Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 1

PRODI : HUKUM PIDANA ISLAM

JUDUL ESAI : AGAMA DAN KEBUDAYAAN BUGIS - MAKASSAR SULAWESI


SELATAN

PENDAHULUAN

Berbagai persoalan kemanusiaan yang timbul pada akhirnya akan bermuara


kepada persoalan agama. Ini artinya bahwa sekian persoalan pada akhirnya
berakar pada keyakinan pemahaman terhadap agamanya masing-masing yang
kemudianmewujud kedalam sekian banyak tata aturan dan
terinstitusionalisasikan. Sekalipun tidak bisa dikatakan bahwa segala persoalan
dan problem kemanusiaan bersumber dari agama, karena jika demikian secara
tidak langsung kita telah mengkambing-hitamkan agama. Disamping itu,
perspektif yang digunakan dalam mengkaji agama terutama dalam kaitannya
dengan gejala-gejala sosial dari para pemeluknya, sangat menentukan sikap
dan pandangan seseorang terhadap agama yang dianutnya

Di sini dapat diklasifikasikan dua macam pendekatan dalam mengkaji tentang


agama. Pertama, agama ditelaah sebagai seperangkat ajaran dalam teks-teks
kitab suci. Artinya, agama dipahami sebagai seperangkat keyakinan yang
sakral dan mutlak, yang mengatur hubungan antara manusia dengan
Tuhannya, alam sekitar dan antar sesama manusia. Studi in dikenal dengan
pendekatan normatif atau pendekatan tekstualtentang agama, seperti studi
tafsir, hadits, ilmu-ilmu ushuluddin seperti teologi, tasawuf, fiqih dan jenis ilmu
lainnya.
Kedua,agama ditelaah sebagai kenyataan sosio-historis yang tumbuh dan
berkembang dalam pengalaman dan perilaku para pemeluknya. Studi ini dkenal
juga dengan pendekatan historis, seperti kajian sosiologi agama, psikologi
agama, antropologi agama dan lain-lain.

Dalam tulisan ini akan mengkaji alasan-alasan dan tujuan mengapa manusia
itu beragama dan cenderung tidak bisa lepas dari agama atau tentang
bagaimanakah sebenarnya agama dan fitrah keberagamaan manusia itu
sendiri. Dan pada akhirnya tulisan ini akan mencoba menngetengahkan tentang
budaya (Culture) dari para pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari khususnya
dalam kebudayaan Bugis atau Makassar.

ISI

a. PENGERTIAN AGAMA

Seringkali dalam pemahaman tentang pemberian definisi tentang agama,


para tokoh atau pemikir menghadapi kesulitan. Ada banyak faktor yang
menyebabkan timbulnya kesulitan-kesulitan tersebut. Diantaranya karena di
dunia ini didapati kenyataan bahwa agama amat beragam. Pandanngan
seseorang tentang agama, sangat ditentukan oleh pemahamannya terhadap
ajaran-ajaran agama itu sendiri.

Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan terhadap Tuhan atau juga disebut dengan nama Dewa atau
nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajibankewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata ‚agama‛ berasal dari bahasa
Sansekerta agama yang berarti‚ tradisi’ atau yang berarti ‚tidak‛ dan gama
yang berarti ‚rusak‛. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini
adalah religi yang berasal dari bahasa Latin yaitu religio dan berakar pada
kata kerja re-ligare yang berarti ‚mengikat kembali‛. Maksudnya, dengan
ber-religi, maka seseorang tersebut berarti telah mengikat dirinya kepada
Tuhan.
b. KEBUDAYAAN BUGIS-MAKASSAR
Identifikasi

Kebudayaan Bugis Makassar adalah kebudayaan dari suku bangsa Bugis-


Makassar yang mendiami bagian terbesar dari jazirah selatan dari pulau
Sulawesi.Jazirah itu merupakan suatu propinsi yaitu propinsi Sulawesi
Selatan yang sekarang terdiri dari 23 Kabupaten. Diantaranya dua buah
kota madya.

Secara garis besar penduduk propinsi Sulawsi Selatan terdiridari empat


sukubangsa yaituBugis,Makassar,Toraja dan Mandar. Akan tetapi, karena
ruang lingkup pembahasan ini hanya kebudayaan Bugis-Makassar, maka
pembahasannya tidak akan melebar kepada persoalan diluar kebudayaan
Bugis-Makassar.

Jika dilihat dari segi kependudukan orang Bugis mendiami kabupaten-


kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, Sidenreng-Rappang,
Pinrang, Polewali-Mamassa, Enrekang, Luwu, Pare-Pare, Barru,
Pangkajenen Kepulauan dan Maros. Sedangkan Makassar sendiri
mendiami kabupaten-kabupaten diantaranya, Gowa, Takalar, Jeneponto,
Maros dan Pangkajene.

Adat yang Keramat

Orang-orang Bugis-Makassar, terutama yang hidup di luar kota, dalam


kehidupannya sehari-hari masih banyak terikat oleh sistem norma dan
aturan-aturan adatnya yang keramat dan sakral yang secara
keseluruhannya disebut Panngaderreng (atau Panggadakkang dalam
bahasa Makassar). Sistem keramat ini berdasarkan atas lima unsur pokok
diantaranya; (1) Ade‟ (Ada‟ dalam bahasa Makassar); (2) Bicara; (3)
Rapang; (4) Wari‟; (5) Sara‟
Unsur-unsur tersebut satu sama lainnya terjalin sebagai satu kesatuan
organis dalam alam pikiran orang Bugis-Makassar yang memberi rasa
sentimen kewargaan masyarakat dan identitas sosial kepadanya dan juga
martabat dan rasa harga diri yang terkandung semuanya dalam konsepsiri‟.

Dalam kesusatraan Paseng yang memuat amanat-amanat dari nenek


moyang, ada contoh-contoh dari ungkapan-ungkapan yang diberikan
kepada konsep Siri‟ seperti yang termaktub dibawah ini:

1) Siri‟ emmi rionrowang ri-lino (bahasa Bugis) artinya: ‛Hanya untuk


siri’ itu saja kita tinggal di dunia‛. Dalam ungkapan tersebut tersirat
arti siri’ sebagai hal yang memberi identitas sosial dan martabat
kepada seorang Bugis. Hanya kalau martabat ada itulah maka hidup
itu ada arti baginya.
2) Mate ri siri‟na (bahasa Bugis) artinya: ‚mati dalam siri‛ atau mati
untuk menegakkan martabat diri yang dianggap sebagai suatu hal
yang terpuji dan terhormat.
3) Mate siri‟ artinya; ‚mati siri’‛ atau yang sudah hilang dirinya adalah
seperti bangkai hidup.

PENUTUP

Masyarakat, agama dan kebudayaan sangat erat dan berkaitan antara satu
sama lain. Saat budaya atau agama diartikan sesuatu yang terlahir di dunia
yang manusia mau tidak mau harus menerima warisan tersebut.  Berbeda
ketika sebuah kebudayaan dan agama dinilai sebagai sebuah proses tentunya
akan bergerak kedepan menjadi sebuah pegangan, merubah suatu keadaan
yang sebelumnya menjadi lebih baik.

Begitupin dalam tulisan ini, kebudayaan masyarakat Bugis-Makassar tak lepas


dari pengaruh agama. Dimana agama juga berperan dalam berbagai nilai-nilai
norma yang sakral dalam kebudayan adat yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Agama dan kebudayaan Bugis-Makassar Sulawesi Selatan, (BAB III dalam


buku Islam dan Budaya Lokal: Kajian Antropologi Agama, oleh H. Lebba
Kadorre Pongsibanne

Prof.Ahmad Syafi’I Ma’arif dalam Pengantar buku Haidar Nashir, Agama dan
Krisis Kemanusiaan Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999. hal. Ix

M.Quraish Shihab,Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟I atas Pelbagai ,


Bandung: Mizan, 1998. hal. 375-384.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas//http//:www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai