Anda di halaman 1dari 2

REVIEW: POLITICAL SYMBOLISM

Dalam Buku " THE HANDBOOK OF POLITICAL BEHAVIOR Vol. 2"

Simbol adalah ciri utama kehidupan manusia yang terorganisir. Meskipun terlihat paling jelas
dalam beberapa bidang aktivitas formal, seperti agama yang terorganisir atau lambang
kenegaraan (bendera, himne, dll), mereka sebenarnya hadir di semua lapisan masyarakat. Ini
karena mereka melakukan layanan penting dalam membuat fenomena kompleks tampak
sederhana dan terbaca. Mereka mewakili, dalam bentuk yang disederhanakan, ide-ide
kompleks, mereduksi mereka menjadi gambar sederhana yang menyampaikan kompleksitas
yang mereka wakili. Misalnya, dalam agama Kristen, lambang salib mewakili seluruh asumsi
dan keyakinan tentang kehidupan dan akhirat, sedangkan dalam politik internasional bendera
nasional mewakili esensi bangsa dan identitasnya. Simbol memfasilitasi pemahaman tentang
dunia dengan menampilkan kompleksitas dengan cara yang jauh lebih mudah dipahami
dengan mengurangi kompleksitas tersebut menjadi gambar yang disederhanakan. Dalam
pengertian ini, simbol membantu mendefinisikan persepsi; mereka membentuk cara kita
memandang dunia dan memahami apa yang terjadi di dalamnya. Meskipun simbol
memainkan peran kunci dalam membentuk pemahaman, mereka tidak univokal. Artinya,
tidak pernah ada satu pun interpretasi dari sebuah simbol yang diterima oleh setiap orang
dalam komunitas. Kelompok dan individu yang berbeda akan menafsirkan simbol secara
berbeda karena mereka semua memiliki kapasitas untuk menciptakan realitas virtual di mana
mereka beroperasi. Misalnya, sebagian besar masyarakat mungkin memandang bendera
nasional sebagai simbol komunitas nasional yang bersatu, namun pada kelompok-kelompok
adat mungkin melihat bendera itu sebagai simbol penindasan. Dengan demikian, simbol
bersifat multivokal, memiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda.

Simbol politik didefinisikan sebagai simbol yang berfungsi secara signifikan dalam praktek
kekuasaan. Simbol politik harus dipelajari dalam ilmu politik karena memiliki fungsi penting
dalam memperjelas pemahaman kita tentang konsep kekuasaan. Simbol-simbol politik paling
kuat bila ditanamkan dalam kerangka pengalaman, termasuk tatanan sosial dan kelembagaan
masyarakat. Simbol semacam itu menyampaikan sikap, nilai, dan legitimasi yang rasional
dan emosional. Nilai dan sikap yang dikemas dalam simbol apapun. Namun, ketika sebuah
simbol terjerat dalam realitas sehari-hari, respons yang ditimbulkannya biasanya tidak kritis
dan simbol tersebut memiliki fungsi integratif. Simbol mendapatkan maknanya dari konteks
di mana simbol tersebut disematkan. Simbol politik mengambil makna khususnya dari
hubungannya dengan simbol-simbol lain dari pemerintahan dan keseluruhan berpola yang
merupakan simbol-simbol tersebut. Bahkan simbol memperoleh makna dari aplikasi
praktisnya. Lingkungan budaya dan struktur sosial dan kelembagaan harus dilihat sebagai
sumber diferensiasi yang memicu interpretasi budaya yang berbeda terhadap simbol. Artinya
dalam istilah praktis adalah bahwa analis simbol politik, untuk menentukan makna, harus
memperhatikan konteks empiris di mana simbol tersebut digunakan. Penerapan teori
simbolisme dalam antropologi, ilmu politik, dan sosiologi mencerminkan perspektifnya yang
luas. Ada konsensus teoretis tentang asumsi dasar yang menekankan bahwa manusia adalah
pembuat dan pengguna simbol, bahwa struktur yang mengatur pengalaman diberi isyarat dan
dibangun secara sosial, dan bahwa simbol mengungkapkan makna publik yang dapat
dikomunikasikan. Ada juga kesepakatan bahwa jika pengetahuan kita tentang simbol ingin
ditingkatkan, bahasa, peran, norma, isyarat sosial, dan persepsi selektif serta keterkaitan
konteks dan makna harus dieksplorasi secara mendalam. Singkatnya, simbol menjembatani
kesenjangan antara cita-cita dan harapan dan pengalaman kita tentang hasil politik yang
membingungkan dan kontradiktif.

Anda mungkin juga menyukai