Anda di halaman 1dari 22

 

“ PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DALAM PEREKONOMIAN

INDONESIA “

MATA KULIAH : PEREKONOMIAN INDONESIA

ABSTRAK

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai

dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik

daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak  dan kewajiban tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut pada prinsipnya keuangan daerah

mengandung  beberapa unsur pokok,  yaitu hak daerah yang dapat dinilai, kewajiban

daerah dengan uang, dan kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

tersebut.

Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang melekat

pada daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan  yang digunakan dalam

usaha pemerintah daerah mengisi kas daerah. Keuangan daerah dituangkan

sepenuhnya kedalam APBD. Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana

keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Selanjutnya

pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan

pengawasan keuangan daerah. Dalam konteks ini lebih difokuskan kepada

pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh DPRD.

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pengelolaan

Keuangan Daerah Dalam Perekonomian Indonesia”  pada mata kuliah Perekonomian

Indonesia

Penulis sadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kejanggalan

dan kekurangan baik dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu

penulis mohon masukan yang sifatnya membangun agar bisa memperbaiki penulisan

makalah selanjutnya.

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua

hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan

yang berhubungan dengan hak dan kewajiban. Sementara pengelolaan keuangan

daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan  pengawasan keuangan

daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah

kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan

menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem

pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan

subsistem dari sistem pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen

pokok dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah

juga harus dilakukan dengan cara yang baik dan bijak agak keuangan daerah

tersebut bisa menjadi efisien penggunaanya yang sesuai dengan kebutuhan

daerah.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengelolaan keuangan daerah ?

2. Bagaimana Analisis pengelolaan keuangan daerah ?

3. Bagaimana pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap perekonomian

Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pengelolaan uang daerah secara

garis besar

2. Untuk mengetahui secara garis besar pengaruh pengelolaan keuangan daerah

terhadap perekonomian Indonesia

3. Untuk mengetahui analisis tentang pengelolaan keuangan daerah

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keuangan Daerah

Menurut Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin keuangan daerah

adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala

bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD).

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua

hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan

yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Dengan demikian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan

uang. Keuangan daerah digunakan untuk membiayai semua kebutuhan daerah

dalam penyelenggaraan pemerintahan.

5
2.2.  Sumber Keuangan Daerah

Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,

sumber pendapatan daerah terdiri  atas : 

A. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu

penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya

sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1 Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah).

PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik

daerah dan pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah.

 Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pungutan yang dilakukan Pemerintah Daerah

berdasarkan peraturan perudang-undangan yang berlaku. Pajak daerah

ini dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu :

1. Pajak Provinsi, meliputi :

 Pajak Kendaraan Bermotor

 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

6
 Pajak Air Permukaan

 Pajak Rokok

2. Pajak Kabupaten/Kota, meliputi :

 Pajak Hotel

 Pajak Restoran

 Pajak Hiburan

 Pajak Reklame

 Pajak Penerangan Jalan

 Pajak Mineral Bukan Logam daan Batuan

 Pajak Parkir

 Pajak Air Tanah

 Pajak Sarang Burung Walet

 Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan

 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

 Retribusi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, pengertian retribusi daerah adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Objek retribusi

daerah ada tiga, yaitu :

7
1. Jasa Umum, jenis retribusi jasa umum meliputi :

a. Retribusi pelayanan kesehatan

b. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan

c. Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil

d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat

e. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum

f. Retribusi pelayanan pasar

g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor

h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran

i. Retribusi penggantian biaya cetak peta

j. Retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus

k. Retribusi pengelolahan limbah cair

l. Retribusi pelayanan tera

m. Retribusi pelayanan pendidikan

n. Retribusi pengendalian menera telekomunikasi

2. Jasa Usaha, jenis retribusi jasa usaha meliputi :

a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah

b. Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan

c. Retribusi tempat pelelangan

d. Retribusi terminal

e. Retribusi tempat khusus parkir

f. Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/vila

g. Retribusi rumah potong hewan

8
h. Retribusi pelayanan

i. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga

j. Retribusi penyebrangan di air

k. Retribusi penjualan produksi usaha daerah

3. Perizinan tertentu, jenis retribusi perizinan tertentu meliputi :

a. Retribusi izin mendirikan bangunan

b. Retribusi izin tempat penjualan minuman berakohol

c. Retribusi izin gangguan

d. Retribusi izin trayek

e. Retribusi izin usaha perikanan

 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan adalah penerimaan

yang berupa hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolahan

kekayaan daerah yang dipisahkan, yang terdiri dari bagian laba

Perusahaan Daerah Air Minum, bagian laba lembaga keuangan bank,

bagian laba keuangan non bank, bagian laba atas penyerahan

modal/investasi kepada pihak ketiga.

 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah meliputi hasil penjualan

kekayaan daerah yang tidak dapat dipisahkan, jasa giro, pendapatan

bunga dan komisi, ataupun bentuk lain sebagai akibat penualan dan

atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

9
B. Dana Perimbangan

Merupakan sumber Pendapatan Daerah yang berasal dari  APBN untuk

mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah   dalam

mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama

peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.

Dana Perimbangan merupakan kelompok sumber pembiayaan pelaksanaan

desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain,

mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi

dan melengkapi (Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin.

Dana Perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari

bagian daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan, penerimaan dari sumber daya alam, serta Dana

Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus (Ahmad Yani). Lebih jelasnya

Dana Perimbangan terdiri dari :

1. Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

(Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004).

10
2. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antara daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Pasal 1

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004).

3. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah

tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang

merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional (Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004).

C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Menurut Pasal 43 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain

pendapatan yang sah terdiri atas :

 Hibah tidak mengikat diartikan bahwa pemberian hibah tersebut tidak

ada batas akhirnya tergantung pada kemampuan keuangan daerah dan

kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam menunjang penyelenggaran

pemerintah daerah daerah. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah

11
daerah lainnya, badan/lembaga, organisasi swasta dalam negeri,

kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak

mengikat.

 Dana Darurat dari Pemerintah adalah dana yang berasal dari APBN yang

dialokasikan kepada daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa

luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas. Pemerintah mengalokasikan Dana

Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang

diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang

tidak data ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber

APBD.

 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi ke Kabupaten atau Kota, adalah

penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi

kepada kabuaten/kota atau pendapatan kabupaten kota kepada

pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada

pemerintah daerah lainnya

 Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, adalah dana yang

dialokasikan untuk mebiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah

 Bantuan Keuangan dari Provinsi Atau Dari Pemerintah Daerah

Pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dapat

menggangarkan bantuan keuangan kepada pemerintah daerah lainnya

dan kepada desa yang didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi

kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan pemerintah desa atau

12
pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah

lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2.3 Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,

dan  pengawasan keuangan daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan

daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD,

dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Peraturan pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban

daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai

dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. yang dimaksud daerah di sini adalah

pemerintah daerah yang merupakan daerah otonom berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Daerah otonom ini terdiri dari pemerintah provinsi,

pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. karena pemerintah daerah merupakan

bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian tak

terpisahkan dari keuangan negara.

Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut

menimbulkan aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya

suatu sistem pengelolaan keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan

13
keuangan daerah sebagaimana dimaksud, merupakan subsistem dari sistem

pengelolaan keungan negara dan merupakan elemen pokok dalam

penyelenggaraan pemerintahaan daerah. Untuk menjamin pelaksanaan

pengelolaan keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan

keuangan daerah meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan

keuangan daerah.

2.4 Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah

Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu

dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu

mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang. Lebih

lanjut pada pasal 18 A dijelaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatn sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintahan

pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras

berdasarkan undang-undang.

Berkaitan dengan pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas

setidaknya terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjelaskan

lebih lanjut. adapun Peraturan tersebut antara lain :

 UU No 17 tahun 2003 tentang Keaungan Negara.

 UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

14
 UU No 15 tahun 2003 tentang Pemeriksaan atas tanggung jawab pengelolaan

Keuangan Negara.

 UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional.

 UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

 UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah.

Undang-undang tersebut diatas menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah.

Peraturan perundang-undangan diatas terbit atas dasar pemikiran adanya keinginan

untuk mengelola keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien. Ide dasar

tersebut kemudian mengilhami suatu pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang

baik yang memiliki tiga pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan

partisipatif.

Banyaknya Undang-undang yang menjadi acuan dalam pengelolaan anggaran

mengakibatkan perlunya akomodasi yang baik dalam tingkat pelaksanaan (atau

peraturan dibawahnya yang berwujud peraturan pemerintah). Peraturan

pelaksanaan yang berwujud Peraturan Pemerintah tersebut harus komprehensif

dan terpadu (omnibus regulation) dari berbagai undang-undang tersebut diatas.

Hal ini bertujuan agar memudahkan dalam pelaksanaanya dan tidak menimbulkan

multi tafsir dalam penerapanya. Peraturan tersebut memuat barbagai kebijakan

terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban

keuangan daerah.

15
Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur

dalam Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri

yang mengatur masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain :

1. Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja

pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007

2. Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan

Peraturan Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan

Rancangan Peraturan Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran Pendapatan

dan Belanja Daerah

3. Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan Barang

Milik Daerah

4. Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

2.5 Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban

daerah, penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan

pihak lain yang dikuasai daerah. secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang

lingkup keuangan daerah meliputi hal-hal dibawah ini:

1. Hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta

melakukan pinjaman ;

2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah

dan membayar tagihan pihak ketiga;

16
3. Penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah.

pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena

tidak semua penerimaan merupakan pendapatan daerah. Yang dimaksud

dengan pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui

sebagai penambah nilai kekayan bersih;

4. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali

istilah pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud

dengan belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui

sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;

5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,

surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan

uanga, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;

6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

UU keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan

pihak lain adalah meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan

lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan

kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.

17
2.6 Pengaruh terhadap Perekonomian Indonesia

Sesuai dengan uraian diatas bahwa sumber-sumber keuangan daerah

dipengaruhi oleh 3 komponen utama, yaitu :

1. Pendapatan asli daerah

2. Dana Perimbangan

3. Pendapatan lain-lain dari daerah yang sah

Diantara ketiga komponen sumber pendapatan tersebut, komponen kedua yaitu

dana perimbangan salah satunya adalah hibah tidak mengikat yang didasarkan

pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012

merupakan cerminan atau indikator dari ketergantungan pendanaan pemerintah

daerah terhadap pemerintah pusat. Di samping itu besarnya dana dari pusat

tersebut juga membawa konsekuensi kebijakan proyek pemerintah pusat yang

secara fisik implementasinya itu berada di daerah. Sehingga ada beberapa

proyek pemerintah pusat melalui APBN tetapi dana itu juga masuk di dalam

anggaran pemerintah daerah (APBD). Adapun pembiayaan pemerintah dalam

hubungannya dengan pembiayaan pemerintah pusat diatur sebagai berikut:

 Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat di daerah dalam rangka

dekonsentrasi dibiayai atas beban APBN.

 Urusan yang merupakan tugas pemerintah daerah dalam rangka

desentralisasi dibayar dari dan atas beban APBD.

 Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah daerah

atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka tugas perbantuan, dibiayai oleh

18
pemerintah pusat atas beban APBN atau pemerintah daerah diatasnya atas

beban APBD pihak yang menugaskan.

 Sepanjang potensi sumber keuangan daerah belum mencukupi, Pemerintah

pusat memberikan sejumlah sumbangan kepada pemerintah daerah. Dengan

demikian bagi Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten atau Kodya

disamping mendapat bantuan dari pemerintah pusat juga mendapat limpahan

dari Pemda Tingkat I Propinsi. Meskipun bisa jadi limpahan, dana propinsi

tersebut berasal dari pemerintah pusat lewat APBN. Berbagai penelitian

empiris yang pernah dilakukan menyebutkan bahwa dari ketiga sumber

pendapatan daerah seperti tersebut diatas peranan dari pendapatan yang

berasal dari pusat sangat dominan.

Dalam implementasinya dekonsentrasi merupakan sarana bagi perangkat

birokrasi pusat untuk menjalankan praktek sentralisasi yang terselubung

sehinggga kemandirian daerah menjadi terhambat. Pembangunan daerah

sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan

prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber-sumber daya nasional yang

memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Penyelenggaraan pemerintahan daerah

juga merupakan subsistem dari pemerintahan negara sehingga antara keuangan

daerah dengan keuangan negara akan mempunyai hubungan yang erat dan

saling mempengaruhi (Ahmad Yani. 2004).

19
BAB III

KESIMPULAN

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk

didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.

Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,

dan  pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan

Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai

kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daeran

Dari Analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keuangan daerah ini memang

harus bisa dikelola dengan efisien oleh pemerintah daerah masing-masing. Tetapi

kenyataanya antara rencana yang sudah ditetapkan dengan realisasi dalam

pengelolaan keuangan daerah ada perbedaan, hal ini dikarenakan adanya beberapa

permasalahan yang sebagian besar permasalahan-permasalahan tersebut disebabkan

keadaan intern dari pejabat-pejabat daerah itu sendiri. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut sebenarnya hal mendasar yang harus dirubah adalah sikap personal dari

pejabat-pejabat daerah terutama mengenai kebijakan menghambur-hamburkan dana

yang secara tidak langsung  akan berpengaruh terhadap pribadi pejabat-pejabat

daerah.

Disamping itu, dengan adanya sumber dana  keuangan daerah yang salah

satunya berasal dari bantuan pemerintah pusat  maka diharapkan pemerintah daerah

20
memang harus bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar anggaran dana

dari pemerintah pusat yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa tercukupi dengan

baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai