Anda di halaman 1dari 4

IMUNOLOGI II

“HDN”

“HIPERSENSITIVITAS TIPE 2”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah imunologi II

Dosen Pengampu : Opik Taupiqurrahman, S.SI.,M.Biotek

Disusun oleh :

Muhamad Bati Ibnu Fajar / 1911E1006

Kelas : D3 A Analis Kesehatan

Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih

2020/2021
Hipersensitivitas tipe kedua disebut juga reaksi hipersensitivitas sitotoksik, yaitu kondisi saat
sel tubuh normal secara keliru dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Reaksi ini
melibatkan antibodi imunoglobulin G (IgG) atau imunoglobulin M (IgM).

HDN diklarifikasi; yaitu, sel darah merah bayi yang baru lahir (sel darah merah) diserang
oleh antibodi dari ibu. Serangan dimulai saat bayi masih dalam kandungan yang disebabkan
oleh ketidakcocokan antara darah ibu dan bayi.

Pada saat ibu hamil, dalam beberapa insiden sel darah merah janin dapat masuk ke dalam
peredaran darah ibu yang disebut foeto maternal microtransfusion. Bila ibu tidak memiliki
antigen seperti yang terdapat pada sel merah janin, maka ibu akan distimulasi untuk
membentuk imun antibodi. Imun antibodi tipe Imunoglobulin G yang terbentuk dapat
melewati plasenta dan masuk ke peredaran darah janin, sehingga sel-sel darah merah janin
akan diselimuti dengan antibodi tersebut dan terjadi hemolisis.

Umumnya transportasi Imunoglobulin G melalui plasenta pada awal kehamilan jarang terjadi,
namun meningkat terus menerus sesuai dengan usia kehamilan yang dimulai dari 24 minggu
sampai waktunya melahirkan. Bila janin pada kehamilan berikutnya memiliki Rh positif
seperti janin sebelumnya, maka sel darah merah janin tersebut akan dirusak oleh imun
antibodi Imunoglobulin G anti-D dan janin akan menderita HDN. Jika ibu dengan Rh negatif
pernah mendapat transfusi darah Rh positif atau mengalami prematuritas dengan janin Rh
positif, maka anak pertama dapat menderita HDN.

Reaksi imunologis terjadi pada:

a,Saat hamil, masuknya sel darah merah janin ke dalam peredaran darah ibu belum cukup
banyak untuk dapat menimbulkan suatu reaksi (foeto maternal microtransfusion).

b) Saat darah janin yang masuk ke dalam peredaran darah ibu cukup banyak, ibu membentuk
imun antibodi yang baru dapat dideteksi beberapa minggu kemudian.

c) Bila pada kehamilan berikutnya janin mempunyai antigen yang sama seperti janin yang
sebelumnya, maka imun antibodi akan terbentuk dengan cepat dan titer imun antibodi
tersebut akan meningkat, sehingga menyebabkan imun antibodi tersebut masuk ke dalam
peredaran darah janin melalui plasenta

metode yang digunakan menggunakan metode tes coombs

. Tes Coombs atau Coombs test adalah sebuah pengujian atau tes darah yang dilakukan untuk
menemukan antibodi tertentu yang menyerang sel-sel darah merah.

Normalnya, antibodi melindungi tubuh dari kuman penyebab penyakit. Namun, antibodi
terkadang membuat kesalahan dan justru menyerang sel sehat. Itu sebabnya, tes ini dilakukan
untuk mencari tahu hal tersebut.
Terdapat dua jenis Coombs test yang umum dilakukan, yaitu:

1. Coombs test langsung (direct)


Tes Coombs langsung (direct) atau disebut juga dengan direct antiglobulin testing
(DAT), melibatkan pemeriksaan langsung pada sel-sel darah merah yang ditemukan
dalam sampel darah Prosedur ini dilakukan dengan mencuci sampel darah yang
dikumpulkan dalam larutan garam untuk mengisolasi sel darah merah pasien. Coombs
test direct menghilangkan antibodi yang tidak terikat yang dapat mengacaukan hasil.
Coombs test langsung biasanya dilakukan pada sampel darah bayi yang baru lahir,
khususnya bayi dengan penyakit kuning. Pemeriksaan ini bertujuan mencari antibodi
asing yang sudah melekat pada sel darah merah bayi, yang menjadi kemungkinan
penyebab hemolisis (kerusakan sel darah merah).
Antibodi asing tersebut berasal dari darah ibu yang menyerang sel darah merah bayi.
Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi dengan orangtua yang memiliki ketidakcocokan
golongan darah.
Selain itu, coombs test langsung (direct) dijalankan apabila dokter menduga bahwa
seorang pasien terkena anemia hemolitik.

2. Coombs test tidak langsung (indirect)


Tes Coombs tidak langsung (indirect) atau disebut juga dengan indirect antiglobulin
testing (IAT). Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengecek plasma darah. Kebalikan
dari DAT, prosedur ini justru digunakan untuk mendeteksi antibodi yang tidak terikat
pada sel darah merah, yang mungkin ada dalam serum pasien.
Coombs test indirect dilakukan pada sampel darah ibu sebagai bagian dari tes
laboratorium prenatal. Tes ini mencari daftar antigen yang dapat menyebabkan
masalah pada bayi baru lahir atau menyebabkan masalah pada ibu jika transfusi darah
diperlukan.
Selain itu, Coombs test tidak langsung (indirect) biasanya digunakan untuk
memastikan apakah darah pendonor sesuai dan dapat digunakan untuk orang yang
akan menerimanya.

Prosedur pemeriksaan tes coombs

Lengan atas akan diikat dengan torniket dan menusukkan jarum pada pembuluh darah vena,
kemudian amengumpulkan sampel darah ke dalam tabung untuk diperiksa di laboratorium.

Oleh karena tes ini seringnya dilakukan pada bayi yang mungkin memiliki antibodi dalam
darah berbeda dengan ibu, menggunakan jarum kecil tajam, yang disebut dengan lanset. Titik
suntik atau pengambilan darah biasanya pada tumit kaki bayi.

Darah yang terkumpul akan diletakkan ke dalam tabung kaca, pada slide kaca, ataupun strip
tes.
Daftar pustaka

http://repository.uki.ac.id/3324/1/PemeriksaanLaboratoriumPenyakit.pdf

https://dokumen.tech/reader/full/-web-viewefek

http://erepo.unud.ac.id

Anda mungkin juga menyukai