Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH IMUNOLOGI

RESUME JURNAL
“Vitamin D Modulation Of Innate Immune Responses to
Respiratory Viral Infections ”

Dosen pengampu:
dr. Aryu Candra, M.Kes(Epid)
dr. Etisa Adi Murbawani, M.Si.SpGK
dr. Martha Ardiaria, M.Si.Med

Disusun oleh:
Sabela Nadhira Rakhmatika 22030118130054

Kelas Genap

PROGRAM STUDI S-1 GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
Vitamin D modulation of innate immune responses to respiratory
viral infections

Infeksi pernapasan sering di artikan sebagai flu bagi orang yang sehat, terutama
bagi anak-anak, lansia dan pasien yang menderita eksaserbasi asma.Vitamin D (1α,25
(OH) dihydroxyvitamin D) dalam bentuk aktif berinteraksi dengan reseptornya sendiri
dan memiliki kapasitas untuk memediasi proliferasi sel epitel,diferensiasi dan
apoptosis. Selain itu Vitamin D dapat meningkatkan potensi antivirus selama infeksi
virus pernapasan dengan mendorong peningkatan ekspresi peptida antimikroba seperti
cathelicidin,defensin dan interferon bawaan.

Bentuk aktif vitamin D yaitu 1α,25(OH) dihydroxyvitamin D (1,25 [OH] 2D,


calcitriol) dibentuk melalui hidroksilasi sekuensial. Vitamin D3 (cholecalciferol) atau
vitamin D2 (ergocalciferol) dihidroksilasi oleh enzim sitokrom P450 25 ‐ hidroksilase
(CYP27A1), menghasilkan 25 ‐ hydroxyvitamin D (25 [OH] D: 25 [OH] D3, calcidiol,
calcifediol, atau 25 [OH] D2) yang terhidroksilasi secara intraseluler di ginjal . Status
vitamin D tergantung pada paparan sinar matahari,pola makan dan kadar serum dalam
tubuh. Tingkat vitamin D lebih dari 20 ng / mL (50 nmol / L) dianggap cukup dan ≤20
ng / mL (50 nmol / L). sel epitel,monosit / makrofag, dan sel dendritik, dapat
mensintesis 1,25 (OH)2D dari 25 (OH) D. dan ekstraseluler 25(IH)D mengikat serum
protein sehingga mengkat vitamin D. Kadar vitamin D dikontrol melalui kadar kalsium
dan hormin paratiroid degan produksi jaringan. Kadar 1.25(OH)2D yang tinggi dapat
mengaktifkan respon imun bawaan.

Studi invitro memaparkan Vitamin D memiliki fungsi imunomodulator yang


dapat penurunan proinflamasi produksi sitokin pada paru. Dimana, 1α, 25 ‐ dihydroxy
vitamin D secara langsung memodulasi sitokin tersebut bergantung pada aktivitas
faktor inti κB (NF ‐ κB), di banyak sel termasuk makrofag, dengan memblokir aktivasi
NF ‐ κB dengan naiknya regulasi protein penghambat NF-Kb IkBα. 25 ‐
hydroxyvitamin D dan 1,25 (OH) 2D juga memodulasi sel T. Sebuah studi
memaparkan pemberian vitamin D3 secara oral terbukti dapat meningkatkan produksi
penekan sitokin IL-10 oleh sel T non ‐ CD4 + non ‐ CD8 + dan menurun frekuensi
Th17 menghambat proliferasi sel. Vitamin D dari precursor 25(OH)D memiliki peran
penting dalam respon imun local terhadap infeksi saluran virus pernapasan. vitamin D
yang dihasilkan oleh epitel paru dapat menyebabkan peningkatan ekspresidari peptida
antimikroba (seperti cathelicidin dan defensin). Penelitian in vitro menunjukkan bahwa
vitamin D berperan penting dalam "homeostasis pernapasan" dengan mempengaruhi
secara langsung replikasi virus pernapasan atau dengan menginduksi ekspresi
antimikroba peptida, dengan memodulasi keseimbangan Th1 / Th2 atau Tc1 / Tc2
respon, dan dengan menghambat produksi sitokin Th17.

Saat musim dingin,terjadi peningkatan kerja virus karena peka terhadap peptide
antimikroba. Oleh karena itu,vitamin D diperlukan sebagai pertahanan tubuh meawan
virus. Vitamin D dapat ditingkatkan selama musim panas dengan berjemur sehingga
radiasi UV-B dapat memicu produksi bentuk aktif vitamin D, 1,25 (OH) 2D, yang
mengarah ke peningkatan produksi antivirus peptida seperti cathelicidin dan defensins.

Defisiensi Vitamin D dan infeksi saluran penapasan pada orang sehat. Bayi
baru lahir dengan 25(OH)D < 20 microgram/Ml 6 kali lebih besar kemungkinan infeksi
saluran pernapasan RSV pada tahun pertama kehidupan. Konsentrasi 25(OH)D yang
tinggi saat kehamilan dapat menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan bagian
Kadar serum 25 (OH) D48 di bawah 75 nmol / L ditambah risiko RTI virus sebesar
50%, dan tingkat <50 nmol / L sebesar 70% bawah pada tahun pertama kelahiran
namun tidak dengan asma dan sesak napas pada anak. Sedangkan pada orang
dewasa,sebuah studi memaparkan konsentrasi ≥38 ng / mL 25 (OH) D dapat dikaitkan
dengan pemulihan yang jauh lebih cepat pada orang dewasa sehat berusia 45 - 47 tahun.
Setiap peningkatan 10 nmol/L 25(OH)D dapat menurunkan risiko 7% ISPA. Studi lain
memaparkan kadar 25(OH)D <30 micrgram/Ml memiliki risiko 58% lebih tinggi
terkena ISPA. Konsentrasi plasma cathelicidin berkorelasi positif berhubungan dengan
konsentrasi 25(OH)D.
Defisiensi Vitamin D dengan kondisi asma. Dimana pada saat kehamilan dngan
kadar vitamin D tinggi dapat melindungi bayi dari ISPA atau sejenisnya pada tahun
pertama kehidupan. Sedangkan pada anak dengan memiliki riwayat asma jika kadar
vitamin D rendah memiliki risiko yang lebih parah dan akan berujung pada bronkiolitis
akut. Begitu halnya dengan orang dewasa,dimana kadar 25(OH)D yang rendah dapat
meningkatkan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Bawah(ISPB) dan penyakit kronik
paru obstruktif. Pada orang dewasa , kadar 25 (OH) D di bawah 30 ng / mL sering
terjadi terutama pada pasien dengan asma berat dan / atau tidak terkontrol. Kekurangan
vitamin D pada lansia berefek buruk pada penderita asma karena dapat meningkatkan
morbiditas. Asupan harian 1000 IU akan menghasilkan > 50nmol/L kadar
25(OH)D71,asupan tersebut aman dikonsumsi dan dapat mengoptimlakan kekebalan
nonspesifik dan mencegah infeksi.

Suplementasi vitamin D yang digunakan adalah vitamin D tidak


aktif,diantaranya cholecalciferol(vitamin D3) dan ergocalciferol (vitamin D2). Vitamin
D3 telah terbukti 87% lebih kuat dalam meningkatkan dan memelihara serum 25 (OH)
D konsentrasi dan menghasilkan penyimpanan hingga 3 kali lipat lebih besar vitamin
D dibandingkan dengan vitamin D2 dalam jumlah equimolar. Sebuah studi
memaparkan konsumsi 1000 IU ergocalciferol dalam vitamin D-tidak cukup orang
dewasa efektif dalam meningkatkan konsentrasi serum total 25 (OH) D dan dalam
mempertahankan konsentrasi serum total 1,25 (OH) 2D. Konsumsi vitamin D dapat
mencegah infeksi virus namun kadar serum 25(OH)D belum dapat dijelaskan.

Suplementasi Vitamin D pada orang sehat. Kadar serum 25 (OH) D di atas 30


ng / mL (30 μg / L atau 75 nmol / L) Berdampak positif terhadap pernapasan.
Pemberian vitamin D yang lebih tinggi berpotensi berbahaya dapat mengakibatkan
imunosupresif. Pada bayi dan kehamilan pemberian vitamin D3 dapat mengurangi
penyakit ISPA Paparan vitamin D lebih tinggi di dalam rahim,dengan terpaparnya
vitamin D dapat menurunkan risiko pneumonia,bronkiolitis,bronkitis dan infeksi paru
pada anak kecil.Sedangkan pada anak pemberian vitamin D hasil dari beberapa
penelitian dapat disimpulkan suplementasi vitamin D dengan dosis rendah,tidak
mengurangi kasus ISPA pada anak-anak. Pada orang dewasa Vitamin D tidak
berpengaruh pada orang dewasa dengan infeksi saluran penapasan atas. Hal ini
dibuktikan oleh beberapa penelitian,salah satunya yaitu pemberian suplementasi
vitamin D3 setiap bulan selama 18 bulan,menunjukan terjadi peningkatan kadar
25(OH)D serum > 48ng/ml namun tidak ada perbedaan dengan kejadia URTI sebelum
intervensi.

Penyebab tidak efektifnya vitamin D dalam mencegah infeksi virus di asma


alergi bisa menjadi karakteristik tingkat tinggi tipe 2 sitokin IL-4 dan IL-13, yang dapat
memulai katabolisme vitamin D, mempengaruhi level VDR, menyebabkan konversi
tipe 1 ke tipe 2 dari sel T. Pemberian suplementasi vitamin D pada pasien hamil yang
menderita asma atau infeksi saluran pernapasan tidak berpengaruh terhadap janin yang
dikandungnya, Namun beberapa peneliti memaparkan,perlu tinjauan ulang terkait ini
karena beberapa peneliti merasa bahwa waktu,tenaga dan dosis yang diberikan masih
kurang. Sedangkan pada anak-anak usia sekolah suplementasi vitamin D3 1200 IU
dapat mengurangi kejadian infeksi flu selama musim influenza dan mengurangi
serangan asma. Pada orang dewasa terapi tambahan Vitamin D dapat meningkatkan
Kortikosteroid Responsiveness in Asthma dengan menilai efek vitamin D.
suplementasi untuk orang dewasa dengan asma persisten dengan defisiensi vitamin D.
(serum 25 [OH] D <30 ng / mL), vitamin D3 (100000 IU sekali, kemudian 4000 IU /
hari selama 28 minggu) tidak mengurangi eksaserbasi asma.

Vitamin D telah terbukti meningkatkan antivirus dan anti-inflamasi respons sel


epitel saluran napas selama pernapasan virus infeksi in vitro,namun hasil uji klinis
menunjukan negative. Hal ini mungkin disebbakan penelitian kekurangan SDM,atau
dosis vitamin D yang rendah dan waktu pelaksanaa kurang tepat. Studi klinis yang
dirancang lebih baik, menggunakan cholecalciferol (vitamin D3),diberikan vitamin D
dalam dosis tinggi setiap hari daripada dosis tinggi intermiten, selama lebih dari 3
bulan. vitamin D dapat meningkatkan khasiat obat-obatan seperti kortikosteroid dalam
mencegah eksaserbasi pernapasan penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai