Tegasnya, budaya kita tidak turun dari langit. Budaya itu sedang “memenangi
zaman mencuri, di sana jadi maling, kalau tidak mencuri ya dicuri, hadap
utara jadi maling hadap selatan jadi maling, seberuntung-beruntungnya yang
tidak mencuri masih beruntung yang waspada”. Sekarang penyakit kita
adalah maling harus menangkap maling. Kita berada dalam suasana busuk.
Oleh sebab itu untuk menangkap maling, sama halnya harus menangkap diri
sendiri. Menangkap diri sendiri, menandai bahwa kita harus melakukan
revolusi mental maling menjadi mental seruling.
Seruling, adalah benda estetis sebagai perangkat seni gamelan atau yang
lain. Seruling berasal dari kata su(bagus) atau kesusu (tergesa-gesa) dan ling
(ingat:eling). Orang yang berjiwa maling itu sebenarnya sedang lupa diri. Oleh
sebab itu perlu direvolusi mentalnya menjadi mental seruling. Seruling
menjadi pengingat kita agar semakin jernih hidupnya. Jiwa kita secara tak
sadar dibelah, sementara waktu kita harus berkoar-koar teriak maling padahal
sesungguhnya kita maling juga. Kita hidup dalam dunia skezisopren, suasana
gila. Kita dulu dalam suasana budaya wenang misesa ing agawe, artinya
semua hal boleh dilakukan. Oleh sebab itu, kita harus melakukan (a) de-
kontektualisasi, membangun konteks baru, dan (b) rekontekstualisasi,
misalkan memakai asthabrata bagi anak muda.
Referensi:
Tegasnya, budaya kita tidak turun dari langit. Budaya itu sedang “memenangi
zaman mencuri, di sana jadi maling, kalau tidak mencuri ya dicuri, hadap
utara jadi maling hadap selatan jadi maling, seberuntung-beruntungnya yang
tidak mencuri masih beruntung yang waspada”. Sekarang penyakit kita
adalah maling harus menangkap maling. Kita berada dalam suasana busuk.
Oleh sebab itu untuk menangkap maling, sama halnya harus menangkap diri
sendiri. Menangkap diri sendiri, menandai bahwa kita harus melakukan
revolusi mental maling menjadi mental seruling.
Seruling, adalah benda estetis sebagai perangkat seni gamelan atau yang
lain. Seruling berasal dari kata su(bagus) atau kesusu (tergesa-gesa) dan ling
(ingat:eling). Orang yang berjiwa maling itu sebenarnya sedang lupa diri. Oleh
sebab itu perlu direvolusi mentalnya menjadi mental seruling. Seruling
menjadi pengingat kita agar semakin jernih hidupnya. Jiwa kita secara tak
sadar dibelah, sementara waktu kita harus berkoar-koar teriak maling padahal
sesungguhnya kita maling juga. Kita hidup dalam dunia skezisopren, suasana
gila. Kita dulu dalam suasana budaya wenang misesa ing agawe, artinya
semua hal boleh dilakukan. Oleh sebab itu, kita harus melakukan (a) de-
kontektualisasi, membangun konteks baru, dan (b) rekontekstualisasi,
misalkan memakai asthabrata bagi anak muda.
Referensi:
akan muncul sikap menghormati; tanpa saling mencuri baik dari masyarakat
maupun pemerintah
akan muncul pandangan bahwa mencuri adalah tindakan yang tidak bermoral
dan hanya akan membuat manusia hidup dalam kesalahan atau dosa
Hal yang paling tidak mungkin jika mental maling dalam diri semua orang
menghilang adalah pilihan B karena orang yang hidupnya tentram dan tidak
pernah kemalingan belum tentu sejahtera mengingat bahwa indikator
sejahtera bukan hanya sekadar material, melainkan juga termasuk sikap
internal yang mudah puas atau tidak sehingga sekalipun dalam paradise
tanpa maling, belum tentu orang akan sejahtera, apalagi kesejahteraan yang
merata.
Oleh sebab itu untuk menangkap maling, sama halnya harus menangkap diri
sendiri. Menangkap diri sendiri, menandai bahwa kita harus melakukan
revolusi mental maling menjadi mental seruling.
Jiwa kita secara tak sadar dibelah, sementara waktu kita harus berkoar-koar
teriak maling padahal sesungguhnya kita maling juga.
Budaya itu sedang “memenangi zaman mencuri, di sana jadi maling, kalau
tidak mencuri ya dicuri, hadap utara jadi maling hadap selatan jadi maling,
seberuntung-beruntungnya yang tidak mencuri masih beruntung yang
waspada”.
Budaya itu sedang “memenangi zaman mencuri, di sana jadi maling, kalau
tidak mencuri ya dicuri, hadap utara jadi maling hadap selatan jadi maling,
seberuntung-beruntungnya yang tidak mencuri masih beruntung yang
waspada”.
Seruling, adalah benda estetis sebagai perangkat seni gamelan atau yang
lain.
Oleh sebab itu untuk menangkap maling, sama halnya harus menangkap diri
sendiri. Menangkap diri sendiri, menandai bahwa kita harus melakukan
revolusi mental maling menjadi mental seruling.
tidak ada
Jiwa kita secara tak sadar dibelah, sementara waktu kita harus berkoar-koar
teriak maling padahal sesungguhnya kita maling juga.
- Benar-benar terjadi
- Bersifat objektif
Berdasarkan indikator tersebut dan pilihan yang ada, maka jawaban yang
benar adalah tidak ada fakta alias pilihan D.
Pilihan A, C, dan E kurang tepat karena itu adalah opini, sedangkan B kurang
tepat karena pengertian seruling dalam teks tersebut bersifat opini dengan
menganggap suling sebagai “benda estetis” yang berarti tidak menilai
seruling sebagai objek.
Karya sastra mempunyai struktur dan makna dalam kaitannya dengan suatu
perangkat konversi sastra, kompetensi kesastraan yang oleh karena kita tahu
apakah puisi itu dalam bahasa tertentu; oleh karena kita mempunyai
internalized grammar of poetry, tata puisi yang dicernakan oleh pembaca:
sajak ... adalah pengutaraan yang mendapati arti hanya dalam kaitannya
dengan sistem konvensi yang diakrabkan oleh pembaca. Sudah tentu
seorang penulis bebas (dalam batas tertentu!) untuk memberontak terhadap
sistem konvensi, untuk menyimpang daripadanya ataupun merombaknya,
tetapi hal itu tidak mengurangi pentingnya konvensi untuk pemahaman karya
sastra oleh pembaca.
Competence adalah sebuah perangkat konvensi untuk membaca teks sastra.
Dan ilmu sastra, puitik justru harus meneliti sistem itu, dengan kutipan dari
Roland Barhes: harus mengekspresikan sistem yang mendasari karya, yang
memungkinkan efek kesastraan. Melalui kemampuan sistem konvensi itu kita
merebut makna karya sastra yang disebut oleh Culler dan kawan-kawan
neutralization: mengembalikan yang aneh pada yang wajar, “masuk akal”.
Referensi:
Teeuw, A. (2015). Sastra dan Ilmu Sastra (hal. 80 -81). Bandung: Pustaka
Jaya.
Kita tahu apakah puisi itu dalam bahasa tertentu karena kita mempunyai
internalized grammar of poetry.
Melalui kemampuan sistem konvensi itu kita merebut makna karya sastra
yang disebut oleh Culler dan kawan-kawan neutralization: mengembalikan
yang aneh pada yang wajar, “masuk akal”.
Tata puisi yang dicernakan oleh pembaca: sajak ... adalah pengutaraan yang
mendapati arti hanya dalam kaitannya dengan sistem konvensi yang
diakrabkan oleh pembaca.
Pernyataan pada pilihan C tidak sesuai dengan isi teks tersebut karena
subjektif dan objektif tidak ada dalam teks dan tidak mendukung kalimat
sehingga kurang tepat.
Mengapa konvensi sastra menjadi unsur tidak penting dalam karya sastra?
Kapan pertama kali konvensi sastra diciptakan atau dibuat atau dilakukan?
Pertanyaan C bisa dijawab oleh teks tersebut, yaitu karena adanya konversi
dalam perwujudan karya sastra yang membuat karya sastra
tidak ada penjelasan tipe-tipe orang yang akan membaca dengan konvensi
Teks tersebut masih memiliki beberapa tanda baca yang kurang tepat
mengingat buku tersebut diterbitkan pada tahun 1984. Tanpa mengurangi
rasa hormat, ada beberapa kaidah kebahasaan yang masih kurang tepat,
seperti:
- “... tentu seorang penulis bebas (dalam batas tertentu!) untuk ...” yang
seharusnya ... tentu seorang penulis bebas – dalam batas tertentu! – untuk ...
- “... yang dicernakan oleh pembaca: sajak ... adalah pengutaraan ...”
yang seharusnya ... yang dicernakan oleh pembaca: “sajak ... adalah
pengutaraan ...
- “Dan ilmu sastra, puitik justru harus ...” yang seharusnya Dan ilmu
sastra, puitik justru harus ...”
Kita harus mengerti bahasa dan sastra Indonesia secara mendalam untuk
bisa membaca karya sastra.
Jawaban yang sesuai dengan soal tersebut adalah pilihan D karena memang
benar bahwa peranan konvensi dalam pembuatan dan pembacaan karya
sastra sangat dibutuhkan untuk mengerti karya sastra.
Pilihan A kurang tepat karena sistem konvensi bukan sebagai sistem yang
beku dan ketat, tetapi sistem yang luwes dan penuh dinamika; pilihan B
kurang tepat karena bukan kesimpulan; pilihan C kurang tepat karena
seharusnya membaca, bukan mengoreksi ; pilihan E kurang tepat karena
semua orang bisa membaca karya sastra, namun untuk memahaminya perlu
pembelajaran sastra.
Bagi kelas menengah dan golongan kaya, beban kerja itu kemudian
dilimpahkan kepada pembantu rumah tangga (domestic workers).
Sesungguhnya, mereka ini telah menjadi korban dari bias gender di
masyarakat. Mereka bekerja lebih lama dan berat, tanpa perlindungan dan
kejelasan kebijakan negara. Selain belum adanya kemauan politik untuk
melindungi mereka, hubungan feodalistik dan bahkan bersifat perbudakan
tersebut memang belum bisa secara transparan dilihat oleh masyarakat luas.
Referensi:
Fakih, Mansour. (1997). Analisis Gender dan Transformasi Sosial (hal. 21-22).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Adanya anggapan bahwa kaum laki-laki memiliki sifat memelihara, rajin, dan
tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga mengakibatkan semua
pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum laki-laki.
Bias gender yang mengakibatkan beban kerja tersebut seringkali diperkuat
dan disebabkan oleh adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat
tentang “pekerjaan laki-laki” yang mengakibatkan kaum laki-laki sejak dini
telah disosialisasikan untuk menekuni peran gender mereka. Beban kerja
yang dilimpahkan kepada pembantu rumah tangga (domestic workers) juga
bentuk dari bias gender di masyarakat karena mereka bekerja lebih lama dan
berat, tanpa perlindungan dan kejelasan kebijakan negara. Manifestasi
ketidakadilan gender tersebut terjadi di pelbagai tingkatan, contohnya di
tingkat negara.
Jawaban: E.
Rangkuman yang baik dan benar harus mencakup dan mewakili seluruh isi
teks. Dalam teks tersebut, ada beberapa kalimat penting, seperti:
Pilihan A kurang tepat karena sifat perempuan yang salah; pilihan B kurang
tepat karena korban bias gender adalah perempuan, bukan laki-laki; pilihan C
kurang tepat karena seharusnya adalah bias gender, bukan kesetaraan
gender; pilihan D kurang tepat karena tidak memuat informasi tentang
pembantu rumah tangga.
berhubungan dengan atau mengenai permasalahan dalam negeri
peliharaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian domestik ada tiga, yaitu:
- pilihan A
- pilihan C
- pilihan E
Dari ketidakadilan yang ada, yang paling sulit diubah adalah ketidakadilan
gender tersebut telah mengakar di dalam keyakinan dan menjadi ideologi
bagi kaum perempuan maupun laki-laki.
Dapat disimpulkan bahwa manifestasi ketidakadilan gender ini telah
mengakar mulai dalam keyakinan di masing-masing orang, keluarga, hingga
negara yang bersifat global.
Jawaban B paling tepat karena ada kata “pertama” dalam paragraf ke-4
kalimat ke-2 yang menunjukkan pasti ada kata selanjutnya setelah pertama,
yaitu kedua sehingga kalimat utama yang paling cocok untuk paragraf
selanjutnya adalah B.
Jika bias gender tidak dipandang sebagai masalah, gerakan feminisme tidak
akan muncul.
Jika seseorang bekerja lebih lama, berat, tidak dilindungi, dan tidak ada
kejelasan hukum, orang tersebut adalah korban bias gender
Bias gender muncul karena adanya ajaran agama yang menyarankan wanita
untuk menjaja rumah tangga dan mengasuh anak.
Dalam membuat simpulan atau kesimpulan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
- “Apakah ini mungkin terjadi?”, atau
Simpulan yang benar adalah simpulan yang memberikan hasil analisis yang
menjelaskan isi teks sesuai dengan teks tersebut. Pilihan D merupakan
simpulan yang paling tepat untuk menyimpulkan teks karena sesuai dengan
isi teks.
Pilihan A kurang tepat karena kurang berhubungan dengan isi teks dan tidak
cocok dijadikan sebagai simpulan untuk teks tersebut; pilihan B kurang tepat
karena tidak mendukung isi teks; pilihan C kurang tepat karena kurang
eksklusif (kuli – yang mayoritas laki-laki – bekerja lebih lama, berat, tidak
dilindungi, dan tidak ada hukum yang jelas daripada sekretaris – yang
mayoritas wanita – yang dalam konteks ini bukan korban bias gender);
pilihan E kurang tepat karena tidak sesuai dengan isi teks.
A new way of removing carbon dioxide from a stream of air could provide a
significant tool in the battle against climate change. The new system can work
on the gas at virtually any concentration level, even down to the roughly 400
parts per million currently found in the atmosphere.
Most methods of removing carbon dioxide from a stream of gas require higher
concentrations, such as those found in the flue (1)____ from fossil fuel-based
power plants. A few variations have been developed that can work with the
low concentrations found in air, but the new method is significantly less
energy-intensive and expensive, the researchers say.
Source: sciencedaily
emissions
suppressions
withholdings
concealments
radiations
Jawaban: A. emissions
Pembahasan:
Most methods of removing carbon dioxide from a stream of gas require higher
concentrations, such as those found in the flue (1)____ from fossil fuel-based
power plants.
Kunci yang terdapat pada kalimat ini yaitu “from fossil fuel-based power
plants”, artinya yaitu ‘dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil’. Pembangkit
tersebut biasanya menghasilkan gas sisa atau emisi dari cerobong asap.
Maka jawabannya adalah A.
pump
stream
channel
station
tube
Jawaban: B. stream
Pembahasan:
The device is essentially a large, specialized battery that absorbs carbon
dioxide from the air (or other gas (2)____) ...
Udara (air) adalah jenis gas. Sehingga yang dimaksud adalah jenis aliran gas
yang lain. Aliran dalam bahasa Inggris yaitu stream. Jawabannya adalah B.
Pembahasan:
In operation, the device would simply alternate between (3)____, with fresh air
or feed gas being blown through the system during the charging cycle, and
then the pure, concentrated carbon dioxide being blown out during the
discharging.
Yang dimaksudkan pada kalimat ini adalah siklus charging dan discharging.
Jawabannya adalah E.
requires fossil-fuel
is an ineffective way to fight climate change
Pembahasan:
Nobody will ever give you any grades for your level of self-discipline. There’s
no finish line and there’s no podium for the winners. The only purpose of
building self-discipline is to conquer yourself—your own urges, your own
weaknesses, and your own self-sabotaging behaviors.
It’s easy to forget this fact and assume that when you reach your goals,
you’re done. In fact, the moment you make your dreams come true isn’t the
most important moment. It’s important, no doubt, but without the process
leading to it, in itself it means little.
The most important moments are the moments of struggle, when you’re
striving to fight even when you can barely stand and the whole world is
spinning around you. It’s this very act that proves your mettle and showers
you with life-encompassing benefits, not the act of winning in itself.
Whenever you find yourself frustrated that you’re still a long way from
the finish line, remember that it’s right now, at this very moment, that you’re
collecting the biggest rewards. It’s the struggle in itself that improves you and
makes you a more successful person.
p.s. I know you’re all working hard. Pull out all the stops for your dream
university <3
Pembahasan:
Nobody will ever give you any grades for your level of self-discipline. There’s
no finish line and there’s no podium for the winners. The only purpose of
building self-discipline is to conquer yourself—your own urges, your own
weaknesses, and your own self-sabotaging behaviors.
It’s easy to forget this fact and assume that when you reach your goals,
you’re done. In fact, the moment you make your dreams come true isn’t the
most important moment. It’s important, no doubt, but without the process
leading to it, in itself it means little.
The most important moments are the moments of struggle, when you’re
striving to fight even when you can barely stand and the whole world is
spinning around you. It’s this very act that proves your mettle and showers
you with life-encompassing benefits, not the act of winning in itself.
Whenever you find yourself frustrated that you’re still a long way from
the finish line, remember that it’s right now, at this very moment, that you’re
collecting the biggest rewards. It’s the struggle in itself that improves you and
makes you a more successful person.
p.s. I know you’re all working hard. Pull out all the stops for your dream
university <3
it is the process for reaching your dreams that matters the most
Jawaban: A. it is the process for reaching your dreams that matters the most
Pembahasan:
It’s easy to forget this fact and assume that when you reach your goals, you’re
done. In fact, the moment you make your dreams come true isn’t the most
important moment. It’s important, no doubt, but without the process leading to
it, in itself it means little. (Paragraph 2)
Pada paragraf ini, disebutkan bahwa ketika kita telah mewujudkan mimpi, itu
bukanlah momen yang terpenting, karena tanpa prosesnya, momen itu hanya
bernilai kecil. Secara implisit, artinya proses merupakan bagian terpenting
dalam meraih mimpi. Jawabannya adalah A.
Pembahasan:
determination
apathy
wrath
timidity
temper
Jawaban: A. determination
Pembahasan:
The most important moments are the moments of struggle, when you’re
striving to fight even when you can barely stand and the whole world is
spinning around you.
Kalimat ini mendefinisikan sikap tekad yang kuat dalam meraih tujuan. Sikap
tersebut dalam bahasa Inggris juga dapat diartikan sebagai determination.
Jawabannya adalah A.
Yuk Daftar Tryout Selanjutnya!
Stay tune di instagram kita @edukasystem!