Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ravinda Fajrillah

Nim : 1932500778

Forensic Audit

1. Jelaskan gambaran umum mengapa akuntansi forensik dibutuhkan?.

2. Jelaskan mengenai Good Corporate Governance (GCG)?

3. Apa yang anda ketahui mengenai Global Corruption Index (GCI)?

4. Jelaskan mengenai Global Corruption Barometer (GCB)?

5. Jelaskan mengenai Bribe Payers Index (BPI)?

6. Apa yang anda ketahui tentang Global Competitivness Index (GCI)?

7. Jabarkan tentang Korupsi dan Iklim Investasi di Indonesia?

8. Jelaskan manfaat kajian korupsi?

9. Jelaskan mengenai Survei Integritas oleh KPK?

Jawab:

1. Akuntansi forensik memberikan analisis akuntansi yang cocok untuk digunakan


dalam proses hukum dan sering digunakan dalam kasus penipuan dan penggelapan
di pengadilan. Bersamaan dengan memberikan kesaksian di pengadilan, seorang
akuntan forensik dapat diminta untuk menyiapkan alat bantu visual untuk
mendukung bukti persidangan. Untuk investigasi bisnis, akuntansi forensik
memerlukan penggunaan dana penelusuran, identifikasi aset, pemulihan aset, dan
tinjauan uji tuntas. Banyaknya praktik kriminal dalam dunia bisnis dan pemerintahan
seperti tindak korupsi, penyuapan, gratifikasi, pungutan liar, dan maraknya isu-isu
sosial lainnya yang berhubungan dengan praktik kecurangan (fraud) telah
mendorong munculnya ilmu akuntansi forensik. Sebagai kebutuhan penting untuk
memerangi praktik kecurangan di dunia bisnis mau pun pemerintahan, diperlukan
adanya upaya pencegahan dan penanganan kasus-kasus tersebut dengan tindakan
nyata melalui pengetahuan yang cakap di bidang tersebut. Akuntansi forensik
merupakan perpaduan keahlian dalam bidang pemeriksaan (audit) dan akuntansi
yang didukung adanya kemampuan investigatif dalam permasalahan keuangan yang
memicu timbulnya kecurangan (fraud).

2. Good Corporate Governance atau sering disingkat GCG adalah suatu praktik
pengelolaan perusahaan secara amanah dan prudensial dengan mempertimbangkan
keseimbangan pemenuhan kepentingan seluruh stakeholders. Dengan implementasi
GCG / penerapan GCG, maka pengelolaan sumberdaya perusahaan diharapkan
menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif dengan selalu berorientasi pada
tujuan perusahaan dan memperhatikan stakeholders approach.

3. Global Corruption Index (GCI) adalah indeks yang "memperingkat negara


berdasarkan tingkat korupsi di sektor publik yang ditentukan oleh evaluasi ahli dan
survei opini. GCI biasanya mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan
kekuasaan yang dipercayakan untuk keuntungan pribadi.

4. Global Corruption Barometer (GCB) merupakan survei mengenai opini publik terkait
korupsi dan praktik suap berdasarkan persepsi dan pengalaman masyarakat di
masing-masing negara, salah satunya adalah Indonesia.

5. Bribe Payers Index (BPI) adalah ukuran seberapa bersedia perusahaan multinasional
suatu negara tampaknya terlibat dalam praktik bisnis yang korup. Bribe payer index
(BPI) merupakan hasil survei yang dilakukan secara berkala oleh Transparency
International. Survei BPI dilakukan terhadap 28 negara yang secara kumulatif
berperan signifikan terhadap perekonomian dunia, dengan total rasio foreign direct.
investment dan ekspor global sebesar 78 persen.

6. Global Competitivness Index (GCI) didefinisikan oleh Forum Ekonomi Dunia adalah
seperangkat lembaga, kebijakan, dan faktor-faktor yang menentukan tingkat
produktivitas suatu negara, kondisi lembaga publik dan kondisi teknis. Peringkat
diukur dengan menggunakan data publik (statistik) (WB, IMF, dll) dan hasil temuan
yang dibuat oleh Forum Ekonomi Dunia. Temuan ini dibuat setiap tahun dengan
dukungan lembaga mitra (lembaga penelitian dan pusat bisnis). GCI menganalisis
faktor-faktor yang memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan bisnis-
iklim yang menguntungkan di negara ini dan penting untuk daya saing dan
pembuatan sudut pandang. Ini mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan suatu
negara, mengidentifikasi prioritas untuk fasilitasi implementasi reformasi politik.
7. Menurut kajian World Economic Forum (WEF), maraknya korupsi merupakan
penghambat utama investasi di Indonesia. WEF menempatkan korupsi dengan skor
tertinggi, yaitu sebesar 13,8 sebagai faktor utama penghambat investasi di
Indonesia. Hal tersebut lantaran maraknya praktik suap, gratifikasi, favoritisme, dan
pelicin yang dilakukan sejumlah oknum, terutama dalam pengurusan perizinan.
Praktik-praktik korupsi mengakibatkan beberapa dampak terhadap investor. Dampak
tersebut antara lain dapat memunculkan persaingan tidak sehat, distribusi ekonomi
yang tidak merata, tingginya biaya ekonomi, memunculkan ekonomi bayangan,
menciptakan ketidakpastian hukum, dan tidak efisiennya alokasi sumber daya
perusahaan.
8. Manfaat kajian korupsi adalah membangun semangat dan komptensi sebagai agent
of change bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang bersih dan bebas dari
ancaman korupsi.
9. Survei Penilaian Integritas (SPI) merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI
dengan tujuan untuk memetakan risiko korupsi, menilai pengelolaan anggaran dan
mengukur efektifitas pencegahan korupsi.
Dilansir dari laman resmi KPK RI, SPI dikembangkan sebagai alat ukur pemetaan korupsi
karena kasus korupsi yang terjadi secara masif di Indonesia, khususnya pada tingkat
birokrasi pemerintahan. Kasus korupsi juga memiliki tantangan tersendiri karena sifatnya
yang tersembunyi, sehingga kehadiran SPI dinilai sebagai salah satu alternatif upaya
pengukuran risiko dalam kegiatan survei pendahuluan yang dilakukan oleh KPK RI.

Anda mungkin juga menyukai