Anda di halaman 1dari 9

SIFAT TRANSAKSI

Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang memiliki jangka waktu jatuh tempo yang
kurang dari pada 12 bulan (setahun). Kewajiban ini biasanya memiliki bagian yang besar dalam
laporan keuangan. Pada perusahaan yang mengejar keuntungan, biasanya berbentuk utang
usaha, sedangkan pada instansi Negara berbentuk utang pada pihak ketiga dan lainnya.

Menurut paragraf 11 PSAP 09, kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan
dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek
antara lain terdiri dari:

 Utang kepada Pihak Ketiga


 Utang Bunga
 Utang Perhitungan PihakKetiga
 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
 UtangTransfer
 Utang Surat Perbendaharaan Negara(SPN)
 Utang Jangka Pendek Lainnya, yang meliputi :
a. Utang Biaya
b. Pendapatan Diterima Dimuka

Kewajiban Jangka Panjang

Merupakan kewajiban yang jangka waktu jatuh temponya lebih daripada 12 bulan (setahun).
Kewajiban ini berbentuk obligasi pada perusahaan yang mencari keuntungan, sedangkan bagi
Negara biasanya berbentuk utang ke luar negeri dan lainnya.

Sebagaimana disebut dalam kalimat kedua dari paragraf 11 PSAP 09, kewajiban jangka
panjang adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang antara lain terdiri dari:

 Utang Luar Negeri


 Utang Dalam Negeri-SektorPerbankan
 Utang DalamNegeri-Obligasi
 Utang Pembelian Cicilan
 Utang Jangka PanjangLainnya
Piutang
Menurut Donald E. Keiso (2004:386), piutang adalah klaim uang, barang, jasa kepada pelanggan
atau pihak – pihak lainnya. Sedangkan menurut Sukrisno Agoes, (2004:173), piutang usaha
adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.Piutang
timbul dari beberapa jenis transaksi, di mana yang paling umum ialah dari penjualan barang atau
jasa secara kredit. Kredit dapat diberikan dalam bentuk perkiraan terbuka atau berdasarkan
instrumen kredit yang sahih, yang disebut surat promes (wesel). Surat promes (promissory note),
yang sering disebut wesel (nota), adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu
atas permintaan atau pada suatu tanggal yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk Negara, piutang
timbul daripada pendapatan Negara yang akan diterima dimasa yang akan datang.
Contoh dari piutang yang dimiliki Negara adalah :
 Piutang pajak
 Piutang pendapatan Negara
 Piutang dalam valutaasing

Aktiva Lain-Lain (Aset Tak Berwujud)

ATB sebagai aset harus memenuhi kriteria umum aset seperti dijelaskan dalam
Kerangka Konseptual. Aset non-moneter artinya aset ini bukan merupakan kas atau setara kas
atau aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya pasti atau dapat
ditentukan. Dapat diidentifikasi maksudnya aset tersebut nilainya dapat dipisahkan dari aset
lainnya. Tidak memiliki wujud fisik, artinya aset tersebut tidak memiliki bentuk fisik tertentu
seperti halnya aset tetap. Bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan keberadaan
ATB;karena itu, paten dan hak cipta, misalnya,merupakan aset pemerintah apabila pemerintah
dapat memperoleh manfaat ekonomi di masa depan dan pemerintah menguasai aset tersebut.

Manfaat ekonomi masa depan yang dihasilkan oleh ATB dapat berupa pendapatan
yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya atau efisiensi, dan hasil
lainnya seperti pendapatan dari penyewaan, pemberian lisensi, atau manfaat lainnya yang
diperoleh dari pemanfaatan ATB. Manfaat lain ini dapat berupa peningkatan kualitas layanan
atau keluaran, proses pelayanan yang lebih cepat, atau penurunan jumlah tenaga/sumber daya
yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas dan fungsi. Sebagai contoh,
penerapan sistem on-line untuk perpanjangan Surat Ijin Mengemudi (SIM Keliling)
mempercepat pemrosesan yang selanjutnya meningkatkan pelayanan
pemerintahkepadamasyarakat.

Berdasarkan jenis sumber daya, ATB pemerintah dapat berupa:

1. Software computer, yang dapat disimpan dalam berbagai media penyimpanan seperti
flash disk, compact disk, disket, pita, dan media penyimpanan lainnya; Software computer
yang masuk dalam kategori ATB adalah software yang bukan merupakan bagian tak
terpisahkan dari hardware komputer tertentu. Jadi software ini dapat digunakan di
komputer lain. Oleh karena itu software komputer sepanjang memenuhi definisi dan
kriteria pengakuan merupakanATB.

2. Lisensi dan franchise

Lisensi dapat diartikan memberi izin. Pemberian lisensi dilakukan jika ada pihak yang memberi
lisensi dan pihak yang menerima lisensi, melalui sebuah perjanjian. Dapat juga merupakan
pemberian izin dari pemilik barang/jasa kepada pihak yang menerima lisensi untuk
menggunakan barang atau jasa yang dilisensikan. Franchise merupakan perikatan dimana
salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan
intelektual (HAKI) atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan
atau penjualan barang danjasa.

3. Hak Paten & HakCipta.

Hak Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ayat 1) Hak cipta adalahhak eksklusif Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan
atau informasi tertentu. Hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta
memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu
ciptaan. Pada umumnya, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta
berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau ciptaan. Hak-hak tersebut pada
dasarnya diperoleh karena adanya kepemilikan kekayaan intelektual, pengetahuan teknis,
suatu cipta karya yang dapat menghasilkan manfaat bagi entitas. Hak ini dapat
mengendalikan pemanfaatan aset tersebut dan membatasi pihak lain yang tidak berhak untuk
memanfaatkannya. Oleh karena itu Hak Paten dan Hak Cipta sepanjang memenuhi definisi dan
kriteria pengakuan merupakanATB.

4. Hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat jangka panjang

Hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat jangka panjang adalah suatu


kajian atau pengembangan yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial dimasa yang
akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai aset. Apabila hasil kajian tidak dapat
diidentifikasi dan tidak memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial maka tidak dapat diakui
sebagaiATB.

5. ATB yang mempunyai nilaisejarah/budaya


Film dokumenter, misalkan, dibuat untuk mendapatkan kembali naskah kuno/alur
sejarah/rekaman peristiwa lalu yang pada dasarnya mempunyai manfaat ataupun nilai bagi
pemerintah ataupun masyarakat. Hal ini berarti film tersebut mengandung nilai tertentu
yang dapat mempunyai manfaat di masa depan bagi pemerintah. Film/Karya Seni/Budaya
dapat dikategorikan dalam heritageATB.

6. ATB dalamPengerjaan

Suatu kegiatan perolehan ATB dalam pemerintahan, khususnya yang diperoleh secarainternal,
sebelum selesai dikerjakan dan menjadi ATB, belum mememenuhi kriteria pengakuan aset
yaitu digunakan untuk operasional pemerintah. Namun dalam hal ini seperti juga aset tetap,
aset ini nantinya juga diniatkan untuk digunakandalam pelaksanaan operasional pemerintahan,
sehingga dapat diakui sebagai bagian dariATB.

KEGIATAN PENGENDALIAN

Kegiatan pengendalian adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan
sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan
atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah
dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik
yangberwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak
kekayaan intelektualseperti merekdagang).

Dengan system akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan dapat menyediakan informasi
keuangan bagi setiap pengguna laporan keuangan tersebut. Auditor perlu membuat perancangan
progam audit untuk kegiatan pengendalian untuk menguji pengendalian tersebut.

Perancangan Program Audit Untuk kegiatan Pengendalian:

 Fungsi terkait.
 Dokumen.
 Catatan Akuntansi.
 Bagan alir Sistem InformasiAkuntansi.
 Salah saji potensial,aktivitas pengendalian yang diperlukan,dan prosedur audit untuk
 pengujian pengendalian yang dapat digunakan oleh auditor.
 Penjelasan aktivitas pengendalian yang diperlukan.
 Penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap transaksi yang
bersangkutan.
 Penjelasan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap transaksi yang
bersangkutan.
MENDAPAT PEMAHAMAN DAN MENILAI RESIKO PENGENDALIAN

Assessing Control Risk merupakan suatu proses mengevaluasi pengendalian intern suatu entitas
dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan
(AU319.47).

Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor dalam membuat suatu
pertimbangan mengenai resiko salah saji yang materil dalam asersi laporan keuangan. Namun
sebelum melakukan penilaian pengendalian resiko, seorang auditor harusmemahami
perancangan dan pengimplementasian pengandalian internal sebelum memutuskan apakah
entitas tersebut dapat diaudit (auditabilitas). Ada dua factor yang menetukan auditabilitas, yaitu:

A. Integritas Manajemen

Jika manajemen tidak memiliki integritas, maka sebagian besar auditor tidak akan menerima
penugasan audit. Oleh karena itu, untuk melakukan penilaian pengendalian risiko seorang
auditor harus memastikan apakah manjemen entitas itu sudah memiliki integritas yang jelas.

B. Kelengkapan catatanakuntansi

Catatan akuntansi merupakan sumber bukti audit yang penting bagi sebagian besar tujuan audit.
Disini seorang auditor juga harus memeriksa apakah semua jenis laporan keuangan entitas
tersebut sudah lengkap atau belum. Jika belum lengkap maka auditor melakukan tugasnya.

Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian pendahuluan atas
resiko pengendalian terlebih dahulu sebagai bagian dari penilaian resiko salah saji yang
material secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa
pengendalian internal akan mencegah salah saji yang material atau mendeteksi dan mengoreksi
jika salah saji itu sudah terjadi.

Penting untuk diingat bahwa penilaian resiko pengendalian dibuat untuk asersi individual,
bukan untuk pengendalian intern secara keseluruhan, komponen pengendalian intern individual
atau kebijakan atau prosedur individual.

Dalam membuat penilaian resiko pengendalian untuk suatu asersi, penting bagi auditor untuk:

a. Mempertimbangkan Pengetahuan Yang Diperoleh Dari Prosedur UntukMemperoleh Suatu


Pemahaman

Auditor melaksanakan prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman mengenai pengendalian


intern untuk asersi laporan keuangan yang signifikan. Ketika auditor memperoleh suatu
pemahaman mengenai pengendalian intern, biasanya ia akan membuat pertanyaan, mengamati
pelaksanaan tugas dan pengendalian serta memeriksa dokumen-dokumen yang akan menjadi
bukti untuk mengizinkannya menilai resiko pengendalian dibawah maksimum.
b. Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat Muncul Dalam Asersi Entitas

Beberapa kantor akuntan publik menggunakan perangkat lunak computer yang menghubungkan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tertentu dalam kuesioner yang terkomputerisasi dengan
salah saji potensial untuk asersi-asersi tertentu. Tapi, auditor perlu memahami bahwa sistem
pendukung keputusan yang terkomputerisasi digunakan untuk mengevaluasi dan menilai salah
saji potensial intern yang dapat muncul dalam asersi laporan keuangan tertentu. Salah saji
potensial dapat diidentifikasikan untuk asersi kelas transaksi utama dan yang berhubungan
dengan saldo akun yang signifikan, seperti kas dan hutang usaha.

c. Mengidentifikasi Pengendalian-Pengendalian YangDiperlukan

Seorang auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang mungkin dapat
mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji potensial tertentu dengan menggunakan
perangkat lunak computer yang memproses jawaban kuesioner pengendalian intern atau dengan
cara manual dengan menggunakan daftar (check list).

d. Melaksanakan PengujianPengendalian

Pengujian yang dideskripsikan termasuk teknik audit dengan bantuan computer, bukti
pendokumentasian inspeksi, pertanyaan terhadap personil an mengamati personil klien dalam
melaksanakan pengendalian. Hasil dari setiap pengujian pengendalian seharusnya menyediakan
bukti mengenai efektifitas dari rancangan dan operasi dari pengendalian yang dibutuhkan.
Sebagai contoh, dengan menggunakan teknik audit dengan bantuan computer untuk menguji
bahwa computer membandingkan jumlah cek yang diterbitkan dengan pemasukan dalam
pengeluaran kas, auditor memperoleh bukti mengenai efektivitas pengendalian terhadap
transaksi peneluaran kas.

c. Mengevaluasi Bukti Dan MembuatPenilaian

Penilaian akhir dari resiko pengendalain untuk asersi laporan keuangan didasarkan pada
pengevaluasian bukti yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai
pengendalian intern dan pengujian pengendalian yang berhubungan. Menentukan tingkat resiko

d. pengendalian yang dinilai merupakan masalah pertimbangan yang professional.

Pengevaluasian bukti melibatkan pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menarik


suatu kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai efektifitas pengendalian intern, auditor
sering kali menggunakan petunjuk mengenai frekuensi penyimpangan yang dapat di tolerasni,
yang biasanya diekspresikan dalam bentuk persentase, dari suatu pelaksanaan pengendalian
yang sesuai.

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN RISIKO


Setelah pemeriksa menilai risiko inheren, risiko pengendalian juga harus dinilai sebagai bagian
proses penilaian risiko dalam pemeriksaan keuangan.

Penilaian risiko pengendalian merupakan estimasi terhadap risiko pengendalian intern yang
sangat bergantung pada bagaimana hasil evaluasi pemeriksa yang bersangkutan terhadap
pengendalian intern entitas yang diperiksa, meskipun pertimbangan profesional pemeriksa
masih juga menentukan.

Apabila sistem pengendalian intern entitas yang diperiksa telah dirancang secara memadai, dan
pengujian ketaatan yang dilaksanakan pemeriksa menunjukkan bahwa pengendalian tersebut
telah dijalankan secara memadai pula, maka pemeriksa akan merasa bahwa pengendalian intern
tersebut dapat diandalkan, yang berarti bahwa dia akan memberikan estimasi yang cukup
rendah terhadap risiko ini. Demikian pulasebaliknya.

MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN

Pengujian pengendalian yang dirancang untuk mengevaluasi efektifitas operasi dari suatu
pengendalain berkaitan dengan bagaimana pengendalian diterapkan, konsistensi ketika
pengendalian diterapkan selama periode, dan oleh siapa pengendalian diterapkan. Prosedur
untuk pengujian yang digunakan sebagai pendukung pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang
berkenaan dengan pengendalian adalah sebagai berikut:

1. Tanya jawab denganpegawai

Tanya jawab sudah merupakan bahan bukti yang pantas. Misal, Auditor memutuskan bahwa
orang yang tidak terotorisasi tidak di ijinkan mempnya akses terhadap berkas computer dengan
tanya jawab dengan orang yang mengawasi perpustakaan Komputer.

2. Pemerikasaan dokumen, catatan, dan laporan

Kegiatan dan perosedur yang berkaitan dengan pengendalian memberikan bahan bukti
documenter yang jelas. Misal transaksi penjualan akan meninggalkan jejak dokumen berupa
faktur penjualan dan dokumen pengiriman. Auditor memeriksa dokumen untuk meyakinkan
bahwa proses telah selesai dan ditandingkan dengan pantas dan bahwa terhadap tandatangan
atau inisial yang diperlukan.

3. Pengematan aktivitas berkenaan dengan pengendalian

Jenis aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian lainnay tidak meninggalkan jejak bahan
bukti. Misalnya pemisahan tugas tidak menghasilkan dokumentasi sebagai pelaksanaanya.

4. Pelaksanaan ulang prosedur klien

Terhadap aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian yang mempunyai dokumen dan catatan,
tetapi isinya tidak mencukupi untuk kepentingan auditor dalam menetapkan apakah pegendalian
berjalan dengan efektif. Misalnya, aktivitas verifikasi oleh pegawai klien atas hargapada faktur
penjualan dan daftar harga yang sudah ditetapkan. Auditor akan melaksanakan kembali
prosedur dengan menelusuri harga jual kedaftar harga pada tanggal transaksi, jika tidak
ditemukannya adanya salah saji, Auditor dapat menyimpulkan bahwa prosedur berjalan seperti
yang diinginkan.

PROSEDUR ANALISIS

Prosedur analitis meliputi perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan angka tertentu
yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur ini biasanya menggunakan kalkulasi rasio
yangdibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya atau rasio perusahaan sejenis atau rasio
average industry

Tujuan utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :

 Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan


 Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci

1. Prosedur analitis utang

a. Hitung rasio

 Tingkat perputaran hutang


 Rasio hutang usaha dengan hutang lancar

b. Lakukan analisis prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data masalalu

c. Bandingkan akun biaya dengan akun biaya yang sama tahun lalu dengan tahun audit

2. Prosedur Analisis Piutang

Dalam prosedur analitis, auditor menghitung berbagai ratio: tingkat perputaran piutang, ratio
piutang dengan aktiva lancar, rate of return on net sales, ratio kerugian piutang dengan
pendapatan bersih, ratio kerugian piutang dengan piutang yang sesungguhnya tidak tertagih.

3. Prosedur Analisis Aktiva Lain-Lain

a. Hitung ratio berikut ini:

 Tingkat perputaran aktivalain-lain


 Ratio laba bersih dengan aktivalain-lain
 Ratio tetap dengan modalsaham
 Ratio biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva lain-lain
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data masa
lalu, jumlah yang dianggarkan, atau data lain

c. Pengujian terhadap transaksi rinci

PENGUJIAN SUBSTANTIVE

Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran
saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering disebut dengan salah saji moneter (dalam
satuan mata uang) yang merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo laporan
keuangan.

Tujuan pengujian substantive atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi
akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan dalam jurnal dengan
benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar.

Pengujian atas transaksi :

Pengujian tersebut meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman


memperoleh sekitar pengendalian internal dan menyertakan uraian tentang prosedur dan risiko
pengendalian yang dinilai dalam kegiatan audit atas utang,piutang,utang lain-lain dan aktiva
lain- lain.

Anda mungkin juga menyukai