Anda di halaman 1dari 19

Kepala

Bekraf Mengungkap Rencana Produksi Film Dunia di Indonesia


Rp 1,4 T

Industri film Indonesia semakin dilirik oleh produser film internasional. Kepala
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengungkapkan rencana
produksi sebuah film dunia yang berlokasi di Indonesia. Nilai produksi film
tersebut mencapai sekitar Rp 1,4 triliun. "Nilainya sampai US$ 100 juta,"
katanya dalam acara bertajuk "Bincang Bareng Bekraf" di Jakarta, Jumat
(27/9). Triawan mengaku pihak produser film dunia itu sudah menemuinya
dan menyampaikan rencana tersebut. Namun, dia belum mau menyebutkan
judul film dunia yang pengambilan gambarnya berlokasi di Indonesia itu.
"Saya tidak bisa sebutkan judulnya, yang jelas akan segera dilakukan."
Menurut Triawan, Bekraf akan lebih aktif mendorong industri film dalam
negeri, termasuk produksi film dunia di tanah air. Agar semakin banyak
produser film dunia melirik Indonesia sebagai lokasi produksinya, butuh
sejumlah insentif dari pemerintah. Dengan begitu, Indonesia bisa bersaing
dengan negara-negara lain.

Ia mencontohkan, pemerintah Malaysia memberikan insentif fiskal kepada


para produser film internasional dalam bentuk cashback sebesar 25%.
Contoh lainnya, Perancis menjanjikan insentif biaya produksi jika sebuah film
menampilkan ikon-ikon di negara itu, seperti Menara Eiffel. "Indonesia satu-
satunya negara di dunia yang belum punya insentif seperti itu." Ke depan,
Triwan mengaku akan mendorong adanya aturan pemberian insentif untuk
produksi film seperti itu. "Saya sudah membicarakan hal ini, salah satunya
dengan Kepala Bappenas (Bambang Brodjonegoro)," katanya. Industri film
memang menjadi salah satu sektor prioritas yang saat ini dikembangkan
pemerintah melalui Bekraf. Bagaimana tidak, kontribusi ekonomi kreatif
(bekraf) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini ditargetkan
mencapai Rp 1.200 triliun. Tiga subsektor ekraf yang diperkirakan tumbuh
paling pesat adalah film, video, dan animasi; aplikasi; serta musik.

Pesatnya perkembangan industri film di Indonesia juga dirasakan oleh Andi


S. Boediman, Managing Partner Ideosource Venture Capital yang ada di
belakang sejumlah box office, seperti Keluarga Cemara. “Prediksi saya,
pertumbuhan industri film di Indonesia naik sekitar 20% per tahun, jadi industri
film layar lebar akan tumbuh dua kali lipat dari sekarang untuk lima tahun ke
depan,” Andi dalam wawancara khusus dengan Yuliawati, Desi Dwi Djayanti
dan Hindra Kusuma dari Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.

(Sumber: : https://katadata.co.id/berita/2019/09/27/kepala-bekraf-ungkap-
rencana-produksi-film-dunia-di-indonesia-rp-14-t)

|Manakah dibawah ini yang PALING MUNGKIN benar menurut paragraf 1?

Investasi luar dapat mendanai industri film Indonesia kurang lebih 1,4 triliun

Indonesia sudah bersanding dengan baik dengan industri perfilman luar negri

Sudah ada produser film yang menjadikan Indonesia menjadi lokasi film
dunia

Saat ini pemerintah memberikan insentif yang besar kepada film luar yg
memproduksi filmnya di Indonesia

Triawan adalah produser ternama di Indonesia

Pembahasan :

Opsi A : 1,4 triliun bukanlah sebuah investasi, namun nilai produksi yang
“akan” datang

Opsi B : bacaan di atas menunjukan tentang efek jika pemerintah melakukan


“suatu hal”. Maka salah jika saat ini Indonesia sudah bersanding baik dgn
industri film luar negeri. Karena hal itu masih menjadi harapan jika ide bekraf
direalisasikan

Opsi C : benar, Triawan sudah bertemu dengan pihak produser film dunia utk
membahas rencananya

Opsi D : justru itu adalah ide yang diharapkan oleh Triawan diwujudkan, jadi
ide tersebut belum terjadi, pernyataan tersebut salah.

Opsi E : Triawan merupakan kepala BEKRAF bukan produser berdasarkan


paragraf diatas.

Kepala Bekraf Mengungkap Rencana Produksi Film Dunia di Indonesia


Rp 1,4 T

Industri film Indonesia semakin dilirik oleh produser film internasional. Kepala
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengungkapkan rencana
produksi sebuah film dunia yang berlokasi di Indonesia. Nilai produksi film
tersebut mencapai sekitar Rp 1,4 triliun. "Nilainya sampai US$ 100 juta,"
katanya dalam acara bertajuk "Bincang Bareng Bekraf" di Jakarta, Jumat
(27/9). Triawan mengaku pihak produser film dunia itu sudah menemuinya
dan menyampaikan rencana tersebut. Namun, dia belum mau menyebutkan
judul film dunia yang pengambilan gambarnya berlokasi di Indonesia itu.
"Saya tidak bisa sebutkan judulnya, yang jelas akan segera dilakukan."
Menurut Triawan, Bekraf akan lebih aktif mendorong industri film dalam
negeri, termasuk produksi film dunia di tanah air. Agar semakin banyak
produser film dunia melirik Indonesia sebagai lokasi produksinya, butuh
sejumlah insentif dari pemerintah. Dengan begitu, Indonesia bisa bersaing
dengan negara-negara lain.

Ia mencontohkan, pemerintah Malaysia memberikan insentif fiskal kepada


para produser film internasional dalam bentuk cashback sebesar 25%.
Contoh lainnya, Perancis menjanjikan insentif biaya produksi jika sebuah film
menampilkan ikon-ikon di negara itu, seperti Menara Eiffel. "Indonesia satu-
satunya negara di dunia yang belum punya insentif seperti itu." Ke depan,
Triwan mengaku akan mendorong adanya aturan pemberian insentif untuk
produksi film seperti itu. "Saya sudah membicarakan hal ini, salah satunya
dengan Kepala Bappenas (Bambang Brodjonegoro)," katanya. Industri film
memang menjadi salah satu sektor prioritas yang saat ini dikembangkan
pemerintah melalui Bekraf. Bagaimana tidak, kontribusi ekonomi kreatif
(bekraf) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini ditargetkan
mencapai Rp 1.200 triliun. Tiga subsektor ekraf yang diperkirakan tumbuh
paling pesat adalah film, video, dan animasi; aplikasi; serta musik.

Pesatnya perkembangan industri film di Indonesia juga dirasakan oleh Andi


S. Boediman, Managing Partner Ideosource Venture Capital yang ada di
belakang sejumlah box office, seperti Keluarga Cemara. “Prediksi saya,
pertumbuhan industri film di Indonesia naik sekitar 20% per tahun, jadi industri
film layar lebar akan tumbuh dua kali lipat dari sekarang untuk lima tahun ke
depan,” Andi dalam wawancara khusus dengan Yuliawati, Desi Dwi Djayanti
dan Hindra Kusuma dari Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.

(Sumber: : https://katadata.co.id/berita/2019/09/27/kepala-bekraf-ungkap-
rencana-produksi-film-dunia-di-indonesia-rp-14-t)

Menara Eiffel adalah salah satu ikon Perancis, Perancis membantu membuat
Menara Eiffel terkenal salah satunya lewat insentif perfilman dunia

Indonesia belum menjadikan Monas sebagai lokasi untuk produser film dunia
mendapatkan insentif

Ekonomi kreatif cukup berkontribusi pada PDB

Insentif cashback kepada produser film dunia telah diberikan pemerintah


malaysia
Indonesia masih memiliki persentase cashback yang kecil untuk produser film
dunia yang berlokasi di Indonesia

Pembahasan :

Opsi A : Perancis memberikan insentif bagi yang memfilmkan di ikon Perancis

Opsi B : ya, belum ada insentif bila lokasi syuting di Monas

Opsi C : kontribusi ekonomi kreatif (bekraf) terhadap Produk Domestik Bruto


(PDB) pada tahun ini ditargetkan mencapai Rp 1.200 triliun

Opsi D : Malaysia memberikan cashback sebanyak 25%

Opsi E : bukannya kecil, namun Indonesia tidak memiliki insentif cashback

Tiap tahun perfilman Indonesia tumbuh 25%

Industri film memang salah satu sektor yang berkembang pesat, namun bukan
yang diprioritaskan pemerintah

Triawan memiliki keinginan produser dunia melirik Indonesia dengan dan


juga memberikan insentif lebih kepada Indonesia jika ingin memproduksi di
Indonesia.

Pemerintah tidak ingin memberikan insentif kepada produser film dunia yg


produksinya berlokasi di Indonesia

Nilai produksi film mencapai 1.4 triliun dilontarkan pada cara “Bincang Bareng
Bekraf”

Pembahasan :

Opsi A: seharusnya 20% (menurut Andi S.)

Opsi B: tidak, industri film salah satu prioritas pemerintah (menurut Bambang
S.)

Opsi C: bukan produser yg memberikan insentif ke Indonesia, namun


sebaliknya
Opsi D: pemerintah tidak berbicara apapun pada teks diatas tentang
keputusannya dengan insentif

Opsi E: ya benar, Triawan diundang ke acara tersebut dan melontarkan


informasi itu.

Musik

Fotografi

Film & video

Aplikasi

Animasi

Pembahasan :

Tiga subsektor ekraf yang diperkirakan tumbuh paling pesat adalah film,
video, dan animasi; aplikasi; serta musik.

Sudah dijelaskan pada kalimat terakhir paragraf kedua. Maka fotografi bukan
termasuk yang diperkirakan tumbuh paling pesat

Berkurangnya produser yang ingin datang ke Indonesia karena banyaknya


aturan tentang insentif

Berkontribusi pada PDB

Mempelajari pemberian insentif oleh Malaysia dan negara lainnya

Berkembangnya industri film di Indonesia


Mengenalkan Indonesia ke dunia luas lewat perfilman dunia

Pembahasan :

Opsi A : salah, karena justru ide memberikan insentif untuk membuat produser
dunia melirik Indonesia

Opsi B : seperti yg sudah dijelaskan di bacaan, industri ekonomi kreatif sangat


membantu PDB. Jadi, jika perfilman naik, otomatis akan berkontribusi naik ke
PDB

Opsi C : karena Malaysia merupakan negara yang sudah mengimplementasi


ide insentif, Indonesia bisa melakukan bandung dengan Malaysia ataupun
negara lainnya yang sudah mengimplementasi aturan insentif tersebut.

Opsi D : ya, akan ada banyak kesempatan untuk memotivasi produser film
lokal dan belajar dari produksi film dunia

Opsi E : secara tidak langsung dengan mengambil lokasi di Indonesia,


otomatis dunia luar akan mengetahui jika itu ada di Indonesia

Yuliati

Desi Dwi

Hindra Kusuma

Andi S.

Bambang S.

Pembahasan :

Nama mana pada opsi A-C adalah nama pewawancara Andi S. yang memiliki
harapan besar industri perfilm Indonesia beberapa tahun kedepan.
Sedangkan Bambang S. adalah kepala bappenas yang tidak berbicara
tentang harapannya di teks diatas.
2x lipat

3x lipat

4x lipat

5x lipat

10x lipat

Pembahasan :

Prediksi saya, pertumbuhan industri film di Indonesia naik sekitar 20% per
tahun, jadi industri film layar lebar akan tumbuh dua kali lipat dari sekarang
untuk lima tahun ke depan.

Riset Facebook: 91% Konsumen Menyukai Fitur Chat saat Belanja


Online

Berkomunikasi melalui aplikasi perpesanan menjadi masih menjadi tren


masyarakat Indonesia ketika belanja online. Riset Facebook dan Boston
Consulting Group menunjukkan, 91% masyarakat Indonesia yang disurvei
berminat belanja online atau meningkatkan transaksi belanjanya setelah
melakukan conversational commerce atau percakapan dagang (chat) di
aplikasi perpesanan maupun situs e-commerce.

"Di Indonesia kami melihat orang-orang melakukan conversational commerce


karena dapat menggabungkan berbagai keutamaan berbelanja baik offline
maupun online melalui interaksi yang didapatkan untuk membangun
kepercayaan, kemudahan, dan kenyamanan," ujar Direktur Grup Bisnis
Global untuk Facebook di Asia Tenggara dan Negara Berkembang, Sarita
Singh di Jakarta, Jumat (25/10). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tren
penggunaan conversational commerce, Facebook dan Boston Consulting
Group telah melakukan survei terhadap 1.112 responden di Indonesia pada
Mei hingga Agustus 2019.

Hasilnya menunjukkan, masyarakat Indonesia memiliki tingkat kesadaran


tinggi terhadap fitur percakapan dagang. Sebanyak 62% responden
menjawab mereka mengetahui dapat memesan atau membeli produk melalui
fitur chat, 48% responden pernah menggunakan fitur chat sebelum membeli
barang, dan 29% responden akhirnya melakukan transaksi setelah memakai
fitur percakapan dagang. Studi ini juga menunjukkan, fitur percakapan
dagang menciptakan konsumen online baru di Indonesia. Sebab, 43%
responden menyatakan percakapan dagang menjadi hal yang pertama yang
mereka lakukan sebelum memutuskan belanja online.

Pada sebuah studi online lain bertajuk "Studi liburan Facebook 2019" oleh
Ipsos Marketing, juga mengungkapkan 94% masyarakat Indonesia yang
disurvei kemungkinan besar membeli produk dari penjual yang bisa
dihubungi lewat fitur chat. Survei itu juga menerangkan, 61% responden
melakukan percakapan dengan penjual untuk mengetahui informasi
tambahan mengenai produk ataupun harga, 37% responden melakukan
percakapan untuk mendapatkan respons cepat, 37% responden melakukan
chat karena tertarik terhadap merek atau menawar harga dan 25% lainnya
untuk meminta saran.

Berdasarkan media percakapannya, di Indonesia pembeli melakukan chat


dengan penjual online 58% di platform e-commerce diikuti perbincangan di
media sosial dan perpesanan sebanyak 38% responden dan hanya 4% yang
melakukan chat langsung di website penjual. Dari 38% pengguna yang
melakukan conversational commerce di media sosial, 91% responden
mengaku menggunakan produk Facebook, seperti Instagram dan WhatsApp.

"Conversational commerce sangat menarik karena perilaku ini melintasi


berbagai ekosistem. Contohnya, karena pengguna melihat iklan di sosial
media, mereka bisa melakukan percakapan dengan penjual melalui aplikasi
yang ada atau melalui laman daring penjual," ujar Partner and Managing
Director BCG, Shiv Chouldry, sedangkan Corporate Business Development
Manager Masindo Group Hardias Hasyim menyebut conversational
commerce sangat mendukung penjualan produk. Menurutnya,
kecenderungan konsumen membeli suatu produk secara online ketika
mendapat respon dari penjual dengan cepat. Conversational commerce juga
bisa memberikan layanan purna jual, klaim garansi dan media periklanan
secara cepat dan efektif. "Intinya adalah kecepatan, setiap ada pesanan
langsung direspons," kata dia.

(diadaptasi dari:

https://katadata.co.id/berita/2019/10/26/riset-facebook-91-konsumen-
menyukai-fitur-chat-saat-belanja-online)

|Berdasarkan bacaan di atas, pernyataan yang PALING TIDAK MUNGKIN


benar adalah ....

Sarita Singh adalah Direktur Grup Bisnis Global untuk Facebook di Asia
Tenggara dan Negara Berkembang.
Sebagian besar konsumen yang disurvei di Indonesia yang ingin melakukan
pembelian secara online biasanya menghubungi penjual terlebih dahulu
melalui platform e-commerce.

91% rakyat Indonesia menyukai fitur chat saat belanja secara online.

Masyarakat Indonesia lebih mungkin membeli suatu produk di penjual yang


bisa dihubungi dibanding dengan penjual yang tidak.

Percakapan dagang sangat mendukung penjualan produk.

Pembahasan:

Opsi A, B, D, E benar dan terdapat pada bacaan, sedangkan pada opsi C,


yang dimaksud pada bacaan adalah 91% responden, bukan 91% rakyat
Indonesia. Memang, secara garis besar atau kurang lebih hasil survei bisa
mewakili, tetapi BELUM TENTU jumlahnya benar-benar sama dengan jumlah
di lapangan, sehingga yang PALING MUNGKIN TIDAK TEPAT adalah opsi
C.

Riset Facebook: 91% Konsumen Menyukai Fitur Chat saat Belanja


Online

Berkomunikasi melalui aplikasi perpesanan menjadi masih menjadi tren


masyarakat Indonesia ketika belanja online. Riset Facebook dan Boston
Consulting Group menunjukkan, 91% masyarakat Indonesia yang disurvei
berminat belanja online atau meningkatkan transaksi belanjanya setelah
melakukan conversational commerce atau percakapan dagang (chat) di
aplikasi perpesanan maupun situs e-commerce.

"Di Indonesia kami melihat orang-orang melakukan conversational commerce


karena dapat menggabungkan berbagai keutamaan berbelanja baik offline
maupun online melalui interaksi yang didapatkan untuk membangun
kepercayaan, kemudahan, dan kenyamanan," ujar Direktur Grup Bisnis
Global untuk Facebook di Asia Tenggara dan Negara Berkembang, Sarita
Singh di Jakarta, Jumat (25/10). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tren
penggunaan conversational commerce, Facebook dan Boston Consulting
Group telah melakukan survei terhadap 1.112 responden di Indonesia pada
Mei hingga Agustus 2019.

Hasilnya menunjukkan, masyarakat Indonesia memiliki tingkat kesadaran


tinggi terhadap fitur percakapan dagang. Sebanyak 62% responden
menjawab mereka mengetahui dapat memesan atau membeli produk melalui
fitur chat, 48% responden pernah menggunakan fitur chat sebelum membeli
barang, dan 29% responden akhirnya melakukan transaksi setelah memakai
fitur percakapan dagang. Studi ini juga menunjukkan, fitur percakapan
dagang menciptakan konsumen online baru di Indonesia. Sebab, 43%
responden menyatakan percakapan dagang menjadi hal yang pertama yang
mereka lakukan sebelum memutuskan belanja online.

Pada sebuah studi online lain bertajuk "Studi liburan Facebook 2019" oleh
Ipsos Marketing, juga mengungkapkan 94% masyarakat Indonesia yang
disurvei kemungkinan besar membeli produk dari penjual yang bisa
dihubungi lewat fitur chat. Survei itu juga menerangkan, 61% responden
melakukan percakapan dengan penjual untuk mengetahui informasi
tambahan mengenai produk ataupun harga, 37% responden melakukan
percakapan untuk mendapatkan respons cepat, 37% responden melakukan
chat karena tertarik terhadap merek atau menawar harga dan 25% lainnya
untuk meminta saran.

Berdasarkan media percakapannya, di Indonesia pembeli melakukan chat


dengan penjual online 58% di platform e-commerce diikuti perbincangan di
media sosial dan perpesanan sebanyak 38% responden dan hanya 4% yang
melakukan chat langsung di website penjual. Dari 38% pengguna yang
melakukan conversational commerce di media sosial, 91% responden
mengaku menggunakan produk Facebook, seperti Instagram dan WhatsApp.

"Conversational commerce sangat menarik karena perilaku ini melintasi


berbagai ekosistem. Contohnya, karena pengguna melihat iklan di sosial
media, mereka bisa melakukan percakapan dengan penjual melalui aplikasi
yang ada atau melalui laman daring penjual," ujar Partner and Managing
Director BCG, Shiv Chouldry, sedangkan Corporate Business Development
Manager Masindo Group Hardias Hasyim menyebut conversational
commerce sangat mendukung penjualan produk. Menurutnya,
kecenderungan konsumen membeli suatu produk secara online ketika
mendapat respon dari penjual dengan cepat. Conversational commerce juga
bisa memberikan layanan purna jual, klaim garansi dan media periklanan
secara cepat dan efektif. "Intinya adalah kecepatan, setiap ada pesanan
langsung direspons," kata dia.

(diadaptasi dari:

https://katadata.co.id/berita/2019/10/26/riset-facebook-91-konsumen-
menyukai-fitur-chat-saat-belanja-online)

Rata-rata pembeli di Indonesia yang menghubungi penjual adalah untuk


meminta saran.

Lebih dari 320 rakyat Indonesia yang disurvei membeli barang setelah
mendapat jawaban dari penjual melalui fitur chat.
91% responden survei menggunakan produk Facebook.

94% masyarakat Indonesia yang disurvei menggunakan fitur chat untuk


mencari info tambahan tentang produk yang ingin dibelinya.

Konsumen cenderung untuk tidak membeli produk ketika penjual merespon


chat dengan cepat.

Pembahasan:

Opsi A: salah, karena rata-rata pembeli menghubungi penjual untuk


mendapatkan informasi tambahan tentang produk.

Opsi B: benar, karena dari pernyataan "29% responden akhirnya melakukan


transaksi setelah memakai fitur percakapan dagang" kita tahu bahwa 29%
responden membeli barang setelah mereka mendapat balasan dari penjual.
29% dari 1.112 (jumlah responden) adalah 322 orang.

Opsi C: salah, yang disebutkan hanyalah "38% pengguna yang melakukan


conversational commerce di media sosial, 91% responden mengaku
menggunakan produk Facebook, seperti Instagram dan WhatsApp", tidak
diketahui apakah total 91% dari semua responden survei tersebut
menggunakan produk Facebook atau tidak.

Opsi D: salah, hanya 61% responden yang menggunakan fitur chat untuk
mencari info tambahan tentang produk yang ingin dibelinya.

Opsi E: salah, justru konsumen cenderung untuk membeli bila penjual


merespon dengan cepat.

Sebagian besar responden pernah menggunakan fitur chat sebelum membeli


sebuah barang.

Hal pertama yang dilakukan oleh sebagian besar responden sebelum


membeli sebuah barang adalah mengontak penjualnya terlebih dahulu
melalui fitur chat.

Masih ada responden survei yang mengetahui tentang fitur chat pada belanja
online, tetapi tidak pernah menggunakannya.
Sebagian besar masyarakat Indonesia yang disurvei belum mengenal fitur
chat.

Konsumen online baru-lah yang menciptakan fitur chat.

Pembahasan:

Opsi A: salah, karena hanya 48% responden yang pernah menggunakan fitur
chat sebelum membeli produk, dan 48% belum bisa dikategorikan sebagai
sebagian besar (harus di atas 50%).

Opsi B: salah, karena hanya 43% responden yang hal pertama yang
dilakukannya sebelum membeli produk adalah mengontak sang penjual,
yang artinya juga belum memenuhi syarat untuk menjadi "sebagian besar"
karena masih kurang dari 50%.

Opsi C: benar, karena ada 62% responden yang mengetahui tentang fitur chat
tetapi hanya 48% yang pernah menggunakannya. Itu artinya, masih ada 24%
responden yang mengetahui tentang fitur ini tetapi tidak pernah
menggunakannya.

Opsi D: salah, karena sudah ada 62% responden yang mengetahui tentang
fitur chat. Berarti, hanya sebagian kecil yang belum mengetahui fitur ini, bukan
sebagian besar.

Opsi E: jelas salah.

91% responden menghubungi penjual menggunakan aplikasi Facebook.

96% responden tidak menghubungi penjual secara langsung melalui website


penjual.

Para responden paling suka menghubungi penjual melalui platform e-


commerce.

Para responden lebih suka menghubungi penjual melalui media sosial


daripada melalui website penjual.

Para responden yang menghubungi penjual melalui media sosial paling suka
menggunakan aplikasi seperti Instagram dan Whatsapp.
Pembahasan:

Opsi B–E benar dan terdapat pada bacaan, sedangkan pada opsi A, kurang
tepat karena 91% responden menghubungi penjual menggunakan PRODUK
Facebook seperti Instagram dan Whatsapp, BUKAN menggunakan APLIKASI
Facebook itu sendiri.

Kualitas produk

Banyaknya review baik dari konsumen

Kemudahan cara pembayaran

Kecepatan penjual merespon konsumen

Jarak antara konsumen dengan penjual

Pembahasan:

Yang disebutkan pada bacaan hanyalah "Menurutnya, kecenderungan


konsumen membeli suatu produk secara online ketika mendapat respon dari
penjual dengan cepat." Sedangkan opsi A, B, C, E tidak terdapat pada
bacaan. Jadi, jawaban yang tepat adalah D.

mengetahui informasi tambahan tentang produk

mendapatkan respon cepat

meminta saran

menawar harga
tertarik dengan produk

Pembahasan:

Opsi A–D merupakan TUJUAN, sementara opsi E adalah salah satu


ALASAN/ PENYEBAB mengapa konsumen memulai percakapan dengan
penjual.

memudahkan untuk mencari informasi tentang produk

meningkatkan transaksi belanja

mendapatkan saran barang terbaik dari penjual

memungkinkan pelanggan menawar harga

memudahkan untuk menemukan barang yang paling cocok bagi sang


pelanggan

Pembahasan:

Opsi A, C, D, E merupakan dampak positif bagi PELANGGAN, sementara


pada opsi B, yaitu meningkatkan transaksi belanja, belum jelas apakah hal itu
merupakan dampak positif bagi pelanggan atau bukan (bahkan hal itu malah
lebih condong ke arah negatif karena semakin bertambahnya transaksi
belanja= bertambahnya pengeluaran). Opsi B lebih tepatnya merupakan
dampak positif bagi NEGARA (karena dengan banyaknya transaksi belanja
itu menambah perputaran uang (uang jadi tidak mengendap) dan juga
menambah pemasukan negara melalui pajak).

16, 48, …, 432

64
144

80

216

192

Pembahasan:

Deret di atas adalah deret geometri. Dan jika dilihat dari polanya, setiap
bilangan dikali 3 (x3) dari bilangan sebelumnya. Jadi, 16x3= 48; 48x3= 144;
144x3= 432.

5, 11, 23, 47, …, 191, 383, 767, 1535

105

95

90

85

80

Pembahasan :

Jika dilihat polanya, selisihnya adalah +6, +12, +24, …, … , +192, dll

Jika diperhatikan, yang berpola adalah bilangan penambahnya, yang


awalnya +6 menjadi +12 (dua kalinya). Lalu dari +12, menjadi +24 (dua
kalinya). Maka seharusnya penambah selanjutnya adalah 2 x 24, yaitu +48.
Maka 47 + 48 adalah 95.
Perhatikan gambar di bawah ini!

Berapakah angka yang tepat untuk mengisi pola di atas?

11

19

36

20

17

Pembahasan:
Perhatikan gambar di bawah ini!

Berapakah angka yang tepat untuk mengisi pola di atas? ...

18

36

72

120

Pembahasan :

Polanya adalah selisih dari angka-angka yang berada dibawah, dikali dengan
angka yang di atas.

Contoh :

(5-4) x 3 = 3

(13-10) x 5 = 15

Maka, (35-23) x 6 = 72

Kuantitas A: (⅛ dari 72) + 32 ÷ 4 x 2 - 8

Kuantitas B: (⅓ dari 24) x 4 + (-72) ÷ 9 - 8

Kuantitas A lebih besar


Kuantitas B lebih besar

Kuantitas A = Kuantitas B

Hubungan tidak dapat ditentukan dari informasi yang diberikan

Pembahasan:

Selalu ingat, operasi perkalian dan pembagian dikerjakan terlebih dahulu


sebelum pertambahan dan pengurangan.

Kuantitas A: (9) + (32 ÷ 4 x 2) - 8

: 9 + 16 - 8

: 17

Kuantitas B: ((8) x 4) + ((-72) ÷ 9) - 8

: 32 + (-8) - 8

: 16

Kuantitas A: (17% dari 350) x (23% dari 420)


Kuantitas B: (akar dari Kuantitas A) + (kuadrat dari Kuantitas A)

Kuantitas A lebih besar

Kuantitas B lebih besar

Kuantitas A = Kuantitas B

Hubungan tidak dapat ditentukan dari informasi yang diberikan

Pembahasan:

Sebenarnya ini adalah pertanyaan yang mudah. Kita bisa langsung tahu
kuantitas B lebih besar tanpa perlu menghitung kuantitas A. Karena Kuantitas
B memiliki “kuadrat dari kuantitas A” yang pasti sudah lebih besar dari
Kuantitas A.


Yuk Daftar Tryout Selanjutnya!
Stay tune di instagram kita @edukasystem!

Anda mungkin juga menyukai