Anda di halaman 1dari 24

RESUME KURSUS ONLINE WORLD HEALTH ORGANIZATION

TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


UNTUK NOVEL CORONAVIRUS (COVID-19)

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun oleh:
Nama : Emelyawati Br Manalu
NIM : PO. 62.24.2.20.280

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

RESUME KURSUS ONLINE WORLD HEALTH ORGANIZATION


TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
UNTUK NOVEL CORONA VIRUS (COVID-19)

Telah disahkan pada Tanggal : November 2020

Mengesahkan,

Pembimbing Institusi ,

Heti Ira Ayue, SST.,M.Keb


NIP. 19781027 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Koordinator Mata Kuliah


Sarjana Terapan Kebidanan Dan Asuhan kebidanan Pada
Kehamilan
Pendidikan Profesi Bidan

Heti Ira Ayue, SST.,M.Keb Heti Ira ayue, SST.,M.Keb


NIP. 19781027 200501 2 001 NIP. 19781027 200501 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga resume kursus online World Health Organization tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) untuk Novel Coronavirus (COVID-
19) ini dapat diselesaikan. Penyusunan resume kursus online ini disusun guna
memenuhi persyaratan ketuntasan praktik asuhan kebidanan pada kehamilan
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Kelas Alih Jenjang Angkatan IV
Semester I Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
pendahuluan ini sehingga penulis terbuka terhadap saran dan kritik yang
membangun untuk penyempurnaan resume kursus online ini. Semoga resume
kursus online ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca resume
kursus online ini.

Palangka Raya, November 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan..............................................................................................................1
A. Latar belakang .................................................................................................................1
B. Tujuan .............................................................................................................................2
C. Manfaat............................................................................................................................2
BAB II Resume Materi Kursus.............................................................................................3
A. Modul 1 Kesiapan, Kesiagaan dan PPI............................................................................3
B. Modul 2 Epidemiologi, Faktor Risiko, Definisi dan Simptomologi ...............................8
C. Modul 3 PPI dalam Konteks Covid-19............................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................................18
B. Saran................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat dan ada dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus Disease 2019 atau yang umum di sebut Covid-19
adalah penyakit jenis baru yang belum pernah di identifikasi pada manusia
sebelumnya, virus penyebabnya dinamakan Sars-CoV-2 dan virus corona
adalah zoonosis yaitu ditularkan antara hewan dan manusia. Adapun, hewan
yang menjadi sumber penularan Covid-19 masih belum diketahui
(Kemenkes 2020).
Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas dengan masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada
kasus Covid-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala
klinis yang dilaporkan pada beberapa kasus adalah demam, kesulitan
bernafas dan hasil rontgen menunjukkkan infiltrate pneumonia luas di kedua
paru (Kemenkes 2020).
Berdasarkan bukti ilmiah, Covid-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet) dan yang paling berisiko
adalah orang yang kontak erat dengan pasien Covid-19 termasuk yang
merawat pasien Covid-19. Rekomendasi standar untuk mencegah
penyebaran infeksi adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan
air bersih yang mengalir, menerapkan etika batuk dan menjaga jarak. Selain
itu dengan menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat

v
berada di fasilitas kesehatan terutama Unit Gawat Darurat (Kemenkes
2020).
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) wajib diketahui
oleh semua petugas kesehatan, salah satunya dapat di akses melalui kursus
online dari WHO dimana kursus ini memberikan informasi tentang apa yang
harus dilakukan oleh fasilitas kesehatan agar siap merespon kasus virus
pernapasan baru seperti novel coronavirus, bagaimana mengidentifikasi
kasus ketika terjadi, dan bagaimana menerapkan langkah PPI dengan benar
untuk memastikan tidak ada penularan ke petugas kesehatan atau pasien lain
dan orang-orang lain di fasilitas kesehatan.

B. Tujuan
Setelah mengikuti kursus ini, diharapkan mampu:
1. Mendefinisikan PPI dan perannya dalam konteks kesiapan, kesiagaan dan
respon
2. Menggambarkan situasi epidemiologi terkini Covid-19, termasuk definisi
kasus dan tanda gejala
3. Menjelaskan pengendalian sumber, pengendalian administratif dan
lingkungan dan pengendalian rekayasa
4. Menjelaskan tindakan yang disarankan oleh WHO untuk PPI di fasilitas
kesehatan, termasuk ketika menangani dengan kasus terduga atau kasus
Covid-19 terkonfirmasi.
5. Menjelaskan tindakan tambahan PPI yang harus diambil untuk
mendukung kesiapan umum fasilitas kesehatan.

C. Manfaat
Melalui kursus ini diharapkan mampu mengaplikasikan tindakan untuk
Pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan.

vi
BAB II
RESUME MATERI KURSUS

A. Modul 1 Kesiapan, Kesiagaan dan PPI


1. Prinsip-prinsip Manajemen Kedaruratan
Menurut WHO ada 4 prinsip manajemen kedaruratan yang saling
berkesinambungan, di mulai dari adanya pencegahan dan mitigasi yaitu
dibentuknya strategi-strategi yang membantu mencegah dan mengurangi
dampak kedaruratan pada suatu fasilitas tertentu, contoh staf yang di berikan
vaksinasi. Prinsip yang ke dua adalah kesiapan dan kesigapan dalam
menghadapi tindakan-tindakan sebelum kedaruratan. Prinsip yang ke tiga
adalah tanggapan terhadap suatu kejadian atau dugaan kejadian dan prinsip
yang ke empat adalah evaluasi tentang upaya pencegahan, kesiapan mitigasi
dan tanggapan dimana fasilitas diusahakan kembali seperti semula bahkan
menjadi lebih baik dari sebelumnya.

2. Kesiapan dalam Pelayanan Kesehatan


Dalam manajemen kedaruratan diperlukan kesiapan dalam pelayanan
kesehatan baik dari tingkat nasional, tingkat daerah maupun tingkat fasilitas
kesehatan. Dapat berupa pengetahuan, kemampuan dan sistem
organisasional yang dikembangkan oleh berbagai pihak yang terkait dan
diharapkan untuk efektif mengantisipasi, menanggapi dan memulihkan dari
dampak kedaruratan yang mungkin sedang atau akan terjadi.
Kesiapan dalam pelayanan kesehatan juga terlihat dari tindakan-tindakan
sebelum terjadi kedaruratan yang meningkatkan kemampuan suatu fasilitas
dalam memberikan tanggapan ketika terjadi kedaruratan. Kesiapan dalam
pelayanan kesehatan sangat penting dan tidak terpisahkan dari penguatan

vii
sistem kesehatan dan manajemen risiko bencana kedaruratan kesehatan.
Apabila langkah-langkah PPI tidak memadai dapat berakibat pada penularan
kepada setiap pasien, staf pengunjung dan di dalam masyarakat.

3. Kesigapan dalam Pelayanan Kesehatan


Jika terjadi bencana kedaruratan kesehatan seperti kasus Covid-19
diperlukan tanggapan yang cepat dan efektif serta kesigapan dalam
membatasi perluasan kejadian (wabah) secara agresif.
Ada delapan pilar tanggapan kesehatan masyarakat yaitu :
 Koordinasi, perencanaan dan pemantauan tingkat nasional
 Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat
 Surveilans, penyelidikan epidemiologis, tanggapan cepat dan
penyelidikan kasus
 Titik masuk
 Laboratorium nasional
 Pencegahan dan pengendalian infeksi
 Manajemen kasus
 Dukungan dan logistik operasi
Dan tiga langkah yang diambil untuk melakukan koordinasi, perencanaan
dan pemantauan tingkat nasional adalah
1. Mengaktifkan mekanisme koordinasi multisektor, multi-mitra,
menggandeng instansi-instansi nasional dan mitra-mitra utama,
melakukan penilaian kapasitas dan analisis risiko termasuk pemetaan
masyarakat yang rentan serta menentukan ukuran dan sistem monitoring
dan evaluasi.
2. Membentuk tim manajemen insiden dan menerjunkan staf dalam pusat
operasi kedaruratan kesehatan, mengidentifikasi, melatih dan menunjuk
juru-juru bicara, menggandeng donator lokal dan program, meninjau
persyaratan regulatif dan dasar hukum serta memantau implementasi
rencana kesiapan dan penanggulangan negara (CPRP).

viii
3. Melakukan ulasan operasional berkala dan melakukan ulasan setelah
tindakan serta menggunakan wabah Covid-19 untuk menguji/
mempelajari rencana.

4. PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)


Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah tuntutan mendasar untuk
kesiapan wabah dan unsur kritis dalam kesigapan yang harus menjadi
kegiatan yang terus dijalankan, dilaksanakan dan didukung oleh berbagai
pihak dan PPI juga adalah pendekatan ilmiah yang :
 Disertai solusi praktis untuk mencegah bahaya dari infeksi atas pasien
dan tenaga kesehatan
 Didasarkan pada prinsip-prinsip penyakit menular, epidemiologi, ilmu
sosial dan penguatan sistem kesehatan
 Berakar dalam kualitas layanan keselamatan dan kesehatan pasien.
Manfaat PPI adalah untuk melindungi diri sendiri, pasien, keluarga dan
komunitas.
a. Tujuan PPI dalam kesiapan wabah
1. Mengurangi penularan infeksi terkait layanan kesehatan.
2. Meningkatkan keselamatan staf, pasien dan pengunjung.
3. Meningkatkan kemampuan organisasi/ fasilitas kesehatan untuk
menanggapi suatu wabah.
4. Mengurangi risiko makin parahnya wabah karena rumah sakit itu
sendiri.
b. Komponen-komponen inti untuk program PPI yang efektif
1. Program PPI yang efektif harus didasarkan pada implementasi semua
komponen inti
2. Memiliki pengetahuan, sistem, organisasi dan sumber daya PPI serta
mampu memberikan tanggapan yang efektif terhadap suatu wabah.
c. Syarat-syarat Minimum PPI
TINGKAT NASIONAL TINGKAT FASILITAS

ix
CC1 - Program PPI dengan satu Layanan Primer : petugas
pelaksana utama PPI terlatih penghubung PPI terlatih.
purnawaktu dan memiliki Layanan Sekunder : 1
anggaran khusus PPI pelaksana utama PPI per 250
tempat tidur dengan waktu
dan anggaran khusus.
Layanan tersier : 1
pelaksana utama PPI terlatih
purnawaktu per 250 tempat
tidur + komite PPI
multidisipliner + akses
laboratorium mikrobiologi.
CC2 - Panduan PPI nasional Layanan Primer : Minimal
berbasis bukti SOP tentang pencegahan.
Layanan sekunder dan
tersier : SOP tentang operasi,
pencegahan infeksi terkait
layanan kesehatan (HAI) dan
kesehatan kerja.
CC3 - Kebijakan nasional bahwa Semua tingkat layanan :
semua tenaga kesehatan Pelatihan PPI untuk semua
harus mendapatkan pelatihan staf dan petugas kebersihan
PPI, kurikulum PPI nasional (cleaner) klinis garis depan.
dan pemantauan efektivitas
pelatihan PPI.
CC4 - Grup teknis nasional yang Layanan primer-sekunder :
berperan dalam rencana Harus mengikuti rencana
surveilans infeksi terkait nasional
layanan kesehatan (HAI). Layanan tersier : Surveilans
aktif HAI dan AMR serta
umpan balik menjadi kegiatan
inti program PPI.

x
CC5 - Strategi Penyempurnaan Layanan Primer : MMI
Multimodal (MMIS) harus harus menerapkan langkah-
diterapkan dalam intervensi langkah prioritas PPI.
PPI.
CC6 - Grup teknis nasional dan Layanan Primer :
rencana rekomendasi tentang memonitor indikator-
indikator + sistem + indikator PPI.
Pelatihan PPI. Layanan sekunder dan
tersier : petugas khusus
bertanggung jawab atas
pemantauan PPI dan umpan
balik serta kebersihan tangan
sebagai indikator prioritas.

CC7 - Beban kerja, penempatan staf Layanan Primer : menilai


dan tingkat pemakaian tingkat penempatan staf yang
tempat tidur. sesuai untuk fasilitas tersebut.
CC8 - Lingkungan terbangun, Layanan primer : kegiatan
bahan dan perlengkapan layanan pasien dilingkungan
untuk PPI. bersih dan higienis, area
terpisah untuk kegiatan
sanitasi, dekontaminasi,
pemrosesan ulang
perlengkapan medis dan
persediaan perlengkapan PPI
yang cukup.
Layanan sekunder dan
tersier : memiliki ruang
isolasi tunggal yang
memadai.

xi
d. Peran Penanggungjawab, Tim atau Komite PPI
1. Penanggungjawab PPI harus memiliki pengetahuan atau pemahaman
tentang strategi PPI dalam situasi wabah/epidemi dan lain-lain.
2. PPI di fasilitas pelayanan kesehatan harus memahami infrastruktur,
kebijakan dan penyusunan SOP, dan tentang kajian, kesiapan serta
kesiagaan.
3. Komite PPI diharapkan dapat berpartisipasi dalam respon dan
pemulihan, surveilans dan monitoring serta mampu melakukan
tatalaksana pasien dan memberikan edukasi.

B. Modul 2 Epidemiologi, Faktor Risiko, Definisi dan Simptomologi


1. Epidemiologi
Masa inkubasi virus Covid-19 diperkirakan berkisar 1-14 hari, dimana
penularan dapat terjadi dari orang yang tidak menunjukkan gejala atau selama
periode inkubasi.

2. Faktor risiko
a. Usia lebih dari 60 tahun
b. Penyakit tidak menular penyerta seperti diabetes, hipertensi, penyakit
jantung, penyakit paru kronis, penyakit serebrovaskular, penyakit ginjal
kronis, imunosupresi dan kanker dikaitkan dengan angka kematian yang
lebih tinggi.

3. Definisi
Novel coronavirus belum pernah ditemui pada manusia, family virus ini adalah
Coronavirus (CoV) yang menyebabkan penyakit batuk pilek hingga penyakit
yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Sindrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Sindrome (SARS) dan Sars Cov-2 diidentifikasi
sebagai penyebab penyakit Covid-19, dengan masa inkubasi antara 1-14 hari.

xii
4. Simptomologi
Tanda dan gejala yang dapat terjadi adalah
 Demam
 Batuk
 Keletihan
 Anoreksia
 Sesak napas
 Nyeri otot
 Gejala tidak spesifik lain seperti sakit tenggorokan, hidung tersumbat, sakit
kepala, diare, mual dan muntah, hingga kehilangan indra penciuman
(anosmia) atau pengecapan (ageusia) sebelum mulainya sesak pernapasan.
Moda transmisi utama dapat terjadi melalui 2 cara yaitu
 Percikan : percikan dari saluran pernafasan dapat terjadi saat seseorang yang
terinfeksi mengalami batuk atau bersin, orang yang kontak erat dengan
orang tersebut akan berisiko terinfeksi.
 Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau dengan permukaan atau
benda-benda di lingkungan sekitar yang digunakan oleh orang yang
terinfeksi.

C. Modul 3 PPI dalam Konteks Covid-19


Langkah-Langkah dalam PPI harus diberlakukan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan dan didukung oleh fasilitas dan pimpinan serta kebijakan
nasional.
1. Strategi-strategi PPI
Untuk mencegah atau membatasi transmisi adalah Triase, pengenalan
awal, dan pengendalian sumber, Kewaspadaan standar (mencuci tangan,
penilaian risiko, APD, etiket bersin dan batuk, pencegahan luka jarum
suntik, pembersihan lingkungan, pengelolaan linen, pembuangan limbah,
peralatan perawatan pasien), Kewaspadaan empiris tambahan (kontak,

xiii
droplet, dan jika sesuai kewaspadaan airborne) untuk kasus suspek Covid-
19, Rekayasa administratif, sosialisasi kepada tenaga kesehatan, kebijakan,
Rekayasa lingkungan dan mekanis berupa ventilasi, pembersihan.
2. PPI dalam konteks Covid-19
Adalah membatasi jumlah pengunjung, menjaga jarak minimal 1 meter
antara staf maupun untuk kegiatan kelompok, dan membuat peraturan
giliran jam makan serta mnghindari menyentuh atau bergantian
menggunakan peralatan yang sama. Dalam PPI ada beberapa strategi untuk
mengoptimalisasi ketersediaan APD yaitu meminimalisasi kebutuhan APD,
menggunakan APD dengan tepat, dan koordinasi rantai pasokan APD.
3. Panduan terbaru penggunaan rasional APD
Akibat keterbatasan APD, WHO mengeluarkan pedoman untuk tindakan
penggunaan lama APD, memproses ulang APD sebelum digunakan kembali
dan mempertimbangkan alat-alat alternatif, namun tindakan ini sangat
berisiko sehingga di anggap sebagai langkah terakhir saat semua strategi
untuk penggunaan rasional dan tepat serta pengadaan APD sudah
dijalankan. Untuk penggunaan masker bedah digunakan tanpa melepasnya
hingga 6 jam saat merawat pasien Covid-19 dan tidak disarankan untuk di
proses ulang.
4. Meminimalisasi kebutuhan APD
Untuk meminimalisasi kebutuhan APD dapat mempertimbangkan
penggunaan telemedisin untuk mengevaluasi kasus sehingga
meminimalisasi pemeriksaan, membuat pembatas fisik, membatasi jumlah
tenaga kesehatan memasuki ruangan pasien Covid-19, dan merencanakan
terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan serta tidak mengizinkan
pengunjung masuk ke ruang isolasi pasien Covid-19.
5. Pesan-pesan Utama
Pada tanggal 5 Juni 2020, WHO mengeluarkan dokumen yang berisi
tentang anjuran mengenai penggunaan masker, jenis masker dalam konteks
Covid-19 di fasilitas pelayanan kesehatan, ditengah masyarakat dan saat
melakukan perawatan di rumah di tujukan bagi pengambil keputusan,

xiv
tenaga kesehatan dan anggota masyarakat. Masker merupakan langkah
untuk menekan transmisi dan menyelamatkan nyawa, tetapi penggunaan
masker saja tidak cukup untuk memberikan tingkat perlindungan yang
memadai sehingga WHO menganjurkan pengambil keputusan untuk
memberlakukan pendekatan berbasis risiko tentang penggunaan masker oleh
masyarakat umum dan merekomendasikan tentang kewaspadaan kontak dan
percikan (masker medis, jubah, sarung tangan, pelindung mata) untuk
tenaga kesehatan yang memberi perawatan langsung untuk pasien
suspek/terkonfirmasi Covid-19 dan penggunaan respirator untuk prosedur
atau tempat yang menghasilkan aerosol.
6. Panduan masker terbaru
Menurut panduan masker terbaru daerah dengan transmisi komunitas
Covid-19 bahwa masker medis digunakan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan di area klinis, orang yang merawat pasien suspek atau
terkonfirmasi Covid-19 di rumah dengan orang yang sakit, orang dengan
gejala Covid-19 di semua tempat di tengah masyarakat dan orang yang
berusia 60 tahun atau lebih di tengah masyarakat dimana jarak fisik tidak
dapat dijaga. Masker nonmedis atau masker kain digunakan oleh
masyarakat umum di angkutan yang padat, di tempat kerja dan di tempat
umum.
7. Cara mengenakan masker dengan tepat
yaitu membersihkan tangan sebelum memakai masker, menutup mulut
dan hidung, hindari menyentuh masker saat dipakai, dan melepas masker
dengan teknik melepas masker dari belakang atau dari talinya setelah itu
mencuci tangan.
Adapun prinsip-prisip strategi PPI adalah kewaspadaan standar untuk
pasien, skrining, pengenalan awal, triase dan pengendalian
sumber,kewaspadaan-kewaspadaan lain berbasis transmisi, rekayasa
administratif dan rekayasa lingkungan dan mekanis.
8. Ada tiga rekomendasi PPI dalam konteks Covid-19 yaitu

xv
1. Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua pasien
pada setiap saat yang terdiri dari delapan unsur yaitu
a. Kebersihan tangan
Lima saat WHO untuk kebersihan tangan yaitu
1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum melakukan tindakan
3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
4. Sesudah bersentuhan dengan pasien
5. Sesudah bersentuhan dengan lingkungan pasien
Cara utama mencegah penyebaran kuman di layanan kesehatan dan di
tengah masyarakat dengan cara menggunakan produk dan teknik
yang sesuai, membersihkan tangan yang tidak kotor dengan produk
pembersih tangan berbahan alkohol dan menggosok tangan selama 20-
30 detik. Jika tangan kotor, cuci tangan selama 40-60 detik, gunakan
sabun dan cuci di bawah air mengalir dan keringkan dengan tisu sekali
pakai.
b. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
Penyebaran mikroorganisme (kuman) penyebab infeksi pernapasan
dapat dikurangi dengan cara etika batuk. Caranya adalah ketika
batuk/bersin menjauhkan wajah dari orang lain, menutup hidung dan
mulut dengan tisu, jika tidak ada tisu arahkan batuk/bersin kearah
lengan kemudian bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir.
Ada lima cara untuk mendorong kebersihan pernapasan yaitu :
1. Menggalakkkan kebiasaan cuci tangan untuk pasien gejala
pernapasan.
2. Memberi masker kepada pasien gejala pernapasan
3. Jaga jarak 1 meter dengan pasien yang demam dan batuk/bersin
4. Pasang alat bantu visual untuk mengingatkan pasien dengan gejala
pernapasan.
5. Pertimbangan untuk menyediakan masker dan tisu untuk pasien di
semua area.

xvi
c. APD sesuai risiko
Antisipasi risiko paparan dan tingkat kontak dengan darah, cairan
tubuh dan percikan pernapasan dengan cara pilih APD yang tepat,
membersihkan tangan menurut 5 momen WHO, lakukan setiap kali
untuk setiap pasien serta jadikan rutinitas.
Prinsip penggunaan APD adalah
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan APD
2. APD harus tersedia dimana pun saat diperlukan
3. Dipakai sebelum kontak dengan pasien dan lepas segera setelah
kontak
4. Jangan pernah gunakan kembali APD sekali pakai
5. Bersihkan dan desinfeksi APD berulang pakai setelah digunakan
jika akan digunakan lagi
6. Ganti APD setelah APD terkontaminasi
7. APD tidak boleh di sentuh ketika merawat pasien
d. Praktik suntikan, manajemen benda tajam dan pencegahan luka
dengan aman
1. Tempat kerja bersih
2. Kebersihan tangan
3. Jarum suntik aman yang steril
4. Wadah steril untuk obat dan pelarut
5. Pembersihan dan antisepsis kulit
6. Pengambilan benda tajam semestinya
7. Pembuangan limbah yang sesuai
e. Penanganan pembersihan dan desinfeksi peralatan perawatan pasien
dengan aman
1. Dekontaminasi adalah melepaskan kotoran dan mikroorganisme
patogen dari benda-benda sehingga aman dipegang, untuk diproses
lebih lanjut, digunakan atau dibuang. Dengan tiga cara yaitu
pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi.
2. Prinsip-prinsip pembersihan

xvii
 Alat perawatan pasien dibersihkan sebelum digunakan kembali
untuk pasien lain
 Membuat persediaan pembersihan di area-area berisiko lebih
tinggi, disimpan dan digunakan hanya di area ruang berisiko
tersebut
 Selalu membersihkan dari area paling bersih ke area paling
kotor dan area isolasi yang terakhir kali dibersihkan
 Untuk meminimalisasi debu gunakan sapu lembab dan lap basah
 Gunakan sistem 3 ember untuk pembersihan dan desinfeksi
 Air untuk pembersihan harus air bersih untuk penyemprotan
desinfektan tidak disarankan.
3. Pembersihan lingkungan di ruang/area isolasi
 Meningkatkan frekuensi pembersihan
 Memberikan persediaan pembersihan sendiri dan disimpan serta
digunakan hanya di area/ruang isolasi
 Semua limbah dianggap terkontaminasi dan harus dibuang
sesuai metode limbah
 Memakai APD yang sesuai saat membersihkan ruang/area
isolasi
4. Anjuran prosedur dan frekuensi pembersihan
 Pembersihan rutin : pembersihan berkala saat ruangan masih
digunakan
 Pembersihan akhir : pembersihan dan desinfeksi setelan pasien
dipulangkan atau dipindahkan.
f. Membersihkan lingkungan
 Permukaan lingkungan yang terkontaminasi berperan dalam
transmisi virus Covid-19 dan harus dibersihkan serta didesinfeksi
secara tepat untuk mencegah transmisi lebih lanjut.
 Penyemprotan atau foging desinfektan sangat tidak disarankan.
g. Penanganan dan pencucian aman linen yang sudah dipakai

xviii
 Mengenakan APD sesuai risiko
 Memegang linen kotor dengan gerakan seminimal mungkin
 Menempatkan linen kotor di kantong/wadah di tempat perawatan
 Jika linen sangat kotor bersihkan dengan sarung tangan, membuang
material padat ke toilet siram dan buang alat lap ke tempat sampah,
tempatkan linen kotor ke wadah antibocor yang diberi label jelas.
 Cara penataan dan pemindahan linen bersih jangan sampai
terkontaminasi
 Linen harus disimpan di area khusus.
h. Pengelolaan limbah
Mengelola limbah dengan aman adalah tanggung jawab semua staf.

2. Memastikan dilakukannya triase, identifikasi awal dan pengendalian


sumber.
Fasilitas layanan kesehatan menggunakan triase klinis untuk
mengidentifikasi dini pasien yang mengalami infeksi pernapasan akut
(ISPA) untuk mencegah terjadinya penularan ke tenaga kesehatan dan
pasien lain.
Untuk melakukan skrining Covid-19 diperlukan ruang untuk triase
yang luas dengan perlengkapannya seperti daftar pertanyaan skrining,
algoritma untuk triase, berkas dokumentasi, APD, alat dan poster
kebersihan tangan, thermometer inframerah, tong sampah dan akses
pembersihan, serta petunjuk-petunjuk di area umum. Selain ruang triase
yang luas, tersedia juga cairan pembersih dan masker, di ruang tunggu
kursi pasien harus diberi jarak 1 meter, alur pasien dan staf tetap satu
arah disertai pengingat gejala dan penanda arah yang jelas dan untuk
menghindari keramaian di area triase, anggota keluarga tidak
diperbolehkan masuk.
Adapun syarat penempatan pasien di rumah sakit adalah tidak
menerima pasien beresiko rendah, mengelompokkan pasien dengan
diagnosis sama di satu area, tidak menempatkan pasien suspek di area

xix
yang sama dengan yang terkonfirmasi, menempatkan pasien yang
mengkhawatirkan di ruang berventilasi baik dan menugaskan tenaga
kesehatan yang berpengalaman dibidang PPI dan wabah.
3. Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan untuk kasus-kasus
Covid-19.
a. Langkah-langkah pencegahan tambahan
b. Langkah-langkah pencegahan tambahan didasarkan pada cara
transmisi
 Kontak langsung
 Penyebaran percikan (droplet)
 Kontak tidak langsung
 Transmisi udara
 Wahana (vehicle)
 Vektor
c. Pasien suspek atau terkonfirmasi Covid-19
 Langkah-langkah pencegahan kontak dan percikan
 Langkah pencegahan transmisi airbone
 Jaga jarak minimal 1 meter
 Tenaga kesehatan gunakan APD
 Mencuci tangan setiap kali
 Peralatan hanya digunakan sekali
d. Kewaspadaan kontak
 Kamar tunggal
 Kebersihan tangan
 APD
 Peralatan dibersihkan, di desinfeksi dan sterilisasi
 Pembersihan lingkungan
e. Kewaspadaan percikan
 Kebersihan tangan
 Kamar tunggal

xx
 APD
 Batasi pergerakan
f. Kewaspadaan airbone
 Mengepaskan masker N95, dengan cara memeriksa apakah ada
kebocoran sebelum memasuki ruangan, hanya direkomendasikan
untuk prosedur-prosedur yang menghasilkan aerosol.
g. Rekayasa administratif
 Memberikan pelatihan
 Rasio pasien-staf cukup
 Proses surveilans diadakan untuk kasus Covid-19
 Tenaga kesehatan dan masyarakat paham tentang pentingnya
pertolongan medis
 Memantau kepatuhan tenaga kesehatan terhadap kewaspadaan
standar.
4. Rawat jalan
 Layanan rawat jalan
Prinsip-prinsip PPI dasar dan langkah-langkah pencegahan standar
harus diterapkan di layanan rawat jalan dan layanan primer. Untuk
infeksi Covid-19, langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah : Triase
dan identifikasi awal, skrining sindrom, sering cuci tangan, etika
batuk, dan menggunakan masker medis, jaga jarak 1 meter, perawatan
pasien bergejala diprioritaskan, dan menjelaskan kepada pasien dan
keluarga tentang identifikasi awal atas gejala-gejala, langkah-langkah
pencegahan dasar yang akan digunakan dan fasilitas kesehatan yang
jadi tempat rujukan.
5. Perawatan di rumah
a. Home care untuk tenaga kesehatan
Sesuai anjuran dari WHO, pasien dengan penyakit pernapasan ringan
dan dirawat di rumah tetap harus berkomunikasi dengan pemberi

xxi
layanan kesehatan selama perawatan di rumah hingga gejala-gejala
sembuh. Untuk itu tenaga kesehatan harus :
 Menggunakan masker dan mencuci tangan saat merawat
 Jelaskan kepada pasien cara membatasi paparan
 Jelaskan tentang cara merawat orang yang sakit dengan benar pada
keluarga
b. Home care untuk pemberi perawatan
Pemberi perawatan dan anggota keluarga harus diberitahu jenis
perawatan yang harus diberikan dan menggunakan masker, jaga jarak
aman sekitar 1 meter dengan orang lain di rumah, dan ingatkan
anggota keluarga lain untuk memakai masker.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut WHO ada 4 prinsip manajemen kedaruratan yang saling
berkesinambungan yaitu pencegahan dan mitigasi, kesiapan dan kesigapan,
tanggapan dan pemulihan. Dalam manajemen kedaruratan sangat diperlukan
kesiapan dan kesigapan dalam pelayanan kesehatan baik dari tingkat nasional,
tingkat daerah maupun tingkat fasilitas kesehatan. Hal ini terlihat dari kegiatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
menjadi suatu dasar kegiatan untuk kesiapan wabah dan unsur kritis dalam
kesigapan yang harus menjadi kegiatan yang terus dijalankan, dilaksanakan dan
didukung oleh berbagai pihak. Langkah-Langkah dalam PPI harus diberlakukan di
semua fasilitas pelayanan kesehatan dan didukung oleh fasilitas dan pimpinan
serta kebijakan nasional karena berperan penting dalam pemutusan rantai
penularan Covid-19 di fasilitas kesehatan.

B. Saran

xxii
Untuk memutus rantai penularan virus Covid-19 diperlukan komitmen yang
kuat baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk tetap disiplin melaksanakan
protokol kesehatan dimana pun berada.

DAFTAR PUSTAKA

WHO, 2020. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk virus Covid-19.
s.l., WHO.

xxiii
LAMPIRAN

xxiv

Anda mungkin juga menyukai