Anda di halaman 1dari 26

DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI

Annisa Nur Aini, Bagas Zabran Zaafarani, Ganesha Nawang Sari, Valenta
Rias Mahardita dan Woro Prihatini

Progam Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Negeri


Yogyakarta,Karangmalang,Yogyakarta,55281

ABSTRAK

Praktikum Dormansi dan Perkecambahan Biji mengenai pengaruh faktor lingkungan


dan ketebalan kulit biji terhadap perkecambahan biji bertujuan untuk mengetahui
respons perkecambahan beberapa jenis biji terhadap faktor lingkungan, mengetahui laju
perkecambahan menurut ketebalan kulit biji, dan mengetahui batas-batas kebutuhan air
dalam perkecambahan suatu biji. Selain itu, pada praktikum ini juga digunakan lima
metode yang berbeda antara lain metode Inkubasi, Rancangan Acak Lengkap (RAL),
Pola Faktorial Rancangan Acak Lengkap, Rancangan Kelompok Lengkap Teracak,
Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Pertama, metode kerja yang digunakan pada
praktikum ini adalah metode Inkubasi untuk menyelidiki sejauh mana perkecambahan
Acacia fauntleroyi dipengaruhi oleh ukuran biji. Pada metode ini, nantinya dilakukan
inkubasi pada benih pra-perawatan dengan suhu yang berbeda-beda. Kemudian, jumlah
benih yang berkecambah dan kecepatan perkecambahan juga diukur. Ukuran biji, suhu
pra-perawatan dan suhu inkubasi dapat memengaruhi jumlah benih yang berkecambah.
Selain itu, ketebalan kulit biji bervariasi di antara ukuran biji. Mantel benih yang lebih
tipis terjadi pada benih yang lebih kecil dari yang lebih besar. Kedua, digunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pematahan dormansi benih kebiul
(Caesalphinia bonduc L.) melalui berbagai cara perlakuan seperti skrafikasi dan
stratifikasi. Perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini diantaranya perendaman
dalam air dengan suhu yang berbeda dan lamanya waktu yang berbeda pula. Sedangkan
variabel yang diamati dalam penelitian ini daya kecambah, kecepatan berkecambah,
muncul epikotil, tinggi tanaman, dan panjang akar. Dalam metode ini perlakuan
pematahan dormansi benih memberikan pengaruh terhadap berbagai variabel yang diuji.
Ketiga, digunakan bahan berupa pohon cape yang membutuhkan waktu lebih lama
untuk mendapatkan perkecambahan oleh karena kulit bijinya yang keras. Tujuan
dilakukannya praktikum ini untuk mengetahui perkecambahan biji dan pertumbuhan
bibit pohon cape (Mimusops elengi L.) pada beberapa teknik skarifikasi dan media
tanam. Sehingga, perlu skarifikasi atau perawatan lebih awal untuk mempercepat
perkecambahan benih. Sedangkan metode Pola Faktorial Rancangan Acak Lengkap
yang terdiri dari 2 faktor dan diulang 5 kali. Faktor pertama adalah teknik skarifikasi
yang tanpa skarifikasi atau kontrol dan faktor kedua adalah media tumbuh. Keempat,
digunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan 4 ulangan. Bahan praktikum
yang digunakan berupa benih andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) yang sulit
berkecambah. Praktikum ini bertujuan mempelajari perkecambahan benih andaliman
dan pematahan dormansi benih andaliman. Perlakuan terdiri atas enam perlakuan,
yaitu: 1) benih tanpa perlakuan pematahan dormansi sebagai kontrol; 2) benih direndam
dengan air hangat 60o C dan dibiarkan hingga dingin selama 24 jam; 3) benih
direndam dengan air hangat 60o C dan dibiarkan hingga dingin selama 24 jam dan air
diganti; 4) benih direndam KNO3 0.6 g L-1 selama 24 jam; 5) benih direndam KNO 3
0.6 g L-1 selama 24 jam dan larutan diganti; 6) benih direndam KNO 3 1 g L-1 selama
24 jam dan larutan diganti. Terakhir, metode yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap Faktorial yang terdiri dari 3 faktor. Faktor pertama terdiri atas aksesi benih
yute, faktor kedua terdiri atas media perkecambahan (kertas merang dan pasir), dan
faktor ketiga terdiri atas perlakuan tanpa perendaman benih serta perendaman benih.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih yute (Corchoruso litorius L.)
karena benih yute masih memiliki perkecambahan yang rendah karena secara morfologi
memiliki kulit biji yang keras dan masa dormansi yang panjang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa interaksi antara aksesi benih, media perkecambahan dan perlakuan
benih memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase daya berkecambah,
persentase benih keras dan panjang akar.

Kata kunci: Acacia fauntleroyi; perkecambahan; inkubasi; pra-perawatan; ukuran biji;


benih; kebiul; stratifikasi; kebiul (Caesalphinia bonduc L.); skarifikasi; pohon cape
(Mimusops elengi L.); benih; media tumbuh; andaliman (Zanthoxylum acanthopodium
DC.); KNO3; perlakuan; benih; Corchorus olitorius; yute; dormansi; daya berkecambah;
perlakuan air; media perkecambahan.
PENDAHULUAN yang mencegah perkecambahan pada
waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai.
Setiap tumbuhan berbiji
Dormansi membantu biji
mengalami proses perkecambahan.
mempertahankan diri terhadap kondisi
Dalam hal ini air merupakan syarat
yang tidak sesuai seperti kondisi
utama terjadinya perkecambahan biji
lingkungan yang panas, dingin,
karena air berperan dalam melunakkan
kekeringan, dan lain-lain. Sehingga
kulit biji embrio dan endosperm
dapat dikatakan bahwa dormansi
mengembang sehingga kulit biji robek.
merupakan mekanisme biologis untuk
Selain itu, air juga memfasilitasi
menjamin perkecambahan biji
masuknya O2 ke dalam biji, gas masuk
berlangsung pada kondisi dan waktu
secara difusi sehingga suplasi O2 pada
yang tepat untuk mendukung
sel hidup meningkat dan pernafasan
pertumbuhan yang tepat (Sutopo, 2002).
menjadi aktif. Air juga berperan sebagai
alat transpor larutan makanan dari Penyebab dan mekanisme
endosperm atau kotiledon. dormansi merupakan hal yang sangat
penting diketahui untuk dapat
Dormansi adalah masa
menentukan cara pematahan dormansi
istirahat biji sehingga proses
yang tepat sehingga benih dapat
perkecambahan tidak dapat terjadi, yang
berkecambah dengan cepat dan
disebabkan karena adanya pengaruh
seragam. Ada beberapa penyebab
dari dalam dan luar biji. Dormansi
dormansi pada biji yakni eksternal dan
benih berhubungan dengan usaha benih
internal. Penyebab dormansi secara
untuk menunda perkecambahannya,
eksternal yaitu berasal dari lingkungan
hingga waktu dan kondisi lingkungan
luar biji sedangkan secara internal yaitu
memungkinkan untuk melangsungkan
berasal dari biji itu sendiri. Salah satu
proses tersebut. Dormansi dapat terjadi
penyebab internal dari biji yaitu kulit
pada kulit biji maupun pada embrio.
biji yang keras yang menyebabkan
Biji yang telah masak dan siap untuk
imbibisi atau masuknya air ke dalam
berkecambah membutuhkan kondisi
biji sulit terjadi. Masa dormansi tersebut
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai
dapat dipatahkan dengan skarifikasi
untuk dapat mematahkan dormansi dan
secara mekanik maupun kimiawi
memulai proses perkecambahannya
(Dwijoseputro, 1994).
(Salisbury, 1995).
Kemampuan benih untuk
Dormansi merupakan
menunda perkecambahan sampai waktu
kondisi fisik dan fisiologis pada biji
dan tempat yang tepat adalah paling umum dan terdiri atas dua
mekanisme pertahanan hidup yang macam yaitu dormansi eksogen dan
penting dalam tanaman. Dormansi dormansi endogen. Dormansi
benih diturunkan secara genetik dan eksogen adalah kondisi dimana
merupakan cara tanaman agar dapat persyaratan penting untuk
bertahan hidup serta beradaptasi dengan perkecambahan (air, cahaya, suhu)
lingkungannya. Intensitas dormansi tidak tersedia bagi benih sehingga
dipengaruhi oleh lingkungan selama gagal berkecambah. Tipe dormansi
perkembangan benih. Lamanya ini biasanya berkaitan dengan sifat
(persistensi) dormansi dan mekanisme fisik kulit benih (seed coat). Tetapi
dormansi berbeda antar spesies dan kondisi cahaya ideal dan stimulus
antar varietas. Dormansi pada spesies lingkungan lainnya untuk
tertentu mengakibatkan benih tidak perkecambahan mungkin tidak
berkecambah di dalam tanah selama tersedia. Faktor-faktor penyebab
beberapa tahun. Hal ini menjelaskan dormansi eksogen adalah air, gas,
bahwa keberadaan tanaman yang tidak dan hambatan mekanis. Benih yang
diinginkan (gulma) di lahan pertanian impermeabel terhadap air dikenal
yang ditanami secara rutin (Yuniarti, sebagai benih keras (hard seed).
2015). Dormansi endogen dapat dipatahkan
dengan perubahan fisiologis seperti
Tujuan dari praktikum
pemasakan embrio rudimeter,
dormansi dan perkecambahan biji ini
respon terhadap zat pengatur
adalah untuk mengetahui respons
tumbuh, perubahan suhu, dan
perkecambahan beberapa jenis biji
ekspos ke cahaya.
terhadap faktor lingkungan (air, suhu,
2. Dormansi Sekunder
zat kimia, dst.), mengetahui laju
Benih non dorman dapat
perkecambahan menurut ketebalan kulit
mengalami kondisi yang
biji, dan mengetahui batas-batas
menyebabkannya menjadi dorman.
kebutuhan air dalam perkecambahan
Penyebabnya kemungkinan benih
suatu biji. Menurut Salisbury (1995),
terekspos kondisi yang ideal untuk
dormansi dibagi menjadi 2 macam
terjadinya perkecambahan kecuali
yaitu:
satu yang tidak terpenuhi. Dormansi
1. Dormansi Primer sekunder dapat diinduksi oleh:
Dormansi primer a. Thermo (suhu), dikenal sebagai
merupakan bentuk dormansi yang thermodormancy,
b. Photo (cahaya), dikenal sebagai mendapatkan metode yang terbaik
photodormancy, dan untuk memecahkan dormansi benih
c. Skoto (kegelapan), dikenal kebiul.
sebagai skotodormancy
Metode yang digunakan dalam
meskipun adanya penyebab lain
penelitian ini yaitu menggunakan
seperti kelebihan air, bahan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor
kimia, dan gas bisa juga terlibat.
tunggal dengan kombinasi 11 perlakuan,
masing-masing perlakuan diulang
KOMPARASI JURNAL sebanyak lima kali yang terdiri dari:
perendaman dalam air dengan suhu 300
Pada jurnal meta-analisis ini
C selama 0 jam (PD1), perendaman
digunakan 5 jurnal sebagai referensi.
dalam air dengan suhu 300°C selama 5
Kelima jurnal menggunakan perlakuan
jam (PD2), perendaman dalam air
dan metode yang berbeda pula, namun
dengan suhu 300 C selama 10 jam
semuanya memiliki tujuan yang sama,
(PD3), perendaman dalam air dengan
yaitu untuk mengetahui respons
suhu 300 C selama 15 jam (PD4),
perkecambahan beberapa jenis biji
perendaman dalam air panas dengan
terhadap faktor lingkungan, mengetahui
suhu 1000 C selama 5 jam (PD5),
laju perkecambahan menurut ketebalan
perendaman dalam air panas dengan
kulit biji, dan mengetahui batas-batas
suhu awal 1000 C selama 10 jam (PD6),
kebutuhan air dalam perkecambahan
perendaman dalam air panas dengan
suatu biji. Adapun hasil komparasi dari
suhu awal 1000 C selama 15 jam (PD7),
kelima jurnal tersebut adalah sebagai
stratifikasi hangat dengan kelembapan
berikut.
udara (RH) 100% dengan suhu 400C
Pada jurnal yang pertama, selama 5 hari (PD8), stratifikasi hangat
berjudul “Pematahan Dormansi Benih dengan kelembapan udara (RH) 100%
Kebiul (Caesalphinia bonduc L.) dengan suhu 400 C selama 10 hari
dengan Berbagai Metode” (PD9), stratifikasi hangat dengan
menggunakan subjek penelitian kebiul kelembapan udara (RH) 100% dengan
yang merupakan tumbuhan berbiji suhu 400 C selama 15 hari (PD10), dan
tunggal. Jenis dari famili leguminosae skarifikasi dengan pelukaan kulit (PD
menunjukkan dormansi fisik yang 11).
disebabkan oleh struktur morfologis Parameter yang diukur dalam
dari kulit biji yang rumit dan tebal. penelitian ini antara lain daya kecambah
Penelitian ini bertujuan untuk (%), indeks vigor benih, jumlah muncul
epikotil, tinggi tanaman, dan panjang sangat jauh berbeda dengan tinggi
akar. Dari data hasil percobaan dapat kecambah dengan perlakuan
diketahui bahwa hasil pengujian pada perendaman maupun stratifikasi pada
setiap variabel menunjukan perbedaan PD1 sampai dengan PD10 yang hanya
yang nyata. Hasil analisis uji lanjut memiliki tinggi berkisar 0 cm – 3,9 cm.
BNT pada perlakuan PD 11 berupa Hal ini disebabkan karena proses
pelukaan kulit benih merupakan perkecambahan dan munculnya epikotil
perlakuan yang terbaik terhadap lebih cepat sehingga tanaman tumbuh
variabel daya kecambah (100 %), lebih awal sehingga tanaman yang
sedangkan perlakuan lainnya PD1 mendapat perlakuan skarifikasi dapat
sampai dengan PD10 menghasilkan tumbuh lebih cepat dan optimal.
daya kecambah antara 0 - 4% jauh lebih
Perlakuan skarifikasi juga
rendah dan berbeda dengan PD11. Pada
menunjukkan hasil yang jauh berbeda
proses pembentukan epikotil setelah
pada panjang akar yang dihasilkan jika
proses perkecambahan berakhir
dibandingkan dengan perlakuan yang
menunjukkan bahwa perlakuan dengan
lainnya. Dengan perlakuan skarifikasi
pelukaan kulit benih menyebabkan
PD11 panjang akar mencapai 6,16 cm.
epikotil muncul lebih awal dengan
Sedangkan pada PD1-PD10 panjang
jumlah terbanyak yaitu 10 buah.
akar berkisar 0 - 0,5 cm.
Perlakuan skarifikasi cenderung
Dari percobaan ini dapat
menyebabkan pertumbuhan yang lebih
disimpulkan bahwa metode yang terbaik
cepat dibandingkan dengan perlakuan
untuk memecahkan dormansi benih
lainnya. Kulit benih kebiul tebal dan
kebiul adalah metode skarifikasi atau
sulit ditembus air dan oksigen. Namun,
pelukaan kulit benih. Hal ini terlihat
setelah diberi perlakuan skarifikasi yaitu
dari daya kevambah yang sangat tinggi,
berupa pelukaan kulit menjadikan
jumlah epikotil yang banyak,
lapisan kulit luar pada benih kebiul
menghasilkan kecambah tertinggi, dan
terbuka sehingga air dan oksigen dapat
memiliki akar terpanjang.
masuk dengan mudah pada benih. Hal
ini menyebabkan calon plumula tumbuh Pada jurnal yang kedua, berjudul

dengan cepat. Hasil rerataan tertinggi “Pengaruh Variasi Ukuran Biji

tanaman dengan uji lanjut BNT dengan Terhadap Perkecambahan Acacia

perlakuan skarifikasi atau pelukaan kulit Fauuntleroyi (Maiden) Maiden And

benih juga menghasilkan tinggi tanaman Blakely” menggunakan subjek

tertinggi dengan rata-rata 16,78 cm, penelitian Acacia fauuntleroyi yang


merupakan spesies legum pada daerah semua biji disterilisasi dengan sodium
beriklim kering dan umumnya dicirikan hypochlorite (3%), kemudian
oleh kulit biji yang tebal dan keras. dibersihkan dengan air steril. Biji
Penelitian ini dilakukan untuk tersebut kemudian dibagi dalam 3
mengetahui pengaruh ukuran biji cawan petri masing-masing 20
terhadap perkecambahan, mengetahui biji/cawan. Biji ditempatkan dalam
pengaruh perlakuan temperatur cawan petri plastik (diameter 11 cm) di
pendedahan dan inkubasi terhadap atas dua filter paper (9 dan 11 cm)
perkecambahan, mengetahui kisaran Whatman No. 3. Cawan Petri sebagian
temperatur yang digunakan oleh biji diisi dengan vermikulat (sekitar 0,5
untuk berkecambah, dan mengetahui cm). Vermikulat dan filter paper
pengaruh tingkat ketebalan biji terhadap kemudian diberi fungisida previcure
perkecambahan biji. untuk mencegah pertumbuhan jamur
dan air steril untuk memelihara
Metode yang digunakan dalam
kelembapan. Untuk setiap perlakuan,
penelitian ini yaitu inkubasi. Untuk
masing-masing 3 cawan petri
mengetahui pengaruh ukuran biji,
ditempatkan dalam kabinet pada kondisi
temperatur pendedahan, dan temperatur
gelap pada suhu 15° C dan 30° C.
inkubasi terhadap perkecambahan,
eksperimen terdiri atas 3 kelas ukuran Parameter yang dihitung adalah
biji yaitu biji berukuran kecil (4 – 5,5 jumlah biji berkecambah dan kecepatan
mg) sedang (7–8,5 mg) dan besar (10– biji berkecambah (jumlah hari ke
11.5 mg); 4 perlakuan temperatur perkecambahan pertama dan ke 50%
pendedahan (ambient, 50° C, 75° C atau perkecambahan akhir). Jumlah biji
100° C), dan 2 perlakuan temperatur berkecambah dan kecepatan biji
inkubasi (15° C atau 30° C). Setiap berkecambah dianalisis dengan analisis
perlakuan diwakili oleh 3 ulangan dan varians dan General Linear Model
setiap ulangan diwakili oleh 20 biji. (GLM) untuk menguji efek interaksi di
Kelompok 60 biji pada setiap perlakuan antara perlakuan. Uji Tukey digunakan
tersebut kemudian direndam dalam 30 untuk mendeteksi perbedaan di antara
ml air dalam beaker ukuran 50 ml pada perlakuan.
temperatur 50° C, 75° C atau 100° C,
Dari 1.440 biji dikecambahkan,
kemudian dibiarkan dingin pada suhu
1.014 berkecambah (70,42%); yaitu biji
ambient. Sampel biji juga direndam
kecil 318 (66%), sedang 361 (75%) dan
dalam air pada suhu ambient (∼20° C)
biji besar 335 (70%). Secara umum, biji
sebagai kontrol. Setelah perlakuan,
berukuran kecil lebih sedikit menghasilkan perkecambahan akhir
berkecambah dibanding dengan biji sedikit lebih rendah dibanding dengan
sedang dan besar. Hasil analisis GLM perlakuan 15° C, sedang untuk biji
terhadap jumlah biji berkecambah sedang dan besar lebih banyak
menunjukkan bahwa ukuran biji, perkecambahan pada inkubasi 30° C
temperatur pendedahan dan temperatur dibanding dengan 15° C.
inkubasi serta interaksinya semuanya
Namun, temperatur inkubasi
memengaruhi jumlah biji berkecambah.
yang tinggi sedikit bersifat detrimental
Pada hari ke-60, semua kelas ukuran
terhadap biji kecil. Perbedaan
biji menghasilkan level perkecambahan
kebutuhan temperatur untuk
yang hampir sama. Namun, biji kecil
berkecambah di antara biji yang berbeda
berkecambah lebih cepat. Dari
ukurannya tersebut menunjukkan bahwa
perlakuan temperatur pendedahan
biji yang berbeda ukurannya dapat
diperoleh bahwa temperatur optimum
menghasilkan anakan pada waktu atau
pada perkecambahan biji adalah 75° C,
musim yang berbeda, tergantung pada
yaitu lebih dari 90% biji berkecambah.
temperatur lingkungan saat itu dan
Pada temperatur ambient dan 50° C,
karakteristik ini dapat dianggap sebagai
perkecambahan relatif rendah dan pada
suatu strategi adaptasi. Pengaruh
temperatur 100° C perkecambahan
temperatur pendedahan terhadap
sedikit berkurang. Dari perlakuan
perkecambahan lebih besar daripada
temperatur inkubasi diperoleh bahwa
pengaruh temperatur inkubasi. Pengaruh
temperatur 30° C menghasilkan
interaksi antara ukuran biji dengan
perkecambahan lebih tinggi dan lebih
temperatur pendedahan lebih kuat
cepat dibanding dengan temperatur 15°
daripada pengaruh ukuran biji dengan
C. Dari interaksi antara ukuran biji
temperatur inkubasi. Hal ini
dengan temperatur pendedahan
menunjukkan bahwa penghalang utama
diperoleh bahwa pada perlakuan
biji A. fauntleroyi berkecambah adalah
temperatur ambient, biji kecil lebih
dormansi biji. Kulit biji A. Fauntleroyi
banyak berkecambah dibanding dengan
yang keras menghalangi biji
biji besar. Proporsi biji lembut (soft
berkecambah. Pada biji yang kecil,
seed) nampaknya berkaitan dengan
pengaruh interaksi antara temperatur
ukuran biji. Dari interaksi antara ukuran
pendedahan dengan temperatur inkubasi
biji dengan temperatur inkubasi
terhadap perkecambahan lebih rendah
diperoleh bahwa pada biji berukuran
daripada yang terjadi pada biji sedang
kecil perlakuan inkubasi 30° C
dan besar. Hal ini terutama disebabkan
biji kecil kulit bijinya lebih tipis, lebih Biji lainnya, yaitu biji yang besar dan
mudah rusak dan berkecambah. Kulit keras akan berkecambah dalam waktu
biji yang tebal pada biji sedang dan yang panjang saat kelembapan dan
besar membutuhkan temperatur penetrasi oksigen ke dalam testa biji
pendedahan dan inkubasi yang lebih cukup. Biji yang keras akan cenderung
tinggi untuk dapat berkecambah. tetap dorman untuk beberapa waktu
Ukuran biji dapat dihubungkan dengan sampai skarifikasi untuk memecahkan
kualitas biji. Biji yang besar dapat kulit biji cukup. Sifat kulit biji yang
mempunyai identitas genetik yang lebih keras ini menyebabkan spesies Acacia
baik dibanding dengan biji kecil. dapat menggunakan sejumlah
Hadirnya kebakaran untuk recruitment kesempatan untuk menumbuhkan
A. fauntleroyi penting untuk memberi anakan dan meyakinkan hadirnya bank
kemungkinan yang lebih besar pada biji biji yang persistent (Letnic et al., 2000).
besar untuk berkecambah. Jika api tidak
Dari penelitian ini diperoleh
hadir untuk jangka waktu yang panjang,
bahwa biji yang berbeda ukurannya
recruitment dapat lebih banyak
berbeda ketebalan kulit bijinya.
tergantung pada biji yang kecil.
Perbedaan ketebalan kulit biji ini diduga
Perbedaan kebutuhan temperatur memengaruhi permeabilitas kulit biji
untuk berkecambah di antara biji yang dan kecepatan serta probabilitas biji
berbeda ukurannya akan menyebabkan untuk berkecambah dan hal ini dapat
bervariasinya pola perkecambahan dan menerangkan perbedaan kuantitas dan
cenderung mengurangi kompetisi di kecepatan biji berkecambah di antara
antara anakan sebab menyebabkan pola biji yang berbeda ukurannya yang
pertumbuhan anakan berbeda. Jika diperoleh pada penelitian terdahulu.
kebutuhan temperatur seragam dapat Pada A. fauntleroyi, sel parenkim juga
menyebabkan perkecambahan biji nampaknya memberi kontribusi pada
simultan dan menyebabkan kompetisi di dormansi biji sebab dinding selnya juga
antara anakan. Variasi proporsi biji mengalami suberisasi tebal. Oleh sebab
yang keras di antara biji yang berbeda itu, diduga semua lapisan sel yang
ukurannya kemungkinan merefleksikan membangun kulit biji memberi
strategi Acacia untuk berkecambah. kontribusi pada dormansi biji. Biji perlu
Beberapa biji akan distimulasi siap dilubangi sampai di bawah lapisan
berkecambah, khususnya biji yang Malpighian agar imbibisi terjadi. Pada
lembut dan kecil namun kemudian A. fauntleroyi, sel pada bagian luar
dapat gagal akibat hujan tidak cukup. dinding sel lebih tebal dibanding
dengan bagian dalam. Oleh sebab itu, Metode yang digunakan dalam
pembatas utama penetrasi air adalah sel penelitian ini yaitu menggunakan
palisade atau sel Malpighian. Doran et rancangan acak lengkap (RAL) faktorial
al. (1983) mengatakan bahwa sekitar dengan 4 ulangan. Pada perlakuan
36% dari total ketebalan kulit biji (testa) pemecahan dormansi, faktor pertama
adalah sel Malpighian sedang pada A. terdiri atas aksesi benih (B) yaitu benih
fauntleroyi adalah sekitar 20%. Mereka tahun 2006 (B1) dan benih tahun 2005
juga mengatakan bahwa zone (B2). Faktor kedua terdiri atas jenis
Malpighian berbeda ketebalannya dalam media perkecambahan (M) yaitu media
spesies maupun antarspesies. pasir steril (M1) dan media kertas
Penghalang kedua adalah sel merang (M2). Faktor ketiga adalah
osteosclereid di bawah sel Malpighian perendaman benih (P) yang terdiri atas
dan pembatas ketiga adalah sel 7 taraf yaitu tanpa perendaman (P0),
parenkim yang dinding selnya lebih perendaman air suhu 80°C dan
tipis. dibiarkan dingin selama 1 jam (P1),
perendaman air suhu 80°C dan
Pada jurnal yang ketiga,
dibiarkan dingin selama 2 jam (P2),
berjudul “Teknik Pematahan Dormansi
perendaman air suhu 80°C dan
untuk Meningkatkan Daya
dibiarkan dingin selama 3 jam (P3),
Berkecambah Dua Aksesi Yute
perendaman air suhu 27°C selama 12
(Corchorus olitorius L.)” menggunakan
jam (P4), perendaman air suhu 27°C
subjek penelitian tanaman yute yang
selama 20 jam (P5) dan perendaman air
memiliki pertumbuhan dan
suhu 27°C selama 25 jam (P6).
perkecambahan yang sangat rendah
Penelitian terdiri dari 4 ulangan dan 28
karena secara morfologi memiliki kulit
kombinasi perlakuan sehingga terdapat
biji yang keras dan kadar air yang
112 unit percobaan.
rendah sehingga dapat menurunkan laju
Selanjutnya dilakukan pengujian
perkecambahan, menyebabkan benih
daya kecambah benih dengan media
menjadi dorman sehingga menyebabkan
pasir di rumah kaca. Pengujian
kematian embrio benih (Kuswanto
dilakukan dengan media pasir steril.
2003). Penelitian ini dilakukan untuk
Bak plastik ukuran 45 cm x 35 cm x 15
memberikan informasi mengenai teknik
cm diisi pasir steril setinggi 10 cm dan
pematahan dormansi benih untuk
disiram dengan air hingga kapasitas
meningkatkan daya berkecambah benih
lapang. Pengujian dilakukan dengan 4
yute.
ulangan. Tiap ulangan ditanam 50 benih
yute sehingga total benih yute yang sampai dingin selama 3 jam dan
diuji sebanyak 200 benih pada tiap dikecambahkan pada media kertas
perlakuan. Benih yute ditanam dengan merang mampu mematahkan dormansi
kedalaman 2 cm dan disusun rapi. dan meningkatkan daya berkecambah
Benih yute kemudian ditempatkan dua aksesi benih yute.
dalam rak perkecam-bahan di rumah Dari penelitian ini dapat
kaca dengan suhu rata-rata 28°C. disimpulkan bahwa metode yang efektif
Parameter pengamatan yang dan mudah diaplikasikan untuk
diukur dan diamati yaitu persentase meningkatkan daya berkecambah benih
keserempakan tumbuh (KST) (%), yute adalah dengan perendaman air
persentase daya berkecambah (%), suhu 80ºC selama 3 jam dan
persentase biji keras (%),tinggi dikecambahkan pada media kertas
plumula(cm) dan panjang radikula(cm). merang basah.
Pengamatan dilakukan pada hari ke-3 Pada jurnal yang keempat,
dan ke-5 hari setelah tanam (ISTA berjudul “Perkecambahan Benih dan
2010). Pertumbuhan Semai Tanjung
Hasil penelitian menunjukkan (Mimusops Elengi L.) Pada Berbagai
bahwa interaksi antara aksesi benih, Teknik Skarifikasi dan Media
media perkecambahan dan perlakuan Tumbuh” menggunakan subjek
benih memberikan pengaruh yang nyata penelitian tanjung yang merupakan
terhadap persentase daya berkecambah, tanaman jenis Sapotaceae yang cocok
persentase benih kerasdan panjang akar. tumbuh di daerah tropis. Benih Tanjung
Benih yute 2006 yang direndam air memerlukan waktu yang lama untuk
suhu80ºC sampai dingin selama 3 jam berkecambah karena keadaan fisik dari
dan dikecambahkan pada media kertas kulit benih tanjung yang keras (Astari et
merang memiliki persentase al., 2014). Penelitian ini dilakukan
keserempakan tumbuh terbaik (90,5%), untuk mengetahui perkecambahan benih
daya berkecambah (90,1%), benih keras dan pertumbuhan semai Tanjung pada
terendah (8,75%), tinggi plumula (3,88 berbagai teknik skarifikasi dan media
cm) dan panjang radikula terbaik (3,89 tumbuh.
cm). Persentase keserempakan tumbuh, Penelitian ini dilakukan dengan
daya berkecambah, persentase benih menggunakan metode penelitian
kerasdan tinggi plumula tidak berbeda Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
nyata antara dua aksesi benih yute. faktorial yang terdiri atas 2 faktor,
Perendaman benih dengan air suhu 80ºC yaitu : Faktor (Teknik skarifikasi), yaitu
S0 = Kontrol (tanpa skarifikasi), S1 = kombinasi benih yang terendam dalam
Direndam dalam air dingin 3x24 jam, air dingin selama 3x24 jam dengan
S2 = Direndam air panas dengan suhu menggunakan media tanam dicampur
awal 100°C selama 15 menit, S3 = dengan sekam padi (S1M1)
Direndam dalam KNO3 0,5% 10 jam. memberikan hasil tertinggi pada
Faktor II (Media Tumbuh), yaitu M0 = parameter panjang akar semai adalah
Tanah, M1 = Tanah + Arang sekam 9,4 cm.
padi (2 : 1). Terdapat 8 kombinasi Berdasarkan hasil penelitian,
perlakuan yang diulang sebanyak 5 kali dapat disimpulkan bahwa perlakuan
sehingga diperoleh 40 unit percobaan. skarifikasi benih dan media tumbuh
Masing-masing unit percobaan berpengaruh sangat nyata terhadap
menggunakan 20 benih, maka total persentase perkecambahan benih,
benih yang digunakan ialah 800 benih. kecepatan berkecambah benih, panjang
Adapun variabel yang diamati akar semai, dan berat basah semai
adalah Persentase Perkecambahan (%) 8 tanjung. Kombinasi perlakuan
MST, Kecepatan Berkecambah (hari), skarifikasi benih yang direndam KNO3
Panjang Akar (cm), Berat basah (gr). 0,5% selama 10 jam dengan
Data hasil pengamatan diolah dengan menggunakan media tumbuh tanah
menggunakan rancangan acak lengkap (S3M0) memberikan hasil tertinggi
(RAL) pola faktorial. Uji Lanjut Beda pada parameter persentase
Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% perkecambahan benih sebesar 81,1%,
dilakukan jika hasil analisis sidik ragam kecepatan berkecambah sebesar 25,44
menunjukkan bahwa perlakuan hari, dan berat basah semai sebesar
berpengaruh sangat nyata terhadap 0,562 gram. Kombinasi perlakuan benih
semua variabel pengamatan. yang direndam air dingin selama 3x24
Hasil penelitian menunjukkan jam dengan menggunakan media
bahwa kombinasi perlakuan skarifikasi tumbuh tanah campur arang sekam padi
benih yang direndam dengan KNO3 (S1M1) memberikan hasil tertinggi
0,5% selama 10 jam dengan pada parameter panjang akar semai
menggunakan media tanam tanah sebesar 9,4 cm.
(S3M0) memberikan hasil tertinggi Pada jurnal yang kelima,
pada parameter persentase berjudul “Perkecambahan dan
perkecambahan biji 81,1%, kecepatan Pematahan Dormansi Benih Andaliman
perkecambahan 25,44 hari, dan berat (Zanthoxylum acanthopodium DC.)”
basah bibit 0,562 gram. Perawatan menggunakan subjek penelitian
Andaliman (Zanthoxylum perkecambahan dan tidak mempercepat
acanthopodium DC.) yang merupakan perkecambahan benih andaliman.
tanaman rempah liar yang dijumpai di Perlakuan benih disiram dengan air
Sumatera Utara. Benih andaliman sulit hangat 60 oC dan dibiarkan hingga
berkecambah. Penelitian ini bertujuan dingin selama 24 jam, dan air diganti
mempelajari perkecambahan benih menghasilkan persen perkecambahan
andaliman dan pematahan dormansi 36.25% pada 63.31 HSP sehingga
benih andaliman. potensial meningkatkan daya
berkecambah benih andaliman.
Metode yang digunakan dalam
Dari penelitian ini dapat
penelitian ini yaitu rancangan kelompok
disimpulkan bahwa perkecambahan
lengkap teracak dengan 4 ulangan.
benih andaliman relatif lama dan
Perlakuan terdiri atas enam perlakuan,
bervariasi, berkisar 21-99 hari. Laju
yaitu: 1) benih tanpa perlakuan
perkecambahan benih andaliman
pematahan dormansi sebagai kontrol; 2)
tertinggi terjadi pada 40-90 hari sesudah
benih direndam dengan air hangat 60°C
perendaman. Perlakuan pematahan
dan dibiarkan hingga dingin selama 24
dormansi tidak nyata meningkatkan
jam; 3) benih direndam dengan air
persentase perkecambahan dan tidak
hangat 60°C dan dibiarkan hingga
nyata mempercepat waktu
dingin selama 24 jam dan air diganti; 4)
perkecambahan benih andaliman.
benih direndam KNO3 0.6 g L-1 selama
Perlakuan benih disiram dengan air
24 jam; 5) benih direndam KNO3 0.6 g
hangat 60°C dan dibiarkan hingga
L-1 selama 24 jam dan larutan diganti;
dingin selama 24 jam, dan air diganti
6) benih direndam KNO3 1 g L-1
berpotensi meningkatkan persentase
selama 24 jam dan larutan diganti.
perkecambahan benih andaliman
Berdasarkan hasil penelitian dapat mencapai 36.25% pada 63.31 hari
diketahui bahwa Perkecambahan benih setelah pengecambahan.
andaliman relatif lama dan bervariasi,
Urutan perkecambahan paling
berkisar 21-99 hari setelah
awal dan akhir, serta lama
pengecambahan (HSP). Laju
perkecambahan tidak sama (Tabel 1).
perkecambahan benih andaliman
Lama dan bervariasinya waktu
tertinggi terjadi pada 40-90 HSP, dan
perkecambahan yang diperoleh
menurun setelah itu. Perlakuan
menunjukkan bahwa dormansi embrio
pematahan dormansi tidak
disebabkan adanya inhibitor pada
meningkatkan persentase
embrio benih andaliman. Beberapa
penelitian lain juga menunjukkan menyebabkan perkecambahan paling
variasi umur berkecambah benih awal dan tercepat paling akhir, serta saat
andaliman, yakni 27-42 HSP (Sirait, perolehan persentase perkecambahan
1991); 7-18 HSP (Tampubolon, 1998), 30% tercepat diperoleh dari perlakuan
20-29 HSP (Samosir, 2000), 24-100 benih disiram dengan air hangat 60°C
HSP (Siregar, 2003), dan 49-160 HSP dan dibiarkan hingga dingin selama 24
(Siregar, 2010). jam, air diganti (P2).
Menurut Dianxiang dan Hartley Benih beberapa jenis tumbuhan
(2008) kebanyakan spesies dapat memiliki sekaligus dormansi kulit
Zanthoxylum mempunyai kulit benih benih dan dormansi embrio, yang perlu
yang keras dan tebal. Hartmann et al. diatasi dengan kombinasi perlakuan
(2011) menyebutkan bahwa kulit benih pematahan dormansi benih (Hartmano
mempengaruhi penyerapan air, et al., 2011). Penggantian air rendaman
pertukaran gas, selain bertindak sebagai menghilangkan inhibitor, sehingga
penghambat mekanis juga dapat persentase perkecambahan lebih besar
mencegah keluarnya zat penghambat dan waktu perkecambahan lebih cepat
dari embrio dan menyuplai zat (Hartmano et al., 2011).
penghambat ke embrio. Melunaknya
kulit biji dan keluarnya inhibitor
HASIL

Jurnal I :PENGARUH VARIASI


UKURAN BIJI TERHADAP
PERKECAMBAHAN Acacia
fauuntleroyi (MAIDEN) MAIDEN AND
BLAKELY
Tabel 1. Nilai F dan P pada jumlah biji yang berkecambah
sumber 20 40 60
variasi/hari F P F P F P
ukuran biji (S) 50,58 <0,001 15,03 <0,001 7,52 0,001
pendedahan (P) 186,11 <0,001 125,76 <0,001 174,39 <0,001
inkubasi (I) 91,14 <0,001 30,12 <0,001 17,39 <0,001
SxP 34,68 <0,001 19,65 <0,001 30,06 <0,001
SxI 10,46 <0,001 6,79 0,003 13,00 <0,001
PxI 3,93 0,014 8,4 <0,001 11,85 <0,001
SxPxI 7,64 <0,001 7,27 <0,001 6,73 <0,001

Tabel 2. Rata-rata jumlah biji berkecambah menurut ukuran biji (n = 24 ulangan), temperatur
pendedahan (n = 18 ulangan) dan temperatur inkubasi (n = 36 ulangan)
ukura hari 20 hari 40 hari 60 TP hari 20 hari hari 60 inkub hari 20 hari 40 hari 60
n biji 40 asi
kecil 11,54a 12,67a 13,17 ambient 3,44c 4,94c 7,00c 15o C 7,75b 11,11b 12,17
sedang 9,38ab 12,75a 13,91 50o C 5,39c 9,44c 10,83b 30o C 11,42a 13,11a 13,97
besar 7,83bc 10,92b 12,21 75o C 13,72b 17,78a 18,47a F 91,14 30,12 1,67
F 50,58 15,03 0,49 100o C 15,78a 16,28b 16,33a P <0,001 <0,001 0,200
P <0,001 <0,001 0,616 F 186,11 125,76 32,48
P <0,001 <0,001 <0,001

Catatan: Huruf yang berbeda dalam kolom menunjukkan perbedaan yang nyata antar rata-rata
dengan uji Tukey. Tidak ada huruf = analisis tidak berbeda nyata. TP = Temperatur
pendedahan.

Tabel 3. Rata-rata jumlah biji berkecambah pada hari ke-20, 40 dan 60 menurut ukuran biji dan
temperatur pendedahan (n = 6 ulangan)
hari ke-20 hari ke-40 hari ke-60
ukura
o o o o o o o
n biji AMB 50 C 75 C 100 C AMB 50 C 75 C 100 C AMB 50 C 75o C 100o C

kecil 7,50a 10,67a 17,67 10,33b 8,83a 13,00a 18,00 10,83b 10,17a 13,50a 18,00 11,00b
sedang 2,33b 3,50b 13,50 18,67a 4,33b 10,17a 18,00 18,50a 7,33ab 12,00a 18,50 18,50a
besar 0,50b 2,00b 10,00 18,83a 1,67bc 5,17b 17,33 19,50a 3,50b 7,00b 18,83 19,50a
F 11,59 18,42 3,155 49,04 6,23 7,88 0,40 63,56 3,55 7,81 1,28 71,94
P <0,001 <0,001 0,072 <0,001 0,011 0,005 0,677 <0,001 0,055 0,005 0,306 <0,001

Catatan: Huruf yang berbeda dalam kolom menunjukkan perbedaan yang nyata antarrata-rata
dengan uji Tukey Tidak ada huruf = analisis tidak berbeda nyata. AMB = temperatur ambient.

Tabel 4. Rata-rata jumlah biji berkecambah pada hari ke-20, 40 dan 60 menurut ukuran biji dan
temperatur inkubasi (n = 12 ulangan)
hari atau 20 40 60
ukuran 15o C 30o C 15o C 30o C 15o C 30o C
biji
Kecil 10,6 12,42 12,75 12,5 13,75 12,58
sedang 7 11,83 11,25 8 12,42 15,75
besar 6,92 10,00 9,33 14,2 10,83 13,58
F 5,67 0,44 0,62 5 0,50 1,72
P 1,62 0,646 0,542 12,5 0,611 0,194
0,21 0
3 0,40
0,67
5

Pengaruh Ukuran Biji terhadap Ketebalan Kulit Biji


Tabel 5. Ketebalan kulit biji lapisan sel malpighian + mesofil (µm) menurut ukuran biji
ukuran biji N malphigian mesofil malphigian
+ mesofil
kecil (5 mg) 44 33,98c 136,14b 170,12b
sedang (8 mg) 52 38,65b 202,55a 241,20a
besar (11 mg) 74 47,26a 185,54a 232,80a
F 55,88 35,46 38,76
P <0,001 <0,001 <0,001
Catatan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
antar rata-rata menurut uji Tukey. Tidak ada huruf = analisis tidak berbeda nyata

Jurnal II: Pematahan Dormansi


Benih Kebiul (Caesalphinia bonduc
L.) dengan Berbagai Metode.
Jurnal III: Perkecambahan Benih
dan Pertumbuhan Semai Tanjung
(Mimusops elengi L.) Pada Berbagai
Teknik Skarifikasi dan Media
Tumbuh
Tabel 1. Pengaruh pemecahan dormansi
terhadap saat perkecambahan paling
awal dan akhir, serta lama
perkecambahan benih andaliman.

Perkecamba Perkecamba Lama


han han
Pemecahan perkecambah
dormansi pertama terakhir an

(HSP) (HSP) (hari)

Tanpa
pemecahan
dormansi 30 91 61

Air hangat 60
oC hingga
dingin, 24
jam 46 99 53

Jurnal IV: Perkecambahan dan Air hangat 60


Pematahan Dormansi Benih oC hingga
dingin, 24
Andaliman (Zanthoxylum
jam, diganti 21 89 68
acanthopodium DC.)
Larutan 0.6 g
Gambar 1. Perkembangan KNO3L-1, 24
persentase perkecambahan benih jam 23 94 71

andaliman umur 21 hingga 100 Larutan 0.6 g


hari; P0 = benih tanpa pematahan KNO3L-1, 24
dormansi;P1 = benih disiram jam, diganti 43 99 56

dengan air hangat 60 oC dan Larutan 1 g


dibiarkan hingga dingin selama 24 KNO3L-1, 24
jam, diganti 43 93 50
jam; P2 = benih disiram dengan air
hangat 60 oC dan dibiarkan hingga
dingin selama 24 jam dan air
diganti; P3 = benih direndam KNO
3 0.6 g L-1 selama 24 jam; P4 =
benih direndam KNO3 0.6 g L-1
selama 24 jam dan larutan diganti;
P5 = benih direndam KNO3 1 g L-1
selama 24 jam dan larutan diganti.
Tabel 2. Pengaruh pemecahan PEMBAHASAN
dormansi terhadap persentase
perkecambahan dan umur berkecambah Percobaan pertama yaitu
benih andaliman pengaruh variasi ukuran biji terhadap
Pemec Umur
ahand berke
. orman camb
si Persentase perkecambahan (%) ah
Keterangan: Angka-angka yang diikuti 25 50 75 100
huruf yang sama pada kolom yang sama
(HSP) (HSP) (HSP) (HSP) (hari)
menunjukkan tidak berbeda nyata
Tanpa
berdasarkan uji BNT pada taraf α = 5% pemecahan
dormansi 0.00b 12.50a 21.25b 30.00a 59.11c
Jurnal V: Teknik Pematahan
Air hangat 60
Dormansi untuk Meningkatkan Daya oC hingga
dingin, 24 jam 0.00b 1.25d 8.75d 17.50b 71.75b
Berkecambah Dua Aksesi Yute
Air hangat 60
(Corchorus olitorius L.) oC hingga
dingin, 24 jam,
diganti 1.25a 8.75ab 27.50a 36.25a 63.31bc

Larutan 0.6 g
KNO3 L-1, 24 17.50b
jam 1.25a 10.00ab c 30.00a 67.83ab

Larutan 0.6 g
KNO3 L-1, 24
jam, diganti
13.75c
0.00b 6.25bc d 30.00a 71.63a

Larutan 1 g
KNO3 L-1, 24 18.75b
jam, diganti 0.00b 3.75cd c 30.00a 66.78ab

BNT 0.05 1.123 4.45 5.101 8.213 5.336

perkecambahan Acacia fauntleroyi,


perlakuan yang digunakan adalah
mendedah biji dalam air panas.
Percobaan ini bertujan untuk
mengetahui suhu optimum perendaman
dan inkubasi pada perkecambahan
Acacia fauntleroyi. Pada percobaan ini
ukuran biji divariasi sebagai salah satu
variabel bebasnya yaitu biji berukuran
kecil (4-5,5 mg), sedang (7-8,5 mg) dan
besar (10-11,5 mg). Terdapat 4
perlakuan temperatur pendedahan
(ambient, 500C, 750C atau 1000C) dan 2
perlakuan temperature inkubasi (150C jenis perlakuan dengan total 11
dan 300C). Variabel control pada percobaan yaitu dengan dibiarkan tanpa
percobaan ini berupa jumlah biji pada direndam (perendaman dalam air
setiap perlakuan. Jumlah biji yang dengan suhu 300 C selama 0 jam),
digunakan setiap jenis percobaan adalah direndam dalam air dengan suhu dan
20 biji. Variable terikatnya berupa waktu yang bervariasi (perendaman
jumlah (persentase) biji yang dalam air dengan suhu 30°C dan 1000C
berkecambah dan kecepatan biji selama 5, 10, dan 15 jam), perlakuan
berkecambah. stratifikasi dengan disimpan dalam
kondisi lembab (kelembapan udara
Dari data persentase
(RH) 100%) pada suhu 40°C dengan
perkecambahan biji diperoleh
waktu yang bervariasi (5, 10, dan 15
perbandingan dari masing - masing
hari), serta dengan pelukaan kulit atau
ukuran biji, biji kecil 318 (66%), sedang
skarifikasi. Dengan penelitian ini dapat
361 (75%), dan biji besar 335 (70%).
diperoleh metode yang terbaik untuk
Dari perlakuan temperatur pendedahan
memecahkan dormansi benih kebiul.
diperoleh bahwa temperatur optimum
pada perkecambahan biji kecil adalah Penelitian ini menggunakan
75° C dan untuk biji sedang dan besar rancangan acak lengkap (RAL) faktor
adalah 750C dan 1000C. Dari perlakuan tunggal dengan variable terikatnya
temperatur inkubasi diperoleh bahwa berupa daya kecambah, jumlah epikotil,
temperatur 30° C menghasilkan tinggi kecambah, dan panjang akar.
perkecambahan lebih tinggi dan lebih Perlakuan terbaik untuk
cepat dibanding dengan temperatur 15° mengoptimalkan perkecambahan biji
C. Sehingga dari data yang diperoleh kebiul (Caesalphinia bonduc L.) adalah
diketahui perlakuan dengan hasil skarifikasi atau pelukaan kulit. Hal ini
maksimum pada biji kecil adalah diketahui dari data yang menunjukkan
didedah pada suhu 750C dengan suhu bahwa perlakuan yang menghasilkan
inkubasi 150C. Sedangkan pada biji daya kecambah dari yang paling tinggi
sedang dan besar pendedahan dengan adalah dengan pelukaan kulit atau
suhu tinggi (750C-1000C) dengan skarifikasi dengan nilai perkecambahan
inkubasi pada suhu 300C. 100%, tanpa perlakuan 4%, skarifikasi
rata- rata 2,7%, dan perendaman rata-
Pada percobaan kedua yaitu
rata 0,7%. Perlakuan skarifikasi
pematahan dormansi biji kebiul
menghasilkan jumlah epikotil terbanyak
(Caesalphinia bonduc L.) dengan 4
yaitu 10 buah dengan tinggi kecambah
mencapai 16,78 cm. Pada perlakuan ini adalah kombinasi perlakuan skarifikasi
juga menghasilkan akar terpanjang yaitu benih yang direndam KNO3 0,5%
6,16 cm. selama 10 jam dengan menggunakan
Pada percobaan ketiga yaitu media tumbuh tanah. Hal ini dapat
perkecambahan benih dan pertumbuhan diketahui dengan diperolehnya hasil
semai tanjung (Mimusops elengi L.). tertinggi pada parameter persentase
Penelitian ini dilakukan dengan perkecambahan benih yaitu sebesar
menggunakan metode penelitian 81,1%, parameter kecepatan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola berkecambah yaitu sebesar 25,44 hari,
faktorial yang terdiri atas 2 faktor, yaitu dan parameter berat basah semai yaitu
faktor teknik skarifikasi dengan jenis sebesar 0,562 gram walaupun tidak
perendam dan waktu perendaman yang memberikan hasil tertinggi pada
yang berbeda (tanpa perendaman parameter panjang akar semai tanjung
(control), direndam dalam air dingin (Mimusops elengi L.).
selama 72 jam, direndam dalam air Pada percobaan keempat yaitu
panas bersuhu awal 100 0C selama 15 perkecambahan dan pematahan
menit, dan direndam dalam KNO3 0,5% dormansi benih andaliman
10 jam. Sedangkan faktor II berupa (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
media tumbuh yang bervariasi yaitu menggunakan rancangan kelompok
media tanam berupa tanah dan tanah lengkap teracak dengan 4 ulangan.
yang dicampur arang sekam padi Metode yang digunakan adalah metode
dengan perbandingan 2:1. Penelitian ini perendaman dengan air dan zat kimia
bertujuan untuk mengetahui atau skarifikasi. Perlakuan terdiri atas
perkecambahan benih dan pertumbuhan enam perlakuan, yaitu: benih tanpa
semai tanjung (Mimusops elengi L.) perlakuan pematahan dormansi sebagai
pada berbagai teknik skarifikasi dan kontrol; benih direndam dengan air
media tumbuh. hangat 60 °C dan dibiarkan hingga
Variabel kontrolnya berupa dingin selama 24 jam; benih direndam
jumlah biji yang digunakan yaitu 20 biji dengan air hangat 60°C dan dibiarkan
setiap unit percobaan. Adapun variabel hingga dingin selama 24 jam dan air
terikat yang diamati adalah persentase diganti; benih direndam KNO3 0.6 g L-
perkecambahan (%) 8 MST, kecepatan 1 selama 24 jam; benih direndam KNO3
berkecambah (hari), panjang akar (cm), 0.6 g L-1 selama 24 jam dan larutan
dan berat basah (gr). Pada percobaan ini diganti; dan benih direndam KNO3 1 g
diperoleh data bahwa perlakuan terbaik L-1 selama 24 jam dan larutan diganti.
Penelitian ini bertujuan mempelajari berpotensi meningkatkan persentase
perkecambahan dan pematahan perkecambahan benih andaliman
dormansi benih andaliman mencapai 36.25% pada 63.31 hari
(Zanthoxylum acanthopodium DC.). setelah pengecambahan.
Pada penelitian ini variable Percobaan kelima yaitu teknik
control berupa dormansi benih pematahan domansi untuk
andaliman (Zanthoxylum meningkatkan daya berkecambah dua
acanthopodium DC.) sebanyak 20 benih aksesi yute (Corchoruso litorius L.).
setiap perlakuan. Penggantian air atau Penelitian ini menggunakan rancangan
larutan rendaman untuk perlakuan P2, acak lengkap (RAL) faktorial dengan 4
P4, dan P5 dilakukan setiap 6 jam. Serta ulangan Metode yang digunakan berupa
proses pengecambahan dilakukan pada metode skarifikasi dengan total
media campuran tanah, pasir, dan pupuk pengujian sebanyak 24 perlakuan.
kandang ayam dengan perbandingan Faktor pertama terdiri atas aksesi benih
4:2:1. Variabel terikat pada penelitian yaitu benih tahun 2006 dan benih tahun
ini berupa presentase perkecambahan 2005. Faktor kedua terdiri atas jenis
dan umur berkecambah. Sebelum benih media perkecambahan yaitu media pasir
mendapatkan masing – masing steril dan media kertas merang. Faktor
perlakuan, pemilihan benih dilakukan ketiga adalah perendaman benih yang
dengan teknik sortasi untuk terdiri atas 7 taraf yaitu tanpa
mendapatkan benih yang mempunyai perendaman, perendaman dengan air
embrio. panas bersuhu awal 80oC dengan variasi
Berdasarkan percobaan yang waktu (1,2, dan 3 jam), perendaman air
dilakukan diperoleh data perbandingan suhu 27oC dengan variasi waktu (12, 20,
presentase perkecambahan dan umur dan 25 jam).
berkecambah. Berdasar hasil yang Variabel terikat pada percobaan
diperoleh dapat diketahui bahwa ini berupa persentase daya
perlakuan terbaik pada proses berkecambah, presentase biji keras,
perkecambahan dan pematahan tinggi plumula, dan panjang radikula
dormansi benih andaliman biji yute (Corchoruso litorius L.).
(Zanthoxylum acanthopodium DC.) Berdasarkan data yang diperoleh dapat
adalah perlakuan benih yang disiram diketahui bahwa perlakuan terbaik
dengan air hangat 60°C dan dibiarkan dalam pematahan dormansi dan
hingga dingin selama 24 jam, dan air perkecambahan adalah perlakuan
diganti setiap 6 jam. Perlakuan ini dengan perendaman air suhu 80ºC
selama 3 jam dan dikecambahkan pada air, pembelahan giberalin dari embrio
media kertas merang basah pada hasil akan memberikan sinyal pada biji untuk
panen tahun 2006. Hal ini dapat dilihat mengakhiri masa dormansinya sehingga
dari benih hasil perendaman air suhu benih dapat berkecambah dengan cepat.
80ºC selama 3 jam dan dikecambahkan Perendaman biji pada air dingin ataupun
pada media kertas merang basah bersuhu ruangan tidak memberikan
memiliki daya berkecambah terbaik pengaruh terhadap daya perkecambahan
yaitu 90,25%, persentase biji keras yang meskipun dilakukan dalam waktu yang
terrendah yaitu 8,75%, tinggi kecambah lama. Sedangkan perendaman dengan
terbaik yaitu 3,88 cm, serta panjang air dengan suhu yang terlalu tinggi
radikula terbaik yaitu 3,88 cm. (lebih dari 1000C) dapat menyebabkan
Berdasarkan pembahasan dari embrio biji mati sehingga tidak dapat
kelima jurnal tersebut, secara umum berkecambah (Herranz et al., 1991 pada
dapat diketahui bahwa proses Gaol dan Fox, 2009). Selain itu
pematahan dormansi dapat berpengaruh perendaman yang dilakukan juga tidak
positif terhadap perkecambahan biji. boleh terlalu lama, karena dapat
Adapun proses pematahan dormansi mengakibatkan kurangnya oksigen yang
yang digunakan pada setiap jurnal menyebabkan biji tersebut sulit untuk
adalah metode stratifikasi (perendaman berkecambah. Hal ini sesuai dengan
dan pemanasan bertahap) dan percobaan pada jurnal pertama,
skarifikasi (dengan zat kimia dan keempat, dan kelima.
pelukaan kulit). Pada metode Penggunaan larutan KNO3
perendaman akan mempengaruhi daya sebagai perendam biji berfungsi untuk
perkecambahan dan waktu merangsang perkecambahan. Pada
perkecambahan menjadi maksimal pada percobaan ketiga dan keempat,
suhu yang relatif tinggi. Hal ini terjadi keduanya sama – sama menggunakan
karena perendaman pada biji dengan larutan KNO3 dan air untuk merendam
suhu yang relatif tinggi (±800C sampai biji, namun keduanya memiliki hasil
1000C) akan mengurangi ketebalan dan yang berbeda. Pada percobaan ketiga,
kekerasan kulit biji. hasil yang diperoleh optimal dengan
Penggunaan air panas untuk perendaman biji dalam larutan KNO3
perendaman benih mampu melunakkan 0,5% selama 10 jam. Sedangkan pada
kulit benih sehingga terjadi proses percobaan keempat biji direndam dalam
imbibisi terhadap gas, air, dan nutrisi KNO3 0,6% dan 0,1% selama 24 jam
pada benih. Setelah benih mengimbibisi memiliki hasil yang cenderung rendah.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan untuk memecahkan dormansi biji
konsentrasi larutan dan lama berkisar 600C sampai dengan 800C atau
perendaman. Larutan kimia dengan bahkan 1000C pada percobaan di jurnal
konsentrasi tinggi dapat merusak pertama, keempat, dan kelima.
bahkan mematikan embrio biji,
Parameter yang digunakan untuk
ditambah dengan waktu perendaman
melihat pengaruh faktor lingkungan dan
yang lama dapat memperparah
ketebalan kulit biji terhadap
kerusakan embrio. Penggunaan larutan
perkecambahan biji pada setiap jurnal
kimia KNO3 dapat mempercepat
dari jurnal yang pertama hingga yang
berkecambahnya biji asalkan
kelima semuanya menggunakan
menggunakan larutan KNO3 dengan
variabel terikat yaitu berupa persentase
konsentrasi yang rendah (0,5%) dengan
biji yang berkecambah, namun pada
lama perendaman sekitar 10 jam, namun
beberapa jurnal , misalnya jurnal
masih diperlukan penelitian lebih lanjut
pertama, ketiga, dan keempat juga
untuk mengetahui konsentrasi (kurang
ditambahkan parameter berupa
dari 0,5%) dan waktu perendaman
kecepatan biji berkecambah, kemudian
larutan KNO3 (kurang dari 10 jam) yang
pada jurnal kedua, ketiga, dan kelima
paling optimal untuk proses
juga ditambahkan parameter berupa
berkecambah.
tinggi kecambah (plumula), panjang
Pada percobaan pematahan
akar (radikula). Pada masing-masing
dormansi dengan pelukaan kulit biji
jurnal, parameter yang digunakan untuk
(skarifikasi) dapat membuat kulit biji
melihat perkecambahan biji masih
lebih tipis dan lebih permeabel terhadap
memiliki kekurangan, seharusnya
air dan oksigen sehingga kemampuan
parameter yang digunakan adalah
imbibisinya juga meningkat. Pada
persentase daya berkecambah,
percobaan di jurnal 2 terdapat
kecepatan biji berkecambah, tinggi
perbandingan yang sangat jelas terhadap
plumula (kecambah), panjang radikula
perlakuan perendaman menggunakan
(akar), dan berat basah.
air hangat dengan perlakuan pelukaan
kulit biji. Namun, pada percobaan Berdasarkan pembahasan dari

kedua ini masih terdapat kekurangan kelima jurnal tadi dapat diketahui

karena suhu air yang digunakan sebagai bahwa perkecambahan beberapa jenis

variabel bebas, suhunya relatif kurang biji dipengaruhi oleh faktor lingkungan

tinggi, hanya sekitar 300C, padahal jika seperti air, suhu, dan zat kimia, serta

dilihat suhu optimum yang diperlukan faktor internal yang dapat berupa
ketebalan kulit biji dan ukuran biji. didapatkan dari perlakuan perendaman
Pengaruh faktor lingkungan berupa air biji dalam larutan KNO3 0,5% selama
dapat ditunjukkan pada percobaan yang 10 jam.
dilakukan oleh jurnal ketiga dengan
Ketebalan kulit biji juga sangat
perlakuan menggunakan jenis media
menentukan laju perkecambahan pada
perkecambahan yang berebeda yaitu
biji. Rahayu (2015) menyatakan bahwa
media pasir steril dan media kertas
benih yang memiliki kulit yang cukup
merang. Seperti yang diketahui media
keras dapat menghambat proses
pasir steril adalah media
imbibisi sehingga benih tersebut
perkecambahan yang mengandung
mengalami dormansi fisik. Dormansi ini
sedikit air karena sifat porositasnya
disebabkan oleh kulit benihnya yang
yang tinggi, hasil percobaan
sangat tebal dan padat, jaringan
menunjukkan bahwa benih yute
parenkim dan sklerenkim yang lebar
(Corchoruso litorius L.) yang
dan terjadi watergap dalam
dikecambahkan pada media kertas
pengambilan air. Maka dari itu, kelima
menghasilkan daya berkecambah
jurnal menggunakan suhu perendaman
terbaik karena media kertas mampu
dan waktu perendaman yang berbeda-
menyimpan air yang diperlukan untuk
beda yang diharapkan mampu
benih berkecambah.
melunakkan kulit benih sehingga terjadi
Pengaruh faktor lingkungan proses imbibisi kemudian biji
terhadap perkecambahan biji yang mengakhiri masa dormansinya dan
berupa suhu dapat ditunjukka pada berkecambah. Variasi suhu perendaman
percobaan yang dilakukan pada jurnal dilakukan pada percobaan kelima
pertama. Dari perlakuan temperatur jurnal. Hasil persentase daya
inkubasi diperoleh bahwa temperatur perkecambahannya tertingggi (suhu
30° C menghasilkan perkecambahan perendaman) terlihat pada perlakuan
lebih tinggi dan lebih cepat dibanding benih yute (Corchoruso litorius L.)
dengan temperatur 15° C. Selanjutnya perendaman air suhu 80ºC selama 3
pengaruh zat kimia terhadap jam, yaitu sebesar 90,25%, namun suhu
perkecambahan biji dapat terlihat pada optimal yang diperlukan untuk
jurnal ketiga dan keempat yang sama- mempercepat perkecambahan biji
sama menggunakan KNO3. Penggunaan tergantung dari ketebalan masing-
larutan KNO3 sebagai perendam biji masing biji, tidak sama antara jenis biji
berfungsi untuk merangsang yang satu dengan yang lainnya. Selain
perkecambahan. Hasil yang optimal dengan menggunakan perendaman air
panas, metode pematahan dormansi perkecambahan.Tapi jika sampai kering
fisik (ketebalan kulit) dapat dilakukan maka tidak akan terjadi perkecambahan.
juga dengan perlakuan pelukaan kulit
DAFTAR PUSTAKA
biji yang ditunjukkan pada percobaan
yang dilakukan oleh jurnal kedua bahwa Dianxiang, Z., T.G. Hartley. 2008.

pelukaan kulit atau skarifikasi Zanthoxylum. Fl. China

mempunyai persentase perkecambahan 11:53-66.

sebesar 100%. Doran JC, Turnbull JW, Boland DJ, and

KESIMPULAN Gun BV, 1983. Hand book on


seeds of dry-zone acacias. FAO.
Berdasarkan komparasi jurnal yang
Rome.
telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa perkecambahan adalah proses Dwidjoseputro. 1985. Pengantar

dimana radikula(akar embrionik) Fisiologi Lingkungan Tanaman.

memanjang ke luar menembus kulit Yogyakarta: Gadjah Mada

biji.Proses perkecambahan berlangsung University Press.

dalam beberapa tahapan penting yaitu Gaol M. L. dan Fox J.E.D. (2009).
absorsi air,metabolism,pemecahan Pengaruh Variasi Ukuran Biji
terhadap Perkecambahan
materi,proses transport
(Acacia fauntleroyi). Berk.
materi,pembentukan kembali materi Penel. Hayati, 14, 153-160.
baru,respirasi dan Haranti M., Wardah, dan Yusran.
pertumbuhan.Penambahan zat kimia (2017). Perkecambahan Benih dan
Pertumbuhan Semai Tanjung
seperti herbisida dan NaCl dapat
(Mimusops elengi L.) pada
menghambat laju Berbagai Teknik Skarifikasi dan
perkecambahan.Pengaruh perendaman Media Tumbuh. Warta Rimba,
5(1), 13-19.
biji pada air hangat dan direndam
Hartmano, H.T., D. E. Kester, F. T.
larutan KNO3 dapat mempercepat
Davies, Jr., R. L.
kecepatan berkecambah benih.Biji
Geneve.2011.Plant Propagation:
berkulit tipis mengalami
Principles and
perkecambahan lebih cepat daripada
Practices.Prentice-Hall.,
yang berkulit tebal.Ketersediaan dan
Upper Saddle River, New
banyak air juga mempengaruhi
Jersey.
perkecambahan pada biji.Terlalu
banyak kandungan air akan berdampak Hidayat T. dan Marjani. (2017). Teknik
Pematahan Dormansi untuk
negatif terhadap proses
Meningkatkan Daya
Berkecambah Dua Aksesi Benih Siregar, B. L.2013. Perkecambahan
Yute (Corchorus olitorius L.). dan Pematahan Dormansi Benih
Buletin Tanaman Tembakau,
Serat & Minyak Industri, 9(2), Andaliman (Zanthoxylum
73-81 acanthopodium DC.). J.Agron.
Kuswanto,H.2003,TeknologiPemrosesa Indonesia, 41(3), 249-254

n,Pengemasan&PenyimpananBe Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih.

nih(5thed.).Kanisius,Yogyakarta. Malang: Fakultas Pertanian


Universitas Brawijaya.
Letnic M, Dickman CR, and McNaught
G, 2000. Bet-hedging and Tampubolon, T. 1998. Usaha-usaha

germination in the Australian mengecambahkan biji andaliman

arid zone shrub Acacia ligulata. (Piper ribesioides Wall).

Austral Ecology 25: 368–74. Skripsi. Universitas Katolik


St.Thomas. Medan.
Salisbury, Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid III. Bandung: Uyatmi Y., Inoriah E., dan
Marwanto.(2016). Pematahan
Institut Teknologi Bandung. Dormansi Benih Kebiul
(Caesalphinia bonduc L.)
Samosir, B. 2000. Pengaruh berbagai dengan Berbagai Metode. Akta
metode pemecahan dormansi Agrosia, 19(2), 147-156.
terhadap perkecambahan benih Yuniarti, Naning., dkk. 2015. Teknik
andaliman. Skripsi. Pematahan Dormansi untuk
Universitas Katolik St.Thomas. Mempercepat Perkecambahan
Medan. Benih Kourbaril (Hymenaea
courbaril). (Vol.1 No.6. 2015).
Sirait, J. 1991. Penggunaan kompos
Website:
dalam pengecambahan biji
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.i
andaliman (Piper ribesioides
d/M/M010629.pdf.
Wall). Skripsi. Universitas
Katolik St. Thomas.
Medan.

Siregar, B.L. 2003. Andaliman


(Zanthoxylum acanthopodium
DC.) di Sumatera Utara:
deskripsi dan perkecambahan.
Hayati J. Biosci. 10:49-160.

Anda mungkin juga menyukai