Anda di halaman 1dari 7

ABSTRAK

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
bagi masyarakat. Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Plasmodium terbagi dalam
empat jenis spesies di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia. Pengobatan yang
diberikan meliputi pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang
ada di dalam tubuh manusia bertujuan sebagai pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan
kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Kemoprofilaksis bertujuan untuk
mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat.
Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.

Kata Kunci: Malaria; Plasmodium; Nyamuk Anopheles Betina

ABSRACT

Malaria is an infectious disease that is still a health problem for the people. There are 2
types of creatures that play a major role in malaria transmission, namely malaria parasites (called
Plasmodium) and female anopheles mosquitoes. Plasmodium is divided into four species in the
world that can infect human red blood cells. The treatment given includes the treatment of
radical malaria by killing all stages of the parasite in the human body as a radical treatment to get
clinical healing and parasitology and break the chain of transmission. Chemoprophylaxis aims to
reduce the risk of being infected with malaria so that if infected, the clinical symptoms are not
severe. Severe malaria prognosis depends on the speed of diagnosis and accuracy & speed of
treatment

Key words: Malaria; Plasmodium; Female Anopheles Mosquitoes


PENDAHULUAN

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium. Malaria ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang mengandung Plasmodium didalamnya
(Kemenkes RI, 2016). Terdapat lima spesies Plasmodium yaitu Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi
(Supranelfy, Warni, Inzana, & Suryaningtyas, 2018). Suhu udara dan kelembaban lingkungan
sekitar mempengaruhi perilaku nyamuk Anopheles. Hospes nyamuk Anopheles aktif pada senja
hingga pagi hari dalam menghisap daraH (Sugiarti, Wahyudo, Kurniawan, & Suwandi, 2020).
Pemeriksaan parasit malaria adalah pemeriksaan darah penderita yang diduga malaria, baik
secara mikroskopis dengan menggunakan sediaan apus darah tepi (SADT) maupun tes cepat
menggunakan rapid diagnostik test (RDT). Penderita dinyatakan positif malaria apabila didalam
pemeriksaan mikroskopis ditemukan Plasmodium sp dalam darahnya (Kemenkes, Dirjen P2PL,
2017).

Malaria masih menjadi masalah kesehatan dunia yang hingga saat ini beberapa wilayah
masih menjadi daerah endemis. Secara global diperkirakan 3,3 miliar manusia di 97 negara
berisiko terinfeksi malaria dan penyakit berkembang lainnya, dan 1,2 miliar diantaranya
memiliki risiko tinggi (˃1/1.000 kejadian dalam setahun). Perkiraan terbaru berdasarkan laporan
World Health Organization (WHO), 198 juta kasus malaria yang terjadi pada tahun 2013
menyebabkan 584.000 kematian, sedangkan data tahun 2016 sebanyak 216 juta kasus
mengakibatkan 445.000 kematian (WHO, 2018). Beban yang paling berat terjadi di Afrika,
dimana diperkirakan 90% kematian terjadi dari seluruh kasus dan 78% dari seluruh kematian
terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Meskipun malaria dapat dicegah dan disembuhkan
namun tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat dan pembangunan sosial
ekonomi, terutama di negara-negara berkembang (IO et al., 2018).

Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (Millennium
Development Goals/MDGs) di Indonesia pada tahun 2000, yang ditargetkan untuk menghentikan
penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria hingga tahun 2015. Hal ini dilihat dari
indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat malaria. Indonesia juga
merupakan salah satu negara yang mengadopsi MDGs yang diusung oleh WHO (WHO, 2018).

Menindaklanjuti program MDGS oleh WHO pada tahun 2000 dan komitmen global
eliminasi dalam World Health Assembly (WHA) ke-60 tahun 2007 tentang eliminasi malaria
bagi setiap negara, maka pemerintah Indonesia merencanakan program ”Menuju Indonesia
Bebas Malaria” tahun 2030. Program ini telah dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 293/ MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi
Malaria di Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, terbebas dari penularan
malaria secara bertahap yang akan tercapai hingga tahun 2030. Sasaran wilayah eliminasi dibagi
menjadi empat tahap dimulai dari Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta), Bali, dan Batam
pada tahun 2010. Selanjutnya, Pulau Jawa, Provinsi Aceh, dan Provinsi Kepulauan Riau pada
tahun 2015. Tahap ketiga adalah Sumatera (kecuali Aceh dan Kepulauan Riau), NTB,
Kalimantan, dan Sulawesi pada tahun 2020. Terakhir adalah Provinsi Papua, Papua Barat,
Maluku, NTT, dan Maluku Utara, pada tahun 2030.

Eliminasi malaria di Indonesia belum berhasil sesuai target karena sampai saat ini
beberapa wilayah termasuk Pulau Jawa belum seluruhnya bebas malaria. Kondisi ini dipengaruhi
oleh beberapa hal, meskipun penyebabnya telah diketahui dan program pengendalian juga telah
dilakukan termasuk penatalaksanaan terhadap penderita. Indonesia sebagai negara kepulauan
dengan geografis yang kompleks dan keberagaman akses pelayanan kesehatan memberikan
kontribusi terhadap maju mundurnya eliminasi malaria (Ipa, 2018).
DEFINISI

Malaria merupakan penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh Plasmodium
dengan gejala dan tanda klasik berupa demam rekuren, menggigil, pucat dan hepato-
splenomegali. Nyamuk Anopheles rentan menggigit manusia pada malam hari. Pada daerah
endemis sedang dan tinggi dapat dijumpai asymptomatic parasite. Saat ini, malaria masih
terdapat diseluruh dunia dan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian utama
masyarakat didaerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Terdapat beberapa daerah bebas
malaria, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur dan Bali. Indonesia timur masih
merupakan penyumbang terbesar kasus malaria (IO et al., 2018).
ETIOLOGI

Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit malaria
yang disebut Plasmodium dan nyamuk Anopheles betina. Parasit malaria memiliki siklus hidup
yang kompleks, untuk kelangsungan hidupnya parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya
menumpang hidup) baik pada manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat
jenis spesies parasit malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :

1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika), merupakan jenis
penyakit malaria yang terberat dan satu-satunya parasit malaria yang menimbulkan
penyakit mikrovaskular, karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti
cerebral malaria (malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak
nafas, dll.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps
50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama.
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat. Lebih
ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan.

Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi
demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya campuran P.Falciparum dengan
P.Vivax atau P.Malariae. Infeksi campuran tiga jenis sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis
ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan oleh
P.Vivax dan P.Malariae dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang disebabkan
oleh spesies selain P.Falciparum jarang berakibat fatal, namun menurunkan kondisi tubuh;
lemah, menggigil dan demam yang biasanya berlangsung 10-14 hari (IO et al., 2018).
Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada, seperti suhu,
kelembaban, curah hujan, dan sebagainya. Efektifitas vektor untuk menularkan malaria
ditentukan hal-hal sebagai berikut

1. Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia.


2. Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia.
3. Frekuensi menghisap darah (ini tergantung dari suhu).
4. Lamanya sporogoni (berkebangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi efektif).
5. Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sporogoni dan kemudian menginfeksi jumlah
yang berbeda-beda menurut spesies.

Nyamuk Anopheles betina menggigit antara waktu senja dan subuh, dengan jumlah yang
berbeda-beda menurut spesiesnya. Kebiasaan makan dan istrahat nyamuk Anopheles dapat
dikelompokkan menjadi

1. Endofilik : suka tinggal dalam rumah/bangunan.


2. Eksofilik : suka tinggal diluar rumah.
3. Endofagi : menggigit dalam rumah/bangunan.
4. Eksofagi : menggigit diluar rumah/bangunan.
5. Antroprofili : suka menggigit manusia.
6. Zoofili : suka menggigit binatang.
Dapus

Kemenkes RI. (2016). InfoDatin-Malaria-2016.pdf (pp. 1–7). pp. 1–7.

IO A, CM I, M van V, L M, B van den B & JO. B, 2018. Qualitative analysis of the health
system effects of a community-based malaria elimination program in Rwanda. Research
and Report on Tropical Medicine, 9, pp.63–75.

Ipa M, 2018. Eliminasi malaria di Indonesia begitu sulit, mengapa? the conversation

WHO, 2018. World Malaria Day 2018 “Ready to beat malaria, Geneva, Switzerland: WHO
Press”

Kementerian Kesehatan, Dirjen P2PL, S. M. (2017). Pedoman Teknis Pemeriksaan Malaria. In


Buku Pedoman. Retrieved from www.pppl.depkes.go.id/

Supranelfy, Y., Warni, S. E., Inzana, N., & Suryaningtyas, N. H. (2018). Penemuan Kasus
Malaria Berdasarkan Pemeriksaan Mikroskopis di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten
Musi Rawas. ASPIRATOR - Journal of Vector-Borne Disease Studies, 10(1), 27–36.
https://doi.org/10.22435/asp.v10i1.15

Sugiarti, S., Wahyudo, R., Kurniawan, B., & Suwandi, J. F. (2020). The Physical , Chemical ,
and Biological Characteristics of Anopheles sp . a Potential Breeding Place in
Puskesmas Hanura Working Area. Medula, 10(2), 272–277.

Anda mungkin juga menyukai