BIOLOGI MANUSIA
“FISIOLOGI OTOT DAN GERAK PADA MANUSIA”
Dosen Pengampu:
1. Anjar Putro Utomo, S.Pd., M.Ed
2. Ulin Nuha, S.Pd., M.Pd
Oleh:
1. Difia Margaret (180210104007)
2. Salma Alvirani (180210104035)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat-Nya
yang telah memberi kemampuan dan ilmu yang bermanfaat sehingga mahasiswa
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Fisiologi Otot dan
Gerak Pada Manusia”.
Fisiologi Otot dan Gerak Pada Manusia dalam pembelajaran merupakan
salah satu materi yang ada di mata kuliah Biologi Manusia. Di samping itu
penyusunan makalah ini dimaksudkan sebagai persyaratan tugas dan penilaian
yang diwajibkan oleh dosen mata kuliah Biologi Manusia, Program Studi
Pendidikan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
Makalah ini merupakan salah satu aspek penilaian dalam kontrak kuliah semester
VI. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ini sehingga
selesai dengan lancar. Terimakasih atas bantuan, bimbingan, serta dukungan kami
sampaikan kepada:
1. Anjar Putro Utomo, S.Pd., M.Ed
2. Ulin Nuha, S.Pd., M.Pd
3. Teman-teman yang menjadi motivator sehingga kami bersemangat untuk
menyelesaikan makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dibutuhkan dari semua pihak untuk
membuat makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah kami berkenan di hati
pembaca.
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah :
1.3.1 Menjelaskan sistem otot dan gerak pada manusia
1.3.2 Menjelaskan prinsip all or none pada kontraksi sel otot
1.3.3 Menjelaskan perbedaan kontraksi tunggal, sumasi, tetanus tidak
sempurna, dan tetanus sempurna
1.3.4 Menjelaskan prose kontraksi otot polos, jantung, dan lurik
1.3.5 Menjelaskan perbedaan kontraksi otot polos unit tunggal dan unit jamak
1.3.6 Menjelaskan peran ATP, Ca2+, dan fasfogen dalam kontraksi dan
relaksasi otot
1.3.7 Menjelaskan kelainan pada otot manusia
1.3.8 Menjelaskan bagian tulang pada mnusia
1.3.9 Menjelaskan anggota gerak pada manusia
1.3.10 Menjelaskan jenis-jenis tulang
1.3.11 Menjelaskan bentuk-bentuk tulang
1.3.12 Menejelaskan persendian dan macam-macam sendi pada manusia
1.3.13 Menjelaskan kelainan pada tulang dan sendi
BAB II. PEMBAHASAN
Garis merah adalah filament tebal dan garis biru merupakan filament tipis.
Setiap sarkomer akan dibatasi oleh dua buah garis Z, pada tengah-tengah
sarkomer terdapat bagian saling tumpang tindih yang disebut pita A. Tepat di
tengah-tengah pita A terdapat bagian yang hanya terdapat filament tebal saja yang
disebut zona H. Pada bagian ujung sarkomer terdapat bagian yang hanya terdiri
dari filament tipis dan garis Z, bagian ini disebut pita I.
Mekanisme kontraksi otot disebut dengan sliding filament model, karena
berkaitan dengan gerakan meluncur dari filament tebal dan tipis. Pada filament
tebal (myosin) terdapat bagain mirirp kepala yang berfungsi mengait filament tipis
(aktin). Kaitan dari kepala myosin inilah yang menyebabkan terjadinya gerakan
meluncur (sliding) yang menimbulkan otot menjadi berkontraksi.
2.5 Perbedaan Kontraksi Otot Polos Unit Tunggal dan Unit Jamak
1. Otot polos unit tunggal (viseral)
Otot polos unit tunggal adalah otot yang memiliki ratusan hingga jutaan
serabut yang saling berkontraksi dan membrane selnya melekat satu sama lain
pada tempat yang berbeda akibatnya memudahkan serabut dapat disebarkan ke
serabut lainnya. Otot polos viseral dicirikan dengan ketidakstabilan potensial
membrannya dan karena jenis ini menunjukkan kontraksi berkelanjutan yang
bebas dari suplai saraf. Karena sel-sel ini dihubungkan bersama oleh gap junction,
mereka dapat berkontraksi sebagai syncytium. Pada otot polos unit tunggal
(visceral) apabila tiap otot polos mendapatkan rangsangan dari ujung-ujung saraf
yang berasal dari sebatang serabut saraf sehingga setiap sel otot mendapat impuls
dalam waktu bersamaan, akibatnya kontraksi dapat berlangsung bersamaan.
2. Otot polos unit jamak (multi-unit)
Otot polos unit ganda adalah otot yang terdiri atas serabut yang berbeda-
beda dan setiap dari serabut-serabut ini bekerja secara tersendiri tanpa saling
membantu dengan serabut-serabut pada otot polos lainnya. Tidak seperti otot
polos viselar, otot polos jamak tidak bekerja secara berbarengan dan kontraksinya
tidak tersebar secara luas. Pada otot polos unit jamak (multi-unit) dalam seberkas
otot tidak semuanya mendapatkan ujung saraf tetapi rangsangan akan diteruskan
ke otot-otot yang berdekatan
Otot polos unit jamak ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada
jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa
dan menyesuaikan ukuran pupil pada otot erector pili rambut yang berfungsi otot
penegak bulu (kondisi saat merinding, dan sebagainya). Otot polos unit tunggal
(viseral) ditemukan pada usus dan pembuluh darah. Semua serabut dalam lapisan
mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri
atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari
aktivitas listrik spontan.
2.6 Peran ATP, Ca2+, dan Fasfogen dalam Kontraksi dan Relaksasi Otot
Kontraksi yang terjadi pada otot merupakan
sebuah konveksi atau perubahan yang cepat dari
ATP menjadi ADP dan Fosfat anorganik. Pada
saat kontraksi, terjadi peningkatan hidrolisis ATP
yang dilakukan oleh miosin yang menyebabkan
perubahan pada filamen aktin. Kontraksi otot juga
dapat terjadi karena adanya enzim ATP Sintase
yang menghidrolisis ATP sebagai energi untuk terjadinya kontraksi otot
(Nurhayati, et.al., 2019:196).
Ekor miosin akan saling melekat dengan ekor miosin lain membentuk filamen
tebal.
Kepala miosin berfungsi sebagai tempat bioenergetik untuk menyediakan tenaga
bagi otot untuk berkontraksi. Energi ini didapatkan dari hidrolisis ATP menjadi
ADP dan fosfat anorganik.
Mekanisme kontraksi otot rangka :
4. Keseleo
Keseleo atau terkilir, adalah cedera pada ligamen, jaringan yang
menghubungkan dua atau lebih tulang pada sendi. Kondisi ini umumnya terjadi
pada pergelangan kaki akibat aktivitas fisik. Berdasarkan tingkat keparahannya,
keseleo bisa dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Keseleo ringan. Ada nyeri, bengkak atau robekan kecil pada ligamen,
namun tidak berdampak pada kestabilan sendi.
2. Keseleo sedang. Ligamen robek sebagian, disertai nyeri dan
pembengkakan yang cukup parah, hingga sedikit memengaruhi kestabilan
sendi.
3. Keseleo berat. Ligamen putus dan sendi menjadi tidak stabil. Nyeri dan
bengkak yang timbul sangat parah, disertai kerusakan jaringan di
sekitarnya.
a. Gejala
Gejala yang timbul pada keseleo tergantung pada tingkat keparahannya,
antara lain nyeri, pembengkakan dan memar. Selain itu, gerakan menjadi terbatas
pada sendi yang terkena. Kadang, saat cedera akan terdengar bunyi di sendi.
b. Penyebab
o Berjalan atau berolahraga pada medan yang tidak rata.
o Melakukan gerakan berputar saat olahraga, seperti dalam olahraga
atletik.
o Melakukan pendaratan atau jatuh pada posisi yang salah.
o Teknik latihan yang salah saat berolahraga.
c. Pengobatan
o Rest (mengistirahatkan). Istirahatkan sendi selama 2-3 hari setelah
cedera. Bila perlu, gunakan tongkat untuk membantu berjalan.
o Ice (es). Kompres area yang keseleo dengan es segera setelah cedera.
Lakukan selama 15-20 menit setiap 2-3 jam, hingga 2-3 hari. Jangan lupa
untuk membungkus es dalam kantong plastik atau handuk sebelum
mengompres. Langkah ini bisa mengurangi nyeri, radang dan memar.
o Compression (membalut). Agar bengkak berkurang, balut area yang
keseleo dengan perban elastis hingga 2 hari setelah cedera. Jangan
gunakan perban yang terlalu ketat agar darah tetap mengalir lancar.
Silakan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan ukuran perban
yang tepat. Ingatlah untuk melepas perban sebelum tidur.
o Elevation (menaikkan). Angkat pergelangan kaki hingga ketinggian
yang sama dengan pinggul saat duduk, jangan dibiarkan menggantung ke
bawah. Jika keseleo terjadi di pergelangan tangan, gunakan penyangga
lengan (arm sling) selama 1-2 hari. Menaikkan bagian yang cedera bisa
mengurangi pembengkakan.
5. Atrofi
Atrofi otot adalah kondisi ketika jaringan otot mengecil atau menyusut.
Kondisi ini umumnya terjadi jika otot tersebut lama tidak digerakkan,
misalnya akibat gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan. Untuk
mengatasi atrofi otot, perlu diketahui dulu jenis atrofi otot yang terjadi dan
apa penyebabnya.
a. Jenis atrofi
o Atrofi otot fisiologis
Atrofi otot jenis ini umumnya dialami oleh orang dengan tingkat aktivitas
fisik yang rendah. Misalnya, terlalu lama duduk atau berbaring dan jarang
olahraga. Karena kurangnya aktivitas fisik, otot tubuh semakin jarang digunakan.
Hal ini dapat membuat jaringan otot mengecil dan mengalami atrofi. Atrofi otot
fisiologis juga bisa terjadi pada orang yang menjalani perawatan jangka panjang
di rumah sakit, misalnya akibat kelumpuhan atau koma.
o Atrofi otot neurogenik
Atrofi otot tipe neurogenik disebabkan oleh cedera atau gangguan pada saraf
yang berfungsi untuk menggerakkan otot. Ketika saraf otot mengalami kerusakan,
otot tidak bergerak karena tidak mendapat rangsangan dari saraf. Hal ini membuat
jaringan otot mengecil dan menyebabkan atrofi otot. Ada beberapa jenis penyakit
yang dapat memicu terjadinya atrofi otot neurogenik, di antaranya:
Stroke
Lumpuh otak atau cerebral palsy
Neuropati
Polio
Cedera saraf tulang belakang
Sindrom carpal tunnel
Penyakit saraf motorik
o Atrofi otot patologis
Atrofi otot patologis adalah jenis atrofi otot yang disebabkan oleh penyakit
atau kondisi medis tertentu yang membuat tubuh tidak dapat membentuk jaringan
otot. Atrofi otot patologis bisa disebabkan oleh:
o Malnutrisi
Malnutrisi atau kekurangan gizi dapat membuat tubuh kekurangan protein dan
kalori, sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan jaringan otot. Hal ini bisa
menyebabkan massa otot berkurang secara drastis dan memicu atrofi otot.
o Sindrom Cushing
Pada sindrom Cushing, kadar hormon glukokortikoid di dalam tubuh meningkat.
Peningkatan hormon tersebut bisa menyebabkan jaringan lemak menumpuk,
sementara jaringan otot mengecil sehingga lama-kelamaan terjadilah atrofi otot.
Sindrom Cushing sering terjadi pada orang yang menggunakan obat
kortikosteroid dalam jangka panjang.
o Kanker
Atrofi otot bisa terjadi pada penderita kanker stadium lanjut. Kondisi ini disebut
juga dengan cachexia. Selain karena dampak dari penyakit kanker itu sendiri,
pengobatan kanker seperti kemoterapi dan terapi radiasi juga bisa menimbulkan
efek samping berupa pengecilan jaringan otot atau atrofi otot.
6. Hipertrofi Ventrikel Kiri
Hipertrofi ventrikel kiri adalah pembesaran bilik (ventrikel) kiri
jantung. Pembesaran bilik kiri jantung ini biasanya disebabkan oleh tekanan darah
tinggi (hipertensi). Bilik kiri atau ventrikel kiri jantung merupakan pelabuhan
terakhir bagi darah yang kaya oksigen, sebelum meninggalkan jantung. Ventrikel
kiri jantung akan memompa darah ke seluruh tubuh untuk mengalirkan oksigen,
dengan sebelumnya melewati katup jantung yang dinamakan aorta. Ketika beban
ventrikel kiri bertambah, misalnya akibat hipertensi atau penyempitan katup aorta,
otot ventrikel kiri jantung akan bekerja lebih keras. Kondisi ini mengakibatkan
otot bilik kiri jantung menebal dan ukuran bilik jantung akan membesar.
Hipertrofi ventrikel kiri atau left ventricular hypertrophy (LVH) juga akan
menyebabkan jaringan otot jantung menjadi tidak elastis. Hal ini menyebabkan
penurunan fungsi jantung dalam memompa darah, sehingga aliran darah ke
seluruh tubuh terganggu.
a. Gejala
Cepat lelah.
Pusing.
Jantung terasa berdebar-debar (palpitasi).
Rasa nyeri di dada, biasanya setelah berolahraga.
Sesak napas.
a. Penyebab
Hipertensi
Hipertrofi ventrikel kiri sering kali disebabkan oleh hipertensi. Lebih dari
sepertiga orang yang didiagnosis menderita hipertrofi ventrikel kiri juga
mengalami hipertensi.
Hipertrofikardiomiopati
Hipertrofi kardiomiopati merupakan kelainan genetik yang terjadi saat otot
jantung menebal secara abnormal, namun tekanan darah tetap normal.
Akibatnya, jantung kesulitan memompa darah.
Stenosiskatupaorta
Penyakit ini menyebabkan penyempitan pada katup aorta, yaitu katup
jantung yang terletak setelah ventrikel kiri. Katup aorta yang menyempit
membuat ventrikel atau bilik kiri jantung perlu bekerja lebih keras untuk
memompa darah.
Latihanfisik
Latihan kekuatan dan ketahanan fisik yang dilakukan secara intensif dan
berkelanjutan dapat membuat jantung bekerja lebih keras hingga
mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri. Kondisi ini sering terjadi pada
atlet atau tentara.
a. Pengobatan
Melakukan pemeriksaan berkala terhadap tekanan darah.
Selalu menjaga berat badan ideal.
Rutin berolahraga, idealnya selama 30 menit setiap hari.
Menerapkan pola makan sehat, seperti banyak makan buah dan sayur,
serta menghindari makanan tinggi lemak dan garam.
Menghindari minum minuman beralkohol. Minum terlalu banyak alkohol
dapat meningkatkan tekanan darah dan asupan kalori.
Berhenti merokok, karena merokok dapat menaikkan tekanan darah dan
meningkatkan risiko hipertensi.
Mengelola stres dengan baik.
2.8 Bagian Tulang Pada Manusia
Tulang = rangka = skelet = bone = osteo merupakan sebuah jaringan tubuh
yang sangat kuat, terletak di dalam tubuh dan tersusun atas zat organik. Sistem
rangka manusia adalah rangkaian tulang yang memberikan manusia bentuk,
struktur, gerak, dan perlindungan. Tulang merupakan jaringan tubuh manusia
yang berfungsi untuk menopang tubuh dan bagian-bagiannya. Tulang memiliki
fungsi utama sebagai alat gerak pasif, artinya tulang hanya bisa bekerja/bergerak
apabila ada bantuan dari otot. Tulang sendiri terbentuk dari kandungan kalsium
yang berbentuk garam yang merekat erat dengan bantuan kolagen. Tulang hidup
mengandung kurang lebih 50% air dan 50% zat padat dan tubuh manusia terdiri
dari kurang lebih 206 buah tulang. Tanpa adanya tulang, tubuh manusia tidak
akan mampu berdiri tegak dan juga tidak akan bisa bergerak bebas. Tulang
manusia mulai terbentuk sejak masih bayi di dalam kandungan dan berlangsung
terus sampai decade kedua (umur 25 tahun) dalam susunan yang teratur.
Sistem rangka manusia (skeletal) mencakup semua tulang dan persendian
dalam tubuh yang terdiri dari tulang, tulang rawan (kartilago) dan sendi.
Vertebrata seperti manusia memiliki banyak kerangka internal yang terbuat dari
jaringan yang disebut tulang yang membuat tubuh manusia kuat dan terlindungi
organ-organ vitalnya seperti jantung dan otak. Setiap tulang adalah organ hidup
yang kompleks yang terdiri dari banyak sel, serat protein, dan mineral. Kerangka
bertindak sebagai penyokong dengan memberikan dukungan dan perlindungan
untuk jaringan lunak. Sistem skeletal juga menyediakan titik-titik lampiran untuk
otot untuk memungkinkan gerakan di persendian.
A. Bagian Tengkorak
Tengkorak merupakan struktur kerangka kepala yang menopang wajah dan
melindungi otak. Terdiri dari wajah tengkorak dan tlang kranial. Rongga
tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal sebagai kubah tengkorak,
licin pada permukaan luar dan pada permukaan dalam ditandai dengan gili-gili
dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak dan pembuluh darah.
Tulang tengkorak pada manusai terdiri dari dua bagian, yiatu cranium dan tulang
wajah. Tulang cranium terdiri dari 8 tulang dan tulang wajah terdiri dari 14 tulang.
Sering kali tulang pendengaran dianggap sebagai bagian dari tulang tengkorak.
Pada orang dewasa, tengkorak terdiri dari 22 tulang. 21 tulang tersebut tidak
bergerak dan berubah menjadi satu bagian, sedangakan tulang ke-22 dapat
bergerak, yaitu tulang pada rahang bawah.
1. Tulang cranium
Fungsi utama tulang cranium adalah untuk melindungi otak dari trauma. Tulang
cranium bergabung dengan sutura, yaitu garis-garis bergerigi pada permukaan
kranium. Sutura akan bergabung ketika seseorang telaha memasuki usia dewasa.
Sutura dapat dibedakan menjadi :
a. Sagital suture : sambungan antara
tulang frontal dan pariental (panjang)
b. Coronal suture : sambungan
antara tulang frontal dan pariental
(pendek)
c. Squamous suture : sambungan tulang pariental dan temporal
d. Lamboidal suture : sambungan tulang pariental dan oksipital. Sutura ini
akan berfungsi sebagai coronal, yaitu menutupi fontanel frontal pada
bayi, yaitu area membran antara tulang tengkorak. Fontanel
memungkinkan kepala bayi menjadi lentur saat dilahirkan agar
memudahkan proses kelahiran dengan menyesuaikan dengan jalan
lahirnya (Nugrahaeni, 2020 :2-3)
Pada bayi baru lahir, ada 6 fontanel yaitu :
1. Frontal
Berada di pettemuan tulang parietal dan tulagn frontal. Tulang frontal membentuk
dahi dan bagian atas dari rongga mata. Permukaan belah dalam tulang frontal
ditandai dengan lekukan yang ditimbulkan oleh lekuakn permukaan otak.
2. Oksipital
3. Mastoid
4. Sphenoidal
5. Fontanel oksipital
Ciri yang lebih spesifik secara umum pada tengkorak yakni :
a. Fontanel ianglah ruang diantara tulang kranium terisi oleh membran yang
menyerambut.
b. Tulang suntural ialah tulang yang ukurannya kecil dan bervariasi jumlahnya
dan terdapat pada kampuh.
c. Kampuh (sutura) adalah sendi yang tidak dapat digerakkan dan yang
menyatuhkan tulang tengkorak
d. Tempurung kepala yang menjelaskan pada posisi atas, depan dan belakang
kranium
e. Fosa cranium ialah tigan ceruk didasar kranium, yaitu fosa depan, tengah dan
belakang
f. Rongga hidung (nasal) terbntuk dari beberapa tulang rawan dan beberapa
tulang lain
g. Sinus paranasal ialah rongga yang dilaposi muku dan cramium serta tulang
pada wajah yang meliputi rongga wajah (Afandi, 2020: 84).
B. Bagian Badan
Bagian rangka badan pada manusia dipisahkan ke dalam 5 kelompok yaitu
tulang belakang, tulang dada dan rusuk, tulang gelang bahu, dan tulang gelang
panggul.
a. Tulang belakang
Tulang belakang memanjang mulai dari setelah tengkorak hingga tulang
ekor. Seperempat dari tulang belakang terwakili oleh panjang dari discus
invertebralis. Discus invertebralis merupakan sendi yang menghubungkan tulang
belakang (vertebra) yang satu dengan yang lain. Tulang belakang atau the spinal
column, dikenal sebagai spine or backbone berfungsi untuk melindungi jaringan
saraf lembut di sumsum tulang belakang. Tulang belakang terdiri dari 33 tulang
belakang, 24 diantaranya mampu bergerak dan 9 sisanya menyatu menjadi satu.
Tulang yang paling dekat dengan kepala disebut tulang atlas karena menyangga
berat tulang tengkorak. Tulang belakang terdiri dari :
1) Tulang leher
Tulang ini membentuk leher. Dua tulang atas dikenal sebagai tulang atlas
dan axis. Kedua tulang ini berbeda dari yang lain karena memungkinkan rotasi
kepala ke depan dan belakang. Tulang ini berjumlah 7 ruas.
2) Tulang punggung
Tulang punggung memiliki 12 buah ruas tulang belakang dimana tulang
rusuk menempel. Tulangnya lebih besar dari yang lain karena tulang tersebut
menopang berat badan.
3) Tulang pinggang
Tulang ini terdiri dari 5 buah ruas tulang. Tulang pinggang menyatu atau
saling menepel.
4) Tulang kelangkang
Tulang segitiga besar yang membentuk bagian bawah tulang punggung.
Tulang ini terdiri dari 5 ruas yang digabungkan bersama untuk membentuk tulang
yang berbentuk segitiga dengan cekung ke depan.
5) Tulang ekor
Bagian paling ujung dari tulang belakang dan terdiri dari 4 buah ruas tulang.
b. Tulang rusuk dan tulang dada
Tulang dada ddan tulang rusuk bersama-sama membentuk pelindung bagi
organ-organ yang di dada, yaitu paru-paru dan jantung. Tulang rawan menyusun
rangka tulang dada atau toraks. Toraks merupakan sebuah rongga berbentuk
kerucut, di atas lebih sempit daripada di bawah dan di depan lebih pendek
daripada yang di belakang. Sternum atau tulang dada merupakan tulang yang
berbentuk pipih yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu manubrium sterni, korpus
sterni, dan prosesus sifoid. Tulang rusuk dan tulang dada terdiri dari :
o Os. Calvicula (2) = tulang selangka ; tulang ini terletak di kanan dan kiri dada
bagian atas, tepat di bawah leher. Bentuk tulang ini adalah memanjang dan
posisinya melintang, menghubungkan tulang dada dengan tulang lengan.
o Os. Scapula (2) = tulang belikat ; tulang ini berbentuk segitiga di bagian
belakang bahu.
o Os. Humerus (2) = tulang lengan atas ; bentuknya seperti tongkat yang
panjang. Tulang ini terhubung dengan bahu dan membentuk bagian kepala
yang bundar.
o Os. Radius (2) = tulang pengumpil ; bentuknya panjang dan semakin ke
bawah semakin besar. Tulang ini menghubungkan siku dengan tangan di
dekat ibu jari.
o Os. Ulna (2) = tulang hasta ; bentuknya panjang dan letaknya sejajar dengan
tulang pengumpil.
o Ossa. Karpal (2x8) = tulang pergelangan tangan ; tulang ini terhubung dengan
tulang pengumpul dan hasta. Tula ini terdiri dari 8 buah tulang.
o Ossa. Metakarpal (2x5) = tulang telapak tangan ; tulang ini terhubung dengan
tulang pergelangan tangan dan tulang jari. Tulang ini terdiri atas 5 buah
tulang.
o Ossa. Phalanges (2x14 ruas) = tulang jari tangan ; tulang ini terdiri atas 14
buah tulang (3 ruas pada masing-masing jari dan 2 ruas pada ibu jari).
b. Tulang alat gerak bawah (Ekstremitas inferior)
Anggota gerak bawah terdiri dari rangka penyusun kaki. Fungsi tulang alat
gerak bawah yaitu untuk melakukan aktivitas seperti berjalan, berlari, berdiri, dan
sebagainya. Tulang-tulang yang membentuk alat gerak bawah diantaranya :
Os. Femur (2) = tulang paha ; tulang terbesar dan terkuat di tubuh manusia.
Tulang ini terhubung dengan pinggul dan membentuk bagian kepala yang
bundar.
Os. Patella (2) = tulang tempurung lutut ; tulang ini berbentuk segitiga dan
tebal dan terhunung dengan tulang paha. Tulang ini juga melindungi sendi
lutut.
Os. Tibia (2) = tulang kering ; tulang ini berbentuk panjang, terletak di
tungkai kaki.
Os. Fibula (2) = tulang betis ; tulang ini berbentuk panjang dan terletak
sejajar dengan tulang kering.
Os. Calcaneus (2) = tulang tumit ; tulang ini merupakan tulang terbesar dari
telapak kaki.
Ossa. Tarsal (2x7) = tulang pergelangan kaki ; tulang ini melekat pada tulang
betis dan membentuk pergelangan kaki dan di bawha tulang ini terdapat
tulang tumit yang tersambung dengan tulang lain.
Ossa. Metatarsal (2x5) = tulang telapak kaki ; tulang ini terdiri dari 5 tulang
panjang yang menghubungkan ke jari.
Ossa. Phalanges pedis (2x14) = tulang jari kaki ; tulang ini terdiri dari 14
buah tulang.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa :
3.1.1 Sistem gerak pada manusia atau yang disebut dengan sisten musculoskeletal
yang terdiri dari tulang, otot, sendi, dan organ-organ lain seperti ligament
dan tulang rawan. Otot disebut juga alat gerak aktif karena otot dapat
berkontraksi. Otot sebagai sistem muskuler merupakan pelengkap dari
sistem muskoskeletal. Apabila otot bekerja maka disebut kontraksi, dan
sebaliknya apabila sedang tidak bekerja maka disebut relaksasi.
3.1.2 Kontraksi otot tunduk pada prinsip All or None. Hal ini berarti ketika
rangsangan yang diterima berada diatas atau setara nilai ambang, maka
kontraksi akan berlangsung secara penuh, sedangkan jika rangsangan tidak
mencapai nilai ambang maka tidak akan terjadi kontraksi otot.
3.1.3 Rangsangan yang diberikan pada otot akan menyebabkan timbulnya
potensial aksi yang merangsang adanya kontraksi tunggal pada serabut otot.
Jika potensial aksi diberikan secara terus menerus dan masih ada waktu otot
untuk berelaksasi maka disebut tetanus tidak sempurna, sedangkan jika
tidak ada waktu relaksasi maka disebut dengan tetanus sempurna.
3.1.4 Mekanisme kontraksi otot rangka tergantung dari protein miosin, aktin,
troponin dan tropomiosin. Myosin dan aktin saling bertautan sehingga
menyebabkan myofibril secara bergantian menunjukan pita terang dan
gelap. Pita ini saling tumpang tindih dan terjadi penonjolan dari sisi filamen
myosin yang dinamakan jembatan penyeberangan (cross bridge) yang
menyebabkan kontraksi otot. Mekanisme kontraksi otot jantung yaitu terjadi
secara autoritmik (menciptakan potensial aksi sendiri), kemudian
mekanismenya hampir sama dengan kontraksi otot rangka yaitu terjadinya
pertemuan myosin dan aktin kemudian terjadi cross-bridge. Sedangkan
kontraksi pada otot polos tidak mengandung kompleks troponin normal
yang dibutuhkan pada pengaturan kontraksi otot rangka, sehingga
mekanisme pengaturan kontraksinya berbeda. Sebagian besar kalsium yang
menyebabkan kontraksi otot polos masuk dari cairan ekstraseluler pasa saat
potensial aksi.
3.1.5 Pada otot polos unit tunggal (visceral) apabila tiap otot polos mendapatkan
rangsangan dari ujung-ujung saraf yang berasal dari sebatang serabut saraf
sehingga setiap sel otot mendapat impuls dalam waktu bersamaan,
akibatnya kontraksi dapat berlangsung bersamaan. Sedangkan pada otot
polos unit jamak (multi-unit) dalam seberkas otot tidak semuanya
mendapatkan ujung saraf tetapi rangsangan akan diteruskan ke otot-otot
yang berdekatan.
3.1.6 Peran ATP dan fosfagen adalah sebagai energi yang dapat digunakan untuk
memberikan respon terhadap rangsangan berupa kontraksi otot, sendangkan
Ca2+ berfungsi agar dapat memicu bergeraknya tropomiosin sehingga dapat
menyebabkan pelekatan miosin pada aktin.
3.1.7 Kelainan otot bermacam-macam diantaranya ada kram otot, dystonia, nyeri
otot (myalgia), keseleo, atrofi, dan juga hipertrofi ventrikel kiri. Setiap
kelainan memiliki penyebab dan gejala yang berbeda, begitu juga cara
mengatasinya atau pengobatannya pun berbeda-beda.
3.1.8 Tulang merupakan jaringan tubuh manusia yang berfungsi untuk menopang
tubuh dan bagian-bagiannya. Tulang memiliki fungsi utama sebagai alat
gerak pasif, artinya tulang hanya bisa bekerja/bergerak apabila ada bantuan
dari otot. Pada tulang dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian tengkorak dan
bagian badan. Bagian badan terdiri daru tulang belakang, tulang rusuk dan
tulang dada, tulang gelang bahu, dan tulang gelang panggul. Sedangkan
bagian tengkorak terdiri dari cranium dan tulang wajah.
3.1.9 Anggota gerak manusia terdiri dari anggota gerak atas dan gerak bawah.
Anggota gerak atas terdiri dari lengan dan tangan, sedangkan anggota gerak
bawah terdiri dari kaki.
3.1.10 Jenis-jenis tulang dibagi menjadi 2 yaitu tulang rawan (kartilago) dan
tulang keras (osteon). Tulang rawan merupakan tulang yang disusun oleh
sel-sel tulang rawan. Tulang rawan dibedakan menjadi 3, yaitu tulang rawan
hialin, elastis, dan fibrosa. Sedangkan tulang keras dibagi menjadi 2 yaitu
tulang kompak (matriks bersifat padat dan rapat) dan tulang spons (matriks
berongga).
3.1.11 bentuk-bentuk tulanga dapat dibedakan menjadi tulang pipa, pipih, pendek,
tak beraturan, dan sesamoid.
3.1.12 Sendi adalah bagian tubuh tempat dua tulang saling berhubungan. Sendi
dapat dibedakan menjadi amfiartrosis, diartrosis dan sinartrosis.
3.2 Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini bisa menjadi salah satu
referensi dalam pembuatan makalah mengenai fisiologi otot dan gerak pada
manusia selanjutnya. Alangkah lebih baik jika peneliti lain dapat menambahkan
kajian literature yang lebih banyak agar nantinya pembaca dapat memahami lebih
mendalam mengenai fisiologi otot dan gerak pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A. 2020. Anatomi dan Fisiologi pada Tubuh Manusia. Ponorogo : Uwais
Inspirasi Indonesia.
Ali, Iskandar. 2010. Dahsyatnya BIO Quantum untuk Kesehatan. Jakarta : PT.
Agromedia Pustaka
Azhar. Triva M.L., Mulyadi A., dan Gholib. 2017. Pengantar Fisiologi Veteriner.
Banda Aceh : Syiah Kuala University Press.
Betram, G. Katzung. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC.
Campbell, Nail A., dan Jane B.R. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta :
Erlangga.
Handayani, S. 2021. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Penerbit
Media Sains Indonesia.
Indrayani, M., dan P. A. S. Panji. 2017. Neuromuscular Physiology. Bali:
Udayana University Press.
Irawati, L. 2015. Aktivitas listrik pada otot jantung. Jurnal Kesehatan Andalas.
4(2): 596-599.
Ismail, N. A. I. P. 2016. Pengaruh Pemberian Latihan Kontraksi Isometrik
Volunter dengan atau Tanpa Electrical Muscle Simulation Pada Kekuatan
Kontraksi Otot Lengan Bawah. Semarang: Universitas Diponegoro Press.
Kuntoadi, G. B. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi: Untuk Mahasiswa APIKES –
Semester 1. Jakarta: PT. Panca Terra Firma.
Madri, M. 2017. Kontraksi otot skelet. Jurnal Menssana. 2(2): 1-23.
Nugrahaeni, A. 2020. Pengantar Anaotmi Fisiologi Manusia. Bogor : Healthy.
Nurhayati, T., Nurjanah., dan Roni N. 2019. Fisiologi, Formasi dan Degradasi
Metabolit Hasil Perairan. Bogor : PT Penerbit IPB Press.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Safrida. 2018. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC.
Sugiono., W. W. Putro., dan S. I. K. Sari. 2018. Ergonomi Untuk Pemula (Prinsip
Dasar & Aplikasinya). Malang: UB Press.
Suratun, Heryati., Santa M., Een Rarnah. 2008. Klien Gangguan Sistm
Muskuloskeletal : Seri Asuhan Perawat. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Suriya, M. Dan Zuriati. 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Beadh
dan Gangguan pada Sistem Muskoloskeletas Aplikasi Nanda Noc dan Noc.
Padang L Pustaka galeri mandiri.
Utami, P. 2003. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Rematik Dan Asam Urat. Depok
: PT Agromedia Pustaka.
Wibowo, D. S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo.