3= 2/3 loyang

Model matematika untuk melihat variasi c) Lalu dipanaskan pada suhu 100ºC
respon pada rancangan acak lengkap faktorian selama 30 menit sambil diaduk hingga
yang digunakan adalah: larut.
Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Σk(ij) d) Didalam keadaan panas, media
dituangkan kedalam botol kaca yang
Dimana: telah disterilkan dan ditutup dengan
Yijk = Hasil pengamatan observasi ke-k kertas koran.
yang terjadi karena pengaruh taraf e) Setelah media dingin, ditambahkan 50
ke-i faktor ketinggian media (A) ml suspense Acetobakter xylinum
dan taraf ke-j faktor inkubasi (B). kedalam masing-masing botol kaca.
µ = Nilai tengah atau pengaruh rata-rata f) Kemudian difermentasikan pada suhu
yang sebenarnya kamar selama 4-7 hari sampai terlihat
Ai = pengaruh faktor A pada taraf ke-i padatan memutih.
Bj = pengaruh faktor B pada taraf ke-j
(AB)ij = pengaruh interaksi antara faktor A Pembuatan Nata De Soya
taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j 1. Air tahu disaring sebanyak 15 liter.
Σk(ij) = pengaruh dari taraf ke-k dalam 2. Larutan yang sudah tersedia dipanaskan
kombinasi perlakuan Σ. pada suhu 100ºC selama 15 menit sambil
diaduk hingga larut.
Apabila terdapat pengaruh yang nyata antara 3. Ditambahkan gula sebanyak 1500 gram
perlakuan maka akan diteruskan dengan uji dan ZA 75 gram , dan ditambahkan asam
√ asetat CH3COO 75 ml.
lanjut Beda Nyata BNJα = qα (v) x
4. Dalam keadaan mendidih media
dituangkan ke dalam wadah fermentasi
Keterangan: yang telah disterilkan sesuai dengan
qα : nilai baku pada taraf uji α dan derajat perlakuan tinggi cairan media yaitu (1
bebas galat v loyang, 1/2 loyang, dan 2/3 loyang).
KT : kuadrat tengah galat baku derajat 5. Setelah media dingin, ditambahkan cairan
devisiasi starter (Axetobacter xylinum) sebanyak
R : jumlah ulangan 200 ml ke dalam wadah, lalu ditutup
kembali.
Prosedur Penelitian 6. Media yang telah mengandung
1. Pembuatan biakan murni (Solechan, 2013, Acetobacter xylinum kemudian diinkubasi
yang dimodifikasi) selama 8, 10 dan 12 hari.
2. Pembuatan starter : 7. Nata yang terbentuk kemudian dipanen
a) Air tahu disaring sebanyak 500 ml, dan dilakukan pengamatan terhadap sifat
untuk satuan unit percobaan. fisiknya.
b) Ditambahkan gula pasir sebanyak 250 Diagram Alir Pembuatan Starter Air kelapa/
gram, dan ZA sebanyak 50 gram Air Tahu (Solechan, 2013. Yang
kedalamnya, untuk setiap unit dimodifikasikan).
percobaan.

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014


30 | Armi

Air tahu 5 liter

Disaring sebanyak 5 liter Ampas

Ditambahkan gula 500 g


Amonium sulfat (ZA) 100 g
Dipanaskan T = 100 0C
Asam cuka glasial T = 15

Dituangkan dan didinginkan


selama 5 jam

Acetobacter
xylinum 50 mL Media yang sudah dingin

Ditutup dan diikat

Difermentasi

Starter

Air tahu 15 liter

Disaring sebanyak 15 liter Ampas

Ditambahkan gula 1500 g


Amonium sulfat (ZA) 75 g Dipanaskan
Asam Cuka glasial secukupnya

Dituangkan ke dalam loyang


(1, 1/2, 2/3 loyang) dan
didinginkan selama 12 jam

Acetobacter Media yang sudah dingin


xylinum 200 mL

Ditutup dan diikat

Difermentasi

Analisis :
1. Ketebalan
2. Uji Organoleptik (warna Nata de Soya
dan kekenyalan)

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Nata De Soya

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014


Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinum menjadi Nata De Soya | 31

Analisis Data Tabel 2 Data Analisis ketebalan Nata de Soya


Ulangan Rata-
Parameter yang dianalisis meliputi, Perlakuan
I II
Total
rata
ketebalan, masa inkubasi dan organoleptik A1B1 5 mm 5.7 mm 10.7 5.35
(warna dan kekenyalan). Prosedur A1B2 5.9 mm 6.2 mm 12.1 6.05
A1B3 6.5 mm 6.9 mm 13.4 6.7
analisisnya seperti dibawah ini: A2B1 6 mm 6.2 mm 12.2 6.1
A2B2 7.3 mm 7.2 mm 14.5 7.25
1. Analisis Ketebalan Nata De Soya A2B3 7.8 mm 8 mm 15.8 7.9
A3B1 8.1 mm 8 mm 16.1 8.05
(mm). A3B2 9.6 mm 9.4 mm 19 9.5
A3B3 10.8 mm 10.9 mm 21.7 10.85
2. Analisis Masa Inkubasi Nata De Soya Total 67 68.5 135.5 7.53
 Masa Inkubasi 8 hari (ketebalan,
warna, dan kekenyalan) Tabel 2 Hasil analisis nata de soya
menunjukkan bahwa ketebalan nata yang
 Masa Inkubasi 10 hari (ketebalan,
diperoleh berkisar antara 5-10.9 mm dengan
warna, dan kekenyalan) rata-rata 7.53 mm.
 Masa Inkubasi 12 hari (ketebalan,
warna, dan kekenyalan) Analisis varian (ANAVA) terhadap ketebalan
nata de soya dapat disajikan pada tabel 4.2
3. Uji organoleptik sebagai berikut.
Uji organoleptik yang dilakukan pada
produk berupa nata de soya adalah uji Tabel 3. Uji Anava terhadap Ketinggian Media
hedonik. Uji hedonik merupakan uji dan Masa Inkubasi terhadap
berdasarkan atas tingkat kesukaan Ketebalan Nata De Soya.
konsumen terhadap warna dan Sidik
F-tabel
JK Db KT F-hitung
kekenyalan. Pengujian dilakukan oleh Keragaman
5% 1%
20 siswa sebagai pinalis semi terlatih.
Tingkat kesukaan terhadap warna nata Perlakuan 50.131 8 6.266 113.92 3.23 5.47
de soya menggunakan 3 skala skor A 37.141 2 18.571 375.58 4.26 8.02
yaitu putih 3 skor, putih keabu-abuan 2 B 11.848 2 5.924 119.809 4.26 8.02
skor dan putih kekuningan 1skor, Galat 0.445 8 0.05
sedangkan untuk tingkat kesukaan
Total 50.576 17
terhadap kekenyalan nata adalah Keterangan:
dengan cara di makan, jika kenyal Db: Derajat bebas
maka diberi nilai skonya 2 dan jika Jk: jumlah kuadrat
tidak kenyal maka diberi skornya 1. KT: Kuadrat Tengah

Berdasarkan analisis varian ketebalan nata


menunjukkan bahwa ketinggian media dan
HASIL DAN PEMBAHASAN masa inkubasi berpengaruh nyata terhadap
ketebalan nata de soya yang terbentuk, dimana
Ketebalan Nata De Soya F hitung perlakuan > F tabel yaitu F hitung
Ketebalan nata bisa digunakan sebagai 113.92 dan F tabel 3.23, sedangkan pada
ketinggian media F tabel > F hitung yaitu
acuan dari sempurnanya proses fermentasi
375.58 dan F tabel 4.26 dan masa inkubasi
oleh starter (Acetobacter xylinum) yang juga F hitung > F tabel yaitu 119.809 dan F
menentukan kualitas nata de soya yang tabel 4.26 Hal ini karena jumlah media pada
dihasilkan. Ketebalan nata diukur dengan wadah lebih banyak sehingga jumlah bakteri
menggunakan jangka sorong. pembentuk nata dan sumber makanan untuk
pertumbuhan juga lebih banyak. Dari Tabel 3,
Dari hasil penelitian ketebalan nata de soya tampak bahwa semakin lama waktu inkubasi,
dapat ditunjukkan pada Tabel 2 berikut. nata yang terbentuk semakin tebal. Hal ini
dapat diterima karena, dengan waktu inkubasi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014


32 | Armi

yang lebih lama, pembentukan lapisan nata terbentuk, tetapi tidak dipengaruhi secara
oleh bakteri masih berlangsung. nyata oleh ketinggian medianya, nata de
soya paling bagus warnanya pada
Karena terdapat perbedaan yang nyata ketinggian media 2/3 dengan masa
terhadap ketebalan nata di setiap perlakuan,
inkubasi 10 hari (putih bening).
maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur
(BNJ), sebagai berikut:
Masa inkubasi dan ketinggian medianya
berpengaruh tidak nyata terhadap
KTG 0,049 kekenyalan nata de soya yang terbentuk.
BNJ 5%  q (9;9)  5,6 
Ulangan 2 Kekenyalan yang di sukai yaitu A2B3
BNJ 5%  5,6  0,1572  0,88 dengan masa inkubasi 12 hari dan
ketinggian medianya 1/2 Loyang. Nata de
Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Interaksi dengan soya pada masa inkubasi lebih baik
BNJ 5% disimpan pada keadaan gelap atau tidak
Perlakuan A1 A2 A3 terkena cahaya matahari langsung, jika
ditempat gelap maka pertumbuhan bakteri
B1 5,35a 6,1ab 8,05c akan lebih cepat berlangsung. Pada masa
B2 6,05ab 7,25bc 9,5d inkubasi nata de soya sedang berlangsung
B3 6,7b 7,9c 10,85e maka nata tidak boleh ada sentuhan karena
akan mengganggu proses pertumbuhan
nata. Diharapkan bagi masyarakat agar
Uji Organoleptik Nata De Soya dapat mengembangkan produksi nata,
Nilai organoleptik merupakan faktor yang selain dapat mengurangi pencemaran
penting untuk menguji penerimaan lingkungan juga dapat menghasilkan nilai
konsumen terhadap produk makanan. Uji ekonomis.
organoleptik yang dilakukan adalah uji
hedonik atau uji kesukaan. Penilaian uji
organoleptik yang dilakukan terhadap nata REFERENSI
de soya meliputi uji hedonik terhadap
warna, dan kekenyalan. Pengujian Anonim. 2011. Pengaruh Jenis Bahan
dilakukan oleh 20 siswa SMK-SMTI Kuta Baku Konsentrasi Gula dan ZA
Alam Banda Aceh untuk warna nata dalam Perbanyakan Starter Nata
menggunakan 3 skala (skor 1= Putih Terhadap Kualitas Nata De Soya.
Kekuningan, skor 2= Putih keabu-abuan, Skripsi. Fakultas Pertanian,
skor 3=Putih bening). Sedangkan untuk Universitas Syiah Kuala.
kekenyalan dilakukan dengan cara digigit
natanya, kekenyalan nata menggunakan 2 Anonim, 2011. Nata De soya. http://
skala (1= tidak kenyal, 2= kenyal). warintek.progression.or.id./by.rans
[10 maret 2013]
KESIMPULAN Darsono. 2007. Pemanfaatan Air Limbah
Industri Tahu. http://www.
Ketinggian media dan waktu inkubasi serta teknologi/natadesoya.html [8 maret
interaksi keduanya berpengaruh nyata 2013]
terhadap ketebalan nata de soya yang
terbentuk. Nilai nata de soya paling tebal Elradhie Nour Ambiya, 2009. Proses
diperoleh pada ketinggian media 2/3 dari Pengolahan Nata De Soya. Berita
tinggi wadah dan waktu inkubasi 12 hari Peluang Bisnis Air Limbah Tahu
(10,9 mm) serta interaksi keduanya 10,85 Mampu Selamatkan Lingkungan.
mm. Masa inkubasi berpengaruh nyata
terhadap warna nata de soya yang

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014


Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinum menjadi Nata De Soya | 33

Emma, S. 2010. Pengaruh Media Starter Lingkungan. Skripsi. Fakultas Ilmu


Antara Air Kelapa Dengan Air Kesehatan, Pekalongan.
Nira Aren Terhadap Kualitas Nata
De Arenga. Skripsi. Fakultas Nurosid, 2008. Pelatihan Pembuatan Nata
Matematika dan Ilmu Sains, De Soya dari Limbah Tempe Di
Universitas Sumatra utara. Desa Pliken, Kecamatan Kembaran
Banyumas. Jurnal Ilmiah
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Indonesia.
Jakarta: Gramedia.
Pembanyun, R. 2002. Teknologi
Hasbunallah, 2001. Teknologi Tepat Guna Pengolahan Nata De coco.
Agroindustri Kecil Sumatra Barat. Yogyakarta: Kanasius.
Dewan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Industri, Sumatra Sadzali, 2010. Pemanfaatan Limbah Tahu
Barat. Sebagai Selulosa Mikrobial Untuk
Pembuatan Selulosa Asetat.
Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Proposal Teknologi Kimia. Syiah
Winalti Pudji. 1993. Penanganan Kuala, Banda Aceh
Limbah Industri pangan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Safriani, 2000. Pemanfaatan Limbah Tahu
Sebagai Selulosa Mikrobial Untuk
Kurniadi, A. D. 1990. Pertumbuhan Starter Pembuatan Selulosa Asetat.
Nata De Coco (acetobacter Proposal Teknologi Kimia. Syiah
xylinum) pada Medium Sari Buah. Kuala, Banda Aceh
Skripsi Jurusan Teknologi Pangan
dan Gizi. Fakultas Teknologi Sarwono, B dan Y.P Saragih. 2001.
Pertanian, Bogor. Membuat Aneka Tahu. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Lingga, P., dan Marsono. 2005. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Jakarta: SNI. 1992. Standarisasi Mutu Nata Dalam
Penebar Swadaya. Kemasan. 01 – 281 – 1992.

Mashudi, 1993. Mempelajari Pengaruh Saragih, Y.P. 2004. Membuat Nata De


Penambahan Amonium Sulfat dan Coco. Jakarta: Puspa Swara.
Waktu Penundaan Bahan Baku Air
Kelapa Terhadap Laju Soepardi, 1984. Sifat dan Gizi Tanah.
Pertumbuhan dan Struktur Gel Nata Jurusan Tanah. Fakultas
De Coco. Skripsi. Jurusan Pertanian IPB, Bogor.
Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Suryani, A., E. Hambali, dan P.
Nisa, 2002. Pengaruh Penambahan Suryadarma.2005. Membuat Aneka
Sukrosa dan Asam Asetat Glasial Nata. Jakarta: Penebar Swadaya.
Terhadap Kualitas NataDari Whey
Tahu dan Subtrat Air Kelapa. Sutarminingsih, C.L. 2004. Peluang Usaha
Jurnal Industri Nata Whey Tahu, Nata de Coco. Yogyakarta:
Teknologi Industri Pertanian FTB- Kanisius.
UB.
Wahyudi, A., E. Hambali dan A.
Noffiar, 2009. Pemanfaatan Limbah Tahu Suryadarma. 2005. Membuat Aneka
Menjadi Produk Nata De Soya, Nata. Jakarta: Penebar Swadaya.
Solusi Penanganan Pencemaran

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014


34 | Armi

Waluyo Lud, 2004. Mikro Biologi Umum.


Universitas Muhammadiyah,
Malang.

Warisno.2004. Mudah dan praktis


Membuat Nata De coco.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Winarno, F. G. 1992. Pangan Gizi.


Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai