Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

BIOLOGI MANUSIA
“FISIOLOGI OTOT DAN GERAK PADA MANUSIA”

Dosen Pengampu:
1. Anjar Putro Utomo, S.Pd., M.Ed
2. Ulin Nuha, S.Pd., M.Pd

Oleh:
1. Difia Margaret (180210104007)
2. Salma Alvirani (180210104035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat-Nya
yang telah memberi kemampuan dan ilmu yang bermanfaat sehingga mahasiswa
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Fisiologi Otot dan
Gerak Pada Manusia”.
Fisiologi Otot dan Gerak Pada Manusia dalam pembelajaran merupakan
salah satu materi yang ada di mata kuliah Biologi Manusia. Di samping itu
penyusunan makalah ini dimaksudkan sebagai persyaratan tugas dan penilaian
yang diwajibkan oleh dosen mata kuliah Biologi Manusia, Program Studi
Pendidikan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
Makalah ini merupakan salah satu aspek penilaian dalam kontrak kuliah semester
VI. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ini sehingga
selesai dengan lancar. Terimakasih atas bantuan, bimbingan, serta dukungan kami
sampaikan kepada:
1. Anjar Putro Utomo, S.Pd., M.Ed
2. Ulin Nuha, S.Pd., M.Pd
3. Teman-teman yang menjadi motivator sehingga kami bersemangat untuk
menyelesaikan makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dibutuhkan dari semua pihak untuk
membuat makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah kami berkenan di hati
pembaca.

Jember, 25 Februari 2021

Penulis
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan sehari-hari manusia dalam bekerja dan beraktivitas selalu
melibatkan anggota gerak tubuhnya. Manusia adalah makhluk yang memerlukan
gerak karena hampir seluruh aktifitas manusia dalam hidupnya dilakukan dengan
bergerak. Kebutuhan gerak ini harus terpenuhi agar kemampuan gerak manusia
dapat berkembang secara optimal. Dalam melakukan pekerjaan apapun
profesinya, manusia juga harus bergerak seperti berjalan, berlari, makan dan
sebagainya. Apabila kebutuhan gerak tidak tercukupi maka seseorang akan
terganggu aktifitasnya. Menurut Abdurachman (2016), gerak tergantung dari
koordinasi dan integritas pada setiap level yang berjenjang, mulai dari tingkat
mikro sampai dengan tingkat makro, yaitu terjadi pada molekuler, sel, jaringan,
organ, sistem, dan individu serta dipengaruhi pula oleh faktor-faktor internal
maupun eksternal. Kualitas gerak fungsional pun tergantung dari efektifitas dan
efisiensi gerak dari individu tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan
acuan untuk menilai efektifitas dan efisiensi gerak individu antara lain;
fleksibilitas (flexibility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination),
kekuatan (power) dan daya tahan (endurence).
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja
mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot
memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat
melangsungkan perubahan sel menjadi pendek. Di balik mekanisme otot yang
secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu, terjadilah beberapa proses
kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot. Suatu pergerakan
membutuhkan kontraksi dari otot-otot yang bersangkutan. Selain itu, untuk dapat
melakukan pergerakan sesuai biomekanika dibutuhkan mobilitas yang baik dari
persendian dan fleksibilitas yang cukup dari jaringan-jaringan lunak. Fleksibilitas
merupakan kemampuan suatu jaringan atau otot untuk memanjang secara
maksimal sehingga tubuh dapat bergerak dengan full range of movement (ROM)
tanpa adanya nyeri dan hambatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.2.1 Bagaimana sistem otot dan gerak pada manusia ?
1.2.2 Bagaimana prinsip all or none pada kontraksi sel otot ?
1.2.3 Bagaimana perbedaan kontraksi tunggal, sumasi, tetanus tidak sempurna,
dan tetanus sempurna ?
1.2.4 Bagaimana prose kontraksi otot polos jantung, polos,dan lurik?
1.2.5 Bagaiaman perbedaan kontraksi otot polos unit tunggal dan unit jamak ?
1.2.6 Bagaimana peran ATP, Ca2+, dan fasfogen dalam kontraksi dan relaksasi
otot ?
1.2.7 Bagaimana kelainan pada otot manusia?
1.2.8 Bagaimana bagian tulang pada mnusia ?
1.2.9 Bagaimana anggota gerak pada manusia ?
1.2.10 Bagaimana jenis-jenis tulang ?
1.2.11 Bagaimana bentuk-bentuk tulang ?
1.2.12 Bagaimana persendian dan macam-macam sendi pada manusia ?
1.2.13 Bagaimana kelainan pada tulang dan sendi ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah :
1.3.1 Menjelaskan sistem otot dan gerak pada manusia
1.3.2 Menjelaskan prinsip all or none pada kontraksi sel otot
1.3.3 Menjelaskan perbedaan kontraksi tunggal, sumasi, tetanus tidak
sempurna, dan tetanus sempurna
1.3.4 Menjelaskan prose kontraksi otot polos, jantung, dan lurik
1.3.5 Menjelaskan perbedaan kontraksi otot polos unit tunggal dan unit jamak
1.3.6 Menjelaskan peran ATP, Ca2+, dan fasfogen dalam kontraksi dan
relaksasi otot
1.3.7 Menjelaskan kelainan pada otot manusia
1.3.8 Menjelaskan bagian tulang pada mnusia
1.3.9 Menjelaskan anggota gerak pada manusia
1.3.10 Menjelaskan jenis-jenis tulang
1.3.11 Menjelaskan bentuk-bentuk tulang
1.3.12 Menejelaskan persendian dan macam-macam sendi pada manusia
1.3.13 Menjelaskan kelainan pada tulang dan sendi
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Sistem Otot dan Gerak Pada Manusia


Sistem gerak pada manusia atau yang disebut dengan sistem
musculoskeletal yang terdiri dari tulang, otot, sendi, dan organ-organ lain seperti
ligament dan tulang rawan. Organ-organ yang termasuk ke dalam sistem ini, akan
bekerja sama untuk melakukan berbagai fungsinya dengan baik. Dalam sistem
gerak pada manusia, tulang akan bekerja sama dengan tulang rawan, ligament,
serta jaringan ikat lainnya untuk merekatkan satu tulang dengan tulang lainnya.
Sementara itu, untuk mendukung berat yang dipikul oleh tubuh, tulang akan
bekerja sama dengan otot. Tulang dan otot juga akan membantu tubuh untuk dapat
bergerak dengan baik. Tanpa adanya tulang rangka, otot tidak akan memiliki
tempat untuk menempel.
Sistem otot adalah sistem tubuh manusia yang menyediakan tenaga motor
dimana tenaga tenaga motor ini digunakan untuk menggerakkan semua bagian
tubuh. Pada sistem otot terdiri dari jaringan tubuh yang disebut jaringan otot. Otot
memiliki kemampuan berkontraksi secara aktif untuk memeberikan kekuatan
untuk gerakan bagian-bagian tubuh. Sistem otot merupakan sistem terpenting bagi
tubuh manusia karena tanpa sistem otot, kehidupan akan benar-benar berhenti.
Kemampuan otot tidak hanya menghasilkan gerakan-gerakan yang berada di
bawah sadar atau kendali kita dan yang bisa kita lihat atau kita rasakan, tetapi juga
gerakan-gerakan yang bertanggung jawab untuk sistem pernafasan, pencernaan
makanan, dan pemompaan darah.
Otot disebut juga alat gerak aktif karena otot dapat berkontraksi.otot sebagai
sistem muskuler merupakan pelengkap dari sistem muskoskeletal. Apabila otot
bekerja maka disebut kontraksi, dan sebaliknya apabila sedang tidak bekerja maka
disebut relaksasi. Otot memiliki 3 ciri, yaitu kontraktibilitas yang merupakan
kemampuan otot untuk memendek dari ukuran semula, ekstensibiltas yang
merupakan kemampuan otot untuk memanjang dari ukuran semula, dan elastisitas
yang merupakan kemampuan otot untuk kembali ke ukuran semula setelah
mengalami pemendekan atau pemanjangan. Apabila otot saling berlawanan
dengan beberapa otot sehingga gerakannya saling menghambat, jika salah satu
otot berkontraksi otot lainnya relaksasi, maka disebut antagonis, dan dikatakan
sinergis apabila saling bekerja sama atau saling membantu sehingga memberikan
gerakan searah.
Sistem otot memiliki beberapa fungsi penting yang ada pada tubuh manusia,
diantaranya yaitu :
1. Gerakan bagian tubuh
Otot rangka memiliki fungsi untuk menggerakkan anggota tubuh yang
ditopang oleh kerangka manusia. Otot pada rangka adalah elemen dasar
penggerak tubuh yang bersumber pada energi kimia makanan diubah menjadi
kerja mekanik.
2. Stabilitas dan postur
Otot rangka memiliki fungsi menstabilkan bentuk rangka manusia dan
membentuk postur tubuh yang proporsional untuk manusia. Beberapa sendi tubuh
manusia memiliki sifat yang lemah dan mereka membutuhkan dukungan dari
sistem otot untuk mencapai stabilitas fisiknya. Sehingga, otot rangka sangat
diperlukan pada persendian yang membutuhkan topangan.
3. Penghasil panas
Sebagian besar energi tubuh dari hasil pembakaran energi dalam proses
metabolisme secara aerob dan anaeron digunakan oleh sistem otot. Akibatnya otot
menghasilkan panas dalam jumlah yang cukup besar di dalam tubuh manusia.
Panas yang dihasilkan oleh otot merupakan bagian penting dari proses
keseimbangan panas tubuh manusia.
4. Sirkulasi darah
Otot jantung menjadi kekuatan yang paling penting dalam sirkulasi darah
yang digunakan untuk memompa darah ke seluruh tubuh manusia melalui sistem
sirkulasi darah. Otot jantung menjamin pemompaan darah secara teratur, sehingga
terjadi proses pembakaran energi dari nutrisi makanan dan disalurkan pada
seluruh jaringan tubuh manusia.
5. Bantuan pencernaan
Otot-otot halus seperti perut, dan usus membantu sistem pencernaan dalam
proses pencernaan makanan.
Berdasarkan bentuk dan cara kerjanya, otot dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu :
a. Otot lurik (otot rangka)
Otot lurik memiliki garis gelap dan terang sehingga disebut juga otot serat
lintang. Garis gelap dan terang tersebut adalah aktin dan myosin yang merupakan
komponen penggerak otot. Sel-sel otot lurik berbentuk silindris dan mempunyai
banyak inti di tepi. Otot lurik ini terdapat pada otot rangka tubuh kita. Sebagian
besar otot yang ada di tubuh manusia adalah otot rangka yang secara signifikan
memberikan tambahan berat badan manusia. Cara kerja otot lurik dikendalikan
oleh otak sehingga disebut otot sadar (volunter). Pada saat otot lurik berkontraksi,
maka menjadi pendek dan setiap serabut turut dengan berkontraksi.
b. Otot polos
Otot polos berinti satu terletak di tengah, berbentuk gelondong dengan
kedua ujung meruncing, bekerja secara tidak sadar (otonom), lambat, dan tidak
cepat lelah. Otot ini terletak di organ-organ dalam tubuh, misalnya pada organ
pencernaan, ekskresi, pernapasan, pembuluh darah, dan limfa. Pada saat otot polos
berkontraksi, maka bagian tengahnya membesar dan otot menjadi pendek.
Kerutan itu terjadi lambat, bila otot itu mendapat suatu rangsang, maka reaksi
terhadap berasal dari susunan saraf tak sadar (otot involunter), oleh karena itu otot
polos tidak berada di bawah kehendak.
c. Otot jantung
Otot jantung berinti satu di tengah, terletak di organ jantung, berbentuk
serabut lurik bercabang, dan bekerja secara otonom (involunter). Otot jantung
adalah otot yang sangat kuat untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh
manusia. Kontraksi otot jantung tidak di pengaruhi oleh saraf, fungsi saraf hanya
untuk mempercepat atau memperlambat kontraksi karena itu disebut otot tak
sadar. Otot jantung ditemukan hanya pada jantung, mempunyai kemampuan
khusus untuk mengadakan kontraksi otomatis dan gerakan tanpa tergantung pada
ada tidaknya rangsangan saraf. Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya
potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran sel otot jantung. Jantung akan
berkontraksi secara ritmik, akibat adanya impuls listrik yang dibangkitkan oleh
jantung itu sendiri yang disebut “autorhytmicity”. Terdapat dua jenis khusus sel
otot jantung, yaitu: sel kontraktil dan sel otoritmik. Sel kontraktil melakukan kerja
mekanis, yaitu memompa, sedangkan sel otoritmik mencetuskan dan
menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel
pekerja.

2.2 Prinsip All or None Pada Kontraksi Sel Otot


Sel yang ada di dalam tubuh memiliki sifat iritabilitas yaitu sifat yang
menyebabkan sel dapat menganggapi rangsangan yang diberikan kepadanya (Peka
terhadap rangsangan). Sel-sel otot akan memberikan respon ketika ada rangsangan
yang disampaikan kepadanya. (Betram, 2004).
Prinsip all or none adalah prinsip yang bekerja pada otot, dimana
rangsangan yang diberikan harus mencapai atau setara dengan nilai ambang agar
dapat memberikan respon atau kontraksi secara penuh (All). Apabila rangsangan
yang sampai pada otot tidak mencapai nilai ambang atau berada dibawah nilai
ambang, maka otot tidak akan merespon sama sekali (None) terkecuali jika
rangsangan yang diberikan dilakukan secara terus menerus.
Otot sebagai alat gerak aktif memiliki sifat iritabilitas yang ditunjukkan
dengan proses menanggapi rangsang (mengenal dan merespon rangsang/stimulus)
yang mengenainya secara langsung tanpa tergantung pada jaringan safar yang
biasa mengaktifkannya. Kondisi iritabilitas otot dapat melemah jika otot
mengalami kelelahan dan kembali ke kondisi makimum apabila tersuplai oleh
nutrisi dan oksigen yang cukup. Prinsip all or none pada otot hanya berlaku pada
setiap sel otot rangka, bukan pada gumpal otot atau otot secara umum serta pada
sel otot jantung. Hal ini dapat dibuktikan dengan apabila suatu sel otot rangka atau
serabut otot diberikan stimulus di atas ambang ataupun ambang, maka sel otot
akan berkontraksi penuh. Namun sebaliknya, apabila stimulus yang mengenai sel
otot berada di bawah ambang/subminimal maka sel otot tidak akan berkontraksi
sama sekali. Berbeda pada otot atau jaringan otot, prinsip all or none tidak bisa
berlaku pada jaringan ini. Pada sel otot, semakin kuat stimulus yang diberikan
maka kekuatan kontraksinya tetap, sedangkan pada jaringan otot, semakin kuat
stimulus yang diberikan maka semakin kuat pula kekuatan kontraksinya. Hal ini
berkaitan dengan adanya unit-unit motoric pada jaringan otot, dimana setiap unit
motoric (serabut saraf motorik) tunggal akan bercabang lebih dari 100 cabang
kecil yang masing-masing cabang kan mensyarafi sel otot. Apabila suatu saraf
motor teraktivasi, maka semua sel-sel otot yang disarafinya berkontraksi secara
simultan. Semakin banyak saraf motor yang diaktifkan maka semakin bayak pula
sel-sel otot yang berkontraksi. Jadi, semakin kuat stimulus yang mengenai saraf
motor maka semakin banyak unit motor yang diaktifkan sehingga kontraksi otot
semakin kuat.

2.3 Perbedaan Kontraksi Tunggal, Sumasi, Tetanus Tidak Sempurna, dan


Tetanus Sempurna
Kontraksi pada otot dapat terjadi karena adanya rangsangan. Terjadinya
suatu gerakan pada otot memerlukan adanya rangsangan yang diberikan secara
berkala atau secara berurutan pada otot. Rangsangan pertama akan diperkuat
dengan ransangan kedua, ketiga dan seterusnya. Apabila hal ini terus terjadi, maka
otot akan mengalami ketegangan atau terjadinya tonus secara maksimum.
Terdapat dua cara pemberian rangsangan pada otot yaitu :
 Rangsangan secara langsung. Otot target akan diberikan rangsangan secara
langsung, namun tidak semua serat otot yang diberikan rangsangan akan
berkontraksi dengan ambang rangsang yang rendah.
 Rangsangan tidak langsung, yaitu rangsangan pada otot diberikan melalui
saraf motorik yang bersangkutan dengan otot tersebut.
Rangsangan yang diberikan pada otot akan menyebabkan timbulnya
potensial aksi yang merangsang adanya kontraksi tunggal pada serabut otot. Jika
setelah terjadi kontraksi tunggal akibat rangsangan pertama dan otot kembali
dalam keadaan relaksasi, setelah itu datang rasangan kedua yang menyebabkan
otot berkontraksi kembali, kekuatan kontraksi kedua akan sama dengan kekuatan
kontraksi pertama. Hal ini akan memicu munculnya kontraksi tunggal kedua.
Jika potensial aksi diberikan pada otot ketika otot belum dalam keadaan
relaksasi sempurna dari kontraksi pertama, maka akan terjadi kontraksi tambahan
pada puncak kontraksi pertama. Inilah yang dinamakan penjumlahan kontraksi
(sumasi).
Ketika otot diberikan rangsangan yang sangat cepat, namun otot masih
memiliki waktu untuk melakukan relaksasi diantara kedua rangsangan, maka hal
ini dinamakan dengan tetanus tidak sempurna. Sedangkan apabilan rangsangan
yang diberikan pada otot secara cepat tanpa otot memiliki waktu untuk beraksasi,
maka dinamakan dengan tetanus sempurna (Setiadi, 2007). Pada tetanus
sempurna, kontraksi yang diberikan secara terus menerus tersebut akan memebtuk
suatu kontraksi tunggal yang berlangsung dalam waktu yang relatif cukup lama.
Tegangan yang timbul selama tetanus sempurna ini adalah empat kali atau lebih
dibandingkan yang terjadi pada kontraksi tunggal.

2.4 Proses Kontraksi Otot Lurik, Jantung, dan Lurik


Manusia dapat bergerak dan melakukan aktivitas lainnya karena adanya
kontraksi otot yang menyebabkan munculnya gerakan. Kontraksi adalah
menegangnya otot sehingga menjadi lebih pendek dan dapat menggerakkan
tulang, kontraksi tersebut akan selalu diikuti dengan relaksasi yang menyebabkan
otot kembali ke ukuran semula. Apabila otot berkontraksi namun gagal
berelaksasi akan terjadi kelainan yang disebut dengan kram.
a. Kontraksi otot lurik (otot rangka)
Mekanisme kontraksi otot rangka tergantung dari protein miosin, aktin,
troponin dan tropomiosin. Pada ujung-ujung serabut otot bersatu dengan serabut-
serabut tendon dan kemudian melekat pada tulang. Tiap serabut terletak
berdampingan sekitar 1500 filamen miosin dan 3000 filamen aktin yang
merupakan molekuk protein polimer besar yang bertanggung jawab untuk
kontraksi otot. Ciri filamen miosin tebal, sedangkan filamen aktin tipis. Sebagian
saling bertautan sehingga menyebabkan myofibril secara bergantian menunjukan
pita terang dan gelap. Pita ini saling tumpang tindih dan terjadi penonjolan dari
sisi filamen miosin. Penonjolan ini dinamakan jembatan penyeberangan (cross
bridge). Interaksi antara jembatan penyeberangan dengan filamen aktin
menyebabkan kontraksi otot. Filamen aktin dan filamen miosin yang terletak pada
membran atau garis Z dan bagian diantara dua garis Z dinamakan sarkomer.

Garis merah adalah filament tebal dan garis biru merupakan filament tipis.
Setiap sarkomer akan dibatasi oleh dua buah garis Z, pada tengah-tengah
sarkomer terdapat bagian saling tumpang tindih yang disebut pita A. Tepat di
tengah-tengah pita A terdapat bagian yang hanya terdapat filament tebal saja yang
disebut zona H. Pada bagian ujung sarkomer terdapat bagian yang hanya terdiri
dari filament tipis dan garis Z, bagian ini disebut pita I.
Mekanisme kontraksi otot disebut dengan sliding filament model, karena
berkaitan dengan gerakan meluncur dari filament tebal dan tipis. Pada filament
tebal (myosin) terdapat bagain mirirp kepala yang berfungsi mengait filament tipis
(aktin). Kaitan dari kepala myosin inilah yang menyebabkan terjadinya gerakan
meluncur (sliding) yang menimbulkan otot menjadi berkontraksi.

Mekanisme kontraksi otot rangka sebagai berikut :


1. Ach (Acetylcholine) dilepaskan di terminal sinaptik kemudian berdifusi
melintasi celah sinaptik dan menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan ke
seluruh permukaan membrane sel otot.
2. Potensial aksi di membrane plasma menyebar turun menelusuri tubulus T
yang memicu perubahan permeabilitas di retukulum sarkoplasma.
3. Penyebaran potensial aksi pada tubulus T memicu pelepasan Ca2+ dari
reticulum sarkoplasma dan masuk ke sitosol.
4. Ion kalsium mengikatkan diri pada troponin filament tipis (aktin), kemudian
tropomiosin bergeser dan perlekatan myosin pada aktin menjadi terbuka.
5. Kepala myosin berikatan dengan aktin dan membentuk jembatan silang
(cross-bridge) dan menarik filament tipis (aktin) ke pusat sarkomer. Kepala
myosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat dan digunakan sebagai
energi kontraksi. Adanya energi menyebabkan terjadinya power stroke antara
filamen aktin dan miosin sehingga menyebabkan serabut tersebut bergeser
satu sama lain dan menghasilkan proses kontraksi.
6. Ca2+ pada sitosol terlepas karena transport aktif dan menuju reticulum
sarkoplasma setelah potensial aksi (kontraksi) berhenti.
7. Tropomiosin kembali menutup sisi aktif aktin, kontraksi berhenti dan otot
akan berelaksasi.
b. Kontraksi otot jantung
Kontraksi sel otot jantung untuk menyemprotkan darah dipicu oleh potensial
aksi yang menyebar ke seluruh membran sel otot. Jantung berkontraksi atau
berdenyut secara ritmis akibat potensial aksi yang dihasilkan sendiri, suatu sifat
yang dinamai otoritmisitas (oto artinya sendiri). Seperti halnya pada otot rangka,
bila potensial aksi menjalar sepanjang membran otot jantung, potensial aksi akan
menyebar ke bagian dalam serat otot jantung sepanjang membran tubulus
transversus (T). Potensial aksi tubulus T selanjutnya bekerja pada membran
tubulus sarkoplasmik longitudinal yang menyebabkan pelepasan ion-ion kalsium
ke dalam sarkoplasma otot dari retikulum sarkoplasmik. Kalsium yang masuk ke
dalam sel selanjutnya mengaktivasi kanal pelepas kalsium yang disebut ryanodine
receptor channels, pada membran retikulum sarkoplasmik, memicu pelepasan
kalsium ke dalam sarkoplasma. Dalam seperberapa ribu detik berikutnya, ion
Ca2+ ini akan berdifusi ke dalam miofibril dan mengkatalisasi reaksi kimiawi
yang mempermudah pergeseran (sliding) filamen aktin dan miosin satu sama lain.
Peran Ca2+ di dalam sitosol adalah berikatan dengan kompleks troponin-
tropomiosin dan secara fisik menarik kompleks tersebut ke samping sehingga
dapat terjadi siklus jembatan silang dan menimbulkan kontraksi otot. Pada otot
jantung, jumlah jembatan silang yang terbentuk dan kekuatan kontraksi
dipengaruhi secara langsung oleh konsentrasi kalsium. Apapun yang
meningkatkan konsentrasi kalsium akan meningkatkan jumlah jembatan silang
yang terbentuk dan menambah kekuatan kontraksi.
c. Kontraksi otot polos
Otot polos dibedakan secara anatomi dari otot rangka dan otot jantung
karena tidak memiliki cross-striations (aktin dan miosin tidak diatur dalam
susunan regular). Otot polos mengandung aktin dan myosin, tetapi tidak seperti
otot rangka, otot polos memiliki troponin yang lebih sedikit. Pada otot rangka
kalsium terikat dengan troponin untuk mengawali cross-bridging, pada otot polos
kalsium akan membentuk kompleks dengan calmodulin yang akan mengaktifkan
enzim untuk fosfolirase dari myosin. Myosin ini memiliki aktivitas ATPase, dan
aktin akan bergerak diatas myosin untuk menghasilkan kontraksi.
Sumber dari kalsium pada otot polos berbeda dengan otot rangka karena
reticulum sarkoplasma pada otot polos kurang berkembang. Sebagian besar
kalsium yang menyebabkan kontraksi otot polos masuk dari cairan ekstraseluler
pasa saat potensial aksi. Waktu yang diperlukan untuk difusi ini adalah 200-300
ms, yang mana kira-kira 50 kali lebih lama dari pada otot rangka. Selanjutnya
relaksasi otot polos dicapai dengan transportasi ion kalsium yang dipompa
kembali ke dalam cairan ekstraseluler atau ke dalam reticulum sarkoplasma.
Pompa ion kalsium ini berlangsung lambat jika dibandingkan dengan pompa pada
reticulum sarkoplasma otot rangka. Sehingga kontraksi otot polos seringkali
timbul dalam hitungan detik buka milidetik.
Mekanisme kontraksi otot polos :
1. Ca2+ dari cairan ekstraseluler dan retukulum sakoplasma masuk ke sitosol.
2. Kalsium berikatan dengan CaM (kalmodulin) – protein yang ada di sitosol
otot polos, sehingga dapat mengaktifkan enzim MLCK (myosin light chain
kinase).
3. ATP dihidrolisis menghasilkan ADP dan piruvat sehingga dapat
mengaktifkan myosin.
4. Myosin berikatan dengan filament aktin sehingga membentuk jembatan
silang (cross-bridge) yang menyebabkan otot polos berkontraksi.

2.5 Perbedaan Kontraksi Otot Polos Unit Tunggal dan Unit Jamak
1. Otot polos unit tunggal (viseral)
Otot polos unit tunggal adalah otot yang memiliki ratusan hingga jutaan
serabut yang saling berkontraksi dan membrane selnya melekat satu sama lain
pada tempat yang berbeda akibatnya memudahkan serabut dapat disebarkan ke
serabut lainnya. Otot polos viseral dicirikan dengan ketidakstabilan potensial
membrannya dan karena jenis ini menunjukkan kontraksi berkelanjutan yang
bebas dari suplai saraf. Karena sel-sel ini dihubungkan bersama oleh gap junction,
mereka dapat berkontraksi sebagai syncytium. Pada otot polos unit tunggal
(visceral) apabila tiap otot polos mendapatkan rangsangan dari ujung-ujung saraf
yang berasal dari sebatang serabut saraf sehingga setiap sel otot mendapat impuls
dalam waktu bersamaan, akibatnya kontraksi dapat berlangsung bersamaan.
2. Otot polos unit jamak (multi-unit)
Otot polos unit ganda adalah otot yang terdiri atas serabut yang berbeda-
beda dan setiap dari serabut-serabut ini bekerja secara tersendiri tanpa saling
membantu dengan serabut-serabut pada otot polos lainnya. Tidak seperti otot
polos viselar, otot polos jamak tidak bekerja secara berbarengan dan kontraksinya
tidak tersebar secara luas. Pada otot polos unit jamak (multi-unit) dalam seberkas
otot tidak semuanya mendapatkan ujung saraf tetapi rangsangan akan diteruskan
ke otot-otot yang berdekatan
Otot polos unit jamak ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada
jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa
dan menyesuaikan ukuran pupil pada otot erector pili rambut yang berfungsi otot
penegak bulu (kondisi saat merinding, dan sebagainya). Otot polos unit tunggal
(viseral) ditemukan pada usus dan pembuluh darah. Semua serabut dalam lapisan
mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri
atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari
aktivitas listrik spontan.
2.6 Peran ATP, Ca2+, dan Fasfogen dalam Kontraksi dan Relaksasi Otot
Kontraksi yang terjadi pada otot merupakan
sebuah konveksi atau perubahan yang cepat dari
ATP menjadi ADP dan Fosfat anorganik. Pada
saat kontraksi, terjadi peningkatan hidrolisis ATP
yang dilakukan oleh miosin yang menyebabkan
perubahan pada filamen aktin. Kontraksi otot juga
dapat terjadi karena adanya enzim ATP Sintase
yang menghidrolisis ATP sebagai energi untuk terjadinya kontraksi otot
(Nurhayati, et.al., 2019:196).
Ekor miosin akan saling melekat dengan ekor miosin lain membentuk filamen
tebal.
Kepala miosin berfungsi sebagai tempat bioenergetik untuk menyediakan tenaga
bagi otot untuk berkontraksi. Energi ini didapatkan dari hidrolisis ATP menjadi
ADP dan fosfat anorganik.
Mekanisme kontraksi otot rangka :

1. Kepala miosin terikat dengan ATP dengan konfigurasi energi rendah.


2. Kepala miosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat dengan
konfigurasi energi tinggi yang dapat berikatan dengan aktin.
3. Kepala miosin berikatan dengan aktin dan membentuk jembatan silang dan
menarik filamen tipis ke pusat sarkomer.
4. Kemudian ADP dan fosfat dilepaskan dan miosin kembali ke keadaan
konfigurasi energi-rendah.
5. Filamen tipis bergerak ke arah tengah sarkomer. Kepala miosin yang telah
lepas dari filamen akan kembali berikatan dengan ATP Baru dan siklus baru
berulang.
ATP dibutuhkan dalam dua peristiwa penting selama kontraksi otot.
Pertama, ketika terjadi pelekatan miosin pada aktin dan transport aktif kedalama
Retikulum sarkoma. Diestimasi bahwa jumlah ATP yang dibutuhkan dalam
relaksasi adalah 1/3 dari konsumsi ATP sedangkan untuk kontraksi membutuhkan
2/3 dari hidrolisis ATP yang dikonsumsi. Konsentrasi ATP dikatakan rendah di
dalam Sarkoplasma berkisar antara 2-4 mmol/L dan harus segera diregenerasi
ulang dengan cepat agar kontraksi tetap berjalan.
Dengan adanya tambahan persediaan oksigen di dalam sel, maka akan
terjadi pemecahan secara aerobik dan menghasilkan karbondioksida dan air. Jika
kadar oksigen tidak mencukupi, maka pemecahan glikogen akan diubah menjadi
asam laktat dan kadar asam laktat akan bertambah dalam darah. Hal ini juga yang
dapat menjadi pemicu munculnya rasa pegal pada saat olahraga dengan intensitas
tinggi (Pearce, 2009 : 22).
Peran Ca2+
Peran Ca2+ dalam kontraksi otot
adalah sebagai pemicu untuk otot
dapat berkontraksi. Hal ini
dikarenakan sisi pengikatan miosin
akan aktif apabila ada kehadiran Ca2+
di dalam sitosol (Azhar, et.al.,
2017:78).
Ketika dalam keadaan
istirahat, tropomiosin menutupi sisi
pengikatan miosin yang berfungsi
untuk mencegah aktin dan miosin untuk berinteraksi. Ketika Ca2+ terakumulasi
didalam sitosol, maka Ca2+ ini akan berikatan dengan kompleks troponin yang
menyebabkan protein-protein yang berada di sepanjang untaian aktin bergeser.
Sehingga sisi pengikatan miosin menjadi terbuka di filamen tipis. Kemudian,
dengan naikknya konsentrasi Ca2+ di sitosol akan membuat filamen tipis dan tebal
bergerak melewati satu sama lain dan akhirnya otot akan berkontraksi. Setelah
konsentrasi Ca2+ menurun, maka situs pengikatan miosin akan kembali menutup
dan kontraksi menjadi berhenti (Campbell, 2008 : 280-281).
Neoron motorik merupakan pemicu adanya kontraksi otot dengan
melepaskan Ca2+ kedalam sitosol sel otot dan membentuk sinapsis dengan otot
tersebut. Ketika ada rangsangan berupa potensial aksi pada sinapsis neuron
motorik, maka akan menyebabkan pelepasan neurotrasnmitter asetilkolin. Dengan
adanya asetilkolin pada reseptor serat otot, maka akan menyebabkan depolarisasi
dan memicu adanya potensial aksi pada otot. Potensial aksi pada serat otot akan
menyebar ke Tubulus transversal (tubulus T) yang dekat dengan retikulum
sarkoplasmik (RS).
Penyebaran potensial aksi pada tubulus T dapat memicu perubahan dalam
RS sehingga dapat menyebabkan saluran Ca2+ membuka. Kemudian ion-ion Ca2+
yang terdapat di dalam RS akan mengalir keluar dan mengalir ke dalam sitosol
sehingga dapat berikatan dengan kompleks troponin dan memicu adanya kontraksi
pada otot.
Proses relaksasi otot dimulai pada saat protein transport didalam RS
memompa Ca2+ keluar dari sitosol. Ketika kandungan Ca2+ didalam sitosol mulai
berkurang, maka protein regulasi yang berikatan dengan filamen akan kembali ke
posisi awal dan kembali menghalangi situs pengikatan miosin. Pada saat yang
sama pula, Ca2+ kembali dipompa kedalam sitosol untuk bersiap merespon
potensial aksi berikutnya (Campbell, 2008: 282).
Fosfokreatini (keratin fosfat) merupakan salah satu senyawa penghasil
energi yang dapat diubah menjadi keratin dan ion fosfat. Jumlah energi yang
dilepaskan cukup banyak. Otot mempunyai fosfokreatin 2 sampai 4 kali lebih
banyak dibandingkan dengan ATP. Gabungan antara energi yang dihasilkan dari
ATP dan fosfokreatin disebut dengan fosfagen. Energi dari fosfagen ini dapat
bertahan dalam otot maksimal 8-10 detik.

2.7 Kelainan pada Otot Manusia


1. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang dialami oleh sekelompok otot secara
terus menerus sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Gangguan
sirkulasi, kelelahan otot, pemanasan fisik yang kurang optimal dapat menjadi
penyebab terjadinya kram otot. Hal yang menyebabkan terjadinya kram
adalah :
 Terjadinya penimbunan asam laktat yang merupakan hasil
metabolisme tubuh saat olahraga. Penimbunan asam laktat ini
disebabkan karena kelelahan otot.
 Adaptasi tubuh yang kurang. Hal tersebut terjadi karena tidak
optimalnya pemanasan dan pendinginan.
a. Gejala
Otot yang kontraksi tiba-tiba, tidak kunjung reda adalah gejala kram
otot. Bila dilihat, area otot yang terkena terlihat menegang dan teraba keras.
Kram otot dapat terjadi beberapa kali sebelum keluhan benar-benar hilang.
b. Pengobatan
o Hentikan kegiatan yang sedang dilakukan
o Luruskan otot yang sedang mengalami kram secara perlahan dan pijat
dengan lembut
o Gunakan kompres hangat pada otot yang tegang atau kompres dingin bila
pemicunya adalah benturan yang menyebabkan cedera otot.
2. Distonia
Distonia merupakan suatu kelainan pergerakan, ketika otot mengalami
kontraksi yang tidak diinginkan, sehingga menyebabkan gerakan repetitif dan
memutar. Kondisi ini dapat memengaruhi satu bagian tubuh (distonia fokal),
dua atau lebih bagian yang berhubungan (distonia segmental), atau seluruh
bagian tubuh (distonia general). Kontraksi otot (spasme) dapat ringan atau
berat dan dapat mempengaruhi kinerja atau aktivitas seseorang.
a. Gejala
 Timbul pada saat melakukan hal tertentu, seperti menulis.
 Diperburuk oleh stres, kelelahan, atau rasa cemas.
 Menjadi lebih terlihat seiring dengan berjalannya waktu.
b. Penyebab
 Kondisi genetik tertentu.
 Penyakit atau kondisi medis tertentu. Contohnya, penyakit Wilson,
Huntington, atau Parkinson.
 Cedera otak traumatik.
 Stroke.
 Tumor otak atau kelainan otak yang disebabkan oleh kanker.
 Kekurangan oksigen atau keracunan karbon monoksida.
 Infeksi, seperti tuberkulosis atau ensefalitis.
 Reaksi terhadap pengobatan tertentu.
c. Pengobatan
 Suntikan yang bekerja dengan menghambat senyawa penyebab
kekakuan/spasme otot agar tidak mencapai target otot sasaran.
 Obat-obatan yang bekerja untuk menghambat sinyal-sinyal di otak
yang memicu kekakuan otot.
 Fisioterapi.
 Operasi jika gejala tidak berhasil diatasi dengan pemberian obat-
obatan, dilakukan dengan prosedur operasi stimulasi otak dalam dan
operasi denervasi selektif.
3. Nyeri Otot (Myalgia)
Myalgia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyebut nyeri otot. Meski
biasanya ringan dan hanya terjadi di satu otot tertentu, nyeri otot juga bisa terasa di
seluruh bagian tubuh dan sangat menyiksa. Sebenarnya, nyeri otot bukanlah suatu
penyakit, tetapi gejala dari suatu penyakit atau kondisi. Penyebabnya sangat
beragam, mulai dari postur tubuh atau gerakan olahraga yang tidak tepat, cedera
otot, infeksi, hingga efek samping obat-obatan.
a. Gejala
Nyeri otot bisa digambarkan dengan rasa kaku, kram, tertarik, berat,
atau lemah pada otot. Nyeri otot cenderung muncul selama atau setelah
menjalani aktivitas tertentu. Misalnya, nyeri otot tangan akibat mengangkat
benda berat, atau nyeri otot leher dan punggung akibat duduk dalam posisi
yang salah terlalu lama. Nyeri otot juga bisa disertai gejala lain, seperti
bengkak pada area yang nyeri, demam dan menggigil, serta lemas.
b. Penyebab
 Terjatuh, terbentur, atau mengalami kecelakaan.
 Kurang pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan
setelahnya.
 Melakukan gerakan berulang-ulang, baik dalam olahraga atau
aktivitas lain.
 Postur tubuh yang buruk, misalnya posisi duduk yang tidak tegak
atau posisi tubuh yang salah ketika mengangkat beban berat.
 Teknik olahraga yang salah, misalnya terlalu cepat atau terlalu lama
dalam melakukan suatu gerakan.
c. Cara mengatasi
o Tidur yang cukup.
o Mengelola stres dengan baik.
o Mengistirahatkan bagian tubuh yang terasa nyeri.
o Memijat atau melakukan peregangan di bagian otot yang terasa
nyeri.
o Mengompres otot yang sakit dengan kompres hangat atau dingin.
o Menghindari mengangkat beban berat, melakukan olahraga berat,
atau aktivitas yang membutuhkan banyak kerja otot sampai otot
benar-benar pulih.
o Melakukan yoga atau meditasi untuk membantu meredakan
ketegangan otot-otot yang bermasalah.
o Mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti paracetamol.

4. Keseleo
Keseleo atau terkilir, adalah cedera pada ligamen, jaringan yang
menghubungkan dua atau lebih tulang pada sendi. Kondisi ini umumnya terjadi
pada pergelangan kaki akibat aktivitas fisik. Berdasarkan tingkat keparahannya,
keseleo bisa dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Keseleo ringan. Ada nyeri, bengkak atau robekan kecil pada ligamen,
namun tidak berdampak pada kestabilan sendi.
2. Keseleo sedang. Ligamen robek sebagian, disertai nyeri dan
pembengkakan yang cukup parah, hingga sedikit memengaruhi kestabilan
sendi.
3. Keseleo berat. Ligamen putus dan sendi menjadi tidak stabil. Nyeri dan
bengkak yang timbul sangat parah, disertai kerusakan jaringan di
sekitarnya.
a. Gejala
Gejala yang timbul pada keseleo tergantung pada tingkat keparahannya,
antara lain nyeri, pembengkakan dan memar. Selain itu, gerakan menjadi terbatas
pada sendi yang terkena. Kadang, saat cedera akan terdengar bunyi di sendi.
b. Penyebab
o Berjalan atau berolahraga pada medan yang tidak rata.
o Melakukan gerakan berputar saat olahraga, seperti dalam olahraga
atletik.
o Melakukan pendaratan atau jatuh pada posisi yang salah.
o Teknik latihan yang salah saat berolahraga.
c. Pengobatan
o Rest (mengistirahatkan). Istirahatkan sendi selama 2-3 hari setelah
cedera. Bila perlu, gunakan tongkat untuk membantu berjalan.
o Ice (es). Kompres area yang keseleo dengan es segera setelah cedera.
Lakukan selama 15-20 menit setiap 2-3 jam, hingga 2-3 hari. Jangan lupa
untuk membungkus es dalam kantong plastik atau handuk sebelum
mengompres. Langkah ini bisa mengurangi nyeri, radang dan memar.
o Compression (membalut). Agar bengkak berkurang, balut area yang
keseleo dengan perban elastis hingga 2 hari setelah cedera. Jangan
gunakan perban yang terlalu ketat agar darah tetap mengalir lancar.
Silakan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan ukuran perban
yang tepat. Ingatlah untuk melepas perban sebelum tidur.
o Elevation (menaikkan). Angkat pergelangan kaki hingga ketinggian
yang sama dengan pinggul saat duduk, jangan dibiarkan menggantung ke
bawah. Jika keseleo terjadi di pergelangan tangan, gunakan penyangga
lengan (arm sling) selama 1-2 hari. Menaikkan bagian yang cedera bisa
mengurangi pembengkakan.
5. Atrofi
Atrofi otot adalah kondisi ketika jaringan otot mengecil atau menyusut.
Kondisi ini umumnya terjadi jika otot tersebut lama tidak digerakkan,
misalnya akibat gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan. Untuk
mengatasi atrofi otot, perlu diketahui dulu jenis atrofi otot yang terjadi dan
apa penyebabnya.
a. Jenis atrofi
o Atrofi otot fisiologis
Atrofi otot jenis ini umumnya dialami oleh orang dengan tingkat aktivitas
fisik yang rendah. Misalnya, terlalu lama duduk atau berbaring dan jarang
olahraga. Karena kurangnya aktivitas fisik, otot tubuh semakin jarang digunakan.
Hal ini dapat membuat jaringan otot mengecil dan mengalami atrofi. Atrofi otot
fisiologis juga bisa terjadi pada orang yang menjalani perawatan jangka panjang
di rumah sakit, misalnya akibat kelumpuhan atau koma.
o Atrofi otot neurogenik
Atrofi otot tipe neurogenik disebabkan oleh cedera atau gangguan pada saraf
yang berfungsi untuk menggerakkan otot. Ketika saraf otot mengalami kerusakan,
otot tidak bergerak karena tidak mendapat rangsangan dari saraf. Hal ini membuat
jaringan otot mengecil dan menyebabkan atrofi otot. Ada beberapa jenis penyakit
yang dapat memicu terjadinya atrofi otot neurogenik, di antaranya:
 Stroke
 Lumpuh otak atau cerebral palsy
 Neuropati
 Polio
 Cedera saraf tulang belakang
 Sindrom carpal tunnel
 Penyakit saraf motorik
o Atrofi otot patologis
Atrofi otot patologis adalah jenis atrofi otot yang disebabkan oleh penyakit
atau kondisi medis tertentu yang membuat tubuh tidak dapat membentuk jaringan
otot. Atrofi otot patologis bisa disebabkan oleh:
o Malnutrisi
Malnutrisi atau kekurangan gizi dapat membuat tubuh kekurangan protein dan
kalori, sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan jaringan otot. Hal ini bisa
menyebabkan massa otot berkurang secara drastis dan memicu atrofi otot.
o Sindrom Cushing
Pada sindrom Cushing, kadar hormon glukokortikoid di dalam tubuh meningkat.
Peningkatan hormon tersebut bisa menyebabkan jaringan lemak menumpuk,
sementara jaringan otot mengecil sehingga lama-kelamaan terjadilah atrofi otot.
Sindrom Cushing sering terjadi pada orang yang menggunakan obat
kortikosteroid dalam jangka panjang.
o Kanker
Atrofi otot bisa terjadi pada penderita kanker stadium lanjut. Kondisi ini disebut
juga dengan cachexia. Selain karena dampak dari penyakit kanker itu sendiri,
pengobatan kanker seperti kemoterapi dan terapi radiasi juga bisa menimbulkan
efek samping berupa pengecilan jaringan otot atau atrofi otot.
6. Hipertrofi Ventrikel Kiri
Hipertrofi ventrikel kiri adalah pembesaran bilik (ventrikel) kiri
jantung. Pembesaran bilik kiri jantung ini biasanya disebabkan oleh tekanan darah
tinggi (hipertensi). Bilik kiri atau ventrikel kiri jantung merupakan pelabuhan
terakhir bagi darah yang kaya oksigen, sebelum meninggalkan jantung. Ventrikel
kiri jantung akan memompa darah ke seluruh tubuh untuk mengalirkan oksigen,
dengan sebelumnya melewati katup jantung yang dinamakan aorta. Ketika beban
ventrikel kiri bertambah, misalnya akibat hipertensi atau penyempitan katup aorta,
otot ventrikel kiri jantung akan bekerja lebih keras. Kondisi ini mengakibatkan
otot bilik kiri jantung menebal dan ukuran bilik jantung akan membesar.
Hipertrofi ventrikel kiri atau left ventricular hypertrophy (LVH) juga akan
menyebabkan jaringan otot jantung menjadi tidak elastis. Hal ini menyebabkan
penurunan fungsi jantung dalam memompa darah, sehingga aliran darah ke
seluruh tubuh terganggu.
a. Gejala
 Cepat lelah.
 Pusing.
 Jantung terasa berdebar-debar (palpitasi).
 Rasa nyeri di dada, biasanya setelah berolahraga.
 Sesak napas.
a. Penyebab
 Hipertensi
Hipertrofi ventrikel kiri sering kali disebabkan oleh hipertensi. Lebih dari
sepertiga orang yang didiagnosis menderita hipertrofi ventrikel kiri juga
mengalami hipertensi.
 Hipertrofikardiomiopati
Hipertrofi kardiomiopati merupakan kelainan genetik yang terjadi saat otot
jantung menebal secara abnormal, namun tekanan darah tetap normal.
Akibatnya, jantung kesulitan memompa darah.
 Stenosiskatupaorta
Penyakit ini menyebabkan penyempitan pada katup aorta, yaitu katup
jantung yang terletak setelah ventrikel kiri. Katup aorta yang menyempit
membuat ventrikel atau bilik kiri jantung perlu bekerja lebih keras untuk
memompa darah.
 Latihanfisik
Latihan kekuatan dan ketahanan fisik yang dilakukan secara intensif dan
berkelanjutan dapat membuat jantung bekerja lebih keras hingga
mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri. Kondisi ini sering terjadi pada
atlet atau tentara.
a. Pengobatan
 Melakukan pemeriksaan berkala terhadap tekanan darah.
 Selalu menjaga berat badan ideal.
 Rutin berolahraga, idealnya selama 30 menit setiap hari.
 Menerapkan pola makan sehat, seperti banyak makan buah dan sayur,
serta menghindari makanan tinggi lemak dan garam.
 Menghindari minum minuman beralkohol. Minum terlalu banyak alkohol
dapat meningkatkan tekanan darah dan asupan kalori.
 Berhenti merokok, karena merokok dapat menaikkan tekanan darah dan
meningkatkan risiko hipertensi.
 Mengelola stres dengan baik.
2.8 Bagian Tulang Pada Manusia
Tulang = rangka = skelet = bone = osteo merupakan sebuah jaringan tubuh
yang sangat kuat, terletak di dalam tubuh dan tersusun atas zat organik. Sistem
rangka manusia adalah rangkaian tulang yang memberikan manusia bentuk,
struktur, gerak, dan perlindungan. Tulang merupakan jaringan tubuh manusia
yang berfungsi untuk menopang tubuh dan bagian-bagiannya. Tulang memiliki
fungsi utama sebagai alat gerak pasif, artinya tulang hanya bisa bekerja/bergerak
apabila ada bantuan dari otot. Tulang sendiri terbentuk dari kandungan kalsium
yang berbentuk garam yang merekat erat dengan bantuan kolagen. Tulang hidup
mengandung kurang lebih 50% air dan 50% zat padat dan tubuh manusia terdiri
dari kurang lebih 206 buah tulang. Tanpa adanya tulang, tubuh manusia tidak
akan mampu berdiri tegak dan juga tidak akan bisa bergerak bebas. Tulang
manusia mulai terbentuk sejak masih bayi di dalam kandungan dan berlangsung
terus sampai decade kedua (umur 25 tahun) dalam susunan yang teratur.
Sistem rangka manusia (skeletal) mencakup semua tulang dan persendian
dalam tubuh yang terdiri dari tulang, tulang rawan (kartilago) dan sendi.
Vertebrata seperti manusia memiliki banyak kerangka internal yang terbuat dari
jaringan yang disebut tulang yang membuat tubuh manusia kuat dan terlindungi
organ-organ vitalnya seperti jantung dan otak. Setiap tulang adalah organ hidup
yang kompleks yang terdiri dari banyak sel, serat protein, dan mineral. Kerangka
bertindak sebagai penyokong dengan memberikan dukungan dan perlindungan
untuk jaringan lunak. Sistem skeletal juga menyediakan titik-titik lampiran untuk
otot untuk memungkinkan gerakan di persendian.
A. Bagian Tengkorak
Tengkorak merupakan struktur kerangka kepala yang menopang wajah dan
melindungi otak. Terdiri dari wajah tengkorak dan tlang kranial. Rongga
tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal sebagai kubah tengkorak,
licin pada permukaan luar dan pada permukaan dalam ditandai dengan gili-gili
dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak dan pembuluh darah.
Tulang tengkorak pada manusai terdiri dari dua bagian, yiatu cranium dan tulang
wajah. Tulang cranium terdiri dari 8 tulang dan tulang wajah terdiri dari 14 tulang.
Sering kali tulang pendengaran dianggap sebagai bagian dari tulang tengkorak.
Pada orang dewasa, tengkorak terdiri dari 22 tulang. 21 tulang tersebut tidak
bergerak dan berubah menjadi satu bagian, sedangakan tulang ke-22 dapat
bergerak, yaitu tulang pada rahang bawah.
1. Tulang cranium
Fungsi utama tulang cranium adalah untuk melindungi otak dari trauma. Tulang
cranium bergabung dengan sutura, yaitu garis-garis bergerigi pada permukaan
kranium. Sutura akan bergabung ketika seseorang telaha memasuki usia dewasa.
Sutura dapat dibedakan menjadi :
a. Sagital suture : sambungan antara
tulang frontal dan pariental (panjang)
b. Coronal suture : sambungan
antara tulang frontal dan pariental
(pendek)
c. Squamous suture : sambungan tulang pariental dan temporal
d. Lamboidal suture : sambungan tulang pariental dan oksipital. Sutura ini
akan berfungsi sebagai coronal, yaitu menutupi fontanel frontal pada
bayi, yaitu area membran antara tulang tengkorak. Fontanel
memungkinkan kepala bayi menjadi lentur saat dilahirkan agar
memudahkan proses kelahiran dengan menyesuaikan dengan jalan
lahirnya (Nugrahaeni, 2020 :2-3)
Pada bayi baru lahir, ada 6 fontanel yaitu :
1. Frontal
Berada di pettemuan tulang parietal dan tulagn frontal. Tulang frontal membentuk
dahi dan bagian atas dari rongga mata. Permukaan belah dalam tulang frontal
ditandai dengan lekukan yang ditimbulkan oleh lekuakn permukaan otak.
2. Oksipital
3. Mastoid
4. Sphenoidal
5. Fontanel oksipital
Ciri yang lebih spesifik secara umum pada tengkorak yakni :
a. Fontanel ianglah ruang diantara tulang kranium terisi oleh membran yang
menyerambut.
b. Tulang suntural ialah tulang yang ukurannya kecil dan bervariasi jumlahnya
dan terdapat pada kampuh.
c. Kampuh (sutura) adalah sendi yang tidak dapat digerakkan dan yang
menyatuhkan tulang tengkorak
d. Tempurung kepala yang menjelaskan pada posisi atas, depan dan belakang
kranium
e. Fosa cranium ialah tigan ceruk didasar kranium, yaitu fosa depan, tengah dan
belakang
f. Rongga hidung (nasal) terbntuk dari beberapa tulang rawan dan beberapa
tulang lain
g. Sinus paranasal ialah rongga yang dilaposi muku dan cramium serta tulang
pada wajah yang meliputi rongga wajah (Afandi, 2020: 84).

B. Bagian Badan
Bagian rangka badan pada manusia dipisahkan ke dalam 5 kelompok yaitu
tulang belakang, tulang dada dan rusuk, tulang gelang bahu, dan tulang gelang
panggul.
a. Tulang belakang
Tulang belakang memanjang mulai dari setelah tengkorak hingga tulang
ekor. Seperempat dari tulang belakang terwakili oleh panjang dari discus
invertebralis. Discus invertebralis merupakan sendi yang menghubungkan tulang
belakang (vertebra) yang satu dengan yang lain. Tulang belakang atau the spinal
column, dikenal sebagai spine or backbone berfungsi untuk melindungi jaringan
saraf lembut di sumsum tulang belakang. Tulang belakang terdiri dari 33 tulang
belakang, 24 diantaranya mampu bergerak dan 9 sisanya menyatu menjadi satu.
Tulang yang paling dekat dengan kepala disebut tulang atlas karena menyangga
berat tulang tengkorak. Tulang belakang terdiri dari :
1) Tulang leher
Tulang ini membentuk leher. Dua tulang atas dikenal sebagai tulang atlas
dan axis. Kedua tulang ini berbeda dari yang lain karena memungkinkan rotasi
kepala ke depan dan belakang. Tulang ini berjumlah 7 ruas.
2) Tulang punggung
Tulang punggung memiliki 12 buah ruas tulang belakang dimana tulang
rusuk menempel. Tulangnya lebih besar dari yang lain karena tulang tersebut
menopang berat badan.
3) Tulang pinggang
Tulang ini terdiri dari 5 buah ruas tulang. Tulang pinggang menyatu atau
saling menepel.
4) Tulang kelangkang
Tulang segitiga besar yang membentuk bagian bawah tulang punggung.
Tulang ini terdiri dari 5 ruas yang digabungkan bersama untuk membentuk tulang
yang berbentuk segitiga dengan cekung ke depan.
5) Tulang ekor
Bagian paling ujung dari tulang belakang dan terdiri dari 4 buah ruas tulang.
b. Tulang rusuk dan tulang dada
Tulang dada ddan tulang rusuk bersama-sama membentuk pelindung bagi
organ-organ yang di dada, yaitu paru-paru dan jantung. Tulang rawan menyusun
rangka tulang dada atau toraks. Toraks merupakan sebuah rongga berbentuk
kerucut, di atas lebih sempit daripada di bawah dan di depan lebih pendek
daripada yang di belakang. Sternum atau tulang dada merupakan tulang yang
berbentuk pipih yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu manubrium sterni, korpus
sterni, dan prosesus sifoid. Tulang rusuk dan tulang dada terdiri dari :

1) Tulang rusuk sejati


Bagian ujung depan melekat pada tulang dada, sedangkan bagian belakang
melekat pada ruas tulang belakang di bagian punggung. Tulang ini berjumlah 7
pasang.
2) Tulang rusuk palsu
Bagian ujung depan melekat pada tulang rusuk di atasnya, sedangkan bagian
belakang melekat pada ruas tulang belakang di bagian punggung. Tulang ini
berjumla 3 pasang.
3) Tulang rusuk melayang
Bagian ujung depan tidak melekat pada tulang manapun, sedangkan bagian
belakang melekat pada ruas tulang belakang di bagian punggung. Tulang ini
terdiri dari 2 pasang tulang rusuk melayang.
4) Tulang leher
Tulang ini langsung terhubung dengan tulang tengkorak.
5) Manubrium sterni (kepala tulang dada)
Membentuk persendian dengan tulang selangka, klavikula, dan tulang rusuk
pertama.
6) Korpus sterni (badan tulang dada)
Membentuk persendian dengan 9 tulang rusuk berikutnya.
7) Prosesus sifoid (tulang taju pedang)
Tulang yang masih berbentuk tulang rawan pada bayi.
c. Tulang gelang bahu
Tulang gelang bahu terletak di bagian bahu kanan dan kiri bagian atas.
Tulang gelang bahu menghubungkan antara tulang tangan dengan tulang dada.
Tulang gelang bahu terdiri atas :

1) Tulang selangka (clavicula)


Tulang ini terletak di kanan dan kiri dada bagian atas, tepat di bawah leher.
Bentuk tulang ini adalah memanjang dan posisinya melintang, menghubungkan
tulang dada dengan tulang lengan.
2) Tulang belikat (scapula)
Tulang ini berbentuk segitiga di bagian belakang bahu atau bagian
punggung.
3) Tulang lengan atas (humerus)
Tulang panjang pada lengan yang terletak antara bagi dan siku.
d. Tulang gelang panggul
Tulang gelang panggul merupakan gabungan dari 3 buah tulang yang
bersatu, yang meliputi tulang usus (ilium), tulang duduk (iskium), dan tulang
kemaluan (pubis). Tulang gelang panggul berfungsi sebagai penyangga berat
badan yang melindungi uterus dan kandung kemih. Tulang gelang panggul terdiri
dari :

1) Tulang usus (ilium)


Tulang ini terdiri dari 2 buah yakni kiri dan kanan. Fungsinya adalah untuk
menyokong berat badan dan postur tubuh, sebagai titik jangkat otot, tendon, dan
ligament, dan melindungi organ-organ bagian dalam.
2) Tulang duduk (iskium)
Tulang ini berbentuk setengah lingkaran dan menghadap ke atas. Fungsinya
adalah membantu memberikan dukungan untuk tulang punggung bagian bawah
dan membantu gerakan kaki bagian atas.
3) Tulang kemaluan (pubis)
Tulang ini memiliki 2 cabang, satu menuju ke samping dan satu lagi menuju
ke samping bawah. Fungsinya adala melindungi alat/organ reproduksi.
2.9 Anggota Gerak Pada Manusia
a. Tulang alat gerak atas (Ekstremitas superior)
Anggota gerak atas terdiri dari lengan dan tangan. Keduanya terdiri dari
tulang yang berperan sebagai alat gerak pasif. Fungsi dari tulang alat gerak atas
adalah untuk memegang benda, menulis, menggambar, dan melakukan aktivitas
lainnya yang menggunakan tangan. Tulang-tulang yang membentuk alat gerak
atas diantaranya :

o Os. Calvicula (2) = tulang selangka ; tulang ini terletak di kanan dan kiri dada
bagian atas, tepat di bawah leher. Bentuk tulang ini adalah memanjang dan
posisinya melintang, menghubungkan tulang dada dengan tulang lengan.
o Os. Scapula (2) = tulang belikat ; tulang ini berbentuk segitiga di bagian
belakang bahu.
o Os. Humerus (2) = tulang lengan atas ; bentuknya seperti tongkat yang
panjang. Tulang ini terhubung dengan bahu dan membentuk bagian kepala
yang bundar.
o Os. Radius (2) = tulang pengumpil ; bentuknya panjang dan semakin ke
bawah semakin besar. Tulang ini menghubungkan siku dengan tangan di
dekat ibu jari.
o Os. Ulna (2) = tulang hasta ; bentuknya panjang dan letaknya sejajar dengan
tulang pengumpil.
o Ossa. Karpal (2x8) = tulang pergelangan tangan ; tulang ini terhubung dengan
tulang pengumpul dan hasta. Tula ini terdiri dari 8 buah tulang.
o Ossa. Metakarpal (2x5) = tulang telapak tangan ; tulang ini terhubung dengan
tulang pergelangan tangan dan tulang jari. Tulang ini terdiri atas 5 buah
tulang.
o Ossa. Phalanges (2x14 ruas) = tulang jari tangan ; tulang ini terdiri atas 14
buah tulang (3 ruas pada masing-masing jari dan 2 ruas pada ibu jari).
b. Tulang alat gerak bawah (Ekstremitas inferior)
Anggota gerak bawah terdiri dari rangka penyusun kaki. Fungsi tulang alat
gerak bawah yaitu untuk melakukan aktivitas seperti berjalan, berlari, berdiri, dan
sebagainya. Tulang-tulang yang membentuk alat gerak bawah diantaranya :

 Os. Femur (2) = tulang paha ; tulang terbesar dan terkuat di tubuh manusia.
Tulang ini terhubung dengan pinggul dan membentuk bagian kepala yang
bundar.
 Os. Patella (2) = tulang tempurung lutut ; tulang ini berbentuk segitiga dan
tebal dan terhunung dengan tulang paha. Tulang ini juga melindungi sendi
lutut.
 Os. Tibia (2) = tulang kering ; tulang ini berbentuk panjang, terletak di
tungkai kaki.
 Os. Fibula (2) = tulang betis ; tulang ini berbentuk panjang dan terletak
sejajar dengan tulang kering.
 Os. Calcaneus (2) = tulang tumit ; tulang ini merupakan tulang terbesar dari
telapak kaki.
 Ossa. Tarsal (2x7) = tulang pergelangan kaki ; tulang ini melekat pada tulang
betis dan membentuk pergelangan kaki dan di bawha tulang ini terdapat
tulang tumit yang tersambung dengan tulang lain.
 Ossa. Metatarsal (2x5) = tulang telapak kaki ; tulang ini terdiri dari 5 tulang
panjang yang menghubungkan ke jari.
 Ossa. Phalanges pedis (2x14) = tulang jari kaki ; tulang ini terdiri dari 14
buah tulang.

2.10 Jenis-jenis Tulang


a. Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan merupakan tulang yang disusun oleh sel-sel tulang rawan.
Tulang rawan bersifat lentur karena terdapat ruang pada antar sel tulang rawan.
Tulang ini tidak mempunyai pembuluh darah juga saraf kecuali pada lapisan
terluarnya (perikondrium). Pada orang dewasa, tulang rawan hanya terdapat pada
bagian yang memerlukan elastisitas seperti daun telinga, cuping hidung, dan
cincin trakea. Tulang rawan terdiri dari anyaman serat dimana terdapat sel-sel
tulang rawan (kondrosit) yang membuat matriks kondrin. Matriks tulang rawan
tersusun atas serat kolagen dan kompleks protein-karbohidrat yang disebut
kondroitin gabungan serat kolagen dan kondroitin membuat tulang rawan menjadi
kuat dan fleksibel. Diantara contoh tulang rawan adalah ujung tulang tulang rusuk,
tulang hdung, tulang telinga, trakea, laring, bronkus, dan diantara ruas-ruas tulang
belakang. Ada 3 jenis tulang rawan, yaitu hialin elastis, dan fbrosa.
1. Tulang rawan hialin
Tulang rawan hialin merupakan bentuk tulang rawan terbanyak yaitu
terdapat di persendian. Tulang rawan hialin mempunyai matriks yang homogen
dan bersifat halus serta transparan. Tulang rawan hialin terdapat pada cincin
batang tenggorokan (trakea), cuping hidung, persendian, dan diantara tulang rusuk
dan tulang dada.
2. Tulang rawan elastis
Tulang rawan elastis bersifat lentur, matriksnya mengandung serat elastis
bercabang-cabang, dan terdapat epiglottis dan bagian luar telinga.
3. Tulang rawan fibrosa
Tulang rawan fibrosa bersifat kurang lentur, matriksnya mengandung serat
kolagen yang tidak teratur, dan terdapat pada antar tuas tulang belakang.
b. Tulang Keras (Osteon)
Rangka yang menyokong sebagian besa tubuh orang dewasa adalah terbuat
dari tulang keras. Bagian luar tulang keras dilapisi oleh periosteum yang
merupakan tempat melekatnya otot. Seperti namanya, tulang keras memiliki
tekstur yang lebih padat dan bersifat keras daripada tulang rawan. Jenis tulang ini
disusun oleh osteoblas (sel pembentuk tulang). Di sekeliling tulang keras, terdapat
matriks tulang keras. Matriks tulang keras tersusun atas matriks kolagen dan
mineral yang keras yang terdiri dari ion kalsium, magnesium, dan fosfat. Serat
kolagen pada tulang memberikan tulang kemampuan untuk membengkok dan
meregang. Kombinasi dari serat kolagen dan mineral anorganik menjadi tulang
kuat. Kombinasi mineral yang keras dan matriks kolagen yang fleksibel membuat
tulang keras lebih keras daripada tulang rawan. Matriks-matriks pada tulang,
membentuk lingkaran konsentris yang disebut lamella. Lingkaran sel dan matrisk
tulang keras mengelilingi saluran havers.
Di dalam saluran havers, terdapat pembuluh darah yang merupakan
penyuplai zat makanan bagi sel tulang keras. Di dalam tulang keras, tedapat
sumsum kuning atau sumsum merah. Sumsum kuning berfungsi untuk menimbun
lemak, sedangkan sumsum merah berfungsi sebagai tempat pembuatan sel darah.
Pembentukan dan perusakan sel tulang keras diatur oleh adanya kalsium, fosfat,
vitamin D, hormone kalsitonin, dan hormone paratiroid. Berdasarkan sifat
matriksnya, tulang keras dibedakan menjadi :
1. Tulang kompak
Tulang kompak merupakan tulang dengan matriks yang bersifat padat dan
rapat, misalnya lapisan luar tulang pipa. Tulang kompak di sel-sel tulang
(osteosit) membentuk dan menyusun sistem havers. Tulang ini tersusun oleh serat
kolagen yang disebut lamella osea, yang saling berjajar di tepi tulang,
mengelilingi pembuluh darah.
2. Tulang spons
Tulang spons memiliki matriks berongga, misalnya tulang pipih dan tulang
pendek. Rongga yang berada di tulang spons terisi dengan jaringan sumsum
tulang. Pada bayi, rongga ini tampak merah dan menghasilkan banyak sel darah,
sedangkan pada orang dewasa rongga sumsum tulang tampak kuning dan terisi
oleh sel lemak.

2.11 Bentuk-bentuk tulang


Klasifikasi tulang berdasarkan bentuknya :
a. Tulang pipa (panjang) yaitu tulang yang bentuknya seperti pipa contohnya
pada humerus, femur, radius dan ulna.
Tulang pipa berfungsi sebagia
penyokong serta alat gerak pasif.
b. Tulang pendek, yaitu tulang yang
mempunya ukuran relatif pendek
dan mirip seperti kubus.
contohnya pergelangan tangan
dan pergelangan kaki. Bagian
luar terdiri dari lapisan tipis
tulang kompak. Bagian dalam
terdiri dari tulang spons dengan
rongga berisi sumsum merah.
Berfungsi untuk menahan goncangan keras, mengatur gerakan, kerangka
apendikular.
c. Tulang pipih yitu tulang yang bentuknya pipih dan rata contohnya tulang
tengkorak, tulang rusuk dan sternum. Periosteum bagian luar tulang isi
pembuluh darah dan saraf. Tulang kompak berada dibawah periosteum
yang keras dan padat
Tulang spons pada lapisan terdalam berfungsi menyerap stress mendadak
(benturan dll).
d. Tulang tidak beraturan, tidak dapat didefinisikan bentuknya. contohnya
pada pelvis, tulang muka, tulang rahang (Suriya, 2019: 12)
e. Tulang sesamoid merupakan tulang yang berukuran kecil seukuran biji.
Tulang sesamoid terdapat dalam tendon yang menghubungkan tulang-
tulang ke otot. Contohnya pada tulang patela.
2.12 Persendian dan Macam-macam Sendi
Sendi = artikulasi = articulation atau arthos dalam bahasa latin adalah
pertemuan, perlekatan atau persambungan antara dua atau lebih buah tulang.
Sendi adalah bagian tubuh tempat dua tulang saling berhubungan. Di dalam
sistem gerak manusia, persendian memiliki fungsi serta peranan yang amat
penting di dalam proses terjadinya aktivitas ataupun gerakan. Manusia memiliki
sebanyak 360 sendi di seluruh tubuhnya.
Klasifikasi sendi dapat dibedakan menjadi :
1. Sendi sinartosis (sendi yang tidak dapat bergerak sama sekali) yaitu
tullang tengkorak
2. Sendir amfiartrosis (bergerak terbatas) contohnya pada pelvis, simfisis dan
tibia
3. Sendir diartrosis/sinovial (bergerak bebas) contohnya siku, lutut dan
pergelangan tangan (Suratun, et.al., 2008: 9).
Persendian diartrosisi mempunyai fungsi yang sangat vital dalam
mendukung aktivitas manusia, terutama bergerak seperti berjalan, mengangkat dll.
Ujung-ujung tulang membentuk persendian yang dilapisi jaringan lunak yang
disebut rawan sendi. Rawan sendi berfungsi sebagai bantalan untuk meredam
benturan maupun beban yang dialami oleh gerakan sendi. Rawan sendi terbentuk
dari sel rawan sendi yang disebut kondrosit dan matriks rawan yang terdiri dari
air, peptidoglikan dan kolagen (Utami, 2003: 5-6). Diartrosis dapat dibedakan
menjadi :
a. Sendi pelana : sendi yang memungkinkan terjadinya gerakan dua arah
yaitu maju dan mudur, contohnya pada ibu jari
b. Sendi putar yaitu sendi yang memungkin gerakan memutar, tulang satu
mengelilingi tulang lainnya yang bertindak sebagai poros contohnya pada
tulang leher dan tulang tengkorak
c. Sendi engsel : sendi yang dapat digerakkan hanya satu arah, contohnya
pada sik, lutut, ruas jari kaki
d. Sendi peluru : sendi memungkinkan gerakan kesegala arah contohnya
pangkal paha, sendi tulang lengan dan tulang belikat
e. Sendi geser : ujung tulang yang satu menggeser tulang yang lainnya
contohnya ruas tulang belakang
f. Sendi kaku : hanya sedikit gerakan terbatas misalnya sendi tulang rusuk

2.13 Kelainan pada Tulang dan Sendi


1. Skoliosis yaitu gangguan pada tulang belakang yang membentuk lengkung
C atau S. Gejala yang dirasakan adalah tubuh cenderung condong ke salah
satu sis, bahu tinggi sebelah, Salah satu tulang belikat menonjol, tinggi
pinggang tidak rata. Penyebabnya bisa dikarenakan cedera tulang
belakang, iinfeksi tulang, bawaan lahir dan gangguan saraf. Pengobatan
yang dapat dilakukan tergantung pada usia penderita. Pada usia anak-anak
akan menggunaka bantuan penyangga tulang, hal ini tidak dapat
meluruskan tulang tetapi membantu agar tidak semakin parah. Dewasa :
obat pereda nyeri, suntik kortikosteroid dan Operasi skoliosis
2. Kifosis : tulang punggung penderita melengkung kedepan melebihi batas
normal yang biasa disebut bungkuk. Kifosis dapat disebabkan karena
gangguan perkembangan, penyakit degeneratif, trauma. Gejalanya adalah
Kepala condong ke depan, Tinggi punggung atas tidak normal, Nyeri
punggung dan kaku Otot hamstring. Pengobatan yang dapat dilakukan
adalah dengan memberikan obat-obata, anti nyeri, melakukan peregangan
dan penyangga.
3. Osteoporosis kondisi berkurangnya kepadatan tulang. Hal ini menyebabkan
tulang menjadi keropos dan mudah patah. Osteoporosis jarang menimbulkan
gejala dan biasanya baru diketahui ketika penderitanya jatuh atau mengalami
cedera yang menyebabkan patah tulang. Gejala Mudah mengalami patah
tulang, walau hanya karena benturan yang ringan, Nyeri punggung,
biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang, Postur badan
membungkuk, Tinggi badan berkurang. Penyebab Memiliki riwayat
keluarga osteoporosis, Mengalami kekurangan Vit. D dan kalsium,
Merokok dan kecanduan alkohol.
4. Penyakit paget tulang Paget's disease adalah gangguan pada
proses regenerasi tulang. Penyakit ini dapat menyebabkan tulang menjadi
rapuh dan bengkok. Penyakit Paget paling sering terjadi pada tulang
panggul, tulang tengkorak, tulang belakang, dan tulang tungkai. Sel tulang
yang normal selalu mengalami proses pergantian atau regenerasi. Tulang
yang lama akan diserap oleh sel tulang yang dinamakan osteoklas, dan
digantikan dengan sel tulang yang baru oleh sel osteoblas. Penyakit Paget
dapat terjadi hanya pada satu bagian tubuh atau beberapa bagian tubuh
sekaligus. Selain nyeri, penyakit Paget juga dapat menimbulkan beberapa
gejala berikut ini, tergantung bagian tubuh yang terpengaruh:
Tulang tengkorak, Kelainan proses pembentukan tulang tengkorak dapat
menyebabkan penderitanya mengalami sakit kepala hingga gangguan
pendengaran.Tulang belakang, Jika penyakit ini menyerang tulang
belakang, saraf tulang belakang dapat tertekan. Kondisi ini menyebabkan
rasa sakit, kesemutan, dan mati rasa pada lengan atau tungkai.
Tulang tungkai, Penyakit Paget yang menyerang tulang tungkai dapat
menyebabkan tungkai menjadi bengkok.
5. Rakitis adalah kelainan pertumbuhan tulang pada anak yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin D. Rakitis dapat menyebabkan tulang menjadi lunak dan
rapuh, sehingga mudah patah. Vitamin D berfungsi untuk membantu
penyerapan kalsium dan fosfat dari makanan. Kalsium dan fosfat
merupakan mineral yang penting untuk menjaga kekuatan tulang. Jika
tubuh kekurangan vitamin D, kadar kalsium dan fosfat di tulang akan
berkurang. Akibatnya, tulang akan melunak dan rapuh. Tanda dan gejala
yang bisa muncul saat anak mengalami rakitis antara lain:
 Nyeri di tulang belakang, tulang tungkai, dan tulang panggul.
 Kelainan pada tulang, misalnya kaki bengkok, kaki X, kaki O,
atau skoliosis.
 Tubuh yang pendek, akibat pertumbuhan tinggi badan yang terhambat.
 Mudah mengalami patah tulang akibat tulang yang rapuh.
 Kelainan gigi, seperti pertumbuhan gigi lebih lambat dan gigi mudah
berlubang
Pengobatan rakitis bertujuan untuk meningkatkan jumlah vitamin D dalam
tubuh anak dan meredakan gejala. Caranya adalah dengan:
 Menjemur anak di bawah sinar matahari secara rutin.
 Memberikan anak makanan kaya kalsium dan vitamin D, seperti ikan dan
telur.
 Memberikan suplemen kalsium dan vitamin D, bila asupan dari makanan
kurang.
 Suntik vitamin D setiap tahun, bila anak tidak bisa mengonsumsi
suplemen, menderita penyakit hati, atau penyakit usus
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa :
3.1.1 Sistem gerak pada manusia atau yang disebut dengan sisten musculoskeletal
yang terdiri dari tulang, otot, sendi, dan organ-organ lain seperti ligament
dan tulang rawan. Otot disebut juga alat gerak aktif karena otot dapat
berkontraksi. Otot sebagai sistem muskuler merupakan pelengkap dari
sistem muskoskeletal. Apabila otot bekerja maka disebut kontraksi, dan
sebaliknya apabila sedang tidak bekerja maka disebut relaksasi.
3.1.2 Kontraksi otot tunduk pada prinsip All or None. Hal ini berarti ketika
rangsangan yang diterima berada diatas atau setara nilai ambang, maka
kontraksi akan berlangsung secara penuh, sedangkan jika rangsangan tidak
mencapai nilai ambang maka tidak akan terjadi kontraksi otot.
3.1.3 Rangsangan yang diberikan pada otot akan menyebabkan timbulnya
potensial aksi yang merangsang adanya kontraksi tunggal pada serabut otot.
Jika potensial aksi diberikan secara terus menerus dan masih ada waktu otot
untuk berelaksasi maka disebut tetanus tidak sempurna, sedangkan jika
tidak ada waktu relaksasi maka disebut dengan tetanus sempurna.
3.1.4 Mekanisme kontraksi otot rangka tergantung dari protein miosin, aktin,
troponin dan tropomiosin. Myosin dan aktin saling bertautan sehingga
menyebabkan myofibril secara bergantian menunjukan pita terang dan
gelap. Pita ini saling tumpang tindih dan terjadi penonjolan dari sisi filamen
myosin yang dinamakan jembatan penyeberangan (cross bridge) yang
menyebabkan kontraksi otot. Mekanisme kontraksi otot jantung yaitu terjadi
secara autoritmik (menciptakan potensial aksi sendiri), kemudian
mekanismenya hampir sama dengan kontraksi otot rangka yaitu terjadinya
pertemuan myosin dan aktin kemudian terjadi cross-bridge. Sedangkan
kontraksi pada otot polos tidak mengandung kompleks troponin normal
yang dibutuhkan pada pengaturan kontraksi otot rangka, sehingga
mekanisme pengaturan kontraksinya berbeda. Sebagian besar kalsium yang
menyebabkan kontraksi otot polos masuk dari cairan ekstraseluler pasa saat
potensial aksi.
3.1.5 Pada otot polos unit tunggal (visceral) apabila tiap otot polos mendapatkan
rangsangan dari ujung-ujung saraf yang berasal dari sebatang serabut saraf
sehingga setiap sel otot mendapat impuls dalam waktu bersamaan,
akibatnya kontraksi dapat berlangsung bersamaan. Sedangkan pada otot
polos unit jamak (multi-unit) dalam seberkas otot tidak semuanya
mendapatkan ujung saraf tetapi rangsangan akan diteruskan ke otot-otot
yang berdekatan.
3.1.6 Peran ATP dan fosfagen adalah sebagai energi yang dapat digunakan untuk
memberikan respon terhadap rangsangan berupa kontraksi otot, sendangkan
Ca2+ berfungsi agar dapat memicu bergeraknya tropomiosin sehingga dapat
menyebabkan pelekatan miosin pada aktin.
3.1.7 Kelainan otot bermacam-macam diantaranya ada kram otot, dystonia, nyeri
otot (myalgia), keseleo, atrofi, dan juga hipertrofi ventrikel kiri. Setiap
kelainan memiliki penyebab dan gejala yang berbeda, begitu juga cara
mengatasinya atau pengobatannya pun berbeda-beda.
3.1.8 Tulang merupakan jaringan tubuh manusia yang berfungsi untuk menopang
tubuh dan bagian-bagiannya. Tulang memiliki fungsi utama sebagai alat
gerak pasif, artinya tulang hanya bisa bekerja/bergerak apabila ada bantuan
dari otot. Pada tulang dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian tengkorak dan
bagian badan. Bagian badan terdiri daru tulang belakang, tulang rusuk dan
tulang dada, tulang gelang bahu, dan tulang gelang panggul. Sedangkan
bagian tengkorak terdiri dari cranium dan tulang wajah.
3.1.9 Anggota gerak manusia terdiri dari anggota gerak atas dan gerak bawah.
Anggota gerak atas terdiri dari lengan dan tangan, sedangkan anggota gerak
bawah terdiri dari kaki.
3.1.10 Jenis-jenis tulang dibagi menjadi 2 yaitu tulang rawan (kartilago) dan
tulang keras (osteon). Tulang rawan merupakan tulang yang disusun oleh
sel-sel tulang rawan. Tulang rawan dibedakan menjadi 3, yaitu tulang rawan
hialin, elastis, dan fibrosa. Sedangkan tulang keras dibagi menjadi 2 yaitu
tulang kompak (matriks bersifat padat dan rapat) dan tulang spons (matriks
berongga).
3.1.11 bentuk-bentuk tulanga dapat dibedakan menjadi tulang pipa, pipih, pendek,
tak beraturan, dan sesamoid.
3.1.12 Sendi adalah bagian tubuh tempat dua tulang saling berhubungan. Sendi
dapat dibedakan menjadi amfiartrosis, diartrosis dan sinartrosis.
3.2 Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini bisa menjadi salah satu
referensi dalam pembuatan makalah mengenai fisiologi otot dan gerak pada
manusia selanjutnya. Alangkah lebih baik jika peneliti lain dapat menambahkan
kajian literature yang lebih banyak agar nantinya pembaca dapat memahami lebih
mendalam mengenai fisiologi otot dan gerak pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, A. 2020. Anatomi dan Fisiologi pada Tubuh Manusia. Ponorogo : Uwais
Inspirasi Indonesia.
Ali, Iskandar. 2010. Dahsyatnya BIO Quantum untuk Kesehatan. Jakarta : PT.
Agromedia Pustaka
Azhar. Triva M.L., Mulyadi A., dan Gholib. 2017. Pengantar Fisiologi Veteriner.
Banda Aceh : Syiah Kuala University Press.
Betram, G. Katzung. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC.
Campbell, Nail A., dan Jane B.R. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta :
Erlangga.
Handayani, S. 2021. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Penerbit
Media Sains Indonesia.
Indrayani, M., dan P. A. S. Panji. 2017. Neuromuscular Physiology. Bali:
Udayana University Press.
Irawati, L. 2015. Aktivitas listrik pada otot jantung. Jurnal Kesehatan Andalas.
4(2): 596-599.
Ismail, N. A. I. P. 2016. Pengaruh Pemberian Latihan Kontraksi Isometrik
Volunter dengan atau Tanpa Electrical Muscle Simulation Pada Kekuatan
Kontraksi Otot Lengan Bawah. Semarang: Universitas Diponegoro Press.
Kuntoadi, G. B. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi: Untuk Mahasiswa APIKES –
Semester 1. Jakarta: PT. Panca Terra Firma.
Madri, M. 2017. Kontraksi otot skelet. Jurnal Menssana. 2(2): 1-23.
Nugrahaeni, A. 2020. Pengantar Anaotmi Fisiologi Manusia. Bogor : Healthy.
Nurhayati, T., Nurjanah., dan Roni N. 2019. Fisiologi, Formasi dan Degradasi
Metabolit Hasil Perairan. Bogor : PT Penerbit IPB Press.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Safrida. 2018. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC.
Sugiono., W. W. Putro., dan S. I. K. Sari. 2018. Ergonomi Untuk Pemula (Prinsip
Dasar & Aplikasinya). Malang: UB Press.
Suratun, Heryati., Santa M., Een Rarnah. 2008. Klien Gangguan Sistm
Muskuloskeletal : Seri Asuhan Perawat. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Suriya, M. Dan Zuriati. 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Beadh
dan Gangguan pada Sistem Muskoloskeletas Aplikasi Nanda Noc dan Noc.
Padang L Pustaka galeri mandiri.
Utami, P. 2003. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Rematik Dan Asam Urat. Depok
: PT Agromedia Pustaka.
Wibowo, D. S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai