1. Mekanisme terjadinya peningkatan tik pada stroke iskemik
Peningkatan tik dipengaruhi oleh darah, parenkim otak dan cairan serebrospinal. Tekanan Intra Kranial (TIK) dipertahankan 10 mmHg. Jika TIK lebih dari 20 mmHg dianggap tidak normal, jika TIK lebih dari 40 mmHg termasuk kenaikan TIK berat. Daerah iskemi terbentuk akibat penurunan Cerebral Blood Flow (CBF) regional daerah otak yang terisolasi dari aliran darah. Gangguan aliran darah pada stroke iskemik membuat metabolisme seluler yang kompleks dan disebut sebagai kaskade iskemik. Kaskade iskemik dimulai dari adanya gangguan aliran di pembuluh darah pada otak. Aliran darah menurun kurang dari 25 ml per 100 g/menit. Akibatnya neuron tidak bisa mempertahankan metabolisme respirasi aerob dan mitokondria merubah menjadi respirasi anaerob, sehingga menghasilkan asam laktat dan perubahan pH. Perubahan bentuk metabolisme ini mengakibatkan penurunan jumlah neuron dalam memproduksi ATP yang akan dijadikan sumber energi dalam aktivitas sel neuron dan terjadi proses depolarisasi yang mengakibatkan membran gagal menjaga keseimbangan elektrolit dan sel-sel berhenti berfungsi (Smeltzer et al, 2010). Depolarisasi membran dinding sel menyebabkan peningkatan kalsium intraseluler dan pelepasan glutamat. Masuknya kalsium dan pelepasan glutamat, mengaktifkan sejumlah jalur yang merusak sehingga mengakibatkan penghancuran membran sel, pelepasan lebih banyak kalsium dan glutamat, vasokonstriksi, dan pembentukan radikal bebas yang dapat memperpanjang stroke. 2. Mekanisme edema serebri Edema merupakan respon umum untuk berbagai bentuk cedera otak, dan sesuai penyebabnya dapat dikategorikan sebagai sitotoksik, vasogenik, dan interstisial. Edema sitotoksik merupakan pembengkakan elemen sel otak (neuron, glia, dan sel endotel) akibat kegagalan metabolisme energi seluler. Terjadi akumulasi cairan intraseluler substansia grisea. Edema sitotoksik merupakan bentuk edema yang pertama kali muncul pada stroke iskemik akut dan mendahului edema vasogenik. Edema vasogenik merupakan hasil peningkatan permeabilitas sawar darah otak terhadap unsur-unsur dalam serum. Perkembangan edema vasogenik merefleksikan kerusakan sel endotel yang membentuk sawar darah otak. Edema tipe ini terjadi jika ada kerusakan sawar darah otak. Edema intertesial eini terjadi pada hidrosefalus obstruksi yang meningkatkan aliran cairan serebrospinal transependimal. Terjadi peningkatan natrium dan air dalam substansia alba periventrikuler dengan perpindahan cairan serebrospina 3. Hubungan stroke iskemik dengan hipertensi Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke iskemik. ketika pasien memiliki hipertensi, maka aliran darah ke otak akan meningkat akibat oklusi arteri sebagian atau total yang mengakibatkan perdarahan dengan cepat namun berhenti dengan terbentuknya trombus sehingga adanya cedera pada area dinding pembuluh darah dan pembentukan bekuan darah. Kemudian lumen pembuluh darah menyempit dan akan menjadi infark apabila terus tersumbat. Tanda dan gejala yang mungkin dialami penderita stroke iskemik adalah mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh, kebingungan atau perubahan status mental, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan, gangguan penglihatan, kesulitan berjalan, pusing, atau kehilangan keseimbangan atau koordinasi, tiba-tiba parah sakit kepala (Smeltzer et al, 2010). Manifestasi klinis stroke iskemik antara lain terdapat penurunan gerakan motorik, penurunan kemampuan berkomunikasi, penurunan kemampuan sensorik, gangguan persepsi dan gangguan kognitif psikologis, serta gangguan emosional. 4. Penjelasan cpp CPP = Cerebrovascular Perfusion Pressure / Tekanan perfusi serebral.
CPP= MAP- ICP
Normal CPP= 60-80 mmHg ICP= 5-15 mmHg MAP normal = 70-110 mmHg.
neurologis → penurunan kesadaran. untuk itu, CPP perlu dipertahankan stabil. Mempertahankan CPP stabil = mempertahankan MAP dan ICP stabil. kondisi stroke iskemik dapat terjadi peningkatan ICP(TIK), untuk itu yang bisa dikontrol adalah MAP nya.
SBP = TDSistol ; DBP = TDDdiastol
nursing consideration = monitoring TD, tekanan nadi (jarak/interval antara sistol dan diastol tidak boleh melebar atau menyempit). monitoring TD → ketika TD turun, pertimbangkan topangan (khususnya pada pasien dengan penurunan kesadaran). ketika TD naik, pertimbangkan riwayat hipertensi dan farmakologi hipertensi. 5. Pemeriksaan laboratorium dan radiology pada stroke iskemik a. Pemeriksaan laboratorium pada stroke iskemik dapat dari penyebab stroke. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan darah lengkap, glukosa darah. Nilai-nilai penting dalam pemeriksaan stroke adalah PT, APTT, INR, D-Dimer dan Fibrinogen. b. Pemeriksaan radiology 1) Lumbal pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama. 2) CT scan. Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. 3) MRI MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik. 4) EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak berdasarkan gelombang otak dan dapat menunjukan daerah lesi yang spesifik . 6. Etiologi masalah keperawatan 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular 2. Nyeri akut berhubungan dengan hemiplegia 3. Risiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun 4. Risiko penurunan kapasitas adaptif intracranial berhungan dengan edema serebri 7. Pengkajian Saraf Kranial Saraf Kranial Pemeriksaan I Olfaktorius Klien menutup mata dan pada saat yang sama satu lubang hidung ditutup, lalu klien diminta membedakan zat aromatis, seperti vanili, cengkeh, kopi. II Optikus Pemeriksaan dengan kartu Snellen; lapang pandang; pemeriksaan oftalmoskopi. III Okulomotorius Kaji reflek pupil IV Troklearis Kaji rotasi okular, mengonjugasikan gerakan nistagmus. Kaji refleks pupil dan periksa kelopak mata terhadap ptosis. V Trigeminus Klien menutup mata, sentuhkan kapas pada dahi, pipi, dan dagu. Menyentuh permukaan kornea dengan kapas. Menggerakkan rahang dan rasakan gerakan dari sisi ke sisi. VI Abdusens Kaji rotasi okular, mengonjugasikan gerakan nistagmus. Kaji refleks pupil dan periksa kelopak mata terhadap ptosis. VII Fasialis Observasi kesimetrisan gerakan wajah saat tersenyum, bersiul, mengangkat alis, mengerutkan dahi, saat menutup mata rapat-rapat. Mengekstensikan lidah. VIII Vestibulokoklearis Uji bisikan suara dan bunyi detak jam. Uji untuk lateralisasi (Weber) Uji untuk konduksi udara dan tulang (Rinne) IX Glosofaringeus Kaji kemampuan klien untuk membedakan rasa gula dan garam pada sepertiga posterior lidah. X Vagus Menstimulasi faring posterior untuk menimbulkan refleks menelan. Adanya suara serak. Minta klien mengatakan ‘ah’ XI Asesorius Palpasi dan catat kekuatan otot trapezius saat klien mengangkat bahu sambil dilakukan penekanan. Palpasi dan catat kekuatan otot sternokleidomastoid klien saat memutar kepala sambil dilakukan penahanan dengan tangan penguji ke arah berlawanan. XII Hipoglosus Menjulurkan lidah dan menggerakkan ke kiri/kanan sambil diberi tahanan. Daftar Pustaka Affandi, I. G., & Panggabean, R. (2016). Pengelolaan tekanan tinggi intrakranial pada stroke. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.Lewis, S.L., Dirksen, S.R. (2013). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problem. (9th edition). St. Louis, Missouri: Elsevier Inc. Smeltzer, S. C. (2010). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical Surgical Nursing: An Integrated Approach 3rd edition. USA: Delmar, Cengange Learning.