Anda di halaman 1dari 16

Volume 1 - Nomor 1, Oktober 2018, (1-16)

ISSN 2622-7908, e-ISSN 2622-7916


Available online at http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/mathematics

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM


SOLVING BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA

Markus Palobo
Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Musamus
markuspalobo@unmus.ac.id

Etriana Meirista
Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Musamus
etriana_fkip@unmus.ac.id
Received: 1st October 2018; Revised: 16th October 2018; Accepted: 25th October 2018

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran matematika materi
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yang memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Perangkat
pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan minat belajar matematika siswa. Metode pengembangan
menggunakan model pegembangan Borg & Gall yang terdiri atas Research and information collecting; Planning;
Develop preliminary form of product; Preliminary field testing; Main product revision; Main field testing;
Operational product revision. Produk pengembangan diujicoba pada siswa kelas VII SMP YPK Tomer. Hasil
penelitian memuat uraian singkat mengenai masalah dan tujuan penelitian, metode yang digunakan, dan hasil
penelitian. Hasil penelitian diperoleh bahwa perangkat pembelajaran dengan pendekatan Problem Solving
memenuhi kriteria valid berdasarkan penilaian oleh tiga validator. Sedangkan instrumen penilaian berupa soal tes
kemampuan berpikir kreatif dan angket minat belajar juga memenuhi kriteria valid. Perangkat diujicobakan pada
Siswa Kelas VII B SMP YPK Tomer sebanyak 5 pertemuan. Hasil penilaian kepraktisan oleh guru dan siswa
serta berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh kesimpulan bahwa perangkat
pembelajaran memenuhi kriteria valid. Berdasarkan hasil angket minat belajar matematika diperoleh bahwa
perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving pada materi persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel efektif meningkatkan minat belajar matematika siswa kelas VII B SMP YPK
Tomer yakni 86,9% siswa memiliki minat belajar matematika pada kategori minimal baik, sedangkan pada aspek
kemampuan berpikir kreatif diperoleh bahwa perangkat pembelajaran tidak efektif meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa yakni hanya 52,17% siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif pada kategori
minimal cukup kreatif.
Kata Kunci: problem solving, kemampuan berpikir kreatif, minat belajar
DEVELOPMENT OF PROBLEM SOLVING-BASED LEARNING
INSTRUCTIONAL FOR IMPROVING CREATIVE THINKING ABILITY AND
LEARNING MATHEMATICS INTEREST
Abstract: This study aims to develop a mathematical learning device for the linear one-variable
equations and inequalities that meet the criteria of valid, practical and effective. Learning tools in the form of
syllabus, learning implementation plans and student worksheets that aim to improve students' creative thinking

1
ability and interest in learning mathematics. The development method uses Borg & Gall's development model
consisting of Research and information collecting; Planning; Develop preliminary form of product; Preliminary
field testing; Main product revision; Main testing field; Operational product revision. The development product
was tested on class VII students of YPK Tomer Middle School. The results of the study contain a brief
description of the problem and purpose of the study, the methods used, and the results of the study. The results
showed that the learning device with Problem Solving approach met valid criteria based on the assessment by
three validators. While the assessment instrument in the form of creative thinking ability test questions and
interest learning questionnaires also meet valid criteria. The device was tested on students of Class VII B of YPK
Tomer Middle School as many as 5 meetings. The results of the assessment of the practicality of the teacher and
students and based on the results of observations of learning implementation obtained the conclusion that the
learning device meets valid criteria. Based on the results of the questionnaire on interest in learning mathematics,
it was found that the mathematics learning tool with a problem solving approach in the linear equations and
inequality material was an effective variable to increase the interest in learning mathematics in class VII B of
YPK Tomer Middle School, namely 86.9% of students having an interest in learning mathematics in the minimal
good category. whereas in the aspect of creative thinking ability, it was found that the learning device was not
effective in improving students' creative thinking ability, namely only 52.17% of students who had the ability to
think creatively in the minimal category were quite creative.
Keywords: problem solving, creative thinking ability, learning interest

How to Cite: Palobo, M., & Meirista, E. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Solving
Berorientasi pada Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Minat Belajar Siswa Matematika. Musamus Jurnal of
Mathematics Education, 1(1), 1-16.

PENDAHULUAN yang semula dari tahap operasional


Pembelajaran matematika di SMP konkret menuju tahap operasional formal
cenderung sulit diajarkan. Hal ini dapat dengan harapan siswa mencapai tujuan
disebabkan oleh karena masih banyak guru pembelajaran.
yang mengajarkan matematika dengan cara Tujuan pembelajaran dinyatakan
konvensional, belum mengembangkan dalam rumusan tingkah laku atau
suatu perangkat pembelajaran matematika kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
yang inovatif dengan mengaitkan masalah siswa setelah menyelesaikan pengalaman
kehidupan sehari-hari dan budaya siswa. belajarnya atau dikenal sebagai hasil
Menurut Piaget, anak berumur 11 – 12 belajar. Matematika merupakan salah satu
tahun berada pada tahap operasional mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
konkret dan diatas 12 tahun tingkat Chambers (2008: 9) menyatakan bahwa
kognitif anak akan menuju ke tahap “mathematics is a study of patterns,
operasional formal (Piaget, 2001: 136). relationships and rich interconnected
Berdasarkan hal tersebut tingkat kognitif ideas (the purist view), mathematics is also
anak pada umur 12 tahun ke atas berada a tool for solving problems in a wide
pada tahap operasional formal, akan tetapi range of contexts (the utilitarian view)”.
hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk Matematika adalah suatu studi tentang
menciptakan suatu pembelajaran pola, hubungan dan gagasan-gagasan yang
matematika dimana tingkat kognitif anak saling berhubungan, matematika juga

2
merupakan alat untuk menyelesaikan Oleh karena itu, perlu adanya pengenalan
masalah dalam berbagai konteks. inovasi model pembelajaran matematika,
Pembelajaran matematika yang banyak perangkat pembelajaran yang digunakan
diterapkan pada saat ini masih perlu menyentuh siswa dengan
mengutamakan hasil belajar siswa dan memasukkan unsur-unsur budaya siswa
mengesampingkan kemampuan berpikir dalam materi yang diajarkan.
kreatif, seperti pembelajaran matematika Salah satu model pembelajaran
yang dilaksanakan di kelas VII SMP YPK yang dapat diterapkan pada pembelajaran
Tomer Merauke. matematika adalah model pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara Problem Solving. Menurut National
dengan guru matematika kelas VII SMP Council of Teachers of Mathematics
YPK Tomer diperoleh bahwa guru telah (NCTM, 2000: 52) problem solving dapat
menerapkan pembelajaran sesuai didefinisikan sebagai “problem solving
kurikulum KTSP akan tetapi guru means engaging in a task for which the
kesulitan dalam membuat perangkat solution method is not known in advance.
pembelajaran matematika berupa lembar In order to find a solution, students must
kerja siswa yang menekankan pada draw on their knowledge, and through this
pendekatan budaya Merauke. Guru process, they will often develop new
umumnya menggunakan perangkat mathematical understandings.” Bell
pembelajaran matematika yang sudah (1978: 310) menyatakan bahwa “ general
tersedia di sekolah tanpa memperhatikan problem solving should be defined as the
konten dari perangkat tersebut yang tidak resolution of a situation which is regarded
relevan dengan kehidupan sehari-hari as a problem by the person who resolves
siswa. it.” Problem solving adalah salah satu
Hasil survei Lembaga Ilmu strategi pembelajaran berbasis masalah
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tahun 2017 dimana guru membantu siswa untuk
diperoleh bahwa kualitas pendidikan di belajar menyelesaikan masalah. Haylock
Papua masih rendah. Salah satu & Thangata (2007: 145-146) menyatakan
penyebabnya adalah pembelajaran dikelas bahwa “ problem solving is when the
umumnya masih bersifat konvensional. individual use think mathematical
Menurut Kurniawati dan Kusmayadi knowledge and reasoning to close the gap
(2012) pembelajaran matematika yang between the givens and the goal.” Hal
konvensional di sekolah dapat tersebut menunjukkan bahwa pendekatan
mempengaruhi minat siswa untuk belajar. problem solving tepat untuk

3
menyelesaikan masalah rendahnya siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan
kreativitas siswa. Sesuai dengan penelitian penelitian pengembangan perangkat
Palobo (2016) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada materi
penerapan pendekatan problem solving persamaan dan pertidaksamaan linear satu
pada pembelajaran Kalkulus II efektif variabel berbasis budaya Merauke dengan
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif menggunakan model problem solving
mahasiswa semester 2 jurusan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
matematika universitas musamus. kreatif dan minat belajar siswa
Pembelajaran problem solving
METODE PENELITIAN
melatih siswa untuk terampil dalam
Penelitian ini merupakan jenis
menyelesaikan masalah (Sulistyaningkarti,
penelitian dan pengembangan (Research
Utamin & Haryono, 2016) Kegiatan
and Development). Perangkat
menyelesaikan masalah-masalah yang
pembelajaran yang dikembangkan meliputi
berkaitan dengan kehidupan dan budaya
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
siswa akan merangsang kemauan siswa
(RPP), dan lembar kerja siswa (LKS).
untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
Menurut Borg & Gall (1983: 775) ada
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat
sepuluh langkah dalam penelitian dan
mendorong minat belajar siswa selain itu
pengembangan, antara lain : (1)
memberikan permasalahan-permasalahan
mengumpulkan informasi dan penelitian
yang tidak biasa dapat mengembangkan
pendahuluan, (2) melakukan rencana, (3)
kemampuan berpikir kreatif siswa ketika
mengembangkan bentuk produk awal, (4)
menyelesaikannya.
melakukan uji coba terbatas produk awal
Kreativitas belajar siswa tidak
untuk menghasilkan produk utama, (5)
terlepas minat belajar siswa, karena minat
melakukan revisi terhadap produk utama,
dapat merangsang siswa untuk bertindak
(6) melakukan ujicoba produk utama, (7)
kreatif. Selain itu siswa yang memiliki
melakukan revisi terhadap produk utama
kreativitas tinggi pasti memiliki minat
untuk menghasilkan produk final, (8)
belajar yang tinggi pula (Taslim, 2013).
melakukan ujicoba lapangan produk final,
Dengan demikian pembelajaran
(9) melakukan revisi terhadap produk
matematika dengan menerapkan
final, dan (10) mendesiminasi dan
pendekatan problem solving tepat untuk
mengimplementasikan produk. Model
diterapkan pada siswa kelas VII SMP YPK
pengembangan yang digunakan dalam
Tomer untuk meningkatkan kemampuan
penelitian ini diadaptasi dari Borg & Gall
berpikir kreatif siswa dan minat belajar

4
dengan melakukan modifikasi. Pada
penelitian ini hanya dilaksanakan langkah
1 sampai 7.
Prosedur pengembangan yang
digunakan dalam penelitian ini
memodifikasi prosedur dari Borg &
Gall. Prosedur yang dimaksud meliputi
3 tahap yaitu : (1) tahap studi
pendahuluan, (2) tahap desain produk, dan
(3) tahap pengembangan dan evaluasi
seperti pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Prosedur Pengembangan Borg


& Gall

Uji coba produk pada penelitian ini


terdiri dari tiga tahapan yaitu : validasi ahli
dan praktisi, uji coba terbatas, dan uji coba
lapangan. Validasi ahli dan praktisi
dilakukan oleh dosen ahli pendidikan
matematika dan bahasa serta praktisi
pendidikan di lapangan yaitu guru bidang
studi matematika yang bertujuan untuk
menilai dan memberikan saran terhadap
draft awal produk. Penilaian ahli ini
dianalisis untuk mengetahui tingkat

5
kevalidan produk perangkat sebelum diujicobakan di lapangan. Produk
pembelajaran yang dikembangkan hasil pengembangan yang telah
sebelum diujicobakan di lapangan. Uji dinyatakan valid kemudian diujicobakan
coba terbatas dilakukan untuk menguji di lapangan. Uji coba lapangan ini bertujuan
kualitas produk pengembangan pada untuk mengetahui kualitas produk
skala kecil dari segi kepraktisan, pengembangan dari aspek kepraktisan
meliputi keterbacaan, dan keefektifan. Pada tahap ini
kemudahan/kesulitan, dan waktu yang dilakukan kegiatan pembelajaran dengan
dibutuhkan dalam pelaksanaan menggunakan perangkat pembelajaran
pembelajaran. Tahapan ini dilakukan yang telah dikembangkan. Kemudian
dengan meminta penilaian dari beberapa selama kegiatan uji coba ini dilakukan
siswa kelas VIII SMP YPK Tomer yang pengamatan terhadap keterlaksanaan
dipilih dari kelas yang berbeda. model pembelajaran dan pengamatan
Pemilihan ini berdasarkan tingkat terhadap keterampilan kolaborasi yang
kemampuan akademik tinggi, sedang, dicerminkan siswa selama pembelajaran.
dan rendah masing-masing 6 orang dari Jenis data yang dikumpulkan dalam
setiap kelas. Siswa-siswa tersebut penelitian ini adalah data kuantitatif
diminta untuk membaca, dan sebagai data pokok yang diperoleh dari tes
mempelajari perangkat pembelajaran kemampuan berpikir kreatif dan hasil
matematika pada materi persamaan dan angket minat siswa dan data kualitatif yang
pertidaksamaan linear satu variabel di diperoleh dari: (1) penilaian perangkat
SMP dengan menggunakan pendekatan pembelajaran oleh para ahli, (2) penilaian
Problem Solving yang dihasilkan, perangkat pembelajaran (silabus, RPP)
kemudian diminta memberikan penilaian. oleh guru, (3) penilaian LKS oleh siswa,
Penilaian mencakup keterbacaan, dan (4) observasi terhadap keterlaksanaan
kemudahan/kesulitan, dan waktu yang pembelajaran.
dibutuhkan dalam pelaksanaan Instrumen pengumpulan data terdiri
pembelajaran. Selain memberikan penilaian, dari lembar validasi yang digunakan dalam
siswa juga diminta memberikan penelitian ini digunakan untuk mengukur
komentar/saran tentang perangkat kevalidan perangkat pembelajaran.
pembelajaran tersebut. Penilaian dan saran Lembar validasi terdiri dari lembar
tersebut digunakan sebagai dasar untuk validasi silabus, lembar validasi RPP, dan
melakukan revisi terhadap perangkat lembar validasi LKS. Instrumen untuk
pembelajaran yang dikembangkan mengukur kepraktisan perangkat

6
pembelajaran ini antara lain lembar hasil observasi keterlaksaan model
penilaian perangkat pembelajaran (silabus, pembelajaran. Data hasil observasi
RPP, LKS) oleh guru, lembar penilaian dianalisis dengan menggunakan rumus
LKS oleh siswa dan lembar observasi persentase yaitu:
keterlaksanaan model pembelajaran.
......................(1)
Sedangkan instrumen untuk mengukur
P = Persentase keterlaksanaan model
keefektifan perangkat pembelajaran ini
pembelajaran , M = Frekuensi item yang
adalah lembar tes kemampuan berpikir
terlaksana, T = Total item keterlaksanaan
kreatif siswa dan angket minat belajar
model pembelajaran.
siswa.
Penentuan keefektifan perangkat
Teknik analisis data untuk kevalidan
pembelajaran matematika yang
perangkat pembelajaran dilakukan dengan
dikembangkan dilihat dari analisis tes
menentukan rata-rata akhir dari data
kemampuan berpikir kreatif dan angket
yang diperoleh dan menentukan kategori
minat belajar siswa. Secara klasikal
produk sesuai dengan kriteria validitas..
keefektifan tercapai untuk kemampuan
Karena banyak item pada lembar validasi
berpikir kreatif siswa jika 70% siswa
untuk silabus, RPP, dan LKS berbeda-
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
beda maka kriteria kevalidannya juga
(KKM). Sedangkan untuk minat belajar,
berbeda-beda. Teknik analisis data untuk
secara klasikal keefektifan tercapai jika
kepraktisan perangkat pembelajaran
70% siswa memperoleh minat belajar pada
berdasarkan hasil lembar penilaian
ketegori minimal “baik”. Untuk
perangkat pembelajaran (silabus, RPP) oleh
menentukan koefisien reliabilitas tes
guru, lembar penilaian LKS oleh siswa,
kemampuan berpikir kreatif dan angket
dan lembar observasi terhadap
minat belajar matematika menggunakan
keterlaksanaan pembelajaran. Untuk
rumus Spearman-Brown (Allen & Yen,
data penilaian perangkat pembelajaran
1979: 83).
oleh guru dan siswa diperoleh dari
lembar penilaian perangkat HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran, kemudian skor yang diperoleh Hasil Penelitian
dideskripsikan sehingga diperoleh kriteria
Ujicoba terbatas perangkat
kepraktisan dari penilaian guru dan siswa
pembelajaran dilaksanakan pada siswa
terhadap perangkat pembelajaran yang
kelas VII A, sedangkan ujicoba luas
dikembangkan. Sementara itu kepraktisan
perangkat pembelajaran diterapkan pada
perangkat pembelajaran juga berdasarkan

7
siswa kelas VII B. Ujicoba terbatas Meskipun demikian dengan
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan memperhatikan penilaian validator
yakni pertemuan pertama pada tanggal 7 pertama yang belum memberikan nilai
juli 2018, dan pertemuan kedua pada sangat baik pada aspek waktu yang sesuai
tanggal 9 juli 2018. Setelah revisi produk dengan banyaknya kompetensi dasar,
perangkat pembelajaran kemudian peneliti maka peneliti melakukan sedikit revisi
melaksanakan ujicoba perangkat pada bagian alokasi waktu dengan lebih
pembelajaran pada lapangan luas yakni mengatur pembagian waktu pada setiap
pada siswa kelas VII B rincian kompetensi dasar agar sesuai
antara jumlah kompetensi dasar dengan
Analisis Kevalidan
alokasi waktu. Pada penilain silabus tahap
Perangkat dan instrumen
kedua semua aspek dari silabus yang
pembelajaran yang dikembangkan oleh
dikembangkan mendapat nilai sangat baik
peneliti selanjutnya diuji validitasnya
dari semua validator, hal tersebut
dengan mengajukan validasi isi kepada
menunjukkan bahwa perangkat silabus
beberapa ahli materi, ahli media dan
yang telah dikembangkan layak untuk
praktisi.
digunakan pada pembelajaran matematika
Hasil penilaian validator pada di sekolah menengah pertama dan dapat
silabus yang dikembangkan pada tahap dikategorikan sangat valid.
validasi pertama dan kedua disajikan pada Hasil validasi rencana pelaksanaan
tabel 1 berikut. pembelajaran pada tahap pertama dan

Tabel 1. Hasil Validasi Silabus kedua diperoleh hasilnya pada tabel 2

No Validator Total Nilai berikut.


Tahap-1 Tahap-2
1 Materi 41 45 Tabel 2. Hasil Validasi RPP
2 Bahasa 44 45 No Validator Total Nilai
3 Praktisi 45 45 Tahap-1 Tahap-2
Kesimpulan LD LD 1 Materi 38 44
2 Bahasa 37 44
Hasil validasi silabus matematika 3 Praktisi 41 45
untuk materi persamaan dan Kesimpulan LDR LD

pertidaksamaan linear satu variabel kelas Berdasarkan hasil penilaian oleh


VII SMP diperoleh bahwa ketiga validator validator terhadap rencana pelaksanaan
memberikan penilaian bahwa silabus yang pembelajaran yang telah dikembangkan,
dikembangkan layak digunakan (LD). diperoleh beberapa masukan penting

8
antara lain perlunya menyusun RPP sesuai Tabel 3. Hasil Validasi LKS
dengan format yang telah ditetapkan di No Validator Total Nilai
Tahap-1 Tahap-2
sekolah tempat penelitian. Selain itu
1 Materi 51 62
terdapat koreksi pada kompetensi dasar 2 Bahasa 46 64
yang dirumuskan pada RPP tidak sesuai 3 Praktisi 61 68
Kesimpulan LDR LD
dengan format baku karena setiap
kompetensi dasar pengetahuan seharusnya Validator memberi nilai dominan

diikuti dengan kompetensi dasar cukup valid dan valid pada penilaian

keterampilan. Secara umum validator pertama untuk LKS model pembelajaran

memberikan nilai cukup baik dan nilai Problem Solving yang telah

baik untuk komponen rumusan indikator dikembangkan. Validator menyarankan

dari RPP, sedangkan untuk penggunaan supaya LKS dibuat lebih menarik lagi,

bahasa dan waktu validator memberikan gambar dan tulisan diperjelas. Validator

nilai sangat baik dan nilai baik. lainnya menyarankan perlunya

Kesimpulan dari validator ialah bahwa menggunakan bahasa Indonesia yang

RPP yang dikembangkan layak untuk baku. Sedangkan dari validator pertama

digunakan dengan revisi (LDR). Atas menyarankan supaya LKS dibuatkan cover

masukan dari validator tersebut maka yang dapat menarik minat siswa, selain itu

peneliti kemudian melakukan perbaikan perlu diperhitungkan kecukupan tempat

pada RPP khususnya pada bagian rumusan untuk jawaban siswa. Peneliti juga

indikator. Setelah dilakukan perbaikan, disarankan untuk menambahkan petunjuk

validator memberikan penilaian pada penggunaan LKS pada bagian depan

kategori sangat valid dan masih terdapat sehingga dalam pembelajaran guru tidak

beberapa poin yang mendapat kategori harus menjelaskan lagi secara detail tata

valid dari validator satu dan validator dua. cara kegiatan pembelajaran dengan LKS

Penilain validator dapat disimpulkan tersebut. Ketiga validator menyimpulkan

bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran bahwa LKS layak digunakan dengan revisi

yang telah dikembangkan sudah layak dan (LDR). Umumnya pada bagian kontruksi

termasuk dalam kategoro sangat valid. LKS masih mendapat nilai yang masih

Lembar kerja siswa materi dalam kategori cukup saja sehingga

persamaan dan pertidaksamaan linear satu penulis perlu memperbaiki LKS untuk

variabel divalidasi sebanyak dua kali. dapat memperoleh nilai baik ataupun

Hasil validasi LKS disajikan pada tabel 3 sangat baik.

berikut.

9
Hasil revisi LKS menunjukkan Berdasarkan hasil validasi oleh tiga
penilaian pada kategori sangat valid dan ahli diperoleh bahwa nilai kevalidan soal
nilai valid oleh ketiga validator. Adapun tes kemampuan berpikir kreatif yang
kesimpulan dari validator dikembangkan masih pada kategori cukup
merekomendasikan LKS layak digunakan, valid sehingga perlu dilakukan revisi
sehingga peneliti dapat melakukan ujicoba sebelum digunakan. Masukan dari
dilapangan. Adapun LKS masih memiliki validator pertama bahwa jumlah soal
peluang untuk revisi apabila dalam ujicoba terlalu banyak sehingga perlu dikurangi
lapangan ditemukan kekurangan ataupun jumlah soalnya sehingga siswa dapat
masukan dari guru di sekolah dan siswa maksimal menunjukan kemampuan
yang menjadi objek ujicoba perangkat berpikir kreatifnya pada beberapa soal
pembelajaran. yang disajikan. Validator kedua
Tes kemampuan berpikir kreatif memberikan masukan mengenai bahasa
dibuat berdasarkan materi yang termuat soal dibuat singkat tapi jelas sehingga
pada lembar kerja siswa yakni tentang waktu siswa tidak terbuang banyak dalam
persamaan dan pertidaksamaan linear satu memahami soal. Validator ketiga juga
variabel. Tes juga disusun dengan mengkritisi mengenai jumlah soal yang
memperhatikan aspek-aspek kemampuan terlalu banyak.
berpikir kreatif yang digunakan dalam Penilaian tahap kedua terhadap
penelitian ini yakni fluency, originality, instrumen tes kemampuan berpikir kreatif
dan flexibility. Pada tahap awal peneliti diperoleh bahwa semua validator
menyusun soal tes kemampuan berpikir memberikan kesimpulan tes kemampuan
kreatif dalam bentuk soal uraian sebanyak berpikir kreatif yang dikembangkan layak
10 butir soal. Hasil validasi soal tes digunakan (LD) dengan rata-rata nilai
kemampuan berpikir kreatif disajikan pada untuk setiap komponen tes pada kategori
tabel 4 berikut. sangat valid. Penilaian tersebut oleh
peneliti mejadi pedoman kevalidan dari
Tabel 4. Hasil Validasi Soal Tes
instrumen yang dikembangkan sehingga
Kemampuan Berpikir Kreatif
No Validator Total Nilai validitas soal tes hanya dilakukan pada
Tahap-1 Tahap-2 tahapan validitas ahli tanpa perlu
1 Materi 42 58
dilakukan ujicoba intrumen untuk melihat
2 Bahasa 45 58
3 Praktisi 55 60 validitas konstruk.
Kesimpulan LDR LD

10
Angket yang disusun terdiri atas 20 Hasil penilaian keparaktisan
butir pernyataan 10 pernyataan positif dan perangkat pembelajaran berupa RPP dan
LKS serta instrumen tes kemampuan
10 pernyataan negatif. Validasi dilakukan
berpikir kreatif dan angket minat belajar
sebanyak satu kali yang hasilnya disajikan matematika siswa yang dikembangkan
pada tabel 5 berikut. dengan pendekatan pembelajaran problem
solving hasilnya disajikan pada tabel 6
Tabel 5. Hasil Validasi Angket Minat berikut.
No Validator Total Nilai
Tabel 6. Penilaian Kepraktisan oleh Guru
1 Materi 47 No Komponen Nilai Ket
2 Bahasa 48 1 RPP 43 SP
2 LKS 54 SP
3 Praktisi 50
3 Soal Tes 25 SP
Kesimpulan LD 4 Angket Minat 24 SP

Berdasarkan hasil validasi terhadap Hasil penilaian kepraktisan


angket minat diperoleh kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran dan instrumen
pembelajaran matematika oleh guru
ketiga validator memberikan rekomendasi
matematika kelas VII B diperoleh bahwa
bahwa angket minat belajar yang nilai dominan “sangat baik” serta sedikit
dikembangkan layak digunakan (LD) penilaian kategori “baik”. Total nilai
dengan rata-rata setiap komponen angket kepraktisan pembelajaran diperoleh 147
dari nilai maksimal 155. Nilai tersebut
memperoleh nilai sangat valid dari ketiga termasuk dalam kategori “sangat praktis”
validator, sehingga angket yang ada oleh sehingga dapat disimpulkan bahwa
peneliti dijadikan sebagai angket akhir perangkat pembelajaran dan instrumen
penilaian termasuk ketegori sangat praktis.
yang tidak perlu divalidasi lagi dan siap
Selain oleh guru, penilaian
untuk digunakan mengukur minat belajar kepraktisan perangkat pembelajaran
matematika siswa. khususnya LKS juga dilakukan oleh siswa
kelas VII B SMP YPK Tomer. Hasil
Analisis Kepraktisan penilaian kepraktisan LKS oleh 23 orang
siswa kelas VII B SMP YPK Tomer
Kepraktisan perangkat disajikan pada tabel 7 berikut.
pembelajaran matematika dengan
Tabel 7. Penilaian Kepraktisan Oleh
pendekatan problem solving diukur
Siswa
berdasarkan hasil penilaian kepraktisan
No Komponen Total Persentase
perangkat pembelajaran oleh guru,
“Ya”
penilaian kepraktisan LKS oleh siswa,
1 LKS 238 94,07%
serta hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran.
Hasil penilain siswa kelas VII B
SMP YPK Tomer bahwa 94,07% jawaban

11
siswa memberikan penilaian setuju bahwa Pada pertemuan kedua terjadi peningkatan,
LKS model pembelajaran problem solving dimana keterlaksanaan pembelajaran
meningkat menjadi 95% dan langkah
efektif digunakan dalam pembelajaran
pebelajaran yang belum dilaksanakan
matematika. Hasil penilaian kepraktisan adalah pada kegiatan memberikan
LKS oleh siswa termasuk dalam kategori pekerjaan rumah kepada siswa di kegiatan
penutupan pembelajaran. Sedangkan pada
“sangat praktis”.
pertemuan ke-3 sampai pertemuan ke-5
Observasi keterlaksanaan pembelajaran sudah berjalan 100%. Hasil
pembelajaran dilakukan dengan observasi keterlaksanaan pembelajaran
problem solving diperoleh bahwa
mengamati keterlaksanaan setiap langkah
pembelajaran berjalan dengan sangat baik
pembelajaran dengan pendekatan problem dan dapat disimpulkan bahwa perangkat
solving yang dilaksanakan selama 5 pembelajaran “sangat praktis” ditinjau dari
pertemuan. Observasi dilakukan oleh observasi keterlaksanaan pembelajaran.

mahasiswa yang membantu penelitian ini. Analisis Keefektifan


Hasil rekapan observasi keterlaksanaan
Analisis keefektifan perangkat
pembelajaran selama 5 pertemuan pembelajaran dengan pendekatan problem
disajikan pada tabel 8 berikut. solving dalam penelitian ini diukur dari
Tabel 8. Hasil Observasi Keterlaksanaan hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa
dan angket minat belajar matematika
Pembelajaran siswa.
Pertemuan Kegiatan Persen- Berdasarkan hasil penelitian
yang tampak tase (%) diperoleh data kemampuan berpikir kreatif
Pertama 18 90 siswa kelas VII B SMP YPK Tomer pada
Kedua 19 95 materi persamaan dan pertidaksamaan
Ketiga 20 100 linear satu variabel sebagai berikut.
Keempat 20 100
Kelima 20 100 Tabel 9. Hasil Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif
Hasil observasi keterlaksanaan No Kategori Jumlah Persen-
pembelajaran dengan pendekatan Problem tase (%)
Solving selama 5 pertemuan diperoleh Sangat Kreatif
1 0 0
bahwa pertemuan pertama keterlaksanaan Kreatif
2 1 4,34
pembelajaran sebesar 90% tampak bahwa Cukup Kreatif
3 11 47,83
kegiatan mengecek pemahaman siswa, Kurang Kreatif
4 7 30,43
ketepatan dalam penggunaan alokasi Tidak Kreatif
5 4 17,40
waktu serta pemberian pekerjaan rumah
kepada siswa belum dilaksanakan oleh Dalam penelitian ini, perangkat
guru. Hal itu terjadi karena keterbatasan pembelajaran problem solving
waktu sehingga beberapa kegiatan yang dikategorikan efektif apabila minimal 70%
direncanakan dalam RPP tidak terlaksana. siswa memiliki kemampuan berpikir

12
kreatif pada kategori minimal “cukup Berdasarkan perhitungan diperoleh
kreatif”. bahwa persentase siswa dengan minat
belajar minimal ada kategori “Tinggi”
Berdasarkan hasil perhitungan
sebanyak 86,9% sehingga dapat
diperoleh bahwa persentasi siswa yang
disimpulkan bahwa pengembangan
memiliki kemampuan berpikir kreatif pada
perangkat pembelajaran matematika
kategori minimal “cukup kreatif” sebesar
dengan pendekatan problem solving efektif
52,17% yang kurang dari 70% sehingga
meningkatkan minat belajar matematika
dapat ditarik kesimpulan bahwa perangkat
siswa Kelas VII B SMP YPK Tomer.
pembelajaran dengan pendekatan problem
solving tidak efektif meningkatkan
Pembahasan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
VII B SMP YPK Tomer. Meskipun Hasil penelitian diperoleh bahwa
demikian, dari hasil pengamatan diperoleh perangkat pembelajaran yang dihasilkan
bahwa lebih dari setengah jumlah siswa memenuhi kriteria valid, praktis dan
kelas VII B SMP YPK Tomer mencapai efektif. Penilaian validator terhadap
target minimal kategori “cukup kreatif”. silabus, RPP, LKS, soal tes dan angket
Pencapain tersebut cukup membanggakan, minat memberi penilaian pada kategori
mengingat bahwa kondisi siswa SMP YPK “sangat valid” pada semua perangkat
Tomer yang terletak di daerah pelosok dan maupun instrumen yang telah disusun.
termasuk daerah pinggiran dengan akses Penilain dari validator mengindikasikan
yang cukup sulit ke kota Merauke. Hal bahwa perangkat pembelajaran yang
tersebut membuat siswa memiliki dikembangkan sudah memenuhi kriteria
keterbatasan dalam mengakses informasi valid.
maupun fasilitas-fasilitas yang dapat Perangkat pembelajaran yang
menunjang peningkatan kemampuan dikembangkan memenuhi kriteria praktis
berpikir kreatif siswa. berdasarkan penilaian dari guru dan siswa
Hasil pengisian angket minat serta hasil observasi keterlaksanaan
belajar matematika oleh siswa kelas VII B pembelajaran. Lembar kerja siswa yang
SMP YPK Tomer untuk mengukur dikembangkan sangat membantu dalam
keefektifan perangkat pembelajaran proses pembelajaran, menuntun siswa
dengan pendekatan problem solving untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
disajikan pada tabel 10 berikut. melalui kegiatan diskusi. Dengan kegiatan
menyelesaikan masalah pada LKS
Tabel 10. Hasil Angket Minat Belajar mendorong siswa untuk semakin
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
No Kategori Jumlah Persen-
siswa. Permasalahan-permasalahan yang
tase (%)
diberikan dalam LKS berkaitan dengan
1 Sangat Tinggi 13 56,52
masalah kehidupan sehari-hari, sehingga
2 Tinggi 7 30,43
minat siswa untuk belajar semakin tinggi.
3 Cukup 3 13,04
Hasil ini sesuai dengan penelitian
4 Kurang 0 0
Nugroho, Afandi & Abdullah (2014)
5 Sangat Kurang 0 0
bahwa setelah siswa diberi perlakuan
dengan pembelajaran pemecahan masalah

13
minat belajar matematika siswa meningkat pembelajaran yang dikembangkan tidak
menjadi tinggi. Hal tersebut menurut efektif. Hasil ini tidak sesuai dengan
Nugroho dkk, disebabkan dalam penelitian Hidayati (2017) bahwa
pembelajaran pemecahan masalah, siswa penerapan metode problem solving
dilatih untuk dapat menyelesaikan masalah berhasil meningkatkan kreativitas
dengan menerapkan beberapa langkah. mahasiswa pada mata kuliah statistika.
Langkah-langkah kegiatan pemecahan Penelitian Fadilah (2016) juga
masalah tersebut melatih siswa untuk menyimpulkan bahwa penerapan strategi
dapat menghasilkan penyelesaian dari pembelajaran problem solving memiliki
berbagai masalah yang diberikan. Hal pengaruh terhadap kemampuan berpikir
tersebut yang berdampak pada peningkatan kreatif matematis siswa. Pembeda
minat belajar siswa. penelitian ini dengan kedua penelitian
Menurut Haylock & Tangata yang disebutkan diatas adalah pada
(2007:147-148) hasil yang paling positif kualitas subyek penelitiannya. Salah satu
dari pengalaman sukses memecahkan yang menjadi kendala dalam penelitian ini
masalah untuk murid dari segala usia ialah bahwa sebagian besar siswa yang
masalah adalah rasa memuaskan yang menjadi obyek penelitian memiliki
terjadi ketika masalah ini akhirnya kemampuan matematika pada kategori
diselesaikan, yang memberikan dorongan sedang ke bawah. Letak sekolah yang
peningkatan kepercayaan diri siswa dan terpelosok jauh dari jangkauan fasilitas
memberikan kontribusi untuk minat belajar maupun sumber informasi seperti internet
matematika. Hal inilah yang terjadi pada menyebabkan sumber belajar siswa
siswa kelas VII B SMP YPK Tomer, terbatas pada buku yang ada di sekolah.
melalui kegiatan menyelesaikan masalah Hal inilah yang menurut peneliti
yang terdapat pada lembar kerja siswa mengakibatkan kemampuan dasar siswa
yang menggunakan pendekatan problem masih dibawah rata-rata sehingga untuk
solving, dampak dari keberhasilan siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir
tersebut meningkatkan kepercayaan diri kreatif siswa diperlukan waktu yang lama.
mereka bahwa mereka memiliki Pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak
kemampuan untuk menyelesaikan masalah 5 pertemuan belum dapat memberikan
matematika. Tampak dalam proses dampak secara menyeluruh kepada siswa
pembelajaran bahwa siswa dalam untuk aspek kemampuan berpikir kreatif.
kelompok begitu antusias ketika berhasil Menurut Killen (2009) salah satu
menyelesaikan masalah dalam LKS dan kelemahan problem solving ialah
berebutan untuk menampilkan hasil munculnya dominasi oleh siswa yang
pekerjaan mereka di depan kelas. Kejadian memiliki kemampuan tinggi. Hal tersebut
tersebut menunjukkan bahwa minat belajar terlihat pada diskusi siswa kelas VII B
siswa khususnya pada mata pelajaran sehingga tidak semua siswa dapat
matematika bertumbuh menjadi tinggi meningkat kemampuan berpikir kreatifnya.
setelah melalui pembelajaran dengan
Meskipun demikian, dengan kondisi awal
pendekatan problem solving. siswa yang ada di SMP YPK Tomer,
Pada aspek kemampuan berpikir merupakan suatu pencapaian yang cukup
kreatif diperoleh bahwa perangkat memuaskan bahwa lebih dari setengah

14
jumlah siswa memperoleh kemampuan sedangkan pada aspek kemampuan
berpikir kreatif pada kategori minimal berpikir kreatif diperoleh bahwa
cukup kreatif. Hal tersebut menunjukkan perangkat pembelajaran tidak efektif
bahwa perangkat pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir
dikembangkan memberikan dampak yang kreatif siswa yakni hanya 52,17%
cukup besar, meskipun secara teoritis siswa yang memiliki kemampuan
belum dapat dinyatakan efektif. berpikir kreatif pada kategori minimal
cukup kreatif.
PENUTUP
Simpulan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
Berdasarkan hasil penelitian maka
kesimpulan, maka terdapat beberapa saran
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
yang dapat disampaikan dari hasil
1. Perangkat pembelajaran matematika
penelitian ini antara lain:
dengan pendekatan problem solving
1. Pendidik atau guru sebaiknya
pada materi persamaan dan
mengembangkan perangkat
pertidaksamaan linear satu variabel
pembelajaran sendiri untuk digunakan
memenuhi kategori valid yaitu oleh
dalam pembelajaran di kelas dengan
validator 1, 2 dan 3 memberikan
tetap mempertimbangkan karakteristik
penilaian pada kategori sangat valid.
dari siswa serta memperhatikan
2. Perangkat pembelajaran matematika
kearifan budaya setempat sebagai
dengan pendekatan problem solving
bagian dari materi pembelajaran.
pada materi persamaan dan
2. Kemampuan berpikir kreatif dan minat
pertidaksamaan linear satu variabel
belajar siswa sangat penting untuk
memenuhi kategori praktis
dikembangkan, sehingga seorang
berdasarkan penilaian oleh guru
pendidik perlu memperhatikan
matematika kelas VII B memberikan
perangkat pembelajaran serta metode
penilaian pada kategori sangat praktis,
penilaian dari 23 siswa kelas VII B pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran sehingga dapat
memberikan penilaian pada kategori
mengakomodir peningkatan
sangat praktis dan hasil observasi
kemampuan berpikir kreatif serta minat
keterlaksanaan pembelajaran selama 5
belajar siswa.
pertemuan diperoleh keterlaksanaan
3. Bagi peneliti khususnya dibidang
pembelajaran pada kategori sangat
pendidikan dapat mengembangkan
praktis.
perangkat pembelajaran dengan
3. Perangkat pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan atau model
dengan pendekatan problem solving
pembelajaran yang disesuaikan dengan
pada materi persamaan dan
kondisi siswa serta aspek yang mau
pertidaksamaan linear satu variabel
ditingkatkan pada
efektif meningkatkan minat belajar
matematika siswa kelas VII B SMP DAFTAR PUSTAKA
YPK Tomer yakni 86,9% siswa Allen, M.J. & Yen, W.M. (1979).
memiliki minat belajar matematika Introduction to Measurement
pada kategori minimal baik, Theory. Monterey, California:

15
Brooks Cole Publishing LIPI (2017). Masalah Utama Pendidikan
Company. Papua. Diakses tanggal 28
Bell, F.H. (1978). Teaching and Learning Oktober 2018 pada
Mathemathics (in Secondary http://lipi.go.id/lipimedia/survei-
School). (2nd ed.). Dubuque, Iowa: lipi
Wn, C Brown Company NCTM. (2000). Principles and standars
Publisher. for school mathematics. Reston:
Chambers, P. (2008). Teaching NCTM.
Mathematics. London: Sage Nugroho, W., Afandi, A., & Abdullah, In
Publications Ltd. Hi. (2014). Penerapan
Fadillah, Ahmad. (2016). Pengaruh Pembelajaran Pemecahan masalah
Pembelajaran Problem Solving Pada Aspek Minat Belajar
Terhadap kemampuan Berpikir Matematika Siswa SMP. Jurnal
Kreatif Matematis Siswa. Jurnal Matematika dan Pendidikan
Pendidikan Matematika dan Matematika, Vol 2 (2), 61-70.
Matematika, Vol 2 (1), 1-8. Palobo, M. (2016). Keefektifan
Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. Pendekatan Problem Posing Dan
(2003). Educational research an Problem Solving
intruction (7th ed.). New York: Dalam Pembelajaran Kalkulus II.
Pearson Education, Inc. Jurnal Riset Pendidikan
Haylock, D. & Thangata, F. (2007). Key Matematika. 3 (2) 234-244.
concepts in teaching primary Piaget, J. (2001). The Psichology of
mathematics. London: SAGE Intelligence. (M. Piercy, & D. E.
Publication Ltd. Berlyne, Penerj.) New York:
Hidayati. (2017). Penerapan Metode Routledge.
Problem Solving Untuk Sulistyaningkarti, L., Utami, B., &
Meningkatkan Kreativitas dan Haryono. (2016). Penggunaan
Prestasi Belajar Statistika. Model Pembelajaran Problem
Wacana Akademika, Vol 1 (2), Solving Dilengkapi LKS untukn
197-210. Meningkatkan Kemampuan
Killen, R. (2009). Effective teaching Berpikir Kritis dan Prestasi
strategies: lessons from research Belajar Siswa Pada materi
and practice (5th ed.). victoria: Kelarutan dan Hasil Kelarutan
Cengange Learning. Kelas XI SMA Muhammadiyah 1
Kurniawati, E.F., & Kusmayadi, T.A. Karanganyar Tahun Pelajaran
(2012). Eksperimentasi 2014/2015. Jurnal Pendidikan
Pembelajaran Matematika Kimia (JPK). Vol 5(2), 1-9.
Dengan Model Pembelajaran Taslim, J. (2013) Hubungan Antara Minat
Problem Solving Dan Model dan Kreativitas Siswa Pada Mata
Pembelajaran Kooperatif Tipe Pelajaran Ekonomi Di Sekolah
Team Assisted Individualization Menengah Negeri 1 Kampar
(TAI) Pada Pokok Bahasa Utara Kabupaten Kampar.
Persamaan Dan Pertidaksamaan Artikel online diakses pada
Linear Satu Variabel Ditinjau tanggal 28 oktober 2018 di
Dari Minat Belajar Siswa SMP http://repository.uin-
Negeri Se-Kabupaten Rembang. suska.ac.id/8410
JMEE. Vol 2 (2), 92-110.

16

Anda mungkin juga menyukai