Makala H
Makala H
Oleh :
WILDANI KHATAMI
NIM: 20190203034
I. LATAR BELAKANG
Pada masa rasulullah masih hidup, zaman khulafaur rasyidin dan sebagian
besar zaman umayyah sehingga akhir abad pertama hijrah, hadis-hadis nabi tersebar
melalui mulut kemulut. Ketika itu umat islam belum memiliki inisiatif untuk
menghimpun hadis-hadis nabi yang bertebaran. Mereka merasa cukup dengan
menyimpan dalam hafalan yang terkenal kuat. Dan memang diakui oleh sejarah
bahwa kekuatan hafalan para sahabat dan tabi’in benar-benar sulit tandingannya.
Hadis nabi tersebar ke berbagai wilayah yang luas dibawa oleh para sahabat dan
tabi’in ke seluruh penjuru dunia. Para sahabatpun mulai berkurang jumlahnya karena
meninggal dunia. Sementara itu usaha pemalsuan terhadap hadis-hadis nabi makin
bertambah banyak, baik yang dibuat oleh orang-orang zindik dan musush-musuh
islam maupun yang datang dari orang islam sendiri.
Yang dimaksud dengan pemalsuan hadis ialah menyandarkan sesuatu yang
bukan dari nabi saw kemudian dikatakan dari nabi saw. Berbagai motifasi yang
dilakukan mereka dalam hal ini, ada kalanya kepentingan politik seperti yang
dilakukan sekte-sekte tertentu setelah adanya konflik fisik (fitnah) antara pro ali dan
pro muawiyyah karena fanatisme golongan, madzhab, ekonoi, perdagangan dan lain
sebagainya pada masa berikutnya atau unsur kejujuran dan daya ingat para perawi
hadis yang berbeda. Oleh karena itu para ulama bangkit mengadakan riset hadis-hadis
yang beredar dan meletakkan dasar kaidah-kaidah yang ketat bagi seorang yang
meriwayatkan hadis yang nantinya ilmu itu disebut ilmu hadis.
Ulumul Hadis adalah istilah ilmu hadis di dalam tradisi ulama hadis.
Ulumul hadis terdiri adas dua kata, yaitu ‘ulum dan Al-hadist. Kata ‘ulum dalam
bahasa arab merupakan jamak dari kata ‘ilm yang berarti “ilmu-ilmu” sedangkan
al-hadist di kalangan Ulama Hadis berarti “segala sesuatu yang disandarkan
kepada nabi SAW dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat.” Dengan demikian,
gabungan dari dua kata tersebut mengandung pengertian “ilmu-ilmu yang
membahas atau berkaitan dengan hadis nabi SAW.”
Sedangkan menurut Prof. Dr. T.M Hasbi Ash-Shiddiqy menyatakan, bahwa
yang dimaksud dengan “Ilmu Hadits” itu ialah: “ilmu yang berpautan dengan
hadits.” Definisi ini beeliau kemukakan, mengingat ilmu yang bersangkut paut
dengan hadits itu banyak macamnya.1
Pada mulanya, ilmu-ilmu hadis memenag merupakan beberapa ilmu yang
masing-masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadist nabi Saw dan para
perawinya, seperti ilmu al-Hadist al-Shahih, ilmu al-mursal, ilmu al-asma wa al-
kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-limu hadist secara parsial dilakukan,
khusunya, oleh para ulama abad ke-3 H.
Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan ulumul
hadist, karena masing-masing membicarakan tentang hadist dan perawinya. Akan
tetapi, pada masa berikutnya, ilmu-ilmuyang terpisah itu mulai digabungkan dan
dijadikan satu, serta selanjutnya, dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri. Terhadap ilmu yang sudah digabungkan dan menjadi satu kesatuan
tersebut tetap dipergunakan nama ulumul hadist, sebagaimana halnya sebelum
disatukan. Jadi, penggunaan lafaz jamak ulumul hadist, setelah mengandung
makna mufrad atau tunggal, yaitu ilmu hadist, karena telah terjadi makna
perubahan makna lafaz tersebut dari maknanya yang pertama “beberapa ilmu yang
terpisah” menjadi nama dari suatu disiplin ilmu yang khusus, yang nama lainnya
adalah Mushthalah al-Hadist.2
1
Drs. M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, (Bandung: Angkasa, 1991) h.61
2
Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag, Ulumul Hadist, (Bandunng: Tafakur) h.94
Sedangkan tujuan utama mempelajari Ilmu Hadist Dirayah ini
ialah: untuk mengetahui dan menetapkan tentang maqbul (dapat
diterima) dan mardudnya (tertolaknya) suatu hadist Nabi saw.
Dengan demikian, ilmu Hadist Dirayah merupakan mizan
(neraca) yang harus dipergunakan untuk menghadapi ilmu hadist
Riwayah.3
Menurut Prof. Hasbi, bahwa ilmu hadist Dirayah ini, pada zaman
Muaqaddimin dinamai dengan “Ulumul Hadits” dan pada masa yang
akhir ini dimasyhurkan dengan nama ‘Ilmu Musthalah”4
3
Drs. M. Syuhudi Ismail,Pengantar Ilmu Hadits, (Bandung: Angkasa, 1991) h.63
4
Prof. Dr. T. M. Hasbi As-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) h.15
5
Drs. M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, (Bandung: Angkasa, 1991) h.62
6
Abdul Majid Khon,Ulum Hadis, (Jakarta:Amzah,2009) h. 78
ilmu hadis secara garis besar dibagi menjadi dua disiplin limu yaitu ilmu hadis
riwayah dan ilmu hadis diroyah7
Pembedaan di sini perlu dilakukan karena bahwasanya munculnya disiplin
ilmu hadis dirayah tidaklah sama waktu dan pencetusnya. Ilmu Hadis Riwayah,
yang selanjutnya disingkat IHR, dipelopori oleh Muhammad bin Syihab Az
Zuhry (51 – 124 H). Ia adalah orang pertama yang menghimpun hadits Nabi SAW
atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Umar II, memerintah tahun 99 – 102
H/717 – 720 M )8
Sedangkan Ilmu Hadist Diroyah(IHD)/Ilmu Mustholah Hadits/Ilmu Ushul
Hadits/Ushul al-Riwayah dipelopori oleh Al Qadli Abu Muhammad Al Hasan bin
Abdurrahman bin Khalad Ar Ramahurzuri (w.360 H).
Pada dasarnya pertumbuhan, pembentukan, dan penghimpunan ilmu hadis dari
masa ke masa banyak di pengaruhi kondisi sosial dan politik pada masanya.
Secara jelas sejarah telah mengungkap hal tersebut. Pada zaman Nabi SAW di
rasa kurang begitu mendesak/perlu adanya ilmu hadits. Pada zaman sahabat juga
sama. Baru pada zaman tabi`in, dengan adanya persoalan politik, maka secara
otomatis penghimpunan ilmu hadits perlu dilakukan sebagai bentuk penyelamatan
hadits itu sendiri. Begitu juga masa sesudahnya, penghimpunan hadits juga
banyak dipengaruhi kondisi sosial budaya dan politik serta kebutuhan umat islam
sendiri akan ilmu hadits.
Menurut sementara ulama ilmu hadits, pertumbuhan ilmu hadits dibagi
menjadi 5 masa/periode dengan karakteristik yang menyertainya. 9Kelima
periode itu adalah periode Rasulullah SAW, periode Sahabat, periode Tabi’in,
periode Tabi’ Tabi’in, dan periode setelah Tabi’ tabi’in (abad 4 H).
7
Abdul Majid Khon, Op, Cit., h.69., TM. Hasby As Siddiqieqy, sejarah dan pengantar Ilmu Hadits,h. 128
8
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, lihat juga: Abdul Majid Khon, Op, Cit., h.70
9
Abdul Majid Khon,Ulum Hadis, (Jakarta:Amzah,2009) h. 78-83.
al-i`lal karya
Muslim, kitabal-
asma` wa al kuna
dan kitab at-
tawarikh karya At-
Tirmidzi
5. Masa setelah Tabi` Berdiri sendiri sebagai ilmu Ilmu hadis pertama
Tabi`in (abad ke 4 H) hadis. al-muhaddits al-
fashilbaynaar
-rawiwa al-
wa`IkaryaAr-
Ramahurmuzi.
Prof. Dr. Tengku Muhammad Hasbi ash-shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: Pusaka
10
11
ibid, hlm.118- 119.
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu Hadits adalah ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Nabi
SAW. Perintis pertama Ilmu Hadits adalah Al Qadi Abu Muhammad Ar-
Ramahurmuzy. Pada mulanya, Ilmu Hadits merupakan beberapa ilmu yang
masing-masing berdiri sendiri, ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial
tersebut disebut dengan Ulumul Hadits, karena masing-masing membicarakan
tentang hadits dan para perawinya. Akan tetapi pada masa berikutnya ilmu-ilmu
itu digabungkan dan dijadikan satu serta tetap menggunakan nama Ulumul
Hadits.