Anda di halaman 1dari 4

Nama Annisa Nur Puspita

NIM C1C019035
Kelas Akuntansi A 2020

REVIEW PEREKONOMIAN INDONESIA ERA ORDE BARU AKHIR


(1980 – 1998)

A. BISNIS TAK KENAL PESIMIS


Soeharto selalu mendukung usaha anak-anaknya dengan menetapkan keputusan
presiden sehingga krisis pun tak terhindarkan. Salah satu contohnya adalah saat proyek
pembuatan jalan tol Tanjung Priok-Cawang. Saat itu Tutut mendatangi Direktur Utama
Bank Dagang Negara hingga Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia untuk meminta
bantuan. Para bankir tersebut dengan mudah menyetujui tawarannya untuk mendanai
proyek jalan tol tersebut.
Kemudian Soeharto menetapkan Keputusan Presiden No 25 Tahun 1987 tentang
keterlibatan swasta secara aktif di bisnis jalan tol yang sebelumnya dikuasai Jasa Marga
untuk membantu kelancaran bisnis anaknya. Tak cukup sampai disitu, pemerintah juga
melakukan kebijakan penetapan tarif jalan tol supaya pengelola idak mengalami
kerugian, khususnya sektor swasta.
Contoh lain adalah salah satu anak lainnya mulai merintis bisnis taksi, secara
tidak langsung ia memberi kemudahan bea masuk dan PPN untuk mendatangkan mobil
sedan dari luar negeri. Dari contoh ini, banyak pengusaha yang mengajak kerja sama
anak-anak presiden supaya mendapatkan kemudahan.
Menjelang akhir orde baru, hampir semua sektor kekayaan alam di Indonesia
dikuasai oleh anak-anak presiden. Yang menggemparkan adalah saat Tommy Soeharto
mengimpor mobil dari Korea Selatan sebagai proyek mobil nasional tanpa bea masuk.
Alhasil mobil yang dipasarkan bisa dijual dengan harga yang murah. Akan tetapi, proyek
ini akhirnya gagal dan negara mengalami kerugian.
Kondisi ini diperparah dengan krisis moneter yang memporak-porandakan
ekonomi Indonesia dan Pemerintahan Soeharto tumbang. Berbagai fasilitas yang
diperuntukkan kepada keluarga Ssoeharto dicabut sehingga berbagai proyek yang
direncanakan dibatalkan. Anak-anak Soeharto mengundurkan diri dari jabatan dari
perusahaan sebelumnya, tetapi perusahaan-perusahaan yang mereka dirikan tidak surut
dari bisnis bahkan ada yang masih eksis hingga saat ini.

B. LENGSER SETELAH TAK BERDAYA


Setelah berkuasa selama 32 tahun, Soeharto akhirnya lengser. Tuntutan reformasi
dari mahasiswa pada saat itu terkabul. Soeharto digantikan oleh Wakil Presiden B.J
Habibie. Banyak faktor yang menyebabkan mundurnya pak harto dari kekuasaan,
diantaranya aliansi sivitas akademika hingga kalangan pengusaha. Selain itu, faktor
ekonomi yang jatuh juga memiliki andil yang sangat besar.
Di awal Orde Baru, Pak Harto berusaha keras membenahi ekonom Indonesia yang
terpuruk, dan berhasil untuk beberapa lama. Tapi, karena ekonomi pula, ia rnengalami
krisis politik yang mengantarkannya nundur sebagai orang nomor satu di Indonesia.
Pencapaian awal pemerintahan yang mengantarkan kesuksesan Soeharto adalah adanya
oil boom sehingga pendapatan per kapita naik, hingga mampu berswasembada beras pada
1980. Pembenahan ekonomi ini juga dibarengi dengan pembenahan organisasi politik
dengan dilakukannya penyederhanaan partai yang berasas seragam, yaitu Pancasila.
Namun, keadaan berbalik saat krisis moneter 1997 melanda. Demonstrasi mahasiswa
menuntut reformasi total karena pembangunan ekonomi hanya berfokus dengan laju
pertumbuhan tetapi tidak mampu menopang pondasi perekonomian Indonesia.
Sempat direncanakan pembentukkan kabinet reformasi tetapi tidak terlaksana.
Selain itu, orang-orang yang ditunjuk untuk menjadi bagian dari kabinet tersebut menolak
sehingga tidak terealisilah rencana itu.

C. TEKNOLOGI ZIG-ZAG, HABIBIENOMICS


Pada tahun 1958, Habibie sedang menempuh pendidikan S-2 nya di Jerman dan
akhirnya meraih gelar doktor flight engineering pasca Perang Dunia II. Perjalanan
kariernya sebagai industrialis pesawat harus berubah karena diperintahkan untuk pulang
ke tanah air oleh Presiden Soeharto pada 1974 dan ditunjuk sebagai wakil presiden.
Meskipun pada awalnya Habibie menolak karena merasa tidak mampu, akhirnya ia
menyetujui dengan syarat tidak boleh melakukan revolusi.
Dalam perjalanannya, Habibie tidak hanya mengurusi teknologi dan industri. Ia
masuk ke pemikiran untuk mendesain pembangunan perekonomian berdasar nilai tambah
dengan orientasi pengembangan teknologi dan industri.Ia membagi proses nilai tambah
menjadi 2, yaitu nilai dari investasi jangka pendek yang balik modal (return investment)
sekitar dua atau tiga tahun dengan menggunakan teknologi sederhana, dan nilai dari
investasi jangka menengah dan panjang sekitar 10 sampai 30 tahun. Menurutnya, ketika
biaya produksi Indonesia meningkat, maka investasi jangka pendek bisa ditutup,
sedangkan investasi jangka panjang tidak.
Habibie membawa paham baru yang berbeda dengan konsep para ekonom lain di
dalam negeri. Konsep ini dinamakan “Habibienomics” oleh Kwik Kian Gie pada 1993.
Salah satu konsep dari Habibienomics adalah mengenai hubungan suku bunga dengan
pertumbuhan ekonomi dan inflasi dimana penurunan suku bunga akan memengaruhi
tingkat inflasi yang bertentangan dengan penganut teori ekonomi konvensional. Menurut
para ekonom yang searah dengan pemikiran Soemitro berpendapat bahwa penurunan
suku bunga secara zig-zag seperti yang digagas Habibie dianggap berbahaya karena
menimbulkan ketidakpastian usaha.
Kontroversi ini terus berlanjut hingga terpilihnya Habibie menjadi presiden RI
menggantikan Soeharto. Banyak pihak yang menganggap kebijakan ini dampaknya akan
sama seperti jaman orde baru. Hal ini didasari karena proyek dirgantaranya dianggap
merugikan negara dan tidak bisa diterima oleh pasar. Untuk itu, Habibie menjadi musuh
utama pemerintahan karena kebijakannya yang dianggap tidak realistis dan tidak efisien.

D. PASANG SURUT POLITIK PANGAN


Indonesia pernah meraih predikat swasembada pangan. Menurut Bustanul Arifin,
konsep swasembada pangan ini dimulai dengan upaya pemerintah mengatasi krisis rawan
pangan pada 1973 – 1974. Sebagai pelaksana utama kebijakan pangan, Bulog
menerapkan politik beras untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dengan
mengendalikan harga lewat penyeimbangan pasokan dan permintaan.
Pemerintah juga menata basis infrastruktur pedesaan yang bermanfaat bagi
masyarkat. Harapannya, pertumbuhan pertanian dapat mendongkrak seluruh kegiatan
ekonomi. Akan tetapi, dalam menjalankan kebijakannya, diterapkan kebijakan pangan,
bukan kebijakan pertanian. Perbedannya adalah jika kebijakan pertanian difokuskan
kepada kesejahteraan petani, sedangkan kebijakan pangan dititik beratkan pada
konsumen dan produsen. Oleh karena itu, kebijakan ppangan tidak hanya harus berpihak
pada petani miskin, melainkan juga pada kaum miskin kota.
Faktor penyeimbang pada proses ini adalah harga pangan, sehingga Bulog tidak
hanya menjaga harga dasar komoditas beras, melainkan juga harga dasar komoditas
pangan lain seperti gula dan jagung. Hal yang harus dipertimbangkan adalah Bulog harus
menjaga harga pangan tetap tinggi sehingga menguntungkan petani tetapi tetap
terjangkau oleh daya beli konsumen berpenghasilan rendah yang sensitif dengan
perubahan harga.
Soeharto pun sempat menerima penghargaan karena mampun menurunkan tingkat
kemiskinan ketika jumlah penduduk bertambah 2% pertahun serta adanya sumbangan
peningkatan produktivitas hasil pertanian. Terobosan penting dari sisi agronomi terjadi
pada tahun 1963-1964 yaitu introduksi inovasi pengelolaan sarana produksi guna
meningkatkan produktivitas usaha tani padi. Gagasan ini selanjutnya dialih kelola oleh
pemerintah dan membawa Indonesia sebagai negara pengekspor beras. Akan tetapi
timbul perdebatan tentang intervensi pemerintah di bidang pangan dan program
swasembada beras ini memudar seiring lengsernya Soeharto dari pemerintahan sehingga
mekanisme harga bahan pokok kembali dikendalikan pasar.
Peran Bulog menetapkan harga itu ternyata ditentang IMF karena menimbulkan
kekacauan pasar dan menstimulus adanya tindak KKN. Disisi lain, liberalisasi pasar
komoditas pangan itu dianggap sebagai penyebab kekacauan distribusi yang mengancam
ketahanan pangan di Indonesia. Politik perdagangan bebas yang digunakan negara-negara
maju sulit dibendung sehingga Indonesia perlu mengoptimalkan pemanfaatan SDA nya.
Ketika krisis ekonomi melanda, pertanian masih bisa menjadi penyelamat
pembangunan nasional sehingga program revitalisasi bidang pertanian diarahkan untuk
menjadikan pertanian sebagai basis industri nasional. Oleh karena itu, terdapat 2 hal
penting yang harus ditingkatkan, yaitu investasi baik dari pihak swasta maupun luar
negeri dan ekspor dengan meningkatkan produktivitas, mutu, dan nilai tambah.

Anda mungkin juga menyukai