Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tabungan
1. Pengertian Tabungan
Pengertian dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
perbankan Syariah yang menyebutkan bahwa tabungan adalah simpanan
berdasarkan akad wadiah atau investasi dana ,berdasarkan akad mudharabah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan yang disepakati. Tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyat giro, atau alat lainnya. Dewan Syariah Nasional mengatur
tabungan syariah dalam Fatwa Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000, yaitu: “Produk
tabungan yang dibenarkan atau diperbolehkan secara Syariah adalah tabungan yang
berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah, sehingga mengenal tabungan
mudharabah dan tabungan wadiah. 1
Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid. Artinya
produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan. Bagi hasil
yang ditawarkan tabungan kepada nasabah tidaklah besar. Akan tetapi, jenis
penghimpunan dana tabungan merupakan produk penghimpunan yang lebih
minimal biaya bagi pihak bank Karena bagi hasil yang ditawarkan pun kecil dan
biasanya jumlah nasabah yang menggunakan tabungan lebih banyak dibandingkan
produk penghimpunan yang lain. 2

1
Nur Rianto, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik (Bandung: Pustaka Setia,
2015), h. 345
2
Ibid,.
8
9

2. Dasar Hukum Tabungan


a. Al-Baqarah : 283

‫ضكُ ْم َب ْعضًا فَ ْلي َُؤ ِد الَّذِى اؤْ ت ُ ِمنَ ا َ َمانَت َهٗ َو ْل َيتَّق ه‬
َ‫ّٰللا‬ ُ ‫ضةٌ ۗفَا ِْن اَمِنَ َب ْع‬
َ ‫سف ٍَر َّولَ ْم ت َِجد ُْوا كَاتِبًا فَ ِر ٰه ٌن َّم ْقب ُْو‬ َ ‫ع ٰلى‬ َ ‫َوا ِْن كُ ْنت ُ ْم‬
‫ش َهادَ ۗة َ َو َم ْن َّي ْكت ُ ْم َها فَ ِا َّن ٗ ٓٗه ٰا ِث ٌم قَ ْلب‬
َّ ‫َربَّهٗ ۗ َو ََل ت َ ْكت ُ ُموا ال‬

Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah
kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang
menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya;
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 3

B. Deposito
1. Pengertian Deposito
Selain giro dan tabungan Syariah, produk perbankan syariah lainnya yang
termasuk produk penghimpunan dana (funding) adalah deposito. Adapun yang
dimaksud dengan deposito Syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan
prinsip Syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI telah
mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah
deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Deposito merupakan dana nasabah
yang ada pada Bank yang penarikannya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo atau
jangka waktu yang ditentukan. Misalnya 3 bulan, 6 bulan, dan seterusnya. Pada
produk deposito ini bank menggunakan prinsip bagi hasil. 4

3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Insan Media
Pustakawan, 2013), h. 76
4
Abdul Ghafur Anshari, Perbankan Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2007), h. 94.
10

Deposito adalah simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat


dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan
bank. 5 Berdasarkan Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan
deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
bersangkutan.6
Deposito merupakan produk dalam bank yang memang ditujukan untuk
kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga, sehingga dalam
perbankan syariah akan memakai prinsip mudharabah. Berbeda dengan perbankan
konvensional yang memberikan imbalan berupa bunga bagi nasabah deposan, maka
dalam perbankan syariah imbalan yang diberikan kepada nasabah deposan adalah
bagi hasil (profit sharing) sebesar nisbah yang disepakati di awal akad. 7

2. Jenis-jenis Deposito
Bank memberikan beberapa alternatif pilihan kepada masyarakat dalam
mendapatkan dananya dalam beberapa jenis , antara lain : 8
a. Deposito Berjangka
Deposito Berjangka adalah bentuk simpanan berjangka yang disesuaikan
dengan jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan, 12 bulan, dan 24 bulan. Pihak yang mencairkan deposito berjangka hanya
pihak yang namanya tercantum didalam bilyet deposito berjangka tersebut.
Deposito berjangka tidak dapat dipindahtangankan atau diperjualkan.
b. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito merupakan jenis simpanan dana dari masyarakat yang
penarikannya sesuai jangka waktu tertentu, dan dapat diperjualbelikan. Menurut

5
Muhammad Firdaus, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, Cet. ke-1, Jakarta:
Renaisan, ,2005 hlm.44
6
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Cet.7, (Jakarta: Raja Grafindo Persada) h. 286.
7
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009), h.71
8
Muhammad Firdaus, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, Cet. ke-1, (Jakarta:
Renaisan, 2005) h.44
11

Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah sertifikat deposito adalah simpanan


dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat
dipindahtangankan.
c. Deposit on call
Deposit on call merupakan sejenis deposito yang penarikan harus dengan
pemberitahuan sebelumnya. Jangka waktu deposit on call adalah 7 hari s.d 30 hari.
Deposit on call diterbitkan dengan jumlah besar dan genap, serta di dalam
diterbitkan atas nama. Artinya Deposit On Call tersebut hanya dapat dicairkan oleh
pihak yang namanya tertera dalam bilyet deposit on call, kecuali ada surat kuasa
kepada pihak lain dari pihak pemegang hak. Berdasarkan pada Fatwa DSN-MUI
ini deposito yang dibenarkan secara syariah adalah yang berdasarkan prinsip
mudharabah dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak
lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan

C. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit,
12

pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga


pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah. 9
Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 10
Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:11
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas
dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Pembiayaan di lembaga keuangan syariah mengandung berbagai maksud,
dengan kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur – unsur yang direkatkan
menjadi satu. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pembiayaan yaitu:

9
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Edisi I, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, 2002), h. 304
10
Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998
11
Nur Riyanto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2012),
h.42-43
13

a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang
diberikan benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai
jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang diberikan oleh
lembaga keuangan syariah sebagai dasar utama yang melandasi mengapa
suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum pembiayaan
dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan penelitian terlebih dahulu
secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun
ekstern.
b. Jangka waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati.
Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran yang sudah
disepakati oleh kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu
inibisa diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.
c. Risiko
Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar risikonya,
demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungjawab lembaga, baik
risiko disengaja maupun risiko yang tidak disengaja. Misalnya karena
bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan
lainnya, sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh.
d. Balas jasa
Balas jasa merupakan imbalan yang diperoleh dari pemberian pembiayaan.
Pada bank konvensional balas jasa ini berupa bunga namun dalam lembaga
keuangan syariah yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal
dengan bagi hasil.
2. Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat
mikro. Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan :
14

a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses


secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan
akses ekonomi.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan
usaha membutuhkan dana tambahan.
c. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan
peluang bagi masyarakat agar mampu meningkatkan daya produksinya.
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor
usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka secara usaha tersebut
akan menyerap tenaga kerja.
e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat produktif mampu
melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan
dari hasil usahanya.
Adapun secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:
a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan tertinggi yaitu menghasilkan laba usaha.
b. Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu
menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu
meminimalkan resiko yang mungkin timbul.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam
dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal.
d. Penyaluran kelebihan dana, artinya mekanisme pembiayaan dapat
menjembatani penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak
yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang berkekurangan (minus) dana.
3. Fungsi Pembiayaan
a. Meningkatkan daya guna uang
Para penabung menyimpan uangnya di lembaga keuangan dalam bentuk
giro, tabungan, dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan
keunaannya oleh lembaga keuangan guna suatu usaha peningkatan produktivitas.
Para pengusaha menikmati pembiayaan dari lembaga keuangan untuk memperluas
15

atau memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan


maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru. Secara
mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha peningkatan produktivitas
secara menyeluruh. Dengan demikian dana yang mengendap di lembaga keuangan
tidaklah diam dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat bagi pengusaha
meupun masyarakat.
b. Meningkatkan daya guna barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan lembaga keuangan dapat mengubah
bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility bahan tersebut meningkat.
Contoh peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak
kelapa. Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari
suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.
Contohnya penguasa onix, dimana pengusaha ini memindahkan batu marmer dari
pegunungan dan diolah dengan tangan-tangan kreatif akan menjadikan batuan
tersebut lebih memiliki nilai yang lebih tinggi.
c. Meningkatkan peredaran uang
Melalui pembiayaan peredaran uang kartal maupun giral akan lebih
berkembang, karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga
penggunaan uang akan bertambah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
d. Menimbulkan kegairahan berusaha
Pembiayaan yang diterima pengusaha dari lembaga keuangan syariah
kemudian digunakan untuk meperbesar volume usaha dan produktivitasnya.
e. Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi diarahkan
pada usaha-usaha:
1) Pengendalian inflasi
2) Peningkatan ekspor
3) Rehabilitasi prasarana
4) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat untuk meneruskan arus inflasi dan
untuk usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan memegang
peran penting.
16

f. Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional


Para usahawan memperoleh pembiayaan untuk meningkatkan usahanya.
Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif
dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi ke dalam struktur
permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus menerus. Dengan
pendapatan yang terus berarti pajak perusahaanpun akan terus bertambah. Sehingga
secara tidak langsung pendapatan negara juga akan meningkat.
4. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Prinsip pembiayaan dapat dianalisis dengan 5 C, yaitu sebagai berikut: 12
a. Character (watak), bertujuan untuk mendapatkan gambaran akan
kemampuan membayar dari pemohon, mencakup perilaku pemohon, sikap
sebelum dan selama permohonan pembiayaan diajukan. Pemohon
pembiayaan yang berperilaku selalu mendesak pencairan pembiayaan
dengan disertai janji-janji pemberian hadiah pada umumnya diragukan
kemauannya dalam mengembalikan/melunasi pembiayaan.
b. Capacity (kemampuan), dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat
kemampuan mengembalikan pembiayaan dari usaha yang dibiayai,
mencakup aspek manajemen (kemampuan mengelola usaha), aspek
produksi (kemampuan berproduksi secara berkesinambungan), aspek
pemasaran (kemampuan memasarkan hasil usaha), aspek finansial
(kemampuan menghasikan keuntungan)
c. Capital (modal), bertujuan untuk mengukur kemampuan pemohon dalam
menyediakan modal sendiri, yang mencakup: besar dan komposisi modal,
perkembangan keuntungan usaha selama tiga periode sebelumnya.
d. Condition (prospek usaha), bertujuan untuk mengetahui prospektif atau
tidaknya suatu usaha yang akan dibiayai, yang meliputi siklus usaha mulai
dari bahan baku (pemasok), pengolahan, dan pemasaran (pembeli). Dalam
pemasaran tersebut harus diperhatikan pula kondisi persaingan dari usaha

12
Muhammad Lathief Ilhamy Nasution, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Medan:
Uinfres, 2000), h. 33
17

yang bersangkutan, barang substitusi yang beredar di pasar, potensi calon


pesaing, dan peraturan pemerintah.
e. Collateral (agunan), bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai agunan
yang dapat dipergunakan sebagai alat pengaman bagi BMT dalam setiap
pemberian pembiayaan.
5. Etika Meminjam atau Pembiayaan Secara Islam
Adapun dalam perbankan syariah etika meminjam atau pembiayaan dapat
dilihat sebagai berikut:
a. Pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam Islam
b. Dalam Islam pinjam meminjam adalah akada social, bukan akad komersial.
Artinya jika ada yang meminjam sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk
memberikan tambahan atas pokok pinjamannya. Karena setiap pinjaman
yang menghasilkan manfaat adalah riba. Sedangkan para ulama sepakat
bahwa riba itu haram.
6. Jenis-jenis Pembiayaan
a. Pembiayaan Mudharabah Mutlaqah
Pada pembiayaan mudharabah mutlaqah ini pihak Bank Syariah tidak
menentukan bentuk usaha, waktu dan daerah bisnis mudharibnya. Hal ini
diserahkan sepenuhya kepada pelaku usaha untuk menjalankan bisnisnya sehingga
boleh dikatakan dana yang diberikan oleh Bank Syariah tersebut dapat dikelola oleh
mudharib tanpa campur tangan pihak Bank. Maka jenis usaha yang akan dijalankan
secara mutlak diputuskan oleh mudharib yang dianggap sesuai, sehingga tidak
terikat dan terbatas, tetapi ada satu hal yang tidak boleh dilakukan mudharib tanpa
seijin Bank Syariah yaitu nasabah atau mudharib tidak boleh meminjamkan
modalnya atau memudharabahkannya lagi kepada pihak lain. 13
b. Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah
Pembiayaan mudharabah muqayyadah disebut juga dengan istilah retrected
mudharabah/specifed mudharabah, yaitu kebalikan dari pembiayaan mudharabah

13
Ascary, Akad dan Produk Bank Syari’ah (Jakarta : Raja Grafindo, 2007), h. 65.
18

mutlaqah, dalam pembiayaan ini mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha,
waktu, tempat usaha.14

D. Perbankan Syariah
1. Pengertian Perbankan Syariah
Bank adalah suatu badan usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
kredit atau pinjaman dan jasa lainnya, baik dengan menggunakan alat pembayaran
sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain, serta mengedarkan alat
penukaran baru berupa uang. Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998
tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 15
Bank Syariah merupakan istilah yang dipakai di Indonesia untuk
menyatakan suatu jenis bank yang dalam pelaksanaannya berdasarkan prinsip
syariah. Pengertian bank syariah atau bank Islam dalam bukunya Edy Wibowo
adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini
tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Qur’an dan
hadits. 16
Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam
maksudnya adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah
secara Islam. Dalam tata cara bermuamalah itu dijauhi praktik-praktik yang
dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba, untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan
investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik-praktik
usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada
sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau. 17

14
Ibid,.
15
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009), h. 24
16
Edy Wibowo, dkk, Mengapa Memilih Bank Syariah?, (Bogor: Ghalia Indonesia cet.I,
2005), h. 33
17
Ibid,.
19

Dalam UU No.21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah mengemukakan


pengertian perbankan syariah dan pengertian bank syariah. Perbankan Syariah yaitu
segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup
kelembagaan, mencakup kegiatan usaha, serta tata cara dan proses di dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya dengan didasarkan pada prisnsip syariah dan menurut jenisnya
bank syariah terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah)
dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).18

2. Tujuan Bank Syariah


Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan unsur riba.
Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu
tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini.
Mulawarman berpendapat bahwa adapun Bank syariah dibentuk dengan
tujuan sebagai berikut:19
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam
khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar
dari praktek-praktek riba atau jenis usaha/perdagangan lain yang
mengandung unsur haram dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang
dalam Islam, juga menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan
ekonomi umat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar, antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan modal.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang
usaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin yang diarahkan

18
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2013), h.7
19
Mulawarman, Dedi Aji, Menyibak Akuntansi Syariah: Rekonstruksi Teknologi Akuntansi
Syariah dari Wacana ke Aksi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006), h. 26
20

kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian


berusaha.
d. Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan garis kemiskinan), yang
pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah dalam mengentaskan kemiskinan ini
berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari
siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen,
pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program
pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.
e. Untuk menjaga kestabilan ekonomi dan moneter pemerintah. Dengan
aktivitas-aktivitas bank syariah yang diharapkan mampu menghindarkan
inflasi akibat penerapan sistem bunga, menghindarkan persaingan yang
tidak sehat antara lembaga keuangan, khususnya bank dan menanggulangi
kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak
moneter baik dari dalam maupun luar negeri.
Jadi, Perbankan Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada
hukum islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak
membayar bunga kepada nasabah. Imbalan bank syariah yang diterima maupun
yang dibayarkan pada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian yang dilakukan
oleh pihak nasabah dan pihak bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan
syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariat
islam.
3. Produk-produk Dalam Bank Syariah
Secara garis besar, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah terbagi
menjadi tiga bagian besar, yaituproduk penghimpunan dana (funding), produk
penyaluran dana (financing), dan produk jasa (service).20
a. Produk Penghimpunan Dana (funding)
1) Tabungan

20
M. Nur Rianto Al-Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu KajianTeoritis Praktis,
(Bandung: Pustaka Setia), h. 98
21

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 tahun 2008,


tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana
berdasarkan Mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan
ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapatditarik dengan cek,
bilyet giro atau yangdipersamakan dengan itu. Tabungan adalah bentuk
simpanan nasabahyang bersifat likuid. Artinya, produk ini dapat diambil
sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan, tetapibagi hasil yang
ditawarkan kepada nasabah penabungkecil.
2) Deposito
Deposito menurut UU Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008 adalah
investasi dana berdasarkan akad Mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah
penyimpan dan bank syariah dan/ ata Unit Usaha Syariah (UUS).
Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang mempunyai jumlah
minimal tertentu, jangkawaktu tertentu, dan bagi hasilnya lebih tinggi
dari pada tabungan.
3) Giro
Giro menurut undang-undang perbankan syariah nomor 21 tahun 2008
adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ahatau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan. Giro adalah
bentuk simpanan nasabah yang tidak diberikan bagi hasil, dan
pengambilan dana menggunakan cek, biasanya digunakan oleh
perusahaan atau yayasan dan atau bentuk badan hukum lainnya dalam
proses keuangan mereka. Dalam giro meskipun tidak memberikan bagi
hasil, pihak bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang
besarannya tidak ditentukan di awal,bergantung pada kebaikan pihak
bank.
22

Prinsip operasional bank syariah yang telah diterapkan secara luas dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan Mudharabah. Berikut
ini penjelasannya : 21
1) Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah. Bank
dapat memanfaatkan dan menyalurkan dana yang disimpan serta
menjamin bahwa dana tersebut dapat ditarik setiap saat oleh nasabah
penyimpan dana. Namun demikian, rekening ini tidak boleh mengalami
saldo negative (overdraft). Landasan hukum prinsip ini adalah :
a) Q.S An nisa (4) Ayat 58, yang terjemahannya:

ٗٓ ِ ‫اَلمٰ ٰن‬
َ ْ ‫ّٰللا َيأ ْ ُم ُركُ ْم ا َ ْن ت ُ َؤدُّوا‬
‫ّٰللا ِن ِع َّما َي ِعظُكُ ْم ِب ٖه ۗ ا َِّن‬ ِ َّ‫ت ا ِٰلى ا َ ْه ِل َه ۙا َواِذَا َحك َْمت ُ ْم َبيْنَ الن‬
َ ‫اس ا َ ْن ت َ ْحكُ ُم ْوا ِب ْال َعد ِْل ۗ ا َِّن ه‬ َ ‫ا َِّن ه‬
‫صي ًْرا‬ ِ َ‫ّٰللا َكانَ سَ ِم ْيعً ۢا ب‬ َ‫ه‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
Melihat”.22

2) Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip Mudharabah, penyimpan dana atau
deposan bertindak sebagai shahibul mal (pemilik modal) dan bank
sebagai mudharib (pengelola). Bank kemudian melakukan penyaluran
pembiayaan kepada nasabah peminjam yang membutuhkan dengan
menggunakan dan yang diperoleh tersebut, baik dalam bentuk
murabahah, ijarah, mudharabah, musyarakah atau bentuk lainnya. Hasil
usaha ini selanjutnya akan dibagihasilkan kepada nasabah penabung

21
Anggraini, dkk, Lembaga Keuangan Syariah dan Dinamika Sosial, (Medan, 2015), h. 77
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Insan Media
22

Pustakawan, 2013), h. 98
23

berdasarkan nisbah yang disepakati. Apabila bank menggunakannya


untuk melakukan Mudharabah kedua, bank bertanggungjawab penuh
atas kerugian yang terjadi.
b. Produk Penyaluran Dana/ Pembiayaan (financing)
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Secara garis besar, produk pembiayaan kepada nasabah yaitu sebagai
berikut :
1) Pembiayaan dengan prinsip jual beli. Seperti bai’murabahah, bai’as
salam dan bai’al istishna.
2) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Meliputi ijarah dan ijarah
muntahiya bit tamlik.
3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Meliputi musyarakah,
mudharabah, muzara’ah, dan musaqah.
c. Produk Jasa (Service)
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung) antara
pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana, bank syariah
dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah
dengan mendapat imbalan berupa sewaatau keuntungan. Jasa perbankan
tersebut antara lainsebagai berikut : 23
1) Sharf (jual beli valuta asing)
Pada prinsipnya, jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli
mata uang yang tidak sejenis ini harus dilakukan pada waktu yang sama
(spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing. Prinsip ini
dipraktikkan pada banksyariah devisa yang memiliki izin untuk melakukan
jual beli valuta asing.

23
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 57
24

2) Wadi’ah (titipan)
Pada dasarnya, dalam akad wadiah yad dhamanah penerima simpanan
hanya dapat menyimpan titipan, tanpa berhak untuk menggunakannya.
Dia tidak bertanggungjawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi
pada asset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau
kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan
(karena faktor-faktor di luar batas kemampuan). 24
4. Karakteristik Bank Syariah
Karakteristik bank Syari’ah dapat bersifat fleksibel, yang meliputi: 25
a. Keadilan, melarang riba tetapi menggunakan bagi hasil. Riba adalah
pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-
meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam
Islam.
b. Kemitraan, yaitu saling memberi manfaat. Posisi nasabah, investor,
pengguna dana dan bank berada dalam hubungan sejajar sebagai mitra usaha
yang saling menguntungkan dan bertanggung jawab di mana tidak ada pihak
yang merasa dirugikan.
c. Universal, melarang transaksi yang bersifat tidak transparan (gharar).
Menghindari penggunaan sumber daya yang tidak efisien, dan terbuka
seluas- luasnya bagi masyarakat tanpa membedakan agama, suku, dan ras.

E. Penelitian Terdahulu
Untuk mempermudah peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, dimana
agar peneliti bias memperoleh arah dan gambaran dalam penyusunan skripsi ini
maka peneliti melihat contoh dan pedoman dari beberapa penelitian terdahulu yang
serupa atau terkait dengan judul penelitian ini. Untuk lebih jelasnya penelitian
terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:

24
Ibid, h.191
25
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari‟ah: Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Pers,
2001), h. 40.
25

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

N Penulis dan Variabel Hasil Penelitian Persamaan dan


o Judul Penelitian Penelitian Perbedaan
1 Suryanto, X1 (Dana Penelitian Persamaan dalam
“Pengaruh Dana Pihak menyimpulkan terdapat penelitian ini
Pihak Ketiga Ketiga). Y hubungan dalam derajat adalah sama-sama
Terhadap (Penyaluran sangat kuat antara Dana menggunakan
Penyaluran Dana Dana) Pihak Ketiga dengan dana pihak ketiga.
Pada Bank BJB Penyaluran Dana, yaitu Perbedaan pada
Cabang Cimahi”, r = 0,880. Pengaruh penelitian ini
Penelitian ini Dana Pihak Ketiga adalah penelitian
termasuk ke dengan Penyaluran dilakukan pada
dalam penelitian Dana adalah sebesar Bank BJB Cabang
deskriptif analisis 77,50% dan sisanya Cimahi.
dengan 22,50% dipengaruhi
pendekatan variabel lain
korelasional. 26
2 Agus Fauzi, X1 (Dana Hasil pengujian pada Persamaan dalam
“Analisis Dana Pihak substruktur I penelitian ini
Pihak Ketiga, Ketiga), X2 menunjukkan bahwa adalah sama-sama
Non Performing (Non variable Non menggunakan
Loan, Capital Performing Performing Loan dana pihak ketiga.
Adequecy Ratio, Loan), X3 (NPL), Capital Perbedaan pada
dan Loan To (Capital Adequacy Ratio (CAR), penelitian ini
Deposit Ratio Adequecy dan Loan to Deposit adalah terdapat
Terhadap Return Ratio), X4 Ratio (LDR) variabel Non
On Assets Serta (Loan To berpengaruh signifikan Performing Loan,

26
Suryanto, Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Dana Pada Bank BJB
Cabang Cimahi, Jurnal ISSN: 1693-4482, Vol XIV No. 3 – 2017.
26

Implikasinya Deposit terhadap Return on Capital Adequecy


Terhadap Ratio), Y Assets (ROA) Bank Ratio, dan Loan
Penyaluran (Return On Persero. Hasil To Deposit Ratio.
Kredit Pada Bank Assets Serta pengujian pada
Persero”. 27 Implikasinya substruktur II
Terhadap menunjukkan bahwa
Penyaluran variabel Dana Pihak
Kredit) Ketiga (DPK), Non
Performing Loan
(NPL), Capital
Adequacy Ratio (CAR),
Loan to Deposit Ratio
(LDR), dan Return On
Assets (ROA)
berpengaruh signifikan
terhadap Penyaluran
Kredit.
3. Hedy Kuswanto, X1 Hasil analisis Persamaan dalam
yang berjudul (Tabungan), menunjukkan bahwa penelitian ini
“Pengaruh X2 jumlah tabungan dan adalah sama-sama
Tabungan dan (Deposito), Y deposito mudharabah menggunakan
Deposito (Penyaluran berpengaruh positif variabel tabungan
Mudharabah Dana) dan signifikan terhadap dan deposito.
Terhadap penyaluran dana. Perbedaan pada
Penyaluran Dana Dimana nilai t hitung penelitian ini
Pada Perbankan dari pengaruh tabungan adalah penelitian
mudharabah terhadap di lakukan pada
kredit sebesar 2,777

27
Agus Fauzi, Analisis Dana Pihak Ketiga, Non Performing Loan, Capital Adequecy Ratio,
dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Assets Serta Implikasinya Terhadap Penyaluran
Kredit Pada Bank Persero, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
27

Syariah di lebih besar dari dari t Perbankan Syariah


Indonesia. 28 tabel = 1,694 dan di Indonesia.
angka sig = 0,004
sehingga signifikan,
dengan demikian
hipotesis 1 (H1) bahwa
tabungan mudharabah
berpengaruh positif
terhadap penyaluran
dana terbukti. Koefisien
regresi atau b1 = 0,571
mempunyai arti bahwa
kenaikan tabungan
mudharabah sebesar Rp
1 milyar akan dapat
menaikkan penyaluran
dana sebesar Rp 0,571
milyar (faktor lain
dianggap tetap). Nilai t
hitung dari pengaruh
deposito mudharabah
terhadap kredit sebesar
3,986 lebih besar dari
dari t tabel = 1,694 dan
angka sig = 0,000
sehingga signifikan ,
dengan demikian
hipotesis 2 (H2) bahwa

28
Hedy Kuswanto, yang berjudul “Pengaruh Tabungan dan Deposito Mudharabah
Terhadap Penyaluran Dana Pada Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Dosen STIE
Dharmaputra Semarang.
28

deposito mudharabah
berpengaruh positif
terhadap penyaluran
dana terbukti. Koefisien
regresi atau b2 = 0,966
mempunyai arti bahwa
kenaikan deposito
mudharabah sebesar Rp
1 milyar maka akan
dapat menaikkan
penyaluran dana
sebesar Rp 0,966 milyar
( faktor lain dianggap
tetap).
4. Yuni Utami, X1 Hasil penelitian Persamaan
“Analisis (Tabungan), menunjukka bahwa penelitian ini
Penharuh X2 variabel tabungan, adalah sama-sama
Tabungan, (Deposito), deposito dan giro secara menggunakan
Deposito dan X3 (Giro), Y simultan mempunyai variabel tabungan
Giro Terhadap (Pembiayaan) pengaruh terhadap dan deposito
Pembiayaan pembiayaan terhadap
Murabahah pada murabahah. Hasil uji pembiayaan,
PT Bank Syariah koefisien determinasi perbedaannya
Mandiri, Tbk”29 menunjukkan bahwa terdapat variabel
ketiga variabel bebas giro dan penelitian
mempengaruhi varibel ini dilakukan pada
terikat sebesar 85,2% bank mandiri
dan sisanya 14,8% syariah.

29
Yuni Utami, Analisis Penharuh Tabungan, Deposito dan Giro Terhadap
Pembiayaan Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri, Tbk, Skripsi Politeknik
Negeri Medan, 2018.
29

dipengeruhi oleh
varibel lain yang tidak
diteliti. Secara parsial
tabungan memiliki
pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap
pembiayaan
murabahah. Sedangan
deposito dan giro tidak
memiliki pengaruh
terhgadap pembiayaan
murabahah.
5. Nadila Aulia Sari X1 Hasil penelitian Persamaan
dan Sri Eka (Tabungan menunjukan secara penelitian ini
Astuningsih, wadiah), X2 parsial variabel adalah sama-sama
“Pengaruh (Giro tabungan terhadap membahas tentang
tabungan wadiah wadiah), Y pembiayaan dan laba pengaruh
dan giro wadiah (Pembiayaan bersih tidak tabungan terhadap
terhadap mudhararaba berpengaruh pembiayaah,
pembiayaan h) siginifikan; variabel sedangakan
mudharabah dan giro terhadap perbedaanya
laba bersih bank pembiayaan dan laba adalah penelitian
syariah mandiri bersih tidak ini dilakukan pada
periode Januri memberikan pengaruh Bank Syariah
2017-Desember signifikan. Secara Mandiri
2019”.30 simultan variabel
tabungan dan giro

30
Astuningsih, Pengaruh tabungan wadiah dan giro wadiah terhadap
pembiayaan mudharabah dan laba bersih bank syariah mandiri periode Januri 2017-
Desember 2019, Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia Univ Muhammadiyah
Jember, 2021, Vol 7, No 1.
30

terhadap pembiayaan
dan laba bersih tidak
berpengaruh signifikan.
6. Sarisma X1 Hasil penelitian ini Persamaan
menunjukkan bahwa
Septriyana, (Deposito), penelitian ini
Deposito Mudharabah
“Pengaruh X2 (Ekitas), secara parsial adalah sama-sama
berpengaruh signifikan
deposito Y membahas tentang
terhadap Pembiayaan
mudharabah dan (Pembiayaan) Mudharabah pengaruh deposito
dibuktikan dari nilai
ekuitas terhadap tabungan terhadap
thitung > ttabel (2,554
pembiayaan >2,021) dan nilai sig. pembiayaah.
sebesar 0,032 <
mudharabah (stdi Sedangkan
0,05, Ekuitas secara
kasus bank umum parsial berpengaruh perbedaan pada
signifikan terhadap
syariah pertiode penelitian ini
Pembiayaan
2012-2018).31 Mudharabah dibuktikan adalah tidak
dari nilai thitung >
membahas varibel
ttabel (2,474 >2,021)
dan nilai sig. tabungan dan
sebesar 0,017 < 0,05
penelitian ini
selanjutnya Deposito
Mudharabah dan dilakukan pada
Ekuitas secara
bank umum
simultan berpengaruh
signifikan terhadap syariah.
Pembiayaan
Mudharabah
diperoleh nilai Fhitung
= 71,759 dan Ftabel=
4,08 jadi Fhitung >
Ftabel (71,759
>4,08) dan nilai sig.
sebesar 0,000 < 0,05
dimana 84,2% variabel
Pembiayaan
Mudharabah
dipengaruhi oleh

31
Sarisma Septriyana, “Pengaruh deposito mudharabah dan ekuitas
terhadap pembiayaan mudharabah (stdi kasus bank umum syariah pertiode 2012-
2018), Skripsi IAIN Ponorogo, 2019)
31

variabel Deposito
Mudharabah
dan Ekuitas, sedangkan
15,8% dipengaruhi oleh
variabel lain.

F. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori

H3

Tabungan (X1)
H1
Jumlah Pembiayaan Pada PT. Bank
Sumut Capem Syariah (Y)
Deposito (X2) H2

Keterangan:

Secara simultan

Secara Parsial

G. Hipotesis Penelitian

Dalam sistem pembiayaan tabungan dan deposito merupakan kerjasama

usaha dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati sebelumnya,

sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana. Semakin besar sumber dana yang

ada maka semakin besar pula dana pembiayaan yang disalurkan, sehingga tabungan
32

dan deposito yang dimiliki bank meningkat. Berdasarkan kajian teori di atas, maka

dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:

1. Ho1 : Tabungan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembiayaan

pada PT. Bank Sumut Capem Syariah.

Ha1 : Tabungan berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembiayaan pada

PT. Bank Sumut Capem Syariah.

2. Ho2 : Deposito tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembiayaan

pada PT. Bank Sumut Capem Syariah.

Ha2 : Deposito berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembiayaan pada

PT. Bank Sumut Capem Syariah.

3. Ho3 : Tabungan dan deposito tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah

pembiayaan pada PT. Bank Sumut Capem Syariah.

Ha3 : Tabungan dan deposito berpengaruh signifikan terhadap jumlah

pembiayaan pada PT. Bank Sumut Capem Syariah.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    NonieciezulungygbaexhatieTigapuluhseptembersrceamolibraCiieicecreamnatique
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Elga
    BAB IV Elga
    Dokumen13 halaman
    BAB IV Elga
    NonieciezulungygbaexhatieTigapuluhseptembersrceamolibraCiieicecreamnatique
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKa Elga
    DAFTAR PUSTAKa Elga
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR PUSTAKa Elga
    NonieciezulungygbaexhatieTigapuluhseptembersrceamolibraCiieicecreamnatique
    Belum ada peringkat
  • Rencana Family Gathering Karyawan
    Rencana Family Gathering Karyawan
    Dokumen3 halaman
    Rencana Family Gathering Karyawan
    NonieciezulungygbaexhatieTigapuluhseptembersrceamolibraCiieicecreamnatique
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    NonieciezulungygbaexhatieTigapuluhseptembersrceamolibraCiieicecreamnatique
    Belum ada peringkat