Anda di halaman 1dari 11

Nama : Ni Putu Rischa Christiani

NPM : 2143700123 /Apoteker C

STUDI KASUS PNEUMONIA / TB

Seorang perempuan berusia 68 tahun dengan BB 60 kg dan TB 170 cm datang ke rumah sakit
dengan keluhan batuk sudah lebih dari 5 hari disertai demam dan merasakan dada yang terasa
sesak.

Riwayat penyakit terdahulu ; hipertensi

Riwayat penyakit keluarga ; Ibu meninggal karena stroke dan ayah meninggal karena PJK

Pengobatan yang sedang dijalani ; amlodipine 5 mg sekali sehari

Data Vital sign

T ; 39 C

TD ; 130/90 mmHg

N ; 105/i

P ; 33/i

Data Lab

Leukosit ; 4000/mm3

HB; 12 mg/dl

Procalcitonin ; 0,1 ng/ml

Lympocit 800 mikroliter (1000-4800 mikroliter)

CRP ; 2,9 (< 3 mg/L)


Di bawah adalah gambar Rontgen Paru Pasien

Pertanyaan;

Pneumonia bakteri-virus (Corona)

1. Dari Lab Value dan data penunjang diatas, pasien menderita,…


Jawaban:
Diagnosis pasien pneoumonia, dengan komorbid hipertensi ditandai dengan data lab dan
foto rotgen thorax, serta gejala klinis pasien yaitu takipenia, batuk lebih dari lima hari,
demam dan dada terasa sesak
2. Apakah jenis pengobatan yang dapat diberikan kepada pasien diatas?
Jawaban:
Jenis pengobatan yang diberikan yaitu :
1. Obat pereda nyeri. Obat ini di berikan untuk meredakan deman dan rasa tidak
nyaman
2. Obat batuk. Obat ini dapat meredakan batuk sehingga penderita bias beristirahat.
Pemberian obat ini sebaiknya dilakukan dalam dosis yang rendah. Selain
meredakan batuk, terdapat jenis obat batuk yang berfungsi untuk mengencerkan
dahak. Yaitu obat bromheksin dan ambroxol.
3. Antibiotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi akibat pneumonia akibat bakteri.
Sebagian besar penderita pneumonia memberi respon yang baik terhadap
antibiotik dalam waktu 1 sampai dengan 3 hari.
3. Apa itu Procalcitonin?
Jawaban:
Procalcitonin adalah suatu protein fungdional yang terdiri dai 114 sampai 116 asam
amino, yang merupakan suatu protein yang aktif secara imunologis yang akan meningkat
pada kondisi infeksi bakteri (bakteremia dengan atau tanpa sepsis), kadar PCT normal
dibawah 0,5 mg/mL dan kadar PCT >2 mg/mL. memiliki resiko tinggi untuk sepsis.
(referensi : Jurnal Penyakit Dalam Indonesia tahun 2015- Peran Procalcitonin sebagai
Penanda Inflamasi sistemik pada sepsis- FKUI)
4. Apa itu CRP?
Jawaban:
CRO adalah C-reactive protein yaitu adalah pemeriksaan untuk mengetahui kadar protein
C-reaktif dalam darah. Protein ini merupakan penanda adanya peradangan di dalam tubuh
yang di hasil kan oleh hati yang kadarnya akan meningkat sebagai respon tubuh terdapat
peradangan (inflamasi) dan sebagain indicator untuk diagnosis penyebab demam akut.
(referensi : Jurnal Penyakit Dalam Indonesia tahun 2018- Perbedaan kadar C-Reaktive
Protein Pada Demam Akut – FKUI)
5. Apakah yang dapat dijelaskan dari nilai Lympocit diatas?
Jawaban:
Nilai limfosit pada kasus diatas kurang dari angka normal, yaitu 1000-4800 microliter.
Nilai limfosit kurang dari batas normal yang disbut dengan limfositopenia. Nilai limfosit
yang kurang dapat menjadi perantara terjadinya suatu infeksi. Artinya tubuh menjadi
lemah dalam melawan infeksi. Nilai limfosit yang rendah dapat juga sebagai indicator
sepsis.
(referensi. Sepsis : Sidroma respon inflamasi sitemik (systemic inflammatory respone
syndrome) (Jakarta Antrimikrobial Update, 2017)
6. Jika pasien antibibiotik, maka antibiotic apa yg harus diberikan utk pasien ini?
Jawaban:
Dari hasil lab yang di lihat dari data leukosit dan juga limfosit dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami infeksi yang di sertai dengan adanya demam serta gejala batuk dan
nyeri pada dada, hal ini disebabkan oleh adanya infeksi bakteri dari golongan
staphylococcus atau pun bias juga dikarenakan oleh virus. Dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami pneumonia. Usulan antibiotic yang dapat diberikan ialah antibiotic
golongan makrolida ini menjadi first line pengobatan pneumonia.

7. Jelaskan perbedaan pneumonia karena virus dan bakteri?


Jawaban:

Pneumonia Bakteri Pneumonia Virus


Mikro organisme penyebab Streptococcus pneumonia, Adenovirus, virus corona
chlamydophila pneumonia yang menyebabkan SARS,
MERS, dan Covid -19,
virus influenza, termasuk
virus flu burung serta
Hantavirus
Gejala Berat Ringan
Durasi penyakit Lebih panjang Relatif lebih singkat
Demam Menyebab kan demam Bias menyebabkan demam
maupun tidak
Pengobatan Antibiotic Antivirus atau vaksin

8. Patofisiologi ARSD?
Jawaban:
Epitelium alveolar dan endotelium mikrovaskular mengalami kerusakan pada ARDS.3
Kerusakan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas barier alveolar dan kapiler
sehingga cairan masuk ke dalam ruang alveolar. Derajat kerusakan epithelium alveolar
ini menentukan prognosis. Epitelium alveolar normal terdiri dari 2 tipe sel, yaitu sel
pneumosit tipe I dan sel pneumosit tipe II. Permukaan alveolar 90% terdiri dari sel
pneumosit tipe I berupa sel pipih yang mudah mengalami kerusakan. Fungsi utama sel
pneumosit tipe I adalah pertukaran gas yang berlangsung secara difusi pasif. Sel
pneumosit tipe II meliputi 10% permukaan alveolar terdiri atas sel kuboid yang
mempunyai aktivitas metabolik intraselular, transport ion, memproduksi surfaktan dan
lebih resisten terhadap kerusakan.
Kerusakan epitelium alveolar yang berat menyebabkan kesulitan dalam
mekanisme perbaikan paru dan menyebabkan fibrosis. Kerusakan pada fase aku terjadi
pengelupasan sel epitel bronkial dan alveolar, diikuti dengan pembentukan membran
hialin yang kaya protein pada membran basal epitel yang gundul. Neutrofil memasuki
endotel kapiler yang rusak dan jaringan interstitial dipenuhi cairan yang kaya akan
protein.

Keberadaan mediator anti inflamasi, interleukin-1-receptor antagonists, soluble tumor


necrosis factor receptor, auto antibodi yang melawan Interleukin/IL-8 dan IL-10 menjaga
keseimbangan alveolar. Perubahan patofisiologi yang terjadi pada ARDS adalah edema
paru interstistial dan penurunan kapasitas residu fungsional (KRF) karena atelektasis
kongestif difus. Kerusakan endotel kapiler atau epitel alveoli atau keduanya pada ARDS
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran alveoli-kapiler (terutama sel
pneumosit tipe I) sehingga cairan kapiler merembes dan berkumpul didalam jaringan
interstitial, jika telah melebihi kapasitasnya akan masuk ke dalam rongga alveoli
(alveolar flooding) sehingga alveoli menjadi kolaps (mikroatelektasis) dan compliance
paru akan lebih menurun. Merembesnya cairan yangbanyak mengandung protein dan sel
darah merah akan mengakibatkan perubahan tekanan osmotik. Cairan bercampur dengan
cairan alveoli dan merusak surfaktan sehingga paru menjadi kaku, keadaan ini akan
memperberat atelektasis yang telah terjadi. Mikroatelektasis akan menyebabkan shuntin
intrapulmoner, ketidakseimbangan (mismatch) ventilasi-perfusi (VA/Q) dan menurunnya
KRF, semua ini akan menyebabkan terjadinya hipoksemia berat dan progresivitas yang
ditandai dengan pernapasan cepat dan dalam. Shunting intrapulmoner menyebabkan
curah jantung akan menurun 40%.
Hipoksemia diikuti asidemia, mulanya karena pengumpulan asam laktat
selanjutnya merupakan pencerminan gabungan dari unsur metabolik maupun respiratorik
akibat gangguan pertukaran gas. Penderita yang sembuh dapat menunjukan kelainan faal
paru berupa penurunan volume paru, kecepatan aliran udara dan khususnya menurunkan
kapasitas difusi.
Secara ringkas, terdapat 3 fase kerusakan alveolus pada ARDS yaitu:5
1. Fase eksudatif : fase permulaan, dengan cedera pada endothelium dan epitelium,
inflamasi, dan eksudasi cairan. Terjadi 2-4 hari sejak serangan akut.
2. Fase proliferatif : terjadi setelah fase eksudatif, ditandai dengan influks dan proliferasi
fibroblast, sel tipe II, dan miofibroblast, menyebabkan penebalan dinding alveolus dan
perubahan eksudat perdarahan menjadi jaringan granulasi seluler/ membran hialin.
Merupakan fase menentukan : cedera bisa mulai sembuh atau menjadi menetap, ada
resiko terjadi lung rupture (pneumothorax).
3. Fase fibrotik/recovery : Jika pasien bertahan sampai 3 minggu, paru akan mengalami
remodeling dan fibrosis. Fungsi paru berangsur- angsur membaik dalam waktu 6 – 12
bulan, dan sangat bervariasi antar individu, tergantung keparahan cederanya.
(Refrensi : Saguil A& Fargo M. Acute Respiratory Distress Syndrome: Diagnosis and
Management.Am Fam Physician. 2012;85(4):352-358)
9. Fungsi vitamin untuk kasus pneumonia virus?
Jawaban:
Vitamin merupakan senyawa yang dapat meningkatkan imunitas tubuh missal nya
vitamin C yang erat kaitannya dengan nutrisi yang dapat meningkat kan system imm dan
vitamin C juga kaya akan antioksidan yang penting untuk menngkal infeksi saluran nafas.
Meningkatkan asupan kaya vitamin B9 (asam folat) dapat membantu melindungi paru-
paru dari berbagai penyakit seperti efisema, brontikis kronis, beberapa bentuk asma, dan
pneumonia. Selain itu vitamin B6 juga dikaitkan dengan fungsi paru yang lebih baik
secara keseluruhan dan perlindungan terhadap kanker paru.
10. Bagaimana pengobatan untuk pasien pneumonia virus yang juga sedang on
kortikosteroid?
Jawaban:
Penanganan pengobatan pneumonia virus juga memakai terapi pengobatan
kortikosteroid, gunakanlah pengobatan dengan steroid sebagaimana mestinya hindari
pemberian jangka panjang karena dapat menaikan risiko terjadinya beragam komplikasi
seperti infeksi, tromboembolo vena, fraktur, diabetes mellitus, hipertensi, dan sindrom
cushing. Efek samping jangka pendek pasien pengguna kortikosteroid memang jauh lebih
rendah dibandingkan penggunaan jangka panjang, namun efek samping tersebut tetap
ada. Berdasarkan suatu studi kohort oleh Waljee et al, penggunaan steroid jangka pendek
di bawah 30 hari tetap menyebabkan terjadinya efek samping berupa peningkatan resiko
sepsis dan troboemboli vena. Berdasarkan penelitian ini, pemberian kortikosteroid jangka
pendek tetap tidak disarankan apabila obat tidak betuk-betul di butuhkan
11. Masing-masing jawaban cantumkan literaturnya!
Jawaban:
(Referensi : Jurnal Penyakit Dalam Indonesia tahun 2015- Peran Procalcitonin sebagai
Penanda Inflamasi sistemik pada sepsis- FKUI)
(Referensi : Jurnal Penyakit Dalam Indonesia tahun 2018- Perbedaan kadar C-Reaktive
Protein Pada Demam Akut – FKUI)
(Referensi. Sepsis : Sidroma respon inflamasi sitemik (systemic inflammatory respone
syndrome) (Jakarta Antrimikrobial Update, 2017)

12. Jelaskan SOAP untuk pasien ini!


Jawaban:
Subjective ( symptom )
Keluhan utama : batuk lebih dari 5 hari disertai demam dan sesak dada
Riwayat penyakit terdahulu ; hipertensi
Riwayat penyakit keluarga :
Ibu meninggal karena stroke
ayah meninggal karena PJK
Objective ( signs )
Lab :
Leukosit ; 4000/mm3
HB; 12 mg/dl
Procalcitonin ; 0,1 ng/ml
Lympocit 800 mikroliter (1000-4800 mikroliter)
CRP ; 2,9 (< 3 mg/L)
Ttv :
T ; 39 C
TD ; 130/90 mmHg
N ; 105/i
P ; 33/i
Assessment ( with evidence )
1. Pneumonia.
Plan ( including primary care implication )
 Farmakologi :
1. Untuk sesak napas: diberikan combivent nebul dengan dosis 3 ml setiap 6
jam (tidak melebihi 3 ml/ 4 jam) dan diberikam di Rumah Sakit. Untuk pengobatan sesak
napas saat di rumah, pasien dapat diberikan combivent aerosol dengan dosis 100 mcg/ 20
mcg per 1 aktuasi dan tidak melebihi 6 aktuasi.
2. Untuk Antibiotik diberikan Levofloxacin oral 1x500 mg dikombinasi
azithromycin oral 1x 500 mg selama 7 hari .Kedua antibiotic tersebut diberikan 1 jam
setelah makan. Pemberian azitromisin dikarenakan tidak memberikan reaksi alergi dan
tidak memberikan interaksi dengan obat lainnya serta azitromisin juga memilki struktur
yang berbeda dengan Penicillin, sehingga aman apabila diberikan kepada pasien yang
memiliki alergi Penisilin.
3. Untuk batuk: pasien diberikan asetilsistein 200 mg 3x1. Batuk ini dapat
disebabkan karena adanya dahak kental yang menyumbat saluran pernapasan akibat
pneumonia. (MIMS, 2010)
4. Untuk nyeri: pasien dapat dieberikan pct inj 3x500 mg. Jika pasien
mengalami nyeri di rumah dapat diberikan pct oral dengan dosis 3x500 mg (prn).
5. Untuk inflamasi: pasien dapat diberikan metil prednisolone inj 3x62.5 mg
(untuk hari pertama); hari kedua 2x31.25 mg; hari ketiga 2x16.5 mg; hari keempat 2x8
mg dan hari kelima 2x4 mg (setelah label off akan diberikan flixotide aerosol).

 Non Farmakologi :
1. Kurangi aktivitas merokok
2. Meningkatkan aktivitas olahraga sepeti jogging
3. Menjaga sanitasi dan hygiene diri dan lingkungan
4. Meningkatkan asupan nutrisi
5. Menjauhi obat-obatan terlarang.
Monitoring
 Efektifitas :
1. Combivent: sesak napas/ bronkodilator
2. Paracetamol: analgesic
3. Levofloxacine: antibiotic
4. Azithromycin : antibiotic
5. Asetilsistein: batuk
6. Metil prednisolone: inflamasi dan kortikosteroid
 Efek samping obat :
1. Paracetamol inj: mual, muntah, sakit kepala dan insomnia
2. Combivent: bronchitis, penyakit paru, sakit kepala, batuk
3. Metil prednisolone: bengkak, dada sakit, napas pendek
4. Levofloxacin: mual, sakit kepala, diare, insomnia, konstipasi
5. Azithromycin: ruam kulit, mual, muntah, diare
6. Asetilsistein: ruam, hipertensi, kemerahan

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Santoso., Aryono Djuned., Aulia Sani., et all. 2010. MIMS Indonesia Volume II.
Jakarta : CMP Medica.
Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. FKUI, Jakarta: Medica
Aesculpalus

Charles, F., Lacy M.S., Amstrong, R.Ph., Morton, P., et all. 2008-2009. Drug Information
Handbook 17th Edition. American : Pharmacists Association.

Corwin. 2007. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Dewasa, dan Usia Lanjut.
Jakarta : CV. Alfabeta.

Koda Kimble. M.A., Young, L.Y., Alldredge, B.K., Corelli, R.L., et all. 2009. Applied
Therapeutics : The Clinical Use of Drug 9th Edition. Philadelphia : Lippincott Wiliams &
Wilkins.

PDPI. 2003. Pneumonia Nosokomial: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.


Jakarta: PDPA

PDPI. 2003. Pneumonia Komunitas: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.


Jakarta: PDPA

Pharmaceutical Care Network Europe Foundation. 2017. Classification for Drug Realeted
Problem.

Setyoningrum, R.A., 2006. Pneumonia. In Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI.
Surabaya, 2006.SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair - RSU Dr. Soetomo. pp: 15-16.

Shulman. S.T. Phair. J.P.Sommer. H.M, 1994, Dasar dan Biologi Klinis Penyakit Infeksi, Edisi
IV, UGM Pres, Yogyakarta, hal: 13.

Soenaryati, S., Veria, V.A. 2013. Body Mass Index (BMI) Sebagai Salah Satu Faktor yang
Berkontribusi Terhadap Prestasi Belajar Remaja. Jurnal Visikes volume 12 No.2.

Anda mungkin juga menyukai